Anda di halaman 1dari 3

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang di dapat oleh penulis dari berbagai sumber, penulis

mendapatkan informasi tentang cara perhitungan bakteri. Untuk dapat menentukan jumlah bakteri, para
peneliti biasa menggunakan dua cara, yaitu metode perhitungan bakteri dengan metode secara langsung
dan tidak langsung. Berikut merupakan penjelasan dari kedua metode perhitungan bakteri tersebut

IV.1 Perhitungan Jumlah Bakteri Secara Langsung

a. Counting Chamber

 Centrifuge

 Turbidimetri (Kekeruhan)

 Electronic C

 Counter (Perhitungan Elektronik)

 Analisis senyawa Kimia

 Analisa Berat Kering

 Pengenceran

 Most Probable Number (MPN)

 Metode Cawan

 Jumlah Koloni

b. Cara Pengamatan Mikroskopik

c. Filter Membran

IV.2 Perhitungan Jumlah Bakteri Secara Tidak langsung

Jumlah bakteri dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk
menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-cara yang digunakan. Untuk
menentukan jumlah bakteri yang hidup dapat dilakukan setelah larutan bahan atau biakan bakteri
diencerkan dengan faktor pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara
tertentu tergantung dari macam dan sifat-sifat bakterinya.

Jumlah bakteri masih belum mendekati hasil maksimal, dikarenakan setiap cara perhitungan diatas
masih ada kelemahan masing-masing mulai dari perhitungan yang melibatkan sel hidup dan sel mati
bakteri, keterbatasan alat, keperluan persiapan yang cukup panjang, ketelitian penelitian dan lain-lain.
Untuk menjawab persoalan diatas, maka penulis membuat solusi dengan membangun sebuah sistem
perhitungan bakteri yang dapat memberikan tanda (Mark) terhadap bakteri yang muncul pada setiap
rentang waktu tertentu, sehingga setiap bakteri yang tumbuh bertambah banyak, sistem akan selalu
memberi tanda (Mark) pada setiap bakteri yang muncul Setelah pendeteksian objek bakteri selesai,
sistem akan mengkalkulasikan jumlah keseluruhan bakteri yang terdeteksi.

Diharapkan dengan sistem perhitungan bakteri secara otomatis yang diusulkan oleh penulis ini dapat
memudahkan kinerja para peneliti bakteri, khususnya bakteri Escherichia coli. Dengan adanya sistem
perhitungan bakteri secara otomatis ini, para peneliti bisa mengetahui jumlah pasti bakteri yang dihitung
tanpa harus mengeluarkan banyak peralatan, biaya dan tenaga serta menghemat waktu untuk
kepentingan penelitian bakteri ini.

Jurnal "PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI ESCHERICHIA COLI DENGAN PENGOLAHAN CITRA MELALUI
METODE THRESHOLDING DAN COUNTING MORPHOLOGY" 1)Ari Purno Wahyu Wibowo, 2)Rian Andrivani
1)Universitas Widyatama, Jl.Cikutra No.204 A Bandung 40124 2) STMIK “Amik Bandung”, Jl.Ters Jakarta
No 28 Bandung

Peningkatan Skala (Up Scalling)

Proses fermentasi berkembang dalam 3 tahap.

1. Tahap perintisan (laboratorium)

2. Pilot plan, dan

3. Skala lapangan (ekonomi).

Kondisi lingkungan meliputi: faktor kimia (konsentrasi substrat) dan faktor

fisik (perpindahan medium, pencampuran medium). Faktor fisik menimbulkan

problem pada skala besar. Sehingga perlu designer dari teknik kimia.

Produk

1. Biomass (single cell protein)

2. Metabolit primer

3. Metabolit sekunder

Alkohol

Keju
Waites, M.J., Morgan, N.L., Rockey, J.S., and Gary Higton (2001). Industrial Microbiology: An Introduction.
USA: Blackwell science.

Metode fermentasi yang sering digunakan dalam produksi invertase ada dua macam, yaitu Solid State
Fermentation (SSF) dan Submerged (SmF). Solid State Fermentation(SSF) merupakan salah satu metode
fermentasi, dimana mikroorganisme yang tumbuh pada substrat padat dengan kadar air yang rendah.
Metode ini cocok untuk golongan jamur berfilamen.Substrat yang digunakan umumnya terdiri dari
produk sampingan nabati atau berasal dari limbah pertanian seperti beet pulp, dedak gandum, bagase
tebu, sekam padi dan limbah kulit nanas[8]. Substrat yang digunakan dalam SSF biasanya merupakan
senyawa yang tidak larut dalam air, dan mengandung komponen penting seperti C dan N. Komponen
tersebut digunakan sebagai sumber nutrisi untuk menghasilkan metabolit yang diinginkan. Submerged
Fermentation (SmF) merupakan salah satu metode fermentasi dengan menggunakan substrat cair.
Penambahan maupun penggantian nutrisi dalam media Submerged Fermentation (SmF) berjalan
kontinyu. Teknik fermentasi ini paling cocok untuk mikroorganisme seperti bakteri yang membutuhkan
kadar air yang tinggi[8].Dibandingkan dengan Submerged (SmF), Solid State Fermentation (SSF) lebih
hemat biaya, konsumsi air yang lebih rendah, mengurangi biaya pengolahan air limbah dan konsumsi
energi yang lebih rendah[1][26], tingkat produktivitasnya tinggi, tekniknya sederhana, recovery
produknya lebih baik, dan busa yang terbentuk sedikit. SSF lebih cocok digunakan di negara-negara
berkembang[26].Murahnya harga residu pertanian dan agro-industri merupakan salah satu sumber yang
kaya akan energi yang dapat digunakan sebagai substrat dalam sistem fermentasi padat. Fakta
menunjukkan bahwa residu ini merupakan salah satu sumber karbon terbaik yang ada dialam. Dalam SSF
substrat padat tidak hanya menyediakan nutrient bagi kultur tetapi juga sebagai tempat penyimpanan
air untuk sel mikroba[1]. Faktor utama yang mempengaruhi sintesis mikroba dalam sistem SSF meliputi;
pemilihan substrat yang cocok, jenis mikroorganisme, ruang antar partikel dan luas permukaan substrat,
kadar air substrat, kontrol suhu fermentasi, kebutuhan O2 dan lama fermentasi[27].

Jurnal INVERTASE DARI Aspergillus niger DENGAN METODE SOLID STATE FERMENTATION DAN APLIKASI
DI INDUSTRI: KAJIAN PUSTAKA Invertase of Aspergillus niger With Solid State Fermentation Method And
The Application In Industry: A Review Dwi Okta Indriani1*, Luqvia Noer Islami Syamsudin, Feronika
Heppy Sriherfyna1, Agustin Krisna Wardani1 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas
Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

Anda mungkin juga menyukai