Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia terdapat berbagai macam bentuk kegiatan usaha yaitu bentuk

yang bertujuan menghasilkan profit (komersil) serta perusahaan nirlaba. Salah satu

bentuk dari perusahaan nirlaba adalah Yayasan. Yayasan pada mulanya digunakan

sebagai terjemahan dari istilah Stichting yang berasal dari kata Stichen yang berarti

membangun atau mendirikan dalam Bahasa Belanda dan Foundation dalam Bahasa

Inggris. Tetapi didalam praktek, dunia menerapkan bahwa apa yang dimaksud

Yayasan adalah suatu badan yang menjalankan usaha yang bergerak dalam segala

macam badan usaha, baik yang bergerak dalam usaha yang nonkomersial maupun

yang secara tidak langsung bersifat komersial. Menurut Poerwadarminta dalam

kamus umumnya memberikan pengertian yayasan sebagai berikut :

1. Badan yang didirikan dengan maksud mengusahakan sesuatu seperti

sekolah dan sebagainya (sebagai badan hukum bermodal, tetapi tidak

mempunyai anggota).

2. Gedung-gedung yang teristimewa untuk sesuatu maksud yang tertentu

(seperti : rumah sakit dsb)

Yayasan merupakan suatu badan usaha yang tujuannya ialah untuk melakukan

usaha yang bersifat sosial. Tentu berbeda dengan koperasi, dimana Koperasi

merupakan badan hukum yang didirikan oleh perseorangan atau lembaga pemerintah

yang berasaskan kekeluargaan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang


akan digunakan dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat serta ikut

membangun pembangunan ekonomi nasional.

Karena perbedaan tersebut, yayasan mempunyai karakteristik dan tujuan

organisasi yang berbeda dengan koperasi, maka pencatatan akuntansi dan pelaporan

akuntansi juga keduanya berbeda. Pelaporan keuangan untuk yayasan di Indonesia

disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan - ISAK No. 35 (Intepretasi

Standar Akuntansi Keuangan). Ketentuan ini berlaku per 1 Januari 2020, mengubah

ketentuan sebelumnya yang menyatakan bahwa pencatatan akuntansi perusahaan

nirlaba disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan – PSAK No. 45. Laporan

keuangan organisasi nirlaba terdiri dari laporan keuangan neraca, laporan aktivitas,

laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. ISAK ini menjadi pedoman

dalam penyusunan laporan keuangan agar dapat dihasilkan laporan keuangan yang

akuntabel dan reliable sehingga dapat menjadi dasar yang cukup dalam pengambilan

keputusan.

Yayasan Universitas Kristen Indonesia merupakan induk organisasi yang

mengendalikan dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Universitas

Kristen Indonesia dan unit Lembaga lainnya yang di bawah naungan Yayasan

Universitas Kristen Indonesia. Tanggung jawab yayasan tidak dibatasi pada

formalisasi bentuk fisik saja, akan tetapi secara menyeluruh dari bidang-bidang yang

dibutuhkan oleh Universitas Kriten Indonesia. Yayasan Universitas Kristen

Indonesia memiliki badan hukum yang bersifat formal, dan melakukan penggalian

dana secara mandiri, tidak tergantung pada pihak lain baik swasta maupun

pemerintah. Anggaran rumah tangga Yayasan digerakan dengan sumber dana yang

diambil dari sumbangan pendidikan siswa dan dari aset yang dimiliki.
Dengan demikian perlu perancangan dan pembangunan sebuah sistem untuk

memastikan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan disajikan secara tepat sesuai

pedoman yang berlaku. Sehingga dapat menjadi media pertanggunjawaban

organisasi kepada para anggota dan pemangku kepentingannya. Pembangunan sistem

ini diawali dari pemahaman atas ketepatan pencatatan akuntansi yang saat ini

dilakukan oleh Yayasan dengan yang seharusnya sebagaimana diatur dalam ISAK

No.35. Selanjutnya dapat dikembangkan sistem pencatatan otomatisasi di lingkugan

Yayasan Universitas Kristen Indonesia. Sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan

kebutuhan dan standart operasional yang ada, dengan efektivitas kinerja yang baik.

Pentingnya laporan keuangan bagi Yayasan, dan untuk menciptakan sistem

penyusunan laporan keuangan yang baik sesuai standar akuntansi, maka penulis

tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam skripsi yang berjudul “Analisis

Kesesuaian Pencatatan Laporan Keuangan Konsolidasi Organisasi Nirlaba

Berdasakan ISAK No. 35 (Studi Pada Yayasan Universitas Kristen Indonesia)

ˮ.

1.2 Batasan Masalah

Agar pembahasan dan penyusunan sesuai dengan tujuan, maka analisis

didasarkan pada Laporan Keuangan Konsolidasi Yayasan Universitas Kristen

Indonesia) tahun pelaporan 2019.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimanakah kesesuaian antara pencatatan akuntansi dan laporan keuangan

yang dilakukan oleh Yayasan UKI dengan ISAK No.35?

2. Apa sajakah penyesuaian yang harus dilakukan dan dampaknya terhadap

laporan keuangan?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kesesuaian antara pencatatan akuntansi dan laporan

keuangan yang dilakukan oleh Yayasan UKI dengan ISAK No.35.

2. Untuk mengetahui penyesuaian yang harus dilakukan dan dampaknya

terhadap laporan keuangan.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini memiliki manfaat

sebagai berikut

a) Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

rujukan empiris yang memperkuat teori yang menyatakan bahwa

kebijakan yang telah diambil dalam peyusunan laporan keuangan

konsolidasi telah efektif dan menghasilkan laporan keuangan konsolidasi

yang baik sebagai bentuk pertanggungjawaban dan dapat di gunakan oleh

pihak-pihak yang berkepentingan.

b) Manfaat Praktis
Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

penentuan kebijakan yang akan di tetapkan dalam hal penyusunan laporan

keuangan konsolidasi pada Yayasan Universitas Kristen Indonesia.

Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini maka peneliti akan mendapatkan

pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakandalam penyusunan laporan

keuangan konsolidasi pada perusahaan yang memiliki cabang perusahaan di daerah

yang lain.

1.6 Sistematika Penulisan

Berikut ini merupakan sistematika penulisan dalam penelitian ini:

BAB 1 : Pada bab ini memuat latar belakang penelitian, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB 2 : Pada bab ini memuat kerangka teorits, hipotesis penelitian dan

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

BAB 3 : Pada bab ini memuat metode penelitian, jenis data, metode

pengumpulan data, variabel penelitian, serta metode analisis data

BAB 4 : Pada bab ini memuat sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi,

tugas dan fungsi masing-masing bidang, serta bidang usaha

BAB 5 : Pada bab ini memuat Interpretasi Fakta dan atau Data dan atau

informasi penelitian, dan menguraikan deskripsi data dan analisis data

penelitian dapat berupa grafik, tabel dan lain-lain, Deskripsi statistik


yang digunakan, Pembahasan dan atau Ringkasan hasil-hasil atau

temuan penelitian orisinilnya. Bagi yang merumuskan hipotesis, maka

wajib dilakukan uji hipotesis.

BAB 6 : Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran hasil penelitian.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Entitas Berorientasi Nonlaba

Entitas berorientasi nonlaba merupakan suatu perkumpulan yang terdiri dari

individu maupun kelompok yang bertujuan memberi layanan sosial pada masyarakat

tanpa mengharapkan imbalan dari kegiatan yang telah dilakukan. Entitas berorientasi

nonlaba memiliki nama lain yang disebut entitas nirlaba atau organisasi non-profit.

Istilah entitas berorientasi nonlaba digunakan setelah pencabutan PSAK 45 tentang

pelaporan keuangan entitas nirlaba dan penerbitan ISAK 35 tentang penyajian

laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba.

Entitas berorientasi laba dan entitas berorientasi nonlaba memiliki

karakteristik yang berbeda, yaitu cara memperoleh sumber dana yang akan

digunakan untuk menunjang berbagai kegiatan operasionalnya. Entitas berorientasi

nonlaba memperoleh sumber dana dari penyedia sumber dana yang tidak

menginginkan keuntungan dari apa yang telah diberikan. Sehingga dapat

disimpulkan, entitas berorientasi nonlaba adalah entitas yang dibentuk secara

sukarela yang tujuannya tidak untuk memperoleh keuntungan. Sumber daya entitas

nonlaba berasal dari sumbangan atau donasi anggota dan donatur yang tidak

mengharapkan imabalan.

2.2 Perbedaan Entitas Berorientasi Nonlaba dengan Entitas Lain

Perbedaan entitas berorientasi nonlaba dengan entitas lain secara garis besar,

sebagai berikut:
a. Kepemilikan

Tidak ada kejelasan pada pemilikan entitas berorientasi nonlaba. Pada entitas

berorientasi laba, kepemilikan jelas mendapatkan keuntungan dari hasil usaha

entitasnya. Dalam entitas berorientasi nonlaba, klien yang seharusnya

menerima keuntungan dan manfaat dari organisasi tersebut.

b. Dua Penentu Sumber Pendapatan

Pada entitas berorientasi laba, pelanggan atau konsumen menjadi sumber

pendapatan karena pertukaran barang atau jasa dengan uang. Entitas

berorientasi nonlaba juga memiliki pelanggan, tetapi mereka tidak membayar

atas jasa yang diterimanya. Oleh karena itu, entitas berorientasi nonlaba

biasanya memiliki sumber dana khusus untuk membiayai kegiatan-kegiatan

yang dilakukan organisasi teserbut.

c. Donatur

Keberadaan donatur sebagai sumber pendanaan bagi entitas berorientasi

nonlaba setidaknya menunjukkan bahwa banyak orang atau entitas yang

tepercaya berhak memutuskan atau mempengaruhi misi, tujuan, dan hasil kerja

entitas yang bersangkutan baik karena mereka mampu atau tidak.

d. Keberhasilan dan Kelangsungan Hidup

Dalam entitas berorientasi nonlaba, keberhasilan dan keberlangsungan hidup

diartikan sebagai kemampuan entitas dalam memberikan pelayanan terbaik

yang dapat memuaskan konsumen atau pelanggan.

e. Permintaan Selalu Melebihi Penawaran

Untuk entitas berorientasi nonlaba, hukum permintaan dan penawaran pasar

adalah berbanding terbalik. Entitas berorientasi nonlaba sering menghadapi


jumlah permintaan pelanggan atau konsumen jauh melampaui apa yang bisa

disediakan.

f. Penugasan Tanggung Jawab

Tanggungjawab setiap pekerjaan dalam entitas berorientasi nonlaba telah

ditentukan dengan jelas sebelumnya. Dalam entitas berorientasi nonlaba, hal

ini tidak mudah dilakukan. Anggota dewan pengurus bukanlah pemilik entitas.

Beberapa anggota pengurus sering menganggap diri mereka sebagai manajer,

sementara itu beberapa orang staf dan sukarelawan juga sering menganggap

diri mereka sebagai anggota pengurus.

g. Sukarelawan

Keberadaan relawan di entitas berorientasi nonlaba merupakan kekuatan

tersendiri, tetapi juga menjadi masalah tersendiri. Keuntungannya terletak pada

motivasi dan dedikasi mereka yang biasanya sangat tinggi disamping biaya

yang rendah. Permasalahnya terletak pada perasaan seolah-olah mereka

memang "disukarelakan".

h. Motivasi

Sebagian besar entitas berorientasi nonlaba sangat mementingkan karyawan

mereka yang memiliki motivasi tinggi, yang lebih didorong oleh dedikasi

daripada keinginan untuk upah yang memadai. Motivasi dan dedikasi yang

tinggi ini dapat menjadi sumber frustasi bagi para manajer entitas berorientasi

nonlaba, karena karyawan telah banyak berkorban untuk entitas, dan mereka

sering merasa bahwa wajar bagi mereka untuk berpartisipasi dalam

menentukan misi dan tujuan entitas dan bagaimana untuk melayani entitas.

i. Sistem Tugas yang Tidak Jelas


Hanya sedikit orang di entitas berorientasi nonlaba yang memiliki pemahaman

yang jelas tentang cara paling efektif untuk memberikan layanan. Cara mereka

bekerja tidak jelas dan tidak stabil. Ketika pekerjaan berjalan dengan baik, sulit

untuk menentukan mengapa hal itu terjadi. Sebaliknya, jika ada kegagalan,

sulit dikatakan apakah itu akibat dari campur tangan dari kita atau bukan.

j. Lingkungan yang Majemuk dan Dinamis

Lingkungan kerja entitas berorientasi nonlaba saat ini semakin beragam dan

terus berubah. Hanya sedikit orang yang benar - benar mengetahui hal ini atau

merasa mampu menanganinya. Sebagian besar masalah yang dihadapi oleh

entitas berorientasi nonlaba adalah bagaimana meningkatkan standar dan

kualitas hidup.

2.3 Macam-macam Entitas Berorientasi Nonlaba

1. Yayasan

Terdapat berbagai macam entitas berorientasi nirlaba, seperti yayasan,

organisasi kemasyarakatan, perkumpulan dan sebagainya. Berikut adalah

penjelasan terkait yayasan. Pembina adalah peseorangan yang berkedudukan

sebagai penggagas yayasan sesuai keputusan rapat anggota pembina yang

dinilai mampu dan memenuhi syarat dalam mewujudkan visi yayasan.

Pengawasan adalah perseorangan yang ditugaskan untuk mengawasi pengurus

dan memberikan arahan kepada pengurus dalam proses optimalisasi kegiatan.

Sedangkan, pengurus adalah perseorangan yang menjalankan kepengurusan

yayasan. Berdasarkan Pasal 32 ayat 2 UU Yayasan, susunan pengurus dalam

yayasan harus terdiri dari ketua yayasan, sekretaris, dan bendahara.

Prosedurnya, seorang pengurus merupakan meraka yang dianggap andal dalam


perbuatan hukum. Periode seorang pengurus adalah dua periode, dengan masa

jabatan lima tahun per periode. Ada beberapa tipe yayasan yang berkembang di

Indonesia, yaitu:

a. Tipe pertama adalah yayasan yang mengatur kegiatan soasial dan

keagamaan secara langsung, seperti mendirikan sebuah instusi pendidikan,

rumah sakit, dan lain-lain. Dimana, jika yayasan menerima kelebihan hasil,

kelebihan dana tersebut akah digunakan untuk operasional yayasan.

b. Tipe kedua adalah yayasan hanya berfokus pada pengumpulan yang akan

disumbangkan kepada organisasi-organisasi sosial, seperti panti asuhan,

rumah sakit dalam bentuk beasiswa.

c. Tipe ketiga adalah yayasan yang mendirikan perseoran terbatas untuk

menjalankan bisnis-bisnis dari yayasan seperti, pabrik dan usaha lainnya

yang menghasilkan laba. Hasil laba dari kegiatan usaha teresbut akan di

donasikan untuk kegiatan sosial.

2. Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan merupakan ruang masyarakat untuk menyampaikan

aspirasi. Secara umum, ada dua jenis organisasi kemasyarakatan di Indonesia

yaitu organisasi kemasyarakatan sesuai nasionalisme-sekuler dan nasionalisme-

religius. Ada beberapa organisasi kemasyarakatan, yaitu karang taruna,

posyandu, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Dewan Kelurahan.

Sedangkan untuk organisasi kemasyarakatan di bidang keagamaan yaitu

Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama, dan lain-lain.

3. Perkumpulan
Perkumpulan adalah persekutuan, sekumpulan orang yang memiliki tujuan

bersama dalam bidang non ekonomis, kemudian bekerjasama dan dijelaskan

dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Ada beberapa persyaratan

penting untuk mendirikan suatu perkumpulan, antara lain memiliki kekayaan

sendiri (kekayaan yang terpisah dari pendiri), organisasi yang terstruktur akan

membentuk perkumpulan memiliki tujuan yang ideal.

2.4 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Nonlaba (ISAK) No. 35

ISAK 35 adalah standar akuntansi keuangan yang baru disahkan pada tanggal

11 April 2019 dan mulai efektif pada tanggal 1 Januari 2020. Dewan Standar

Akuntansi Keuangan juga menerbitkan PPSAK 13 yang berisi pencabutan PSAK 45

pelaporan keuangan entitas nirlaba. Berdasarkan DE ISAK 35, yang merupakan

ruang lingkup bagi entitas berorientasi nonlaba untuk membuat laporan keuangan

sesuai dengan standar yang berlaku ialah yang memenuhi karakteristik sebagai

berikut:

a. Sumber daya entitas berasal dari pemberi sumber daya yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang

sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

b. Menghasilkan barang atau jasa tanpa bertujuan menghasilkan laba, dan

jika entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan

kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

c. Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dengan arti

bahwa kepemilikan dalam entitas berorientasi nonlaba tidak dapat

dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak


mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat

likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

Dalam ISAK 35, laporan keuangan berisi laporan posisi keuangan, laporan

pengahasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto, laporan arus kas dan

catatan atas laporan keuangan.

2.5 Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba Berdasarkan ISAK 35

Penyajian laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba disusun dengan

memperhatikan persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan

dan persyaratan laporan keuangan yang telah diatur dalam PSAK 1: Penyajian

Laporan Keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi terkait

dengan kinerja keuangan entitas, posisi keuangan dan arus kas entitas yang

bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

Pengguna laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba diantaranya merupakan

donatur, pemerintah, kreditur, otoritas pengawasan, anggota organisasi, masyarakat.

Laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba berdasarkan ISAK 35, sebagai

berikut:

1. Laporan Posisi Keuangan

Bertujuan untuk memberikan informasi tentang aset, liabilitas dan aset neto

dalam periode tertentu. Laporan ini dapat digunakan sebagai informasi untuk

membantu para pemberi dana, anggota organisasi, kreditur, dan pihak-pihak

lain menilai:

a. Kemampuan entitas dalam memberikan jasa secara berkelanjutan, dan


b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajiban

dan kebutuhan pendanaan eksternal.

Laporan posisi keuangan mencakup secara keseluruhan dan menyajikan total

aset, liabilitas dan aset neto.

a. Aset

Memiliki nilai ekonomis serta menunjang aktivitas entitas dapat dihitung

secara nominal, bila memperoleh dan menghitung nilai wajarnya berdasarkan

kondisi objektif. Penyajian aset terdiri dari:

 Kas dan setara kas

 Piutang

 Persediaan

 Sewa

b. Liabilitas

Liabilitas atau hutang adalah kewajiban entitas kepada suatu pihak yang

belum terselesaikan, hutang adalah sumber dana yang digunakan untuk

mendukung aktivitas entitas dan diperoleh dari kreditur. Penyajian liabilitas

terdiri dari:

 Hutang

 Pendapatan diterima dimuka

 Hutang lainnya

 Hutang jangka panjang

c. Aset Neto
Pada umumnya aset neto adalah modal yang diperoleh dari aset dikurangi

liabilitas. Namun, dalam laporan posisi keuangan entitas aset neto dapat

dibagi menjadi:

 Aset Neto Tanpa Pembatasan

Merupakan aset yang tidak memiliki pembatasan atas penggunaan aset

tersebut. Pada umumnya aset neto tanpa pembatasan meliputi

pendapatan jasa, pendapatan dari sumbangan, penjualan asset dan

sejenisnya, pendapatan dari investasi, dana tersebut dapat digunakan

untuk memenuhi segala kebutuhan entitas.

 Aset Neto Dengan Pembatasan

Merupakan aset yang penggunaannya dibatasi oleh pemberi sumber

daya. Misalnya, pemberian tanah atau bangunan, karya seni, dan

sesuatu yang diberikan dengan tujuan tertentu untuk dirawat dan tidak

dijual. Batasan terhadap penggunaan aset bisa berasal dari sifat entitas

nirlaba, lingkungan operasi, dan tujuan entitas yang tercantum dalam

akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual dengan pemasok,

kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan entitas. Informasi

mengenai batasan - batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan

atas laporan keuangan.

Terdapat ada dua format yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, yaitu:

 Format A secara terpisah menyajikan informasi pos penghasilan

komprehensif lain sebagai bagian dari aset neto tanpa pembatasan dari

para pemberi dana. Namun, jika penghasilan komprehensif lain berasal


dari aset neto dengan pembatasan, maka entitas merincikan informasi

penghasilan komprehensif lain tersebut berdasarkan kelas aset netonya.

 Format B tidak menyajikan informasi pos penghasilan komprehensif

secara terpisah. Informasi penghasilan komprehensif lain tersebut

disajikan oleh entitas berdasarkan dengan kelas aset netonya. Misalnya,

jika penghasilan komprehensif lain berasal dari aset neto dengan

pembatasan, maka entitas menyajikannya mencakup jumlah

penghasilan komprehensif lain dalam kelas aset neto dengan

pembatasan.

2. Laporan Penghasilan Komprehensif

Bertujuan untuk menyedikan informasi mengenai keuntungan atau kerugian

entitas dalam periode waktu tertentu, yang didalamnya juga terdapat

penghasilan dan beban dalam satu periode. Informasi dalam laporan ini dapat

digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

lainnya, untuk membantu para pemberi dana, anggota organisasi, kreditur,

dan pihak-pihak lain untuk:

a. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode.

b. Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan entitas nirlaba dan

memberikan jasa.

c. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

Terdapat ada dua format yang disajikan dalam laporan penghasilan

komprehensif, yaitu:
 Format A menyajikan informasi dengan bentuk kolom tunggal. Format

A ini memudahkan entitas dalam penyusunan laporan penghasilan

komprehensif.

 Format B menyajikan informasi berdsarakan dengan klasifikasi aset

neto.

3. Laporan Perubahan Aset Neto

Bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset neto tanpa

pembatasan dari para pemberi dana dan aset neto dengan pembatasan dari

para pemberi dana, di dalamnya terdapat informasi tentang pembebasan aset

dengan batasan jika ada.

4. Laporan Arus Kas

Bertujuan menyajikan informasi mengenai pemasukan dan pengeluaran kas

dalam periode tertentu. Menurut SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan

Tanpa Akuntabilitas Publik), didalam laporana arus kas terdapat beberapa

informasi mengenai:

a. Arus kas dari operasional

Arus kas dari operasional mengenai pembelian dan penjualan produk atau

barang dan jasa, termasuk penagihan pelanggan, pembayaran kepada

pemasok atau karyawan dan pembayaran seperti sewa, pajak, dan bunga.

Contoh-contoh arus kas dari operasional yang terdapat pada entitas

berorientasi nonlaba, sebagai berikut:

 Pemasukan kas dari hasil penjualan barang dan jasa

 Pemasukan kas dari donatur

 Pemasukan kas dari piutang


 Pengeluaran kas untuk kepentingan karyawan

 Pemasukan dan pengeluaran kas oleh entitas asuransi sehubungan

dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lainnya.

b. Arus kas dari investasi

Arus kas dari aktivitasi investasi mengenai perolehan dan penjualan aset

jangka panjang untuk berbagai investasi jangka panjang. Contoh-contoh

arus kas dari investasi, sebagai berikut:

 Pengeluaran kas atas pembelian aset tetap, aset tidak berwujud dan aset

jangka panjang lain, dan termasuk untuk biaya pengembangan yang

dikapitalisasi serta aset tetap yang dibangun sendiri.

 Pemasukan kas dari hasil penjualan tanah, bangunan, peralatan dan aset

tidak berwujud serta aset jangka panjang lain.

 Pengeluaran dan pemasukan kas untuk membeli atau menjual instrumen

uang atau instrumen ekuitas lain serta kepemilikan dalam ventura

bersama.

 Pemasukan kas dari pembayaran uang muka dan pinjaman yang

diberikan kepada pihak lain.

 Pemasukan yang berhubungan dengan future contracts, option

contracts, dan swap contracts kecuali kontrak tersebut dimiliki untuk

tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan, atau pembayaran tersebut

diklasifikasikan atas aktivitas pendanaan.

c. Arus kas dari pendanaan

Arus kas dari pendanaan mengenai pemasukan kas dari para pemberi dana

yang tidak mengharapkan imbalan yang penggunaannya dibatasi dalam


jangka panjang, penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk

pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap serta peningkatan

dana abadi, imbal hasil dan dividen yang penggunaannya dibatasi dalam

waktu jangka panjang. Contoh-contoh arus kas dari pendanaan, sebagai

berikut:

- Pemasukan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya.

- Pembayaran kas untuk menarik atau menebus saham kepada pemilik.

- Pemasukan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan

pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.

- Pelunasan pinjaman.

- Pemabayaran kas oleh penyewa untuk mengurangi nominal kewajiban

yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Merupakan bagian dari laporan keuangan yang menyajikan informasi

tambahan, pendukung, serta penunjang atas laporan keuangan pokok yang

memudahkan pengguna laporan keuangan untuk membacanya. Salah satu

contoh yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah adanya

pemberian dari donatur dalam bentuk non tunai.

2.6 Perbedaan PSAK 45 dengan ISAK 35

Secara umum penyajian laporan keuangan versi ISAK 35 dan PSAK 45 tidak

terdapat perbedaan yang signifikan, setidaknya ada pada 4 hal yang perlu disesuaikan

oleh entitas yang sebelumnya menyajikan laporan keuangan versi PSAK 45, yaitu :

1. Klarifikasi Aset Neto


Kalau dalam PSAK 45 sumber daya diklasifikasikan kedalam 3 pos yaitu aset

neto tidak terikat, terikat temporer, dan terikat permanen. Sedangkan dalam

ISAK 35 hanya membagi menjadi 2 klasifikasi yaitu dengan pembatasan dan

tanpa pembatasan.

2. Judul Laporan Keuangan

Jika dalam PSAK 45 dikenal dengan istilah Laporan Aktivitas yang memuat

informasi pendapatan dikurangi beban sama dengan surplus atau defisit tahun

berjalan lalu ditambah saldo awal sama dengan saldo akhir. Sedangkan pada

ISAK 35 disebut Laporan Penghasilan Komprehensif yang hanya memuat

informasi sampai surplus atau defisit tahun berjalan.

3. Pelaporan Aset Perubahan Aset Neto

Pada PSAK 45, Laporan Perubahan Aset Neto hanya sebagai alternatif

sedangkan pada ISAK 35 merupakan bagian dari jenis laporan keuangan

entitas nonlaba.

4. Penghasilan Komprehensif Lain

ISAK 35 juga mengakomodir Penghasilan Komprehensif Lain dalam penyajian

laporan keuangan, terutama untuk entitas yang menjadikan SAK berbasis IFRS

(International Financial Reporting Standard) sebagai dasar penyusunan laporan

keuangan.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif.

(Morisson, 2019:28) menjelaskan penelitian deskriptif adalah pengamatan yang

bersifat ilmiah yang dilakukan secara hati-hati dan cermat dikarekan lebih akurat dan

tepat dibandingkan pengamatan biasa yang dilakukan oleh wartawan. Penelitian

deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang belaku pada saat ini.

Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi saat ini. Penelitian ini dilakukan

pada Yayasan Universitas Kristen Indonesia di Jalan Mayjen Sutoyo, Cawang,

Jakarta Timur, 13630.

Menurut (Sugiyono, 2016: 9) deskriptif kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana penelitih adalah

instrumen kunci. Metode penelitian kualitatif deskriptif dipilih karena peneliti ingin

mengetahui dan memahami bagaimana kondisi terkait keuangan entitas saat ini,

bagaimana proses dalam penyusunana laporan keuangan selama satu tahun terakhir,

format laporan keuangannya, dan standar yang digunakan dalam penyusunan laporan

keuangan.

Jenis Data

Data primer adalah data dan informasi yang diperoleh dari sumber asli atau

tidak melalui perantara. Peneliti mengumpulkan data primer dengan melakukan


observasi dan proses wawancara dengan pihak pengurus organisasi. Selain itu, data

primer juga diperoleh melalui proses dokumentasiterhadap dokumen-dokumen

laporan keuangan organisasi yang dimiliki oleh Yayasan Universitas Kristen

Indonesia, yang kemudian akan disusun kembali. Data primer bersifat terbaru karena

diperoleh dari pihak yang berkaitan dengan operasional secara langsung dan

menggambarkan situasi pada saat itu.

1.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data pada penelitian

ini yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung secara cermat dan statistik

terhadap kegiatan yang ada untuk memperoleh hasil sesuai sasaran. Jenis

observasi yang digunakan peneliti adalah observasi partisipasi pasif. Observasi

peneliti pasif merupakan dimana peneliti datang ke lokasi kegiatan orang yang

diamati, tetapi tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dalam

penelitian ini observasi yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mengamati kondisi internal organisasi.

b. Mengamati proses penyusunan serta pelaporan laporan keuangan.

c. Meneliti informasi yang ada di dalam laporan keuangan.

d. Mengamati masalah yang ada dalam Yayasan Universitas Kristen

Indonesia.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung dengan maksud tertentu, dilakukan oleh seseorang yang


membutuhkan data lalu mengajukan pertanyaan dan pemberi data yang

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pemberi pernyataan.

Selain itu, tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan masalah secara

terbuka dan untuk meminta pendapat dan ide dari pihak yang diwawancarai.

Selama wawancara, peneliti mendengarkan secara seksama dan mencatat apa

yang dikatakan oleh pihak yang diwawancai.

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari informasi secara

langsung dari responden. Daftar pertanyaan yang dilakukan pada saat wawancara

adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana proses penyusunan sampai pelaporan laporan keuangan Yayasan

Universitas Kristen Indonesia?

b. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penyusunan laporan keuangan?

c. Apakah seluruh informasi yang ada dalam Yayasan Universitas Kristen

Indonesia dilampirkan pada pelaporan laporan keuangan?

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mencatat data-

data yang dapat diambil melalui dokumen tertulis, gambar, dan lain-lain.

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang tersedia

di Yayasan Universitas Kristen Indonesia berupa dokumen laporan keuangan

bulanan dan tahunan, catatan pemasukan dan pengeluaran, serta dokumen yang

dibutuhkan untuk menyusun laporan keuangan sesuai ISAK.

1.4 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah kualitatif deskriptif,

bertujuan untuk mendeskripsikan secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat, serta
karakteristik yang khas dari topik penelitian. Penelitian deskriptif adalah studi

tentang keadaan objek penelitian yang relatif terhadap tahap spesifik atau unik dari

keseluruhan personalita. Studi eksploratif yang bersifat teoritis juga dilakukan sesuai

pertimbangan untuk mendapatkan perbandingan yang lebih baik pada masalah yang

bersangkutan, karena keterbatasan penelitian yang membahas tentang laporan

keuangan Yayasan Universitas Kristen Indonesia. Jenis penelitian deskriptif ini

merupakan penelitian non hipotetis, sehingga tidak perlu merumuskan hipotesis

dalam langkahlangkah penelitian.

Analis data kualitatif dilakukan dengan cara mengolah data,

mengorganisasikan data, mengklasifikasikannya ke dalam unit-unit yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan hal-hal

yang penting dan dipelajari, serta memutuskan apa yang harus dilakukan dan dapat

memberitahu orang lain. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam prosedur

analisis data adalah sebagai berikut:

a. Memahami sistem akuntansi yang ada dan meninjau dokumen yang

mendukung terbentuknya pelaporan keuangan

b. Melakukan pengumpulan data-data informasi yang terkait dengan topik

penelitian. Data-data yang diperoleh, yaitu:

1) Data laporan keuangan dua tahun terakhir yang digunakan dalam

penelitian ini

2) Informasi mengenai visi, misi dan struktur organisasi Yayasan

Universitas Kristen Indonesia.

3) Informasi terkait kegiatan yang ditekuni oleh Ikatan Ahli Urologi

Indoensia.
c. Melakukan pengolah data yang terkumpul. Laporan keuangan Yayasan

Universitas Kristen Indonesia yang sudah ada di evaluasi dan kemudian

disesuaikan berdasarkan standar akutansi keuangan yang ada, yaitu ISAK 35.

d. Menyusun Laporan Keuangan Yayasan Universitas Kristen Indonesia

berdasarkan ISAK 35.


BAB 4

PROFIL YAYASAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

4.1 Sejarah Yayasan UKI (YUKI)

Latar belakang adanya Yayasan Universitas Kristen Indonesia (YUKI) tak lepas dari

pembentukan Dewan Gereja Indonesia (DGI) tanggal 25 Mei 1950 yang kemudian mem-

bentuk komisi guna membuat studi kelayakan sebuah univeristas yang diketuai oleh Prof.-

Dr.I.P Simanjuntak, MA dimana akhirnya secara hukum berdiri pada notaris Raden Kadi-

man tanggal 18 Juli 1953. Banyak tokoh yang membantu terbentuknya YUKI saat itu di-

antaranya MR. Todung Sutan Gunung Mulia, Mr. Yap Thiam Hien, Benjamin Thomas

Philip Sigar, Elviannus Katoppo, Ong Jan Hong MD, Aminudin Pohan MD, Seri Condar

Nainggolan MD, Benjamin Prawirohadmodjo, Pdt. Komarlin Tjaraatmadja, Gerrit Si-

wabessy MD, Tan Tek Heng dan J.C.T Simorangkir.

Sebagaimana tahun 1953 dinilai sangat bersejarah bagi YUKI, tergambar pula pada

logo YUKI dimana tertulis “Jakarta 1953” dibawah logo lima gelombang berwarna kuning

yang berarti berasaskan Pancasila. Sedang di dalam gambar tersebut terdapat segitiga den-

gan ilustrasi media minyak menyala yang sesuai dengan makna untuk menjadi “terang

dunia” lalu segitiga tersebut sendiri merupakan simbol trinitas kepercayaan iman kristiani.

Slogan YUKI yang terkenal ialah “Melayani, Bukan Dilayani” merupakan landasan visi

dan misi adalah sebuah aplikasi keyakinan yang menjadi pedoman seluruh lapisan yayasan

itu sendiri.

4.2 Struktur Organisasi YUKI


Yayasan UKI secara garis besar terdiri dari Dewan Pembina dan Pengurus berikut

sekretariat Yayasan Universitas Kristen Indonesia, serta Universitas Kristen Indonesia yang

meliputi Rektorat serta 8 (delapan) Fakultas dan Rumah Sakit Umum UKI. Dewan Pembina

bertugas untuk mengawasi dan memberikan masukan terhadap pengurus yayasan, Dewan

Pembina YUKI di-ketuai oleh Bpk. Edwin Soeryadjaya dengan anggotanya antara lain DR.

Maruarar Siahaan S.H, Dra. Merry L Panjaitan MM, MBA, Saor Siagian SH, MH dan Ir.

Maruli Gultom sebagai perwakilan pimpinan ikatan alumni Universitas Kristen Indonesia.

Gambar
Struktur Organisasi YUKI

Pembina
Yayasan

Pengurus
Yayasan
Universitas Kristen
Indonesia

Sekretariat
YUKI

Universitas

Rumah Sakit
Umum

Berikut ini adalah nama anggota Pengurus Yayasan Universitas Kristen Indonesia (YUKI)

masa bakti 2020 - 2025:

 Ketua: Ir. Jesua Un

 Wakil Ketua: Ir. Tadius Gunadi, MA.

 Sekretaris: Johan Tumanduk, S.H., M.M., M.Min., M.Pd.K.


 Wakil Sekretaris: Eva Simatupang, S.H., LL.M.

 Bendahara: Endang Indriati, S.E.

 Wakil Bendahara: Arion M.H. Hutagalung, S.H., M.A., MBA

 Anggota:

o Fresley Hutapea, SH., MH., MARS

o Edy Rudiyanto, SKM., M.S

o Ir. Herald Siagian

o Roy Berridge, SE., MKM

Kemudian struktur di dalam Rumah Sakit Umum UKI ialah seperti berikut;

Gambar
Struktur RSU UKI
Lalu, Universitas Kristen Indonesia yang paling identik dengan YUKI sendiri memi-

liki struktur sebagai berikut.

Gambar
Struktur Universitas Kristen Indonesia

Sumber: Website UKI, 2022

4.3 Tujuan dan Tugas Bidang/Unit Usaha Yayasan

Dalam struktur utama Yayasan UKI atau YUKI sebelumnya diilustrasikan bahwa

hanya terdiri dari tiga pilar yakni Sekretariat YUKI, Universitas dan RSU UKI. Dari segi en-

titas usaha atau bisnis maka sekretariat adalah bagian yang tidak melakukan kegiatan usaha

dimana sekretariat bertugas untuk melaksanakan tugas administrasi penunjang kegiatan se-

hari-hari yayasan yang dikepalai sekretaris yayasan, bapak Johan Tumanduk. Sekretariat juga

melakukan wewenangnya dalam menyelenggarakan rapat pengurus yayasan dan agenda rutin

lain seperti pergantian anggota pengurus yayasan, pendanaan kas yayasan bersumber antara

lain dari Universitas, RSU UKI dan dari unit bisnis lain yaitu rumah duka UKI.

Rumah Sakit Umum UKI melalui website nya menjabarkan tugas-tugasnya yaitu:

1. Pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

2. Tugas pendidikan dan penelitian


3. Melaksanakan pengembangan sistem manajemen, iptek kedokteran, dan keperawatan

yang berdayaguna dan berhasilguna

Visi RSU UKI ialah “Menjadi rumah sakit pendidikan utama yang mempunyai keunggu-

lan kompetitif dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan”. Sehingga

fungsi-fungsi utama nya tertuang dalam Misi RSU UKI yakni; membangun karakter dokter,

menyelenggarakan pendidikan kedokteran, menjalankan kegiatan operasional secara efektif

dan efisien serta mengembangkan/memperkuat manajemen rumah sakit untuk tata kelola

yang baik (Good Governance)

Terakhir, bidang usaha lain yang kaitannya dengan pengabdian menciptakan lulusan yang

baik ialah Universitas Kristen Indonesia yang tentunya dipimpin seorang Rektor dan dibantu

beberapa wakil rektor dengan spesifikasi berbeda, diantaranya bidang akademik dan inovasi;

bidang keuangan dan pemasaran; bidang kemahasiswaan dan kerjasama; dan bidang sumber-

daya manusia dan hukum.

Tujuan dari Universitas Kristen Indonesia ialah:

1. Memiliki sivitas akademika dan tenaga kependidikan yang mengimplementasikan

nilai-nilai Kristiani dan semangat nasionalisme dalam bidang akademik dan non aka-

demik.

2. Menghasilkan mutu pembelajaran dan sistem pelayanan akademik dan non akademik

yang berkesinambungan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

3. Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas dan kompeten di bidangnya serta

mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional.

4. Menghasilkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang terpublikasi tingkat

nasional dan internasional.


5. Terintegrasinya budaya mutu dalam bidang akademik dan non akademik..

6. Menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dan berkelanjutan.

7. Memiliki kerjasama dengan institusi nasional dan internasional dalam bidang Tri

Dharma serta lembaga-lembaga gerejawi

Dalam menjalankan fungsi-fungsi, khususnya bidang pendidikan, UKI berpedoman pada

nilai-nilai sebagai berikut:

a) Rendah Hati (Humility)

b) Berbagi dan Peduli (Sharing and Caring)

c) Profesional (Professional)

d) Disiplin (Discipline)

e) Bertanggung Jawab (Responsibility)

f) Berintegritas (Integrity)
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Interpretasi Data

Berdasarkan jenis atau sumber data, Laporan Keuangan Yayasan Universitas Kristen

Indonesia untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2019 oleh auditor independen pada KAP

Jenny A dan Kristina adalah yang menjadi data sekunder objek penelitian yang akan di

deskripsikan oleh peneliti sesuai tujuan awal yaitu untuk menyesuaikan standar laporan ISAK

35 dan perubahan yang terjadi dari standar sebelumnya (PSAK 45).

Data laporan keuangan YUKI dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) tersebut disajikan sesuai PSAK 45 yang meliputi Laporan

Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

5.2 Analisis Data

Dengan mengacu pada data laporan keuangan perusahaan nonlaba yang berakhir

tahun 2019 dengan PSAK 45 dan penerapan ISAK 35 per 1 Januari 2020 dijelaskan pada ta-

bel berikut:

Tabel

Perbandingan Jenis Laporan Dalam PSAK 45 dan ISAK 35

PSAK 45 ISAK 35 Keterangan Perubahan


1. Laporan Posisi Keuan- 1. Laporan Posisi Keuan- a.Tiga laporan tetap ada (1,3

gan gan dan 4)

2. Laporan Aktivitas 2. Laporan Penghasilan b.Laporan Aktivitas berubah

Komprehensif menjadi laporan penghasilan


3. Laporan Arus Kas
komprehensif
3. Laporan Perubahan
4. Catatan Atas Laporan
Aset Neto c.Penambahan 1(satu) laporan
Keuangan
perubahan aset neto
4. Laporan Arus Kas

5. Catatan Atas Laporan

Keuangan

Perubahan lain yang dianalisis ialah Aset Neto Terikat menjadi Aset Neto Dengan

Pembatasan (yang diberikan pemberi sumberdaya untuk tujuan tertentu, dibatasi waktu atau

tidak dijual), lalu Aset Neto Tidak Terikat menjadi Aset Neto Tanpa Pembatasan (pemberi

sumbangan tidak menerangkan jangka waktu dari donasi tersebut) sehingga digambarkan se-

bagai berikut:

Keterangan:
1. Aset Neto Dengan
1. Aset Neto Terikat Aset Neto Terikat Permanen dan
Pembatasan
2.Aset Neto Tidak Terikat Temporer digabung dalam Aset
2. Aset Neto Tanpa Pembatasan
Neto Dengan Pembatasan

Dalam hal laporan keuangan YUKI pada periode sebelum berlakunya ISAK 35,

peneliti telah mengobservasi dan menemukan bahwa YUKI hanya memiliki atau mengisi pos
Aset Neto Tidak Terikat dimana fakta dan dalam catatan laporan keuangan tidak ditemukan

perjanjian atas aset seperti tanah, gedung maupun sumbangan yang diberikan pemberi sum-

berdaya yang memuat masa akhir penggunaan atau jatuh tempo investasi jangka panjang. Se-

hingga Aset Neto Tidak Terikat tersebut sesuai untuk mengisi pos Aset Neto Tanpa Pembat-

asan dalam laporan keuangan baik pada Laporan Posisi Keuangan maupun koreksi pada Aset

Neto Laporan Penghasilan Komprehensif dan penambahan (atau pengurangan) Aset Neto

pada Laporan Arus Kas.

5.3 Format Pelaporan

5.3.1 Laporan Posisi Keuangan

Dalam ISAK 35 terdapat dua format dalam Laporan Posisi Keuangan;

1. Format A

Menyajikan pos penghasilan komprehensif lain secara tersendiri sebagai bagian

dari aset neto tanpa pembatasan (without restrictions) dari pemberi sumberdaya,

tetapi jika ada penghasilan komprehensif lain dari aset neto dengan pembatasan

(with restrictions) maka entitas dapat menyajikan informasi penghasilan kompre-

hensif lain tersebut sesuai kelas neto-nya.

2. Format B

Tidak menyajikan pos penghasilan komprehensif lain secara tersendiri.


Contoh
Laporan Posisi Keuangan Format A
Contoh
Laporan Posisi Keuangan Format B

5.3.2 Laporan Aktivitas Menjadi Penghasilan Komprehensif

Laporan Komprehensif kurang lebih memiliki makna sama dengan Laporan Aktivitas

yang mana menyajikan laporan laba rugi untuk suatu periode yang merupakan kinerja

keuangan selama periode tersebut. Dimana laporan ini juga mengatur informasi yang
disajikan dalam laporan laba rugi seperti penghasilan dan beban entitas untuk suatu

periode Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi:

a. Pendapatan

b. Beban keuangan

c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas

d. Beban pajak

e. Laba rugi atau rugi neto

Sedangkan Laporan Penghasilan Komprehensif yang sesuai dengan ISAK 35 ter-

diri juga dari 2(dua) format, seperti di bawah:

Gambar
Laporan Penghasilan Komprehensif Format A
Gambar
Laporan Penghasilan Komprehensif Format B
5.3.3 Laporan Perubahan Aset Neto

Laporan ini sebelumnya tidak terdapat pada format PSAK 45, laporan ini tak ubahnya

seperti Laporan Perubahan Modal. Dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan

interprestasi standar akuntansi keuangan ISAK 35, Laporan Perubahan Aset Neto

merupakan laporan perubahan aset neto menyajikan informasi aset neto tanpa pem-
batasan dari pemberi sumber daya dan aset neto dengan pembatasan dari pemberi

sumber daya.

5.3.4 Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas

dan setara kas selama periode tertentu yang dikelompokan dalam aktivitas opera-

sional, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Informasi tentang arus kas berguna

bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan dalam

menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan pengguna arus kas tersebut.

Laporan arus kas disajikan sesuai dengan dasar pengaturan SAK ETAP Bab 7 dengan

tambahan berikut ini:

a. Aktivitas Operasi

Aktivitas penghasil utama pendapatan dan aktivitas lain yang bukan merupakan

aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

b. Aktivitas Investasi

Aktivitas perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang

tidak termasuk setara kas.

c. Aktivitas Pendanaan

Penerimaan kas dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran

kembali yang penggunaannya dibatasi dalam jangka panjang, Penerimaan kas dari

pemberi sumber daya dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi un-

tuk pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi dan

imbal hasil dan dividen yang dibatasi penggunanya dalam jangka panjang.

Gambar
Laporan Arus Kas Sesuai ISAK 35
Metode Langsung

Gambar
Laporan Arus Kas Sesuai ISAK 35
Metode Tidak Langsung
5.3.5 Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan se-

belumnya di atas. Bertujuan memberikan informasi tambahan tentang perkiraan-

perkiraan yang diyatakan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan ini

berupa perincian dari suatu perkiraaan yang disajikan seperti misalnya aset tetap.

Catatan atas laporan keuangan memberikan rincian nama aset, liabilitas, aset neto.

Catatan Atas Laporan Keuangan YUKI memuat informasi prihal Aset Neto Tidak

Terikat digambarkan sebagai berikut:

Gambar
Catatan Atas Laporan Keuangan YUKI 31 Desember 2019
(tidak terdapat Aset Neto Terikat)

Aset Neto Tidak Terikat bersumber dari penghasilan (income), pendapatan (revenue),

keuntungan (gain) dan sumbangan (contribution) dalam bentuk arus masuk atau pe-

nambahan aset yang tidak terikat sehingga dalam arti kata tanpa pembatasan dari pi-

hak pemberi sumberdaya.

5.4 Perubahan Laporan Keuangan YUKI Dengan ISAK 35

5.4.1 Laporan Posisi Keuangan

Dalam laporan posisi keuangan YUKI versi PSAK 45 disajikan sebagai berikut;
Gambar
Laporan Posisi Keuangan YUKI 31 Desember 2019

Oleh sebab akun-akun umum seperti aset dan liabilitas dalam pengertian yang sama

baik PSAK 45 maupun dalam ISAK 35, maka tidak ada perubahan yang berarti kecu-

ali pada aset neto dimana tercatat aset neto tidak terikat akan tergantikan oleh aset

neto tanpa pembatasan dengan standar ISAK 35. Digambarkan secara ringkas, yakni

pada akun-akun yang tak berubah (kolom aset dan liabilitas) jika disesuaikan dengan

ISAK 35 seperti di bawah ini;


YAYASAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

LAPORAN POSISI KEUANGAN

31 DESEMBER 2019

(dinyatakan dalam Rupiah)

4. 2019 2018

5. ASET

6. Jumlah Aset Lancar 233.958.082.018 257.169.909.891

7. Jumlah Aset Tidak Lancar 110.082.542.687 91.556.996.219

8. TOTAL ASET 344.040.624.705 348.726.906.110

9.

10. LIABILITAS

11. Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 12.586.007.762 13.447.956.610

12. Jumlah Liabilitas Jangka Panjang

13. TOTAL Liabilitas 12.586.007.762 13.447.956.610

14.

15. ASET NETO

16. Tanpa pembatasan (without restrictions) 329.253.004.448 334.656.165.500

17. Tambahan aset neto tanpa pembatasan 622.784.000 622.784.000

18. Tanpa pembatasan dari pemberi sumber-

daya; 1.578.828495

19. Sumbangan aset tetap 331.454.616.943 335.278.949.500

20. JUMLAH Aset Neto

21. TOTAL LIABILITAS DAN ASET NETO 334.040.624.705 348.726.906.110

Perubahan prihal aset neto yakni dari tidak terikat kepada tanpa pembatasan ialah kes-

amaan fakta bahwa aset neto tersebut berasal dari pemberi sumber daya yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomik yang sebanding dengan

jumlah sumber daya yang diberikan.


5.4.2 Laporan Penghasilan Komprehensif

Nama sebelumnya dari laporan ini, laporan aktivitas yang masih digunakan pada

PSAK 45 pada YUKI di periode 2019 tercatat sebagai berikut:

Gambar
Laporan Aktivitas YUKI per 31 Desember 2019

Pada laporan penghasilan komprehensif sesuai ISAK 35 akan disajikan dengan

ukuran batasan terlebih dahulu, yakni akun-akun yang tanpa pembatasan terlebih

dahulu diikuti estimasi akun dengan pembatasan. Karena YUKI sekali lagi, tidak
memiliki akun yang dengan pembatasan pada sajian laporan yang ada. Kemudian

akun koreksi aset neto (awal tahun-UKI) tidak terikat atau yang nanti disebut tanpa

pembatasan akan dicatat dalam laporan perubahan aset neto karena hal tersebut

bukanlah suatu penambah pendapatan pada periode berjalan. Ringkasan laporan

penghasilan komprehensif akan seperti berikut;

YAYASAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

LAPORAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF

UNTUK TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2019

(Dinyatakan dalam Rupiah)

22. 2019 2018

23. TANPA PEMBATASAN DARI 27.

PEMBERI SUMBER DAYA; 28.

24. Jumlah Pendapatan 211.784.208.945 195.511.238.726

25. Jumlah Beban 217.269.883.221 196.227.683.333

26. Surplus (Defisit) (5.485.674.276) (716.444.608)

5.4.3 Klasifikasi Akun

Dengan segala perbedaan yang diterangkan di dalam bab 2(dua) sebelumnya dan bab

5(lima) ini, peneliti mencoba melakukan klasifikasi terhadap akun-akun utama dalam

laporan keuangan yayasan (nonlaba) khususnya dalam perlakuan antara standar

PSAK 45 dan ISAK 35.


Tabel
Klasifikasi Akun Dalam PSAK 45 dan ISAK 35

Akun PSAK 45 ISAK 35

Pengertian Pengukuran Penyajian Pengertian Pengukuran Penyajian

29. As 30. Sumber 31. Akibat 32. Dikum 33. Sumber 34. Akibat 35. Dikum-

et daya yang dikuasai peristiwa masa pulkan dalam daya yang dikuasai peristiwa masa lalu pulkan dalam
entitas entitas
lalu dan man- aset yang homo- dan manfaat eko- aset yang homo-

faat ekonomi di gen, apakah nomi di masa de- gen, apakah

masa depan kelompok yang pan yang akan kelompok yang

yang akan lancar atau tidak diperoleh lancar atau tidak

diperoleh

36. Li- 37. Klaim 38. Ber- 39. Kurang 40. Klaim 41. Ber- 42. Kurang

abilitas dari pihak ketiga dasarkan jatuh dari satu tahun dari pihak ketiga dasarkan jatuh dari satu tahun

atas aset entitas tempo dari peri- termasuk liabil- atas aset entitas tempo dari periode termasuk liabil-

ode kewajiban itas jangka pen- kewajiban itas jangka pen-

dek, selebihnya dek, selebihnya

jangka panjang jangka panjang

43. Ek 44. Modal, 45. Ber- 46. Dalam 47. Modal, 48. Ber- 49. Dalam

uitas dikenal sebagai dasarkan har- tiga kelompok, dikenal sebagai dasarkan harapan dua kelompok,

aset neto apan dari pem- aset neto tidak aset neto dari pemberi sum- aset neto dengan

beri sumber terikat; terikat ber daya, apakah pembatasan dan

daya, apakah temporer dan mengharapkan aset neto tanpa

mengharapkan terikat per- pembayaran kem- pembatasan

pembayaran manen bali atau tidak serta dengan

kembali atau dua format

tidak (dengan atau

tanpa pos

penghasilan

komprehensif)

50. Pe 51. Omset 52. Semua 53. Urutan 54. Omset 55. Semua 56. Dicatat
ndapatan atas usaha en- yang masuk atas pertama dalam atas usaha en- yang masuk atas pada laporan

titas dan sum- penjualan dan laporan aktivitas titas dan sum- penjualan dan pem- penghasilan

bangan pemberian bangan berian donatur komprehensif

donatur dan dipisahkan

langsung antara

pendapatan

dengan pem-

batasan dari

pemberi dan

tanpa pembata-

san

57. Be- 58. Yang 59. Biaya 60. Dicatat 61. Yang 62. Biaya 63. Dicatat

ban dikeluarkan en- selama tahun sebagai pengur- dikeluarkan en- selama tahun ber- pada laporan

titas untuk pem- berjalan ang pendapatan titas untuk pem- jalan penghasilan

biayaan usaha pada laporan biayaan usaha komprehensif

dan aset aktivitas dan aset sebagai pengur-

ang pendapatan

serta dip-

isahkan lang-

sung antara

pendapatan

dengan pem-

batasan dari

pemberi dan

tanpa pembata-

san

5.5 Temuan Penelitian


Peneliti menemukan bahwa, walaupun objek penelitian dalam hal ini Laporan Keuan-

gan YUKI tidak memiliki Aset Neto Terikat (permanen dan temporer) namun jika ada maka

harus dilakukan penyesuaian dalam laporan perubahan aset neto dan dasarnya ialah catatan

atau perjanjian oleh pemberi sumber daya sebagai bukti pembatasan waktu jatuh tempo atau

kepemilikan aset oleh yayasan.

Namun peneliti melihat perilaku akuntansi dalam penerapan perubahan dari standar

PSAK 45 ke ISAK 35 pada laporan-laporan keuangan Yasasan Universitas Kristen Indonesia

tidaklah signifikan setelah disesuaikan, tetapi yang terpenting ialah adanya Laporan Peru-

bahan Aset Neto pada ISAK 35 yang dapat mengakomodir jika ada aset neto yang tanpa

pembatasan sekaligus pula terdapat aset neto dengan pembatasan pada YUKI dalam hal ini

misalnya. Penerapan laporan perubahan aset neto yang sesuai SAK seperti pada ilustrasi

berikut:

Gambar
Laporan Perubahan Aset Neto Sesuai ISAK 35
Jika dilakukan penyesuaian pada tahun 2019 menurut standar ISAK 35 maka laporan

perubahan aset neto YUKI hanya terisi bagian aset neto tanpa pembatasan saja juga tidak

adanya penghasilan komprehensif lain digambarkan sebagai berikut:

YAYASAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

LAPORAN PERUBAHAN ASET NETO

UNTUK TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2019

(Dinyatakan dalam Rupiah)


64. 2019 2018

65. ASET NETO TANPA PEMBATA- 77.

SAN DARI PEMBERI SUMBER DAYA; 78.

66. Saldo Awal 334.656.165.500 335.372.610.182

67. Koreksi Aset Neto-awal tahun 82.513.224 (74)

68. Surplus (Defisit) (5.485.674.276) (716.444.608)

69. Saldo Akhir 329.253.004.448 334.656.165.500

70. Tambahan aset neto tidak terikat: 622.784.000 622.784.000

71. Sumbangan aset tetap (Tanpa Pem- 1.578.828.495

batasan)

72. 0 0

73. Penghasilan Komprehensif lain;

74. - -

75. ASET NETO DENGAN PEM- 344.040.624.705 348.726.906.110

BATASAN

76. TOTAL ASET NETO

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Penyusunan laporan keuangan oleh Yayasan UKI dilakukan berdasarkan PSAK No.

45, sehingga terdapat beberaap akun yang penyajiannya berbeda dengan jika disusun ber-

dasarkan ISAK 35. Perbedaan tersebut meliputi:

a. Perubahan judul pos akun aset neto tidak terikat yang ada pada laporan sebelumnya,

menjadi akun aset neto tanpa pembatasan (standar ISAK 35).

b. Adanya perubahan narasi jenis laporan keuangan yakni dari laporan aktivitas sesuai

standar PSAK 45 menjadi laporan penghasilan komprehensif.

c. Penambahan laporan, yaitu laporan perubahan aset neto yang sebelumnya sama sekali

tidak ada pada laporan keuangan YUKI.

6.2 Saran

Akibat dari perbedaan antara PSAK 45 dengan ISAK 35, sebagaimana dijelaskan

pada kesimpulan, maka perlu dilakukan beberapa penyesuaian sebagai berikut:

a. Merubah semua akun aset neto tidak terikat menjadi akun aset neto tanpa pem-

batasan dan menambahkan akun aset neto dengan pembatasan di kemudian hari

apabila ada sumbangan atau pemberian sumberdaya dengan kualifikasi pembata-

san penggunaan ataupun ada jatuh tempo dari sumberdaya tersebut.

b. Merubah laporan aktivitas menjadi laporan penghasilan komprehensif dan

memisahkan langsung antara yang tanpa pembatasan dan yang dengan pembata-

san.

c. Membuat laporan aset neto baik yang dengan pembatasan dan tanpa pembatasan

yang menjadi dasar penempatan akun kedua jenis aset neto itu ke laporan-laporan

lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Diviana, S., Putra Ananto, R., Andriani, W., Putra, R., Yentifa, A., Zahara, & Siswanto, A.

(2020). Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba Berdasarkan Isak 35


Pada Masjid Baitul Haadi. Akuntansi Dan Manajemen, 15(2), 113–132.

https://doi.org/10.30630/jam.v15i2.20

Dwikasmanto, Y. (2020). Penyusunan Laporan Keuangan Masjid Nurul Iman Al- Hidayah

Desa Barumanis Berdasarkan Isak 35. Jurnal Ilmiah Raflesia Akuntansi, 6(2), 46–64.

Ghassani, F., Senjiati, I. H., & Manggala, I. (2020). Laporan Keuangan Masjid Madinatul

Munawaroh. Karyailmiah.Unisba.Ac.Id, 6(2), 534–536.

http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/hukum_ekonomi_syariah/article/view/ 22569

Governmental Organization: Perspective Psak 45. Journal of Economics, Finance And

Management Studies, 5(2), 111–124.

Lasfita, N., & Muslimin. (2020). Penerapan ISAK No. 35 Pada Organisasi Keagamaan

Masjid Al- Mabrur Sukolilo Surabaya. Jurnal Sosial Ekonomi Dan Politik, 1(35), 65–

68.

Morissan. (2019). Riset Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Republik Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1653 tentang badan hukum

didefinisikan sebagai perkumpulan yang sah.

Shoimah, I., Wardayati, S. M., & Sayekti, Y. (2021). Adaptasi Laporan Keuangan Pada

Entitas Nonlaba Berdasarkan Isak 35 (Studi Kasus pada Universitas Ibrahimy Sukorejo

Situbondo). Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 21(02), 243–259.

https://doi.org/10.29040/jap.v21i02.1388

Sudirman, S. K., Nurwanah, A., & Alam, S. (2020). Financial Statements Presentation of

Non- Syafitri, A. A., & Saputra, P. R. (2019). EMPLOYING SANGO

APPLICATION : THE CASE OF AN INDONESIAN ISLAMIC. 20(5), 186–195.


Republik Indonesia. 2001. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang tanggung jawab

atas pengelolaan sebuah yayasan.

Republik Indonesia. Undang-Undang Pasal 32 Ayat 2 tentang susunan pengurus yayasan.

Republik Indnesia. 2013. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Pasal 6 tentang

fungsi ormas.

Wibisono, Y. P., & Setyohadi, D. B. (2018). Accounting information system for nonprofit

organization based on PSAK 45 standards. Proceedings 2017 2nd International

Conferences on Information Technology, Information Systems and Electrical

Engineering, ICITISEE 2017 , htt 2018Janua

ps://doi.org/10.1109/ICITISEE.2017.8285482

Yanuarisa, Y. (2020). Akuntabilitas Pengelolaan, 136140. Keuangan Yayasan Palangka

Raya. Balance, 12 (2), 90103. Yusuf Arimatea 58

Anda mungkin juga menyukai