Anda di halaman 1dari 8

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG

PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA


ELEKTRONIK
FORM A : INVENTARISASI REGULASI
REGULASI TERKAIT: PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN BERISAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

No. Nama Regulasi Status Regulasi K/L/SKPD Terkait Keterangan


1. Undang-Undang Dasar 1945
Berlaku
2. Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Berlaku Badan Koordinasi
Penanaman Modal Asing, Pasal 25 Penanaman Modal
(BKPM) dan MK
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Berlaku Kementerian Dalam
Pemerintahan Daerah, Pasal 6, 7, 9, 94, Negeri dan MK
FORM B
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS REGULASI
REGULASI : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN BERISAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
PENANGUNGJAWAB: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

NO. PRINSIP / KRITERIA YA TIDAK ANALISIS


1. Legalitas Regulasi Konsisten ✓ Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Bagian Ketiga terkait
dengan Regulasi Urusan Pemerintah Konkuren, menegaskan bahwa;
diatasnya atau
turunannya (vertical urusan pemerintah konkuren diatur dalam Pasal 9 ayat (3)
maupun horizontal) yang berbunyi Pemerintah Daerah memiliki kewenangan
dalam melaksanakan Urusan Pemerintah Wajib dan Urusan
Pemerintah Daerah
Pasal 12 menjelaskan bahwa urusan Pemerintahan Wajib
yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana
dimaksud Pasal 11 ayat (2) meliputi: a. pendidikan, b.
kesehatan, c. pekerjaan umum dan penataan ruang, d.
perumahan rakyat, dan f. Sosial.
Sedangkan, urusan Pemerintahan Wajib yang tidak
berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud
pasaal 11 ayat (2) meliputi; a. tenaga kerja, b.
pemberdayaan perempuan, c. pangan, d. pertanahan, e.
Lingkungan hidup, f. adminstrasi kependudukan, g.
Pemberdayaan masyarakat, h. pengendalian kependudukan,
i. Perhubungan, j. komunikasi dan informatika, k. koperasi
dan usaha kecil menengah , l. penanaman modal, m.
kepemudaan dan olah raga, n. statistik, o. persandian, p.
kebudayaan, q. perpustakaan, dan r. kearsipan.
Kemudian pada pasal 19 dijelaskan bahwa urusan
pemerintahan konkuren pusat yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat diselenggarakan :
sendiri oleh Pemerintah Pusat, b. dengan cara
melimpahkan kepada Gubernur selaku perwakilan dari
pemerintah pusat atau kepada instansi vertikal yang berada
di pemerintah daerah berdasarkan asas dekonsentrasi, atau
c. dengan cara menugaskan daerah berdasarkan asas tugas
pembantuan .
Dalam hal ini, PP No. 24 Tahun 2018 dalam pasal 43
menjelaskan bahwa setelah PP ini resmi diundangkan,maka
Peraturan Menteri terkait harus diundangkan paling lambat
15 hari setelah diundangkannya PP ini . Dalam PP ini tidak
dijelaskan bagaimana daerah harus menyesuaikan dengan
PP ini. Kemudian bagaimana dampak yang ditimbulkan
dari pembatalan seluruh Permen terkait.

Regulasi Multitafsir ✓ Pada PP 24 Tahun 2018 dijelaskan beberapa pasal yang


multitafsir sebagai berikut;

1. Pasal 37 ayat (3), dikatakan bahwa Pelaku Usaha


Wajib memperbaharui informasi pengembangan
usaha dan/atau kegiatan pada system OSS.
Namun tidak dijelaskan jangka waktu dan tata cara
perbaharui informasi tersebut.
2. Terlalu banyak K/L yang terlibat dan multitafsir.
Contohnya di Pasal 44 ayat (2) disebutkan bahwa
“kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang” -> terlalu
banyak dan multitafsir K/L dalam tugas penataan
ruang. Sehingga menimbulkan multitafsir.
Pasal 48 ayat (3), Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kelautan dan
perikanan atau pemerintah daerah. Aspek
kewenanganya multitafsir dan terlalu luas.
Pasal 91 ayat (6) juga.
Pasal 100 ayat (4) huruf a juga memberikan
kewenangan penanganan masalah kepada
Kemendagri, namun juga memberikan kewenangan
koordinasi kepada Kemenkoor Perekonomian,
sehingga menimbulkan bahwa kebingungan
kewenangan.
3. Disebutkan bahwa yang berhak memberikan ijin
adalah menteri, pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dll. Namun dalam beberapa pasal,
contohnya saja Pasal 48 ayat (5) dijelaskan bahwa
lembaga OSS berwenang menerbitkan perizinan
apabila tidak terdapat pernyataan dari atas.
Sehingga timbul pertanyaan siapa yang
sebenarnuya berwenang?
4. Pasal 77 ayat (4) menyatakan bahwa pembayaran
biaya “dapat” difasilitasi melalui system OSS.
Apakah “dapat” merupakan alternative? Manakala
OSS adalah system perizinan tunggal sebagaimana
diamanatkan dalam PP tersebut.
5. Pasal 94 ayat (1) huruf e, menyatakan bahwa
lembaga OSS berwenang untuk bekerjasama
dengan pihak lain. Terlalu luas dan dapat
menimbulkan multitafsir “pihak lain”
6. Pasal 98 ayat (2) dinyatakan bahwa terdapat
hambatan atau permasalahan dibidangnya,
diselesaikan melalui peraturan perundang-
undangan. Disini tidak jelas peraturan perundang-
undangan yang dituju, sebab terlalu luas. Apakah
ada pengaturan perundangan yang khusus
menyelesaikan permasalahan untuk system OSS?
Pasal 98 ayat (3) terlalu luas kewenangan untuk
yang berwenang dalam menyelesaikan hambatan
dan permasalahan. Dapat menimbulkan
unkoordinasi yang baik, karena terlalu banyak
kewenangan, sehingga membingungkan pengusaha.
7. Pasal 100 ayat (4) huruf a juga memberikan
kewenangan penanganan masalah kepada
Kemendagri, namun kewenangan tersebut dapat
dilemparkan kepada gubernur. Dan di pasal 100
ayat (4) huruf b, gubernur bupati/walikota dapat
melimpahkan kewenangannya kepada Lembaga
OSS. Siapa yang sesungguhnya benar-benar
berwenang? Menimbulkan kebingungan dan cross-
over kewenangan.

2 Kebutuhan: Memberikan Tidak Memenuhi ✓ Pada PP 24 Tahun 2018 dijelaskan beberapa pasal yang
Manfaat dan Memiliki Kemanfaatan tidak memberikan kemanfaatan kepada masyarakat sebagai
Nilai Tambah Masyarakat berikut;

1. Pasal 86, dikatakan bahwa perizinan berusaha yang


tidak termasuk dalam Pasal 85 dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan sector
yang bersangkutan. Apakah tetap diadakan system
perizinan melalui sector masing-masing manakala
OSS dimandatkan sebagai system perizinan
tunggal?

Tidak Memberikan ✓ Pada PP 24 Tahun 2018 dijelaskan beberapa pasal yang


Kemudahan bagi tidak memberikan kemudahan kepada masyarakat sebagai
Masyarakat berikut;

1. Pasal 23-Pasal 28; OSS memberikan kemudahan


untuk mendapatkan ijin terkait NPWP, NIB,
dengan adanya NIB lebih mudah untuk
mendapatkan Jamsostek dan Jamsosker
2. Pasal 32, pengusaha bisa mendapatkan izin sejak
dia berkomitmen untuk berinvestasi. Pengurusan
izin AMDAL, lokasi dan lainnya dapat diurus
belakangan dalam jangka waktu tertentu
Namun dalam Pasal 38, Pelaku Usaha tidak dapat
melakukan kegiatan pembangunan gedung jika
belum memiliki menyelesaikan Amdal, dan
Rencana Teknis Bangunan Gedung.
3. Pasal 40, Tidak terdapat jangka waktu yang jelas
untuk melakukan pembatalan Izin Usaha
sebagaimana merujuk pada Pasal 32 dan Pasal 39.
4. Sistem Perizinan bagi investor yang terintegrasi
secara online mewajibkan bagi pelaku usaha yang
telah mendaftarakan ataupun belum mendaftarkan
usaha nya mengikuti system tersebut, sehingga
implementasinya dirasa tidak memberikan
kemudahan bagi masyarakat.
Menghambat Pada PP 24 Tahun 2018 dijelaskan pasal yang menghambat
Pencapaian Sasaran pencapaian sasaran dan target pembangunan nasional
dan Target berikut;
Pembangunan
Nasional 1. Pasal 105 ayat (1), dikatakan bahwa kemenkoor bid
perekonomian memiliki kewenangan mengelola
system OSS yang menjadi kewenangan lembaga
OSS sampai lembaga OSS siap. Jangka waktu
maksimalnya kapan? Tidak diatur.
3 Ramah Urusan (Tidak Regulasi Tidak ✓ Tidak ditemukan pungutan
Memberatkan) Menimbulkan
Banyak Pungutan
Regulasi Tidak ✓ Pada PP No. 24 Tahun 2018 dalam pasal 97 ayat
Menetapkan (1,2,3,4,5,6, dan 7) dijelaskan bahwa
Persyaratan Yang Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dapat
Berlebihan menerima Insentif dan Disintensif. Akan tetapi tidak
dijelaskan mekanisme sanksi bagi Pelaku Usaha yang
menjalankan ketentuan dalam regulasi ini.
Rekomendasi Akhir : Ringkasan Analisis:
Pencabutan/Revisi  PP No 24 Tahun 2018 perlu direvisi karena
(perubahan)/Pertahankan bertentangan dengan UU 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah (Konkuren) dan UU No 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
 Menimbulkan ketidakpastian hukum
 Menimbulkan beban birokrasi dan anggaran

Anda mungkin juga menyukai