Menurut kajian firma hukum O’Melveny & Myers LLP, sebagian besar korporasi
Indonesia menerbitkan obligasi lewat special purpose vehicle (SPV) di luar negeri untuk
menghindari pajak bunga obligasi 20%. Selanjutnya, salah satu contoh dari penggunaan SPV
dalam hal untuk menutupi utang dari perusahaan induk adalah kasus pailitnya perusahaan besar
asal Amerika, Enron. Perusahaan Enron mengalami pailit dikarenakan banyaknya utang yang
berasal dari SPV yang tidak terdaftar dalam neraca keuangan perusahaan (off balance sheet),
dan setelah dilakukan pembukuan ulang terjadi pembengkakan utang yang semula
$13.000.000 menjadi $38.000.000. Hal inilah yang membuat Perusahaan Enron jatuh pailit.
Selain untuk menutupi utang dari perusahaan induk, SPV juga dijadikan sarana pencucian uang
bagi para pelaku tindak pidana. Keberadaan SPV sering disalahgunakan sehingga bermunculan
paradigma negatif terhadap bentuk badan hukum ini, di lain pihak pemanfaatan SPV sudah
merupakah hal yang lumrah dan menjadi pilihan bagi pengusaha, baik pribadi atau perusahaan
di dalam menjalankan bisnisnya.
Dalam hukum perpajakan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.03/2008
tentang Peraturan Menteri Keuangan tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 Atas
Penghasilan Dari Penjualan Atau Pengalihan Saham Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal
18 Ayat (3C) Undang-Undang Pajak Penghasilan Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib
Pajak Luar Negeri, mendefinisikan SPV sebagai Perusahaan Antara (special purpose
company atau conduit company) yang dibentuk untuk tujuan penjualan atau pengalihan
saham perusahaan yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak (Tax Haven Country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan
badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Dalam rangka mengakomodir keterlibatan SPV dalam program pengampunan pajak
(tax amnesty), Kementerian Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 127/PMK.010/2016 tentang Pengampunan Pajak Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak bagi Wajib Pajak yang Memiliki Harta
Tidak Langsung melalui Special Purpose Vehicle, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.010/2016.
Melalui peraturan tersebut, pemerintah membuka kesempatan bagi wajib pajak
peserta program pengampunan pajak untuk mendeklarasikan hartanya di SPV yang dimiliki,
tanpa diwajibkan untuk membubarkan SPV mengingat fungsinya yang masih dibutuhkan
oleh para wajib pajak di dalam menjalankan kegiatan usahanya.14
Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud mengidentifikasi lebih lanjut
pengaturan dan pengawasan SPV di Indonesia, baik dari aspek hukum perusahaan maupun
hukum perpajakan.
a. Bahan hukum primer. Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan
terdiri dari peraturan yang terkait dengan pendirian dan pengawasan badan hukum,
kegiatan penanaman yang bersinggungan dengan operasionalisasi SPV offshore di
Indonesia, maupun pengaturan terkait SPV itu sendiri dalam aspek perpajakan.
Adapun peraturan yang digunakan meliputi:
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.03/2008 tentang Pemotongan
Pajak Penghasilan Dari Penjualan atau Pengalihan Saham Sebagaimana
Dimaksud Dalam Pasal 18 Ayat (3c), Undang-Undang Pajak Penghasilan Yang
Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri;
Data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan secara deskriptif analitis.
Maksudnya, fakta-fakta yang ada dideskripsikan kemudian dianalisis berdasarkan hukum
positif maupun teori-teori yang ada. Analisis deskriptif tertuju pada pemecahan masalah dan
pelaksanaan metode deskriptif ini tidak terbatas hanya sampai pada tahap pengumpulan dan
penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu sendiri.
Selanjutnya sebagai cara untuk menarik kesimpulan dari data-data yang terkumpul
dipergunakan metode analisis kualitatif42 yang dilakukan dengan menginterpretasikan
menguraikan, menjabarkan, dan menyusun secara sistematis logis sesuai dengan tujuan
penelitian.
Masukkan bacaan yang telah anda atau kelompok lain review dalam metode penelitian
yang signifikan untuk penelitian anda?
Bacaan yang signifikan dalam penelitian saya adalah BAB 5 dalam buku “Lawrence
Friedman and The Roots of Justice” dimana Friedman menjelaskan bahwa yang terpenting
dalam penelitian dengan menggunakan metode penelitian adalah tersedianya data yang lengkap
dan akurat, ini benar sebab suatu penelitian tidak akan bisa diselesaikan jika rumusan masalah
yang kita milih tidak memiliki data yang menunjang, selain itu dalam mengumpulkan data
penelitiannya Friedman juga menjangkau catatan di luar pengadilan seperti catatan yang
ditempatkan pada perpustakaan umum Oakland, hal ini sesuai dengan metode penelitian saya
yaitu penelitian yang bersumber dari studi kepustakaan (Library Research).
Friedman mempresepsikan hukum sebagai objek yang dapat diteliti dengan metode penelitian
dengan menggabungkan analisis statistik sumber dokumenter, akun surat kabar kontemporer,
dan eksplorasi dalam file untuk memberikan rekonstruksi terperinci dari operasi seluruh
peradilan pidana di suatu daerah. Dengan melacak proses dari penangkapan ke pengadilan,
sampai pada hukuman yang dijatuhkan. Pendekatan ini membuat Friedman memahami filosofi
aturan hukum dari waktu ke waktu, serta memahami perubahandan perkembangan filosofi
yang melandasi aturan hukum tersebut. Pada intinya, Friedman menggambarkan bahwa hukum
yang berlaku sekarang mengandung unsur dari tata hukum yang silam dan membentuk tunas-
tunas tentang tata hukum pada masa sekarang dan yang akan datang.
Pandangan Friedman sesuai dengan metode penelitian yang saya gunakan, yaitu
metode pengumpulan data yang bersumber bersumber pada studi kepustakaan (library
research),yaitu suatu penelitian dimana buku,dokumen,jurnal,catatan,surat dan lain-lain
menjadi sumber utama dalam suatu penelitian. sehingga jenis data yang akan dikaji adalah
data sekunder.
PERATURAN
Indonesia. Undang-Undang Pasar Modal,. UU No. 8 Tahun 1995, LN No. 13 Tahun 1995,
TLN No. 3587
BPHN. Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII. Buku I. Jakarta: BPHN, 2003.
Kriekhoff, Valerie J.L.. Modul Metode Penelitian Hukum Edisi Revisi. Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2009.
Prasetyo,Teguh Abdul Halim Barkatullah. Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum: Pemikiran
Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat,. Depok: Rajagrafindo
Persada, 2017.
Simanjuntak, Bungaran Antonius. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bina Media Printis, 2014.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2012.
ARTIKEL ILMIAH
Irfano Adonis. “Status Personal SPV dalam kasus penerbitan surat utang PT.Indah Kiat Pulp
& Paper, Tbk. (Putusan Pengadilan Bengkalis 5/PDT.G/2003/PN.BKS)”. Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Tahun 2008.
Oktavinanda, Pramudya A., “Special Purpose Vehicle Dalam Tinjauan Hukum Dan
Ekonomi”. Journal of Indonesia Corruption Watch. Agustus Tahun 2013. Diakses
melalui <https://ssrn.com/abstract=2312053>.
INTERNET
Symonds Jr, Robert L. Delaware Business Trusts: The Preferred Special Purpose Vehicle
for Structured Financing by Financially Healthy Businesses and Reorganizing
Companies, <http://www.securitization.net/knowledge-/spv/symonds1.asp>, diakses
pada 10 Oktober 2019.
Hogarth, Joel R dan Ratih (Ipop) Nawangsari. New Indonesian Tax Regulations Have
Significant Implications for Indonesian Bond Issuance Structures, 13 November
2009, <http://www.omm.com/-indonesian_tax_regulations/>, diakses tanggal 10
Oktober 2019.
Johnston, David Cay. Enron’s Collapse: The Havens; Enron Avoided Income Taxes in 4 of 5
years, <https://www.nytimes.com/2002/01/17/business/enron-s-collapse- the-
havens-enron-avoided-income-taxes-in-4-of-5-years.html>, diakses pada tanggal 13
Oktober 2019.
WAWANCARA
Pedoman Wawancara:
ORIENTASI
1. Memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat penelitian dan
menjelaskan kerahasiaan informan terjamin sepanjang informan tidak bersedia untuk
dipublikasikan identitasnya.
3. Meminta calon informan menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi
informan.
4. Melakukan kontrak wawancara, menawarkan waktu wawancara 15-20 menit.
A. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan : Karyawan Dirjen Pajak
B. PERTANYAAN YANG DISAMPAIKAN:
1. Bagaimana Peraturan perpajakan terkait transaksi melalui Special Purpose
Vehicle yang ditengarai untuk menghindari pajak?
2. Jika suatu debitur menggunakan Special Purpose Vehicle untuk keuntungan
pengambil alihan jaminan asetnya di Bank akibat kredit macet, bagaimana
tindakan dari Dirjen Pajak?
3. Bagaimana tindakan Dirjen Pajak jika ada transaksi penambahan modal melalui
Special Purpose Vehicle yang tidak memiliki Tax Clearance yang jelas?