Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belanja juga sering disebut beban karena dengan adanya pembelanjaan maka

tingkat pengeluaran daerah/organisasi akan semakin meningkat. Walaupun belanja

tersebut merupakan beban tapi belanja juga tidak bisa dihindari ataupun dihilangkan

karena akan mempengaruhi kelangsungan kegiatan dari daerah/organisasi.

Belanja adalah kewajiban daerah/organisasi yang diakui sebagai pengurang

nilai kekayaan atau keuntungan bersih. Kekayaan atau keuntungan merupakan tujuan

utama dari adanya suatu organisasi karena dengan adanya kekayaan atau keuntungan

tersebut maka semua kegiatan organisasi akan terjaga kelangsungannya. Persediaan

perlengkapan dan peralatan harus dipenuhi oleh organisasi, oleh karena itulah

pembelanjaan akan dilakukan pada waktu tertentu sebelum persediaan tersebut habis.

Pembelanjaan dalam perusahaan atau organisasi harus dikontrol oleh

pimpinan karena bersangkutan dengan keuangan organisasi yang sangat vital bila

tidak dilaporkan ataupun tidak disetujui oleh pimpinan dan juga pengeluaran harus

melalui bendahara atau staff keuangan sebab hal itu akan dipertanggung jawabkan

kemana saja alur pengeluaran yang akan dituangkan di laporan keuangan. Dalam hal

pembelanjaan diperlukan aturan dan perencanaan terlebih dahulu karena jika tidak

maka pengeluaran pembelanjaan tidak akan terkontrol dan tidak sesuai kegunaan

untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam menyusun anggaran pembelanjaan perlu


direncanakan sedemikian rupa sehingga resiko yang akan dialami segera

ditanggulangi.

Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja),

organisasi, dan fungsi. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening

Kas Umum Negara/Daerah/Perusahaan/Organisasi, khusus pengeluaran melalui

bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas

pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.

Belanja dalam tatanan akuntansi pemerintah diklasifikasikan menurut klasifikasi

ekonomi, organisasi dan fungsi. Klasifikasi Ekonomi adalah pengelompokkan belanja

yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas yang dapat

kita kategorikan menjadi: Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja

Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Lain-lain.

Menurut Perdirjen Perbendaharaan, suatu belanja dikategorikan sebagai

belanja modal apabila :

1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap atau asset

lainnya yang menambah masa umur, manfaat dan kapasitas.

2. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi asset tetap atau

asset lainnya yang telah ditetapkan pemerintah.

3. Perolehan asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

Pembelanjaan atau belanja modal dapat dilakukan oleh seluruh organisasi untuk

kelangsungan kegiatan organisasi. Pembelanjaan dilakukan sebelum persediaan

organisasi habis dan setiap organisasi memiliki tata cara atau aturan untuk
mengajukan pembelanjaan terhadap persediaan baik secara manual ataupun memakai

sistem. Dalam hal ini peneliti membahas mengenai tata cara atau aturan yang

dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Palembang Sumatera Selatan yang masih

memakai cara manual dalam mengajukan pembelanjaannya. Hal ini akan

mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas dari organisasi.

Berikut ini tata cara dari pengajukan pembelanjaan persediaan barang pada Dinas

Perdagangan Kota Palembang Sumatera Selatan yang masih bersifat manual, yaitu :

1. Menyusun dan membuat DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) dan RKA

(Rencana Kerja Anggaran) seluruh kegiatan.

2. Perkiraan harga barang sesuai dengan standar biaya umum yang dikeluarkan oleh

pemerintah.

3. Setelah DPA dan RKA dibuat dan disetujui barulah di tandatangan oleh Tim

TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah).

4. Setelah di tandatangani maka terbitlah nomor dan tanggal DPA.

5. OPD mengajukan surat permintaan dana.

6. Belanja modal dibawah Rp 50.000.000,- tidak perlu lelang hanya penunjukkan

langsung kepada pihak ketiga.

7. Apabila diatas Rp 50.000.000,- barulah diadakan lelang.

8. Setelah ditemukan pemenang lelang pihak ketiga dan OPD membuat SPK (Surat

Perjanjian Kerja).

9. Apabila pekerjaan selesai pihak ketiga mengajukan permintaan pembayaran

kepada OPD.
10. Setelah proses pembayaran selesai pihak ketiga menyerahkan barang dan OPD

berhak untuk menerima dan memeriksa barang tersebut.

11. Barang diterima dan didistribusikan ke bidang-bidang yang membutuhkan.

Saat ini proses pengajuan pembelanjaan persediaan secara manual tidaklah

efektif dikarenakan terlalu memakan waktu dan sulit untuk mengevaluasinya

sehingga biaya belanja modal pada Dinas Perdagangan Kota Palembang Sumatera

Selatan belum sepenuhnya dilakukan. Oleh karena itu, sesuai uraian diatas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengemukakan pendapatan tentang

“Evaluasi Biaya Belanja Modal pada Dinas Perdagangan Kota Palembang

Provinsi Sumatera Selatan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam laporan ini adalah

untuk mengetahui biaya belanja untuk persediaan barang pada Dinas Perdagangan

Kota Palembang Sumatera Selatan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui biaya belanja pada Dinas

Perdagangan Kota Palembang Sumatera Selatan dan mengevaluasi biaya belanja

tersebut.
1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan wawasan dalam menambah

ilmu dibidang biaya belanja modal, baik dalam sistem akuntansi dalam

mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama ini di bidang belanja

modal khususnya ilmu ekonomi akuntansi.

2. Bagi Perusahaan/ Organisasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan/

organisasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengajukan dan menetapkan

biaya belanja demi efesiensi dan efektifitas organisasi.

3. Bagi Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk menambah ilmu pengetahuan serta

menjadi bahan referensi atau masukan dalam penelitian selanjutnya yang

dilakukan oleh peneliti lainnya yang terkhusus dibidang akuntansi.

1.4 Metode Penelitian

1.4.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti di Dinas Perdagangan Kota

Palembang Provinsi Sumatera Selatan yang beralamatkan di Jl. Demang Lebar Daun

No.2610, Bukit Baru, Kec. Ilir Barat I. Tempat tersebut dipilih karena dipandang

sangat baik dan biaya belanja modal yang dikeluarkan secara terus menerus.
1.4.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dari bulan November 2019 sampai dengan April

2020.

1.4.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1.4.3.1 Sumber Data

Menurut Sugiyono (2013:80), data terbagi dua bagian yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari

kelompok atau perorangan seperti hasil wawancara yang biasanya dilakukan oleh

peneliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpulan data primer ataupun pihak lain.

1.4.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metodologi penulisan merupakan gambaran rancangan/metode yang akan

digunakan sebagai rencana, struktur dan strategi untuk penyelesaian penelitian.

Dalam hal ini, penulis membutuhkan data-data yang bersumber pada :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu suatu metode penelitian dengan cara mendatangi langsung ke perusahaan/

organisasi yang menjadi objek kajian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu

wawancara dan observasi.


2. Studi Pustaka ( Library Research)

Yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan mempelajari berbagai

bentuk bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan isi laporan tugas akhir untuk

mendapatkan informasi mengenai biaya belanja.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk mengemukakan secara singkat isi bab-bab

yang terdapat didalam proposal ini sehingga dapat memberikan gambaran tentang

keseluruhan dari isi proposal dan memudahkan dalam penulisan, penyusunan dan

pembahasan serta dapat mudah untuk dipahami. Secara garis besar penulisan proposal

ini terdiri dari tida bab yaitu sebagai berikut :

 BAB I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dari penulisan penelitian yang

diambil, serta rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan.

 BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini diuraikan teori-teori keilmuan, prinsip-prinsip, asumsi-asumsi

yang mendasari permasalahan yang diteliti.

 BAB III Metode Penelitian

Dalam bab ini disajikan data atau hasil penelitian empiris yang menyangkut

tentang gambaran umum obyek yang diteliti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belanja

Berdasarkan defisini PP Nomor 71 Tahun 2010, beban negara adalah

kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Sementara itu, definisi menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006

sebagai berikut: “Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih.”

Berdasarkan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan berbasis akrual

yang menjadi lampiran dalam PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja diakui pada saat

timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat

ekonomi atau potensi jasa.

Konsep tersebut dijabarkan dalam Pernyataan Akuntansi Pemerintahan

(PSAP) nomor 2 yang menjelaskan bahwa belanja diakui pada saat terjadinya

pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah. Khusus pengeluaran melalui

bendahara, pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas

pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai lungsi perbendaharaan.

Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan

perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.


Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja),

organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang

didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi

ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja

modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi

ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi terdiri dari belanja pegawai, belanja

barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.

2.2 Pengertian Belanja Modal

Belanja modal merupakan suatu pengeluaran yang dapat dikatakan sebagai

pengeluaran rutin dalam rangka pembentukkan modal yang ada. Dalam hal ini

pembelanjaan modal yang dimaksud dapat berupa tanah, peralatan dan mesin, gedung

dan bangunan, jaringan, maupun dalam bentuk fisik lainnya seperti buku, alat tulis,

binatang, dan lain sebagainya.

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian belanja modal

adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya

menambah aset tetap / inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode

akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang

sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan

kapasitas dan kualitas aset. Dalam hal tersebut masuk ke dalam pembukuan akuntansi

dengan kata lain belanja modal akan mempengaruhi posisi keuangan.


Dalam hal ini asset yang tetap akan memiliki berbagai macam ciri-ciri yang

dapat berwujud dengan kata lain ciri-ciri yang ada dalam belanja modal sifatnya

dapat terlihat. Adapun ciri-ciri dari belanja modal meliputi :

a. Berwujud

b. Sifatnya menambah

c. Memiliki manfaat yang lebih dari satu periode

d. Nilainya relative material

Selain itu, dalam melakukan belanja modal ada juga aset-aset dari hasil

belanja modal yang tidak berwujud, akan tetapi masih memiliki ciri yang sama

dengan hasil dari belanja modal lainnya.

2.3 Jenis-jenis Belanja Modal

Dalam SAP, belanja modal terdiri dari beberapa jenis belanja modal 5 (lima)

yang dikategori utama, diantaranya adalah :

1. Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan /

pembelian / pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan,

pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran

lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud

dalam kondisi siap pakai.


2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran / biaya yang digunakan untuk

pengadaan / penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan

mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas)

bulan, dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran / biaya yang digunakan

untuk pengadaan / penambahan / penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk

perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang

menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap

pakai.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran / biaya yang digunakan

untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan pembangunan /

pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,

pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas

sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
5. Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran / biaya yang digunakan untuk

pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan pembangunan / pembuatan

serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam

kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan

irigasi dan jaringan. Termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa

beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum,

hewan ternak dan tanaman, bukubuku, dan jurnal ilmiah.

2.4 Kriteria Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan

aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Untuk

mengetahui apakah suatu belanja dapat dimasukkan sebagai Belanja Modal atau

tidak, maka perlu diketahui definisi aset tetap atau aset lainnya dan kriteria

kapitalisasi aset tetap.

 Aset tetap mempunyai ciri-ciri / karakteristik sebagai berikut : berwujud, akan

menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun,

nilainya relatif material. Sedangkan ciri-ciri / karakteristik Aset Lainnya

adalah : tidak berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa

manfaat lebih dari 1 tahun, nilainya relatif material.


 Kriteria kapitalisasi aset tetap, diharapkan entitas dapat menetapkan kebijakan

akuntansi mengenai batasan minimal nilai kapitalisasi suatu aset tetap atau

aset lainnya (treshold capitalization), sehingga pejabat / aparat penyusun

anggaran dan / atau penyusun laporan keuangan pemerintah mempunyai

pedoman dalam penetapan belanja modal baik waktu penganggaran maupun

pelaporan keuangan pemerintah.


BAB III

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Dinas Perdagangan Kota Palembang Provinsi Sumatera

Selatan

Setelah otonomi daerah terbentuklah Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri dari satu kepala dinas dan sembilan pejabat

eselon 3. Pejabat eselon 3 terdiri dari beberapa bidang yaitu Sekretariat, Perdagangan

Dalam Negeri (PDN), Perdagangan Luar Negeri (PLN), Perlindungan Konsumen dan

Tertib Niaga (PKTN), Industri Non Agro dan Industri Agro, dan Unit Pelaksana

Teknis Dinas yang terdiri dari, Unit Pelaksana Teknis Dinas Metrologi (UPTD

Metrologi), Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengujian Standar dan Mutu Barang

(UPTD BPSMB), dan Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Promosi dan Pameran

Industri dan Perdagangan (UPTD BPPIP).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat

Daerah ditetapkan melalui Peraturan daerah yang telah disetujui oleh Pemerintah

Pusat. Pemerintah Sumatera Selatan melakukan perubahan struktur pemerintah

(nomeklatur), lebih dari 10 dinas di Sumatera Selatan, dengan mengeluarkan

Peraturan daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 14 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Salah satu

nomenklatur pemisahan kedinasan tersebut ialah Dinas Perindustrian dan Dinas


Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan (Disperindag), dipisah menjadi Dinas

Perindustrian Provinsi Sumatera Selatan dan Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera

Selatan.

Pada tanggal 30 Desember 2016, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Sumatera Selatan resmi dengan dilantiknya Kepala Dinas Perdagangan

Provinsi Sumatera Selatan yaitu Ir. H. Permana, M.,M.,A. Setelah terpisah, Dinas

Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari satu Kepala Dinas dan terdiri dari

enam pejabat eselon 3. Pejabat eselon 3 terdiri dari beberapa bidang yaitu Sekretariat,

Perdagangan Dalam Negeri (PDN), Perdagangan Luar Negeri (PLN), Perlindungan

Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN), dan Unit Pelaksana Teknis Dinas yang terdiri

dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengujian Standar dan Mutu Barang

(BPSMB), dan Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Promosi dan Pameran Industri dan

Perdagangan (UPTD BPPIP). Dan sejauh ini Dinas Perdagangan baru dipimpin oleh

dua kepala kepala dinas, yang pertama adalah Ir. H. Permana, M.,M,.A (masa jabatan

dari tanggal 30 Desember 2016 sampai dengan tanggal 19 Maret 2017) dan yang

kedua atau yang saat ini menjabat adalah Drs. H. Agus Yudiantoro, M.,Si (masa

jabatan dari tanggal 20 Maret 2017 sampai dengan Februari 2018).


3.2 Struktur Organisasi

Gambar 3.2

Struktur Organisasi

Dinas Perdagangan Kota Palembang, Sumatera Selatan

Sumber : Peraturan Gubernur No. 61 Tahun 2016


3.3 Kegiatan Umum Dinas Perdagangan Kota Palembang Provinsi Sumatera

Selatan

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Gubernur menyelenggarakan

kewenangan desentralisasi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang

perdagangan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Dinas

mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program pengembangan perdagangan atas dasar

keterpaduan kebijaksanaan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota;

b. Penyelenggaraan kebijaksanaan pembinaan danpengembangan usaha

perdagangan serta perizinan;

c. Penyelenggaraan koordinasi, konsultasi dan kerjasama dengan perangkat

daerah serta organisasi/asosiasi dan dunia usaha di wilayah provinsi;

d. Pengawasan dan pengendalian mutu serta pemantauan standarisasi sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan;

e. Pemberian pembinaan dalam usaha perbaikan dan peningkatan mutu barang

dan jasa dalam rangka pemasaran dalam negeri dan ekspor;

f. Pemberian pembinaan dalam usaha perbaikan dan peningkatan mutu barang

dan jasa dalam rangka pemasaran dalam negeri dan ekspor;


g. Pengawasan dan pengendalian teknis terhadap kebijaksanaan dan

pengembangan perdagangan;

h. Penyelenggaraan program kegiatan perlindungan konsumen, pengawasan

barang beredar, kemetrologian dan tertib niaga;

i. Pengkoordinasian penatausahaan, pemanfaatan dan pengamanan barang milik

negara/daerah;

j. Pembinaan urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan umum dan humas;

k. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan

l. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan perencanaan dan program,

penyusunan laporan dan evaluasi, ketatausahaan, umum, perlengkapan, hukum,

organisasi dan tatalaksana, hubungan masyarakat, kepegawaian serta keuangan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, sekretariat

mempunyai fungsi:

a. Pengelolaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan;

b. Pengelolaan administrasi kepegawaian;

c. Pengelolaan administrasi keuangan;

d. Pengelolaan administrasi perlengkapan dan barang milik daerah;

e. Pengelolaan urusan rumah tangga, hubungan masyarakat, protokol dan

umum;

f. Pelaksanaan koordinasi penyusunan program dan anggaran;


g. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas bidang;

h. Pengolaan kearsipan dan perpustakaan Dinas;

i. Pengolaan penatausahaan, pemanfaatan dan pengamanan barang milik

negara/daerah;

j. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi, organisasi dan tatalaksana dan;

k. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

Sekretariat, membawahkan:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian

Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas:

a. Merencanakan kegiatan dan program kerja Subbagian Umum dan

Kepegawaian;

b. Mengumpulkan dan mengolah kebijakan teknis bidang;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas staf di Subbagian Umum

dan Kepegawaian;

d. Melakukan koordinasi dan fasilitasi sesuai dengan tugas;

e. Melakukan kegiatan di bidang aparatur, organisasi dan tata laksana sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. Melakukan kegiatan urusan surat menyurat, kearsipan, hukum dan

kehumasan serta urusan umum lainnyasesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

g. Menyusun konsep, saran dan pertimbangan kepada Sekretaris sesuai bidang

tugas;
h. Melakukan penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) dan

Rencana Pemeliharaan Barang Unit (RPBU);

i. Melakukan monitoring, evaluasi dan laporan terhadap pelaksanaan tugas; dan

j. Melakukan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

b. Subbagian Keuangan dan Perencanaan

Subbagian Keuangan dan Perencanaan mempunyai tugas:

a. Merencanakan kegiatan dan program kerja Subbagian Keuangan dan

Perencanaan;

b. Mengumpulkan dan mengolah bahan kebijakan teknis Subbagian Keuangan

dan Perencanaan barang milik daerah;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas staf Subbagian

Keuangan dan Perencanaan;

d. Melakukan koordinasi dan fasilitas sesuai dengan tugas;

e. Melakukan kegiatan terkait keuangan dan perencanaan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundsng-undangan;

f. Menyusun konsep, saran dan pertimbangan kepada Sekretaris sesuai bidang

tugas;

g. Melakukan monitoring, evaluasi dan laporan terhadap program kerja Dinas

sesuai bidang tugas;

h. Melakukan dan menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan;

Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.


3. Bidang Perdagangan Dalam Negeri

Bidang Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan teknis di bidang perdagangan dalam negeri.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang di atas, Bidang Perdagangan

Dalam Negeri mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana kerja bidang;

b. Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan teknis bidang;

c. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi;

d. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi;

e. Penyelengaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umu di Bidang

Perdagangan Dalam Negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

f. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan Bidang Perdagangan Dalam Negeri

pada kabupaten/kota;

g. Pemberian saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas berkenaan dengan

tugas dan fungsi Bidang Perdagangan Dalam Negeri;

h. Pelaksanaan monitoring dan pelaporan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi

dan;

i. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

Bidang Perdagangan Luar Negeri, membawahkan:

a. Seksi Bina Usaha Perdagangan

Seksi Bina Usaha Perdagangan mempunyai tugas:


a. Menyiapkan bahan pembinaan perdagangan minuman beralkohol dan bahan

berbahaya;

b. Melaksanakan koordinasi dalam rangka kelancaran distribusi pupuk

bersubsidi;

c. Melakukan pembinaan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri;

d. Melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil menengah di sektor

perdagangan;

e. Memfasilitasi akses pemasaran produk unggulan daerah;

f. Memfasilitasi perizinan sektor perdagangan dalam negeri;

g. Melaksanakan pembinaan kelembagaan perdagngan waralaba dan jasa

lainnya; dan

h. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

b. Seksi Bina Pasar

Seksi Bina Pasar mempunyai tugas:

a. Melaksanakan pemantauan harga bahan pokok dan penting;

b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan distribusi bahan pokok dan

penting;

c. Melakukan koordinasi pengendalian dan stabilitasi harga barang;

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan perdagang melaksanakan koordinasi

dalam rangka pengendalian inflasi daerah;

e. Melaksanakan intervensi pasar dalam rangka pengendalian harga;


f. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi lembaga distribusi

(distributor/agen/pemasok); dan

g. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

c. Seksi Sarana Perdagangan

Seksi Sarana Perdagangan mempunyai tugas:

a. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan kelembagaan sarana

perdagangan;

b. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan pasar lelang komoditi, sistem

resi gudang, jasa pergudangan dan perdagangan berjangka komoditi;

c. Memfasilitasi penataan dan pengelolaan pasar tradisional;

d. Meningkatkan sarana perdagangan bagi usaha kecil menengah sektor

perdagangan;

e. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana logistik daerah;

f. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi penyedia dan pengelola jasa

perdagangan; dan

g. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

4. Bidang Perdagangan Luar Negeri

Bidang Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

teknis di Bidang Perdagangan Luar Negeri.


Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang Perdagangan Luar

Negeri mempunyai fungsi:

a. Penyusunan petunjuk teknis dan penyiapin perizinan serta pedoman kegiatan

usaha Bidang;

b. Pemberian bimbingan teknis pembinaan dan pengembangan ekspor impor

serta pengawasan mutu barang ekspor;

c. Penyebaran informasi kegiatan perdagangan luar negeri dan peningkatan

pelaksanaan daya saing dan kerjasama perdagangan luar negeri;

d. Pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

perdagangan luar negeri; dan

e. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

Bidang Perdagangan Luar negeri, membawahkan:

a. Seksi Pengembangan Ekspor

Seksi Pengembangan Ekspor mempunyai tugas:

a. Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan dan peningkatan produk,

pasar ekspor dan pelaku ekspor;

b. Menyiapkan bahan bimbingan teknis pembinaan di bidang peningkatan

produk, pasar ekspor dan pelaku ekspor;

c. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi serta meningkatkan kerjasama

dengan pelaku usaha di Bidang Perdagangan Luar Negeri;


d. Menyediakan data dan informasi ekspor; dan

e. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

b. Seksi Peningkatan Daya Saing dan Kerjasama Perdagangan Luar

Negeri

Seksi Peningkatan Daya Saing dan Kerjasama Perdagangan Luar Negeri

mempunyai tugas:

a. Melaksanakan kebijakan di bidang kerjasama perdagangan barang,

perdagangan jasa dan ekonomi di forum internasional;

b. Menganalisis data dan pasar komoditi ekspor;

c. Melaksanakan evaluasi serta meningkatkan kerjasama dengan perilaku usaha

di daerah untuk peningkatan daya saing dan kerjasama perdagangan luar

negeri; dan

d. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

c. Seksi Ekspor dan Impor

Seksi Ekspor dan Impor mempunyai tugas:

a. Melaksanakan kebijakan fasilitasi ekspor dan impor di bidang kerjasama

perdagangan internasional, pembiayaan perdagangan, prosedur dan dokumen,

penunjang perdagngan internasional dan pelayanan perdagangan

internasional;
b. Melaksanakan pedoman, norma standar, prosedur dan kriteria fasilitasi

ekspor dan impor di bidang kerjasama internasional, prosedur dan dokumen

penunjang perdagangan internasional;

c. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

5. Bidang Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

Bidang Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan teknis di bidang perlindungan konsumen dan tertib niaga.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang Perlindungan

Konsumen dan Tertib Niaga mempunyai fungsi:

a. Penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pemberdayaan konsumen, pengawasan barang dan/atau jasa yang beredar di

pasar, barang yang dilarang beredar di pasar, barang yang diatur tata

niaganya, perdagangan barang-barang dalam pengawasan, dan distribusi;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan konsumen, pengawasan

barang dan/atau jasa yang beredar di pasar, barang yang dilarang beredar di

pasar, barang yang diatur tata niaganya, perdagangan barang-barang dalam

pengawasan, dan distribusi;

c. Pelaksanaan penegakkan hukum di bidang perlindungan konsumen;


d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan konsumen,

pengawasan barang dan/atau jasa yang diberedar dipasar, barang yang diatur

tata niaganya, perdagangan barang-barang dalam pengawasan, dan distribusi;

e. Pelaksanaan administrasi bidang perlindungan konsumen dan tertib niaga; dan

f. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

Bidang Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, membawahi:

a. Seksi Pemberdayaan Konsumen

Seksi Pemberdayaan Konsumen mempunyai tugas:

a. Menyiapkan kebijakan di bidang kerjasama, informasi dan publikasi, analisa

penyelengaraan perlindungan konsumen, bimbingan konsumen dan pelaku

usaha, fasilitasi kelembagaan pemberdayaan konsumen;

b. Menyiapkan pelaksanaan kebijakan di bidang kerjasama, informasi dan

publikasi, analisa penyelenggaraan perlindungan konsumen, bimbingan

konsumen dan pelaku usaha, fasilitasi kelembagaan pemberdayaan konsumen;

c. Menyiapkan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kerja

sama, informasi dan publikasi, analisa penyelenggaraan perlindungan

konsumen, bimbingan konsumen dan pelaku konsumen, bimbingan

konsumen dan pelaku usaha, fasilitasi kelembagaan penmberdayaan

konsumen;

d. Melaksanakan kebijakan di bidang kerja sama, informasi dan publikasi,

analisa penyelenggaraan perlindungan konsumen, bimbingan konsumen dan

pelaku usaha, fasilitasi kelembagaan pemberdayaan konsumen; dan


e. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberiakan oleh pimpinan.

b. Seksi Pengawasan Barang Beredar dan Jasa

Seksi Pengawasan Barang Beredar dan Jasa mempunyai tugas:

a. Menyiapkan kebijakan di bidang pengawasan produk pertambangan dan

aneka industri, pengawasan produk pertanian, kimia dan kehutanan,

pengawasan jasa, nimbingan dan operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Perlindungan Konsumen dan kerjasama pengawasan barang beredar dan jasa;

b. Menyiapkan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan produk

pertambangan dan aneka industri, pengawasan produkmpertanian, kimia dan

kehutanan, pengawasan jasa, bimbingan dan operasional Penyidik Pegawai

Negeri Sipil Perlindungan Konsumen dan kerjasama pengawasan barang

beredar dan jasa;

c. Menyiapkan pedoman, standar, norma, prosedur, dan kriteria di bidang

pengawasan produk pertambangan dan aneka industri, pengawasan produk

pertanian, kimia dan kehutanan, pengawasan jasa, bimbingan dan operasional

Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen dan kerjasama

pengawasan barang dan jasa;

d. Melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk pertambangan dan

aneka industri, pengawasan produk pertanian, kimia dan kehutanan,

pengawasan jasa, bimbingan dan operasional operasional Penyidik Pegawai

Negeri Sipil Perlindungan Konsumen dan kerjasama pengawasan barang dan

jasa; dan
e. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

c. Seksi Pengawasan Tertib Niaga

Seksi Pengawasan Tertib Niaga mempunyai tugas:

a. Menyiapkan kebijakan di bidang pengawasan barang yang dilarang beredar di

pasar, barang yang diatur tata niaganya, perdagangan barang-barang dalam

pengawasan dan distribusi;

b. Menyiapkan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan barang yang

dilarang beredar di pasar, barang yang diatur tata niaganya, perdagangan

barang-barang dalam pengawasan dan distribusi;

c. Menyiapakan pedoman, standar, norma prosedur, dan kriteria di bidang

pengawasan barang yang dilarang beredar di pasar, barang yang diatur tata

niaganya, perdagangan barang-barang dalam pengawasan dan distribusi;

d. Melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan barang yang diatur tata niaga,

perdagangan barang-barang dalam pengawasan dan distribusi;

e. Melaksanakan penanganan kasus atas barang yang diatur tata niaganya,

perdagangan barang-barang dalam pengawasan dan distribusi; dan

f. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

6. Unit Pelaksana Teknis Dinas

Unit Pelaksana Teknis Dinas dibentuk untuk melaksanakan kegiatan teknis

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu yang mempunyai wilayah

kerja satu atau beberapa kabupaten/kota. Unit Pelaksana Teknis Dinas dipimpin oleh
kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab

keapada kepala dinas.

1. UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) mempunyai

tugas yaitu melaksanakan sebagian kewenangan dan teknis bidang

Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Barang serta bimbingan teknis kepada

produsen, eksportir dan dalam usaha lainnya.

2. UPTD Balai Promosi dan Pameran Industri dan Perdagangan mempunyai

tugas dibidang fasilitas/ penyediaan tempat untuk promosi dan pameran

industri dan perdagangan.


EVALUASI BIAYA BELANJA MODAL PADA DINAS
PERDAGANGAN KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA
SELATAN

LAPORAN AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Menyelesaikan


Pendidikan Program DIII Jurusan

Diajukan Oleh :

XXX
NIM XXX

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRIDINANTI
PALEMBANG
2019

Anda mungkin juga menyukai