Anda di halaman 1dari 14

Dosen Pengampu : 1. Ali Fikri Hasibuan., S.E.,M.

Si
2. Haryani Pratiwi Sitompul, M.Si.

PRINSIP DASAR AKUNTANSI


Mata Kuliah : Teori Akuntansi

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Dewi Sri Hastuti 7163142010


Indah Atika Pratiwi 7163142018
Indah Putri 7163142020
Nadhiratuzzahrah Hasibuan 7161142019

KELAS A REGULER
PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Prinsip Dasar Akuntansi” ini dengan baik.
Tidak lupa kami ucapakan banyak terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen
yang telah membimbing kami selama penulisan makalah ini serta terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini baik dari
segi materi maupun pikiran.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
mengenai Prinsip Dasar Akuntansi dalam Teori Akuntansi. Kami berharap saran
dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan makalah ini dimasa
yang akan datang agar menjadi lebih baik lagi.

Medan, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.4. Metode Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Pengertian Prinsip Dasar Akuntansi..............................................................3
2.2. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi....................................................................3
2.2.1. The Cost Principle (Prinsip Biaya).........................................................3
2.2.2. The Revenue Principle (Prinsip Pendapatan).........................................4
2.2.3. The Matching Principle ( Prinsip Pencocokan/Mempertemukan)..........5
2.2.4. The Objectivity Principle (Prinsip Objektivitas)....................................6
2.2.5. The Consistency Principle (Prinsip Konsistensi)....................................7
2.2.6. The Disclosure Principle (Prinsip Pengungkapan).................................7
2.2.7. The Conservatism Principle (Prinsip Konservatisme)............................8
2.2.8. The Materiality Principle (Prinsip Materialitas).....................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
3.1. Kesimpulan..................................................................................................10
3.2. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Akuntansi merupakan suatu ilmu yang di dalamnya berisi bagaimana
manusia berfikir sehingga menghasilkan suatu kerangka pemikiran konseptual
tentang prinsip, standar, asumsi, teknik, serta prosedur yang ada dijadikan
landasan dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tersebut harus berisi
informasi-informasi yang berguna dalam memantu pengambilan keputusan bagi
para pemakainya.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, sesungguhnya kita telah
menggunakan jasa akuntansi. Ketika seorang pemilik warung mencatat pembelian
barag dagangannya, mencatat siapa saja yang berhutang da warungnya,
memisahkan kotak antara uang yang masuk dari hasil penjualan dengan kotak
uang yang dialokasikan untuk belanja kebutuhan barang dagangan dan kebutuhan
operasional di warungnya. Maka, pada dasarnya pemilik warung tadi telah
menerpkan teknik akuntansi. Penerapan pengetahuan di bidang akuntansi tentu
semakin luas dan kompleks jika dihadapkan pada bisnis dengan skala yang lebih
besar.
Seperti ilmu-ilmu lainya, ilmu akuntansi juga berkembang sesuai
perkembangan teknologi dan peradaban manusia. Selain itu, faktor kebutuhan
juga ikut serta dalam perkembangan akuntansi itu sendiri. Akan tetapi, baik
akuntansi maupun ilmu-ilmu lain tidak berkembang dengan sendirinya tanpa
adanya hal yang cukup berarti yang dapat mendorong akuntansi tersebut
berkembang dan bertahan hingga sekarang.
Pada pembahasan kali ini kelompok 3 akan membahas mengenai prinsip-
prinsip akuntansi dalam akuntansi. Jadi makalah ini kami beri judul “prinsip-
prinsip Dasar akuntansi“.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan dalam
penulisan makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan prinsip dasar akuntansi?

1
2. Apa saja Prinsip-prinsip dasar akuntansi?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah :
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian prinsip dasar akuntansi
2. Agar mahasiswa mengetahui prinsip-prinsip dasar akuntansi

1.4. Metode Penulisan


Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode
literatur kepustakaan yaitu menggunakan referensi dari buku, jurnal, dan literatur
lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Prinsip Dasar Akuntansi
Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi atau a statement of basic accounting
principle merupakan prinsip dasar akuntansi yang diturunkan baik dari postulat
maupun theoretical concepts. Pengertian dari prinsip-prinsip dasar akuntansi yaitu
pendekatan atau kaidah umum yang digunakan dalam pengakuan dan pengukuran
peristiwa-peristiwa akuntansi.
Di Indonesia prinsip-prinsip dasar akuntansi diterapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI). Ikatan Akuntansi Indonesia merupakan satu-satunya badan yang
berwenang untuk membuat peraturan-pertauran dibidang akuntansi di Negara
Indonesia.

2.2. Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi


2.2.1. The Cost Principle (Prinsip Biaya)
Menurut prinsip biaya (cost principle), biaya perolehan/akuisisi (acquisition
cost) atau biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui
akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas. Dengan kata lain,
suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal akuisisi dan dicatat
dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi. Oleh
karena itu, APB Statement No. 4 mendefinisikan biaya sebagai berikut:
Biaya (cost) adalah jumlah, yang diukur dalam uang, dari kas yang
dikeluarkan atau property lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan,
jasa yang diberikan, atau kewajiban yang terjadi, dalam hubungannya dengan
barang atau jasa yang telah atau akan diterima. Biaya (dan atau aktiva) yang
belum habis masa berlakunya adalah biaya (dan atau aktiva) yang berkaitan
dengan produksi pendapatan di masa depan. Biaya yang sudah habis masa
berlakunya tidak berkaitan dengan produksi pendapatan di masa depan, dan oleh
karena itu diperlakukan sebagai pengurang dari pendapatan sekarang atau
dibebankan terhadap laba ditahan.
Biaya mencerminkan harga pertukaran dari, atau pengorbanan moneter yang
diberikan untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut

3
melibatkan aktiva nonmoneter, maka harga pertukaran adalah ekuivalen kas dari
aktiva atau jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap
pengukuran transaksi kewajiban dan modal.
Prinsip biaya dapat dibenarkan dalam hal objektivitasnya maupun Pertama
dalil kelangsungan usaha. biaya akuisisi adalah informasi yang objektif dan dapat
diverifikasi. Kedua, dalil kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa entitas
tersebut akan melanjutkan aktivitasnya dalam jangka waktu yang tidak
terbatas sehingga meniadakan kebutuhan untuk menggunakan nilai sekarang atau
nilai likuidasi guna penilaian aktiva.
Validitas yang kurang kuat dari dalil unit pengukuran, yang mengasumsikan
bahwa daya beli dari dolar adalah stabil, merupakan keterbatasan utama terhadap
penerapan prinsip biaya. Penilaian biaya historis dapat menghasilkan angka yang
salah jika perubahan dalam nilai aktiva seiring dengan berjalannya waktu
diabaikan. Secara serupa, ,nilai aktiva yang dibeli pada waktu yang berbeda dalam
suatu periode di mana daya beli dolar berubah tidak dapat digabungkan bersama-
sama di neraca dan memberikan hasil yang berarti.
2.2.2. The Revenue Principle (Prinsip Pendapatan)
Prinsip Pendapatan Menspesifikasi :
a. Sifat Komponen-komponen pendapatan
b. Pengukuran Pendapatan
c. Waktu Pengukuran Pendapatan
a. Sifat dan Komponen-Komponen Pendapatan

Revenue di intrepretasikan sebagai :


Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa. Aliran
keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan Produk perusahaan
yang dihasilkan dan penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama periode
waktu tertentu. Terdapat dua pandangan tentang komponen revenue:
a. Pandangan revenue yang komprehensif adalah semua perubahan dalam
asset bersih yang berasal dari aktivitas penghasil revenue dan
keuntungan atau kerugian yang berasal dari penjualan asset tetap dan
investasi.

4
b. Pandangan yang lebih sempit tentang revenue hanya memasukkan
hasil yang berasal dari aktivitas penghasil revenue dan tidak
memasukkan Penghasilan investasi dan keuntungan dan kerugian dari
pelepasan asset tetap.
b. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau jasa
dalam sebuah transaksi yang lugas. Terdapat dua interpretasi pendapatan yang
muncul dari konsep pendapatan ini :
 Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti
kerugian piutang yang tidak tertagih memerlukan penyesuaian untuk
menghitung ekuivalen kas bersih yang sesungguhnya atau nilai
diskonto sekarang atau klaim uang dan secara konsekuen harus
dikurangkan ketika harus menghitung revenue.
 Untuk transaksi nonkas, niali pertukaran sama dengan nilai pasar yang
wajar barang/jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih
mudah dan jelas dalam menghitungnya.
c. Waktu Pengakuan Pendapatan
Umumnya diakui bahwa revenue dan income yang diperoleh dalam semua
tahap siklus operasi (yaitu, selama penerimaan order, produksi, penjualan dan
penagihan).
 Akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih sebuah
peristiwa kritis dalam siklus untuk waktu pengakuan revenue dan
income.
 Realisasi dalam perubahan dalam asset atau uatang secara memadai
telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan pengakuan
dalam akun.
2.2.3. The Matching Principle ( Prinsip Pencocokan/Mempertemukan)
Yang dimaksud prinsip mempertemukan biaya adalah mempertemukan biaya
dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut Prinsip ini berguna untuk
menentukan besamya penghasilan bersih setiap periode. Karena biaya itu harus
dipertemukan dengan pendapatannya, maka pembebanan biaya sangat tergantung

5
pada saat pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan suatu pendapatan ditunda,
maka pembebanan biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan.
Penerapan prinsip ini. juga menghadapi beberapa kesulitan. Misalnya, dalam
hal biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan pendapatan,
maka sulit untuk mempertemukan biaya dengan pendapatannya. Contoh, biaya
administrasi dan umum tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan perusahaan.
Kesulitan seperti ini diatasi dengan membebankan biaya-biaya tersebut ke periode
terjadinya.
Biasanya biaya-biaya seperti itu disebut period costs. Sebabnya, biaya
produksi seperti biaya baban baku, upah langsung dan biaya produksi tidak
langsung, mempunyai hubungan yang jelas dengan pendapatan, sehingga dapat
dengan mudah dipertemukan.
Kesulitan yang lain seperti dalam hal biaya yang mempunvai manfaat untuk
beberapa periode. Biaya-biaya seperti ini ditunda pembebanannya karena
mernpunyai fungsi menimbulkan pendapatan. Masalahnya adalah alokasi setiap
periodenya. Dasar alokasi yang digunakan dalam metode-metode depresiasi dan
amortisasi hampir semuanya berdasarkan taksiran-taksiran yang tidak jelas
hubungannya dengan pendapatan.
Salah satu akibat dari prinsip ini adalah digunakannya dasar waktu (accrual
basis) dalam pembebanan biaya. Dalam prakteknya digunakan jurnal-jurnal
penyesuaian setiap akhir periode untuk mempertemukan biaya dengan
pendapatan.
2.2.3. The Objectivity Principle (Prinsip Objektivitas)
Prinsip objektivitas menerapkan aturan bahwa catatan dan laporan harus
didasari oleh data yang dapat dipercaya. Hal ini untuk mendapat kepastian bahwa
laporan akuntansi merupakan laporan yang menyajikan informasi yang tepat dan
berguna.
Data yang dipercaya merupakan data yang dapat diverifikasi atau dapat
diperiksa kebenarannya. Dengan kata lain, data yang dipercaya adalah data yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dikonfirmasi oleh
pengamat atau auditor secara independen.
Pada prinsipnya, catatan dan laporan akuntansi didasari pada informasi dari
kegiatan yang didokumentasikan dalam bentuk objektif.

6
2.2.5.The Consistency Principle (Prinsip Konsistensi)
Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa
seharusnya dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode.
Prinsip ini berimplikasi bahwa prosedur akuntansi yang semua akan diterapkan
dalam item serupa sepanjang waktu.
Prinsip konsistensi tidak menghalangi perusahaan mengubah prosedur
akuntansi ketika hal tersebut dapat dibenarkan dengan perubahan keadaan, atau
jika prosedur alternative lebih baik. Menurut APB opinion No. 20 perubahan
yang dapat menjustifikasi perubahan prosedur adalah :
a. Perubahan dalam prinsip akuntansi
b. Perubahan dalam estimasi akuntansi
c. Perubahan dalam entitas pelaporan
Perubahan ini harus terefleksi dalam akun dan dilaporakan dalam laporan
keuangan secara retroaktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara
prospektif untuk perubahan dalam estimasi akuntansi, dan secara umum dan
segera untuk perubahan dalam prinsip akuntansi.
2.2.6. The Disclosure Principle (Prinsip Pengungkapan)
Prinsip Pengungkapan Penuh merupakan prinsip dimana akuntansi
menyajikan informasi yang sangat lengkap dalam laporan keuangan.
Namun, dikarenakan informasi informasi yang disajikan adalah berupa
ringkasan atas seluruh transaksi yang terjadi dalam satu periode dan juga terdapat
pada saldo saldo dari rekening tertentu, maka tidak mungkin seluruhnya bisa
tercover semua didalam laporan keuangan.
Maka untuk itu, Didalam laporan keuangan akan diberi keterangan
tambahan informasi yang dibutuhkan yang tidak ada didalam laporan keuangan.
Informasi tambahan ini bisa berupa catatan kaki atau lampiran. isinya biasanya
seperti ini: Pada laporan keuangan, ditulis dalam kurung "()" dibawah post yang
bersangkutan atau memakai rekening tertentu.
Prinsip Akuntansi yang digunakan
Perubahan perubahan, semisal adanya perubahan didalam penerapan prinsip
akuntansi, taksiran, koreksi kesalahan, kesatuan usaha. Catatan ini sekaligus
menunjukkan bagaimana perlakuan terhadap perubahan yang terjadi tersebut.

7
 Kemungkinan adanya laba atau rugi yang bersyarat
 Kontrak kontrak pembelian atau kontrak penting lainnya,
 Keterangan tambahan yang disusun untuk menunjukkan perhitungan yang
lebih rinci dan detail terhadap suatu jumlah tertentu yang dirasa penting
dan material Informasi mengenai modal, seperti jumlah saham dan yang
lainnya
2.2.7. The Conservatism Principle (Prinsip Konservatisme)
Prinsip Konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau
lebih teknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih
yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham.
2.2.8. The Materiality Principle (Prinsip Materialitas)
Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas (materiality principle)
adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi, Prinsip tersebut menganggap
bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak
signifikan dapat ditangani secara sangat cepat, tanpa memedulikan apakah hal
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
Materialitas berfungsi sebagai pedoman implisit bagi akuntan dalam hal apa yang
sebaiknya diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga memungkinkan
akuntan tersebut untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak
menjadi masalah berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan, dan
relevansi bagi pengguna.
Secara umum, otoritas akuntansi telah meninggalkan penerapan materialitas
kepada penilaian akuntan, dan pada saat yang sama menekankan pentingnya hal
tersebut. Menurut APB Statement No. 4, materialitas mengimplikasikan bahwa
"laporan keuangan hanya berkepentingan dengan informasi yang cukup signifikan
untuk memengaruhi penilaian atau keputusanl”. APB opinion No. 30
mengandalkan pada konsep materialitas yang belum terdefinisikan untuk
menggambarkan pos-pos luar biasa. Secara serupa, APB opinion No. 22
merekomendasikan pengungkapan atas seluruh kebijakan atau prinsip yang secara
material memengaruhi posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan dalam posisi
keuangan dari entitas tersebut. Pada tahun 1975 FASB mengeluarkan suatu

8
Discussion Memorandum mengenai masalah materialitas dengan menekankan
pentingnya prinsip ini.
Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional. Kebanyakan
definisi materialitas menekankan pada peranan akuntan dalam
menginterpretasikan apa yang material dan apa yang tidak material. Misalnya
saja, Frishkoff mendefinisikan materialitas sebagai "pentingnya suatu informasi
keuangan bagi seorang pengguna secara relatif dan kuantitatif, dalam konteks
keputusan yang akan dibuat”.
Studi tahun 1974 oleh Accountants' International Study Group
mengkarakteristikkan materialitas sebagai berikut:
Materialitas pada dasarnya adalah masalah penilaian profesional. Suatu
transaksi individual sebaiknya dianggap material jika pengetahuan mengenai
transaksi tersebut dapat dianggap memiliki pengaruh terhadap pengguna laporan
keuangan.

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah penulis sampaikan diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam akuntansi, terdapat delapan prinsip dasar akuntansi yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang terjadi, yaitu: prinsip biaya, prinsip
pendapatan, prinsip pencocokan, dan prinsip objektivitas, prinsip konsistensi,
prinsip pengungkapan, prinsip konservatisme, dan konsep materialitis.
Hingga saat ini, prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP) adalah
prinsip biaya historis, sebagai dasar penilaian yang utama. Namun pencatatan dan
pelaporan informasi nilai wajar semakin meningkat dan memperbolehkan dasar
penilaian lainnya.
Pendapatan dicatat pada periode ketika pendapatan itu direalisasikan dan
dihasilkan. Tetapi, terkadang terdapat beberapa keadaan yang mengharuskan
pemakaian metode persentase-penyelesaian, metode akhir produksi atau
pendekatan penerimaan kas.
Setiap prinsip yang ada memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
dalam hal pencatatan transaksi, serta digunakan pada situasi dan kondisi tertentu
dari perusahaan atau instansi yang terkait. Untuk memudahkan para investor,
manajer maupun kreditor mengetahui keadaan keuangan perusahaan yang
bersangkutan.

3.2. Saran
Dengan seiringnya waktu, pengetahuan maupun aplikasi dalam prinsip
dasarakuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang terjadi semakin
berkembang. Seperti FASB (Financial Accounting Standard Board) saat ini
mendukung penggunaan pengukuran nilai wajar dalam laporan keuangan. Mereka
percaya bahwa nilai wajar lebih relevan bagi pengguna laporan keuangan
dibandingkan dengan nilaai historis. Maka dari itu, sebagai calon akuntan, kita
tidak boleh buta terhadap perkembangan sistem maupun pengetahuan akuntansi
yang sering berubah-ubah sesuai perkembangan zaman.

10
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed Riahi . 2011. Accounting Theory edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Fess, Philip E., Warren Carls S., 1990, Accounting Priciples: 16th Edition, Cincinatti:
South Western Publishing Co.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi edisi revisi 2011, Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/06/Prinsip-Prinsip-Akuntansi.html
IAI, 2001, Standar Akuntan Publik, Jakarta: Salemba Empat.
Kieso, Donald E., 2007, “Akuntansi Intermediate”, 12th edition, Erlangga, Jakarta.
Miller, Paul B.W., Searfoss D., Grrald, Smith, Kenneth a., 1985, intermediate
Accounting; Second Edition , Illinois: Richard D.

11

Anda mungkin juga menyukai