Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah mendidik,
mengajar, dan melatih agar muridnya kelak menjadi manusia yang pandai,
terampil, dan berbudi luhur. Pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan
kehidupan manusia, maka dari itu mutu pendidikan perlu ditingkatkan. Upaya
peningkatan mutu pendidikan dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek
pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai-nilai.
Secara sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai proses membawa
manusia dari apa adanya kepada bagaimana seharusnya.
Apa adanya adalah kondisi peserta didik dengan segala potensi,
kemampuan, sifat, dan kebiasaan yang dimilikinya. Sedangkan bagaimana
seharusnya adalah suatu kondisi yang diharapkan terjadi pada diri anak, berupa
perubahan perilaku aspek cipta, rasa, karsa dan karya yang berlandaskan dan
bermuatan nilai-nilai kemanusiaan dan agama yang harus dianut.
Agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik, pendidik (guru)
memiliki peranan yang sangat penting. Guru harus dapat merancang pembelajaran
dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa sehingga terwujud
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Sehingga nantinya akan
berdampak pada hasil perolehan belajar siswa yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Namun pada kenyataannya, di beberapa SMP masih ditemukan berbagai
kasus dalam proses pembelajarannya. Diantaranya terlihat pada interaksi
pembelajaran, prestasi belajar dan dalam disiplin belajar di kelas.
Berdasarkan hasil survey dari hasil ulangan harian pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 4 Tabanan ditemukan rendahnya hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Agama Hindu , yaitu dari 21 orang siswa kelas VIII hanya 47,6 %
yang mampu mencapai nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Sedangkan 50,24 % siswa yang lainnya masih belum mampu mencapai KKM.

1
2

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dipandang perlu diadakan upaya


untuk mengatasi permasalahan yang menjadi faktor penghambat tercapainya
tujuan pembelajaran pada khususnya serta tujuan pendidikan pada umumnya.
Untuk mengatasi hambatan dan mewujudkan tujuan tersebut perlu
diadakan perbaikan strategi pembelajaran sehingga siswa merasa tertarik untuk
belajar. Penerapan model pembelajaran yang sesuai sangat membantu dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu model yang mungkin bisa diterapkan adalah model
pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar
dalam pasangan-pasangan kecil. Siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.
Ada beberapa variasi dalam model pembelajaran kooperatif antara lain
Student Teams Achievement Division (STAD), JIGSAW, Investigasi Pasangan
(Teams Games Tournaments atau (TGT), pendekatan stuktural meliputi Think
Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT)
Untuk memperbaiki strategi pembelajaran AGAMA HINDU tentang
Tri Sarira pada siswa kelas VIII SMPN 4 Tabanan , peneliti tertarik melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Strategi Think Pair Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa (Trianto,2009).
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) cocok
diterapkan di SMP karena :
1. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar
2. Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan materi
3. Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat
sebelum berbagi dengan pasangan kecil atau kelas secara keseluruhan
4. Memotivasi siswa untuk bisa berfikir sendiri dengan materi yang
disampaikan guru
5. Memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat berbagi dengan
pasangannya dan mengutarakan hasil pemikiran mereka masing-masing.
3

6. Dapat meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak dalam hal bekerjasama


saling menghargai pendapat orang lain, dan toleransi.
7. Siswa dapat lebih mudah berinteraksi
8. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah
9. Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat
terhadap apa yang dipelajari pasangan
10. Lebih cepat dan mudah membentuk pasangan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi tersebut maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) mampu meningkatkan hasil belajar Agama Hindu bagi siswa kelas VIII
SMP Negeri 4 Tabanan ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Meningkatkan hasil belajar Agama Hindu tentang Tri Sarira melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 4 Tabanan
2.1 Menambah pengalaman guru dalam melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
2.2 Mengembangkan profesionalisme guru karena mampu menilai dan
memperbaiki pembelajaran yang dikelola.
1. Bagi Instasi Pendidikan
3.1 Membantu meningkatkan mutu lulusan karena adanya peningkatan kinerja
guru.
3.2 Mewujudkan visi dan misi sekolah pada khususnya dan mencapai tujuan
pendidikan nasional pada umumnya.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian teori
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Menurut Yeni Siti F dalam fisikasma-online menyatakan Think pair share
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu
struktur kegiatan cooperative learning. Think pair share memberikan waktu
kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.
Think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja
sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa.
Ciri utama dari pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah
adanya tiga langkah yang digunakan guru, yaitu Think (berpikir secara individu),
pair (berpasangan dengan teman sebangku), Share (berbagi dengan pasangan lain
atau seluruh kelas)
Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS) terdiri dari enam langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri
khas yaitu think, pair, dan share (Muniri.com). Keenam tahapan pembelajaran
dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS)
Fase Perilaku Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin
Pendahuluan dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa
terlibat aktif dalam penyelesaian masalah
Fase 2 Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
Thinking (berfikir) dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu
5

beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah.

Fase 3 Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan temannya untuk


Pairing mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama
(berpasangan) waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu
masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru
memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan.
Fase 4 Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
Sharing (berbagi) keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif
untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan
melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat
kesempatan untuk melaporkan.
Fase 5 Guru melakukan evaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
Evaluasi dipelajari.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun
Penghargaan hasil belajar individu dan pasangan.
Dikutip dari : Materi pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) Undiksha 2011
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Trianto (2009:81) menyatakan adapun langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Think pair Share(TPS) yang dilaksanakan guru adalah sebagai
berikut:
1) Tahap pendahuluan
2) tahap pelaksanaan
AGAMA HINDU
Dalam kepustakaan Seminar Kesatuan Tafsir I-IX, pengertian pendidikan
Agama Hindu dibedakan atas dua macam yaitu: Pendidikan Agama Hindu di
luar sekolah dan pendidikan Agama Hindu di sekolah.
Pendidikan Agama Hindu di luar pendidikan sekolah merupakan suatu
upaya untuk membina pertumbuhan jiwa masyarakat dengan sejarah agama itu
sendiri sebagai pokok materinya. Sedangkan pendidikan Agama Hindu di
6

sekolah yaitu suatu upaya untuk membina pertumbuhan jiwa, raga anak didik
dengan ajaran Agama Hindu (Tim, 2003: 23).
Berdasarkan pengertian pendidikan Agama Hindu tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Agama Hindu itu adalah
suatu usaha yang dilaksanakan secara luas, berencana, terarah dan terus menerus
untuk mencapai kepribadian yang tinggi dan sikap yang baik, budhi pekerti yang
luhur serta melaksanakan amal ketuhanan.
Dari uraian pendidikan di atas, maka dapat disimak bahwa pendidikan
Agama Hindu adalah penerapan ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Ida
Sahyang Widhi Wasa yang kekal abadi serta mengandung petunjuk-petunjuk
tentang perbuatan baik yang patut dilaksanakan oleh umat Hindu dan menghindari
perbuatan yang tercela dan menjauhkan diri dari perbuatan yang melanggar
norma-norma keagamaan sehingga tercapai kesempurnaan hidup jasmani dan
rohaninya dan pada akhirnya mencapai tujuan hidupnya. Dan jika dikaitkan
dengan nilai-nilai pendidikan Agama Hindu dapatlah disampaikan bahwa suatu
proses kegiatan mendidik yang disengaja oleh orang dewasa terhadap orang yang
belum dewasa atau anak didik dalam usaha untuk menanamkan nilai-nilai budhi
pekerti yang baik yang dilandasi oleh ajaran Agama Hindu sehingga anak didik
menjadi dewasa baik dalam tatanan etika, prilaku, maupun rohani dalam
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka pendidikan Agama Hindu yang
dimaksud dalam konteks ini adalah proses perubahan yang terjadi pada peserta
didik di SMP dalam rangka pembentukan ahlak dan moral yang dilandasi oleh
srada dan bakti kepada Ida Sang hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
dengan mengaplikasikan ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Ida Sang
Hyang Widhi Wasa yang kekal abadi “Sanatana Dharma” serta mengandung
petunjuk-petunjuk tentang perbuatan-perbuatan baik yang patut dilaksanakan oleh
umat Hindu, serta menghindari perbuatan yang tercela dan menjauhkan diri dari
perbuatan yang melanggar norma-norma keagamaan, sehingga tercapai
kesempurnaan hidup jasmani dan rohani.
Sehubungan dengan pernyataan di atas, pendidikan Agama Hindu
dilaksanakan secara berkesinambungan baik di dalam kelas maupun di luar kelas,
7

pada jalur formal, informal, dan non formal yang bertujuan untuk menanamkan
ajaran Agama Hindu , menuju masyarakat pancasilais, menyelaraskan
keseimbangan pelaksanaan tattwa, susila, dan upacara, serta hidup rukun antara
sesama manusia (Tri hita karana).
Dari uraian tentang pengertian pendidikan Agama Hindu tersebut di atas,
yang akan dikaji pada penelitian tindakan kelas ini adalah upaya yang dilakukan
oleh seorang guru untu meningkatkan prestasi belajar siswa di SD Negeri 1
Piteramelalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning.
Hasil belajar
Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hal yang telah diperoleh dari suatu
proses pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat diperoleh melalui evaluasi yang
dilakukan oleh guru. Menurut pendapat Sardiman (2006:58) hasil belajar adalah
1) tingkah laku sebagai hasil pengalaman, 2). dilakukan dengan mengamati,
mendengarkan, mengikuti petunjuk, dan pengarahan, 3) hasil belajar merupakan
pembahan penampilan sebagai hasil praktek
Secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga yaitu, ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
pembahan tingkah laku secara menyeluruh yang dilakukan dengan mengamati,
mendengarkan, mengikuti petunjuk, dan pengarahan,yang mencakup unsur
kognitif ,afektif dan psikomotor setelah proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa factor, menurut Rusyan
(1993:23) “ hasil belajar yang dicapai siswa banyak ditentukan atau dipengaruhi
oleh faktor psikologis, seperti kecerdasan, motivasi, perhatian, penginderaan dan
cita-cita peserta didik, factor kesehatan fisik dan mental, factor lingkungan belajar
yang menunjang”, dan menurut Sudjana (2005:39) ada dua faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar
diri siswa.
8

Faktor yang datang dari dalam diri siswa meliputi kemampuan yang
dimiliki siswa, minat, perhatian, ketekunan, kebiasaan, dan motivasi belajar.
Faktor yang datang dari luar diri siswa meliputi faktor lingkungan seperti
lingkungan tempat belajar, banyaknya siswa dalam satu kelas, serta fasilitas dan
sumber belajar yang tersedia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu, factor yang bersumber dari dalam diri siswa dan faktor yang
berasal dari luar diri siswa.
Sedangkan Piaget (dalam Dimyati dan Moedjiono, 1994: 35) memandang
belajar sebagai perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungan sehingga
terjadi perkembangan intelektual individu.
Pendapat tersebut didukung oleh Abu Ahmadi (1991: 178) yang
mengatakan bahwa ciri-ciri hasil belajar adalah berupa komponen-komponen
yang tergolong pada ranah kognitif seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi, ranah afektif seperti perhatian-perhatian, menerima
respon/tanggapan dan penghargaan, ranah psikomotor seperti keberanian
menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian berpartisipasi dalam kegiatan,
kreativitas dan kebebasan melakukan hal-hal tanpa tekanan orang lain.
Hasil belajar memiliki ciri-ciri diantaranya adanya perubahan perilaku
siswa sebelum mengikuti pembelajaran dan setelah mengikuti pembelajaran serta
adanya peningkatan kemampuan siswa utamanya dalam bidang wawasan atau
pengetahuan. Wawasan siswa akan bertambah bila siswa mengikuti proses
pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
hasil belajar adalah adanya peningkatan kemampuan siswa utamanya dalam
bidang wawasan atau pengetahuan serta adanya perubahan tingkah laku dalam diri
siswa.

Kerangka berfikir
Rendahnya mutu pendidikan dewasa ini sebagian besar diakibatkan oleh
kesulitan guru untuk menarik minat belajar siswa. Salah satu masalah yang dapat
teramati adalah rendahnya hasil belajar Agama Hindu di kelas VIII SMP Negeri
9

4 Tabanan . Hal ini terjadi karena guru kesulitan untuk mencari model yang sesuai
untuk diterapkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tuntutan kurikulum.
Dengan demikian guru perlu melakukan suatu inovasi pembelajaran untuk dapat
meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share (TPS) dilaksanakan
dalam tiga langkah utama yaitu Think (berfikir secara individu), Pair
(berpasangan dengan teman sebangku), dan Share ( berbagi jawaban dengan
pasangan lain atau seluruh kelas. Dengan penerapan model ini semua anak
mempunyai kesempatan untuk berfikir, menjawabdan mendiskusikan jawaban
atau ide mereka.
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, diduga bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil
belajar Agama Hindu pada siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Tabanan .

Hipotesa tindakan
Berdasarkan teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Jika model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) diterapkan secara efektif dan efesien, dapat
meningkatkan hasil belajar Agama Hindu pada siswa kelas VIII SMP Negeri 4
Tabanan .
B. METODE PENELITIAN
Subyek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa
kelas VIII SMP Negeri 4 Tabanan , yang berjumlah 21 orang terdiri dari 6 orang
putri dan 15 orang putra.
1. Objek penelitian
Obyek pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran
AGAMA HINDU tentang Tri Sarira setelah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
pelaksanaannya dilakukan dalam dua siklus.
10

Dalam penelitian tindakan kelas ini, mengacu pada teori yang


dikemukakan Kemmis dan Mc Taggart ( dalam Agung, 2005:91). Pelaksanaan
tiap-tiap siklusnya meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi/evaluasi dan refleksi. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan penelitian ini
dapat di gambarkan sebagai gambar no 3.1.

4 1

4 3 2

2
3 Siklus II

Siklus I

Gambar 3.1. Model dari Kemmis dan M.C. Taggart (dalam Agung, 2005:91)
Keterangan :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi dan evaluasi
4. Refleksi
Perencanaan Siklus II
Pada siklus II perencanaan hingga observasi sama dengan siklus I, hanya
saja pada siklus II pelaksanaannya dilihat dari hasil refleksi siklus I, dan
disesuaikan dengan materi ajar yang akan diberikan di kelas.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik tes. Untuk mengukur hasil belajar Agama Hindu digunakan
tes bentuk objektif berupa pilihan ganda sebanyak 20 butir soal, dengan skor 1
untuk setiap jawaban benar.
Teknik Analisis Data
11

Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis


deskriptif kualitatif dan statistik deskriptif. Metode analisis deskriptif kualitatif
yaitu suatu cara analisis/ pengolahan data dengan jalan menyusun secara
sistematis dalam bentuk kialimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu
objek (benda, gejala, variabel tertentu) sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan
umum (Agung,2014:67). Statistik deskriptif adalah “bagian dari statistik yang
mempelajari cara pengumpulan dan penyajian data sehingga mudah dipahami”
(Iqbal Hasan, 2008:6). Rumus yang digunakan dalam analisis statistik deskriptif
yakni sebagai berikut.
Menentukan Hasil Belajar atau Ketuntasan Individual Siswa
Analisis hasil belajar siswa atau ketuntasan individual menggunakan rumus
sebagai berikut:
SHT
NA = x 100 %
SMI
Keterangan :
NA = Rata-rata Skor Siswa
SHT = Skor Hasil Tes
SMI = Skor Maksimal Ideal
Tingkat keberhasilan hasil belajar dalam pembelajaran Tri Sarira dapat
ditentukan dengan membandingkan NA (%) atau rata-rata persen kedalam PAP
skala lima
Menentukan Tingkat Ketuntasan Siswa
Tingkat ketuntasan belajar (KB) menggunakan rumus sebagai berikut.
jumlah siswa tuntas
KB = x 100%
jumlah siswa keseluruhan

Keterangan :
KB = Ketuntasan belajar
Tingkat keberhasilan hasil belajar dan ketuntasan belajar dalam pembelajaran
Tri Sarira dapat ditentukan dengan membandingkan NA (%) dan KB kedalam
PAP skala lima
Tabel 3.3 Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Data Hasil
Belajar dan ketuntasan Belajar Siswa
12

Persentase Kriteria Hasil Belajar


90 – 100 Sangat tinggi
80 – 89 Tinggi
65 – 79 Sedang
55 – 64 Rendah
0 – 54 Sangat rendah
Validasi Data
Sebelum data dianalisis maka data perlu diivalidasi, yang terdiri dari
validasi konstruk dan isi dari data yang bersangkutan. Khusus untuk penelitian ini
adalah menanggulangi hasil belajar, dimana data di peroleh melalui tes hasil
belajar, di lakukan validasi secara sederhana melalui validasi instrumennya.
Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini yaitu apabila terjadi
perubahan hasil belajar dalam kategori baik serta peningkatan hasil belajar sesuai
dengan standar ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah.
Untuk menentukan keberhasilan siswa, maka dilakukan penskoran dan
penentuan standar keberhasilan belajar. Sistem penilaian dalam penelitian ini
berpedoman pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas VIII di SMP
Negeri 4 Tabanan yaitu kreteria ketuntasan secara individual minimal 85%.
Apabila indikator keberhasilan pada pencapaian penguasaan materi sudah
tercapai maka penelitian dihentikan dan akan dijadikan simpulan dan pembahasan
bahwa siklus tersebut telah tercapai.
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) adalah salah satu
metode pembelajaran yang mudah untuk diterapkan karena tidak memerlukan
ruangan dan peralatan khusus. Metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk
menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, melatih anak
untuk bekerjasama dengan orang lain, mudah dilaksanakan pada kelas yang
jumlah siswanya banyak, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah
dalam pembelajaran, seperti rendahnya prestasi belajar siswa dan interaksi seluruh
13

siswa tanpa harus ada perbedaan kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jenis
kelamin, ras dan status sosial maratabat, dan agama.
Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
dalam pembelajaran Agama Hindu pada siswa kelas VIII SMPN 4 Tabanan , di
peroleh hasil bahwa model ini dapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran
Agama Hindu siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Tabanan semester II. Hal ini
terbukti dari hasil analisis data dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar Agama
Hindu seperti uraian di bawah ini
Pra Siklus
Pada tes awal atau pra siklus jumlah nilai siswa 985 dengan rata-rata 70,35
dengan presentase 73,28% dan tergolong sedang. Ketuntasan belajar klasikal
siswa 47,6% atau baru 10 orang siswa yang dinyatakan tuntas dari nilai
ketuntasan minimal siswa kelas VIII adalah 75.
Siklu I
Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 75,71 % dan tergolong sedang.
Dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 71,4 % atau 9 orang siswa dinyatakan
tuntas.
Siklus II
Berdasarkan hasil analisis hasil belajar siklus II di kemukakan bahwa hasil
tentang prestasi belajar diperoleh rata-rata persentase pada siklus I sebesar pada
siklus II sebesar 82,14 % dengan kategori tinggi. dengan ketuntasan klasikal siswa
90,5% atau 19 siswa tuntas. Dengan kata lain, penelitian ini sudah di katakan
berhasil karena sudah memenuhi standar keberhasilan yang ditentukan oleh
peneliti yaitu secara individu seluruh siswa telah mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) dengan skor 75 dan dapat mencapai rata-rata nilai siswa secara
keseluruhan dengan kategori tinggi.
Hasil belajar merupakan tujuan akhir yang diharapkan dalam kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. Melalui penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) hasil belajar
siswa dari siklus I ke siklus II dapat ditingkatkan. Dilihat dari hasil-hasil yang
diperoleh, secara umum penelitian ini dapat dikatakan telah dapat menjawab
14

permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, penelitian ini telah dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Jadi dapat di simpulkan bahwa, keberhasilan suatu hasil belajar
tergantung pada ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang akan diajarkan.
15

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan model kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar
Agama Hindu tentang Tri Sarira siswa kelas VIII semester II di SMP Negeri 4
Tabanan tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase
hasil belajar siswa yang dicapai secara klasikal dari pra siklus sebesar 70,28 % ke
siklus I sebesar 75,71% dan dari siklus I ke siklus II meningkat dari 75,71%
menjadi sebesar 82,14 % pada siklus II, yang berada pada kategori sedang. Jadi
dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan rata-rata persentase hasil belajar
Agama Hindu siswa.
B. Saran-saran
Mengacu kepada temuan penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut.
1) Kepada siswa, hendaknya lebih banyak membaca buku pelajaran, berlatih
mengerjakan tugas-tugas dan latihan guna meningkatkan prestasi belajar
khususnya pelajaran Agama hindu.
2) Bagi guru SMP diharapkan mencoba penerapan metode kooperatif Think Pair
Share (TPS) dalam pembelajaran sebagai salah satu metode pembelajaran yang
mampu memotivasi siswa agar berperan aktif dalam proses pembelajaran.
3) Dalam pembelajaran hendaknya siswa dipandang sebagai subyek yang aktif
untuk mencari dan menemukan pengetahuan. Guru perlu lebih kreatif dalam
merancang pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan kembali pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan melalui diskusi
pasangan dan menyelesaikan permasalahan dalam pasangan.
4) Bagi pembaca yang berminat untuk mengembangkan penelitian ini, diharapkan
untuk mencoba menerapkan metode Kooperatif Think Pair Share (TPS) dalam
pembelajaran mata pelajaran yang lain.
16

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi penelitian pendidikan. Singaraja: IKIP N


Singaraja.
-------,2014. Metodologi penelitian pendidikaan.Undiksha Singaraja
Ahmadi, Abu. 1991. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Proyek


Pembinaan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.

Hasan, M. Iqbal. 2008. Pokok-pokok materi statistic 1 (Statistic


deskriptif)Jakarta: PT Bumi aksara
Htpp/fisikasma-online.blogspot.com/2010/12/model pembelajaran kooperatif tipe
TPS.html. diakses tanggal 23 pebruari 2014
Gunawan, Imam. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif think pair share tersedia
dalam Htpp//masimagmum.blogspot.com/2010/06/metode kooperatif tipe
think pair share di akses tanggal 27 april 2014
Htpp. Muniri.com/info/sintak pembelajaran kooperatif TPS, di akses tanggal 23
pebruari 2014
Htpp//sanggar guru.blogspot.com/2008/05/model-model pembelajaran.html.
diakses tanggal 23 pebruari 2014
Htpp//.www.scribd.com/doc/91330991/model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share di akses tanggal 2 Mei 2014
Htpp//zaifbio.wordpres.com/2011/11/21 pembelajaran kooperatif tipe think pair
share diakses tanggal 2 Mei 2014
Rachmadyanti, Putri.2011. peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share siswa Kelas IV SDN
Kendalrejo 01 Kecamatan Talun Blitar. Skripsi (tidak diterbitkan).
Tersedia pada htpp://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php.KSDP/article/view/11810. Diakses tanggal 30
April 2014
17

Rosmaini.2004. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think pair share


(TPS) Untuk Meningkatkan Hasil dan Aktivitas siswa Kelas L7 SLTPN 20
Pekanbaru pada pokok Bahasan Keanekaragaman Hewan Tahun
2002/2003. Skripsi (tidak diterbitkan). Tersedia pada
htpp:library.um.ac.id/free-contens/download/pub/pub.php/43818.pdf,
diakses tanggal 1 Mei 2014.

Rusyan, Tabrani. 1993. Penuntun Membuat Alat Peraga Sederhana. Bandung :


Bina Budhaya
Sardiman. 2006.interaksi motivasi belajar dan mengajar. Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada

Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar.


Bandung: Sinar Baru Algesindo
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
-------2009. Mendesain model pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Grup
Rianto Yatim. 2010.Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana Prenada Media
Grup

Anda mungkin juga menyukai