Anda di halaman 1dari 17

STUDI ATAS AKUNTANSI PADA ORGANISASI GEREJA YANG DILIHAT DARI SUDUT PANDANG PELAPORAN KEUANGAN

RANGKUMAN SKRIPSI

Oleh:

FRANCISCA MARIA KRISTINA 2006310270

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2010

PENGESAHAN SKRIPSI

Nama Tempat, Tanggal Lahir N.I.M Jurusan Program Pendidikan Konsentrasi Judul

: Francisca Maria Kristina : Surabaya, 07 Maret 1989 : 2006310270 : Akuntansi : Strata 1 : Akuntansi Keuangan :Studi Atas Akuntansi Pada Organisasi Gereja Yang Dilihat Dari Sudut Pandang Pelaporan Keuangan.

Disetujui dan diterima baik oleh :

Ketua Jurusan Akuntansi Tanggal : .........................

Dosen Pembimbing, Tanggal : .......................

Supriyati S.E.,Ak.M.Si

Nurul Hasanah Uswati Dewi S.E.,Ak.M.Si

1.1

Latar Belakang Masalah

Sebagian masyarakat mungkin belum mengetahui tentang adanya organisasi gerejawi ini ataupun yayasan yang bersifat nirlaba. Seperti yang diketahui bahwa Gereja juga sebagai lembaga non-profit memiliki kegiatan manajemen, baik yang berkaitan dengan sumber daya manusia, keuangan, dan juga kegiatan operasionalnya. Begitu juga dengan yayasan, dimana yayasan mempunyai arti yaitu bentuk organisasi bisnis nirlaba yaitu organisasi yang tidak berorientasi pada laba. Dapat disimpulkan bahwa yayasan juga termasuk sebagai organisasi non profit (badan hukum) yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, serta tidak mempunyai anggota. Sebagai dasar hukum positif lembaga, pengertian gereja adalah lembaga non-profit memiliki kegiatan manajemen, baik yang berkaitan dengan sumber daya manusia, keuangan, dan juga kegiatan. keuangan yang merekam jumlah dan jenis persembahan rutin, keluar masuk dana atau donasi untuk berbagai keperluan dimana sumber di dapat dari laporan keuangan gereja. Kontrol terhadap anggaran untuk keperluan kegiatan atau program gereja, kebutuhan rutin. Kegiatan jemaat dan kepengurusan yang merekam personil dalam

komisi/kepengurusan/bidang, jadwal kegiatan, transaksi-transaksi yang berkaitan dengan kegiatan gereja misalnya menerima sumbangan barang untuk kegiatan tertentu. Dimana laba ini akan mempengaruhi kinerja suatu gereja untuk periode berikutnya. Tetapi selama ini tidak banyak orang yang tahu bagaimana struktur

bentuk laporan keuangan yayasan ataupun lembaga. Seringkali, muncul anggapan bahwa yang namanya laporan keuangan di setiap perusahaan intinya sama. Disisi lain Organisasi nirlaba atau organisasi non profit ini mempunyai arti tersendiri yaitu suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Berbeda dengan organisasi profit yang sumber pendanaan kegiatan

operasionalnya berasal dari laba, pendanaan organisasi nirlaba dapat berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. Disisi lain gereja juga mempunyai akuntan gereja dimana akuntan tersebut mempunyai tugas yaitu menyajikan,menyusun laporan keuangan gereja tersebut. dimana laporan tersebut signifikan diskusi ini dalam dua cara. Pertama, mereka menyoroti hak dan tanggung jawab dari semua anggota, termasuk berbaring akuntan, untuk secara aktif memberikan kontribusi pada agenda suci Gereja. Sementara Gereja Bersatu membuat ketentuan bagi individu untuk diangkat sebagai menteri ditahbiskan, maka panggilan mereka untuk "memberitakan Injil, mengelola sakramen dan latihan pastoral sehingga semua dapat dilengkapi untukmereka tertentu kementerian "(Gereja Bersatu, Dasar Uni,, 1992 ayat 14). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pemaparan yang telah dijelaskan oleh penulis dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi pokok

bahasan penelitian ini adalah Bagaimana akuntansi pada gereja dilihat dari sudut pandang pelaporan keuangan gereja? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pelaporan keuangan gereja yang sesuai dengan PSAKNO.45. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini yang berdasarkan PSAK NO.45 diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Organisasi Gereja. Diharapkan dapat menjadi sebuah rangkuman yang akan menjadi sebuah wacana sebagai acuan bagi sebuah organisasi nirlaba ataupun non-profit ini baik untuk pengguna eksternal maupun internal. 2.Yayasan. Diharapkan dapat menjadi sebuah rangkuman yang akan menjadi sebuah wacana sebagai acuan bagi sebuah yayasan dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK NO.45.

3. Pembaca. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang berarti mengenai suatu bentuk pelaporan keuangan di luar bentuk konvensional organisasi bisnis yang biasa dijumpai. 4. Penulis. Penelitian dapat memberikan pemahaman secara nyata untuk menguatkan teori yang telah didapat selama menempuh pendidikan mengenai lembaga nonprofit tersebut serta sistem pelaporan keuangannya. 1.5 Sistematika Penulisan Proposal Skripsi

Sistematika penulisan Metodologi Penelitian terdiri dari tiga bab yang digunakan untuk mempermudah proses penyusunan, penguraian dan pembahasan. Masing-masing bab saling berhubungan sehingga menjadi suatu rangkaian penulisan yang utuh. Penjelasan sistematika penulisan skripsi yang digunakan dalam penelitian ini menurut masing-masing bab adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan proposal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diuraikan penelitian dahulu, landasan teori, dan kerangka pemikiran.

BAB III

METODE PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan rancangan penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis data dan sumber data, metode pengumpulan data, kriteria untuk interpretasi temuan, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. Pada baab ini diuraikan mengenai gambaran umum subyek penelitian dan mendeskripsikan hasil penelitian serta pembahasan terhadap

subyek maupun obyek penelitian. BAB V PENUTUP. Pada bab ini menguraikan kesimpulan atas hasil penelitian dalam pembahasan bab sebelumnya, dan mengungkapkan keterbatasan penelitian dari berbagai segi, serta pemberian saran yang berguna bagi subyek penelitian, pembaca, maupun peneliti selanjutnya. 3.7. Teknik Analisis Data. Adapun teknik analisis data yang dapat dilakukan adalah dengan cara : a. Mengumpulkan data baik kuantitatif maupun kualitatif dan mempelajari latar belakang gereja, kebijakan yang ada dalam gereja, aturan pencatatan akuntansi, 7

perhitungan akuntansi, pengakuan dan kebijakan atau metode pelaporan keuangan yang baik dari hasil wawancara maupun dokumentasi. b. Membandingkan penerapan akuntansi dalam menyusun laporan keuangan organisasi gereja tersebut dengan PSAK No.45. 4.2.1. Pembahasan 1. Pencatatan. a. Aktiva. 1) Aktiva Lancar. Pada pos ini dicatat segala bentuk aset organisasi yang tingkat likuiditasnya tinggi. Akun-akun pada pos ini di golongkan dalam akun Kas dan Setara Kas, yaitu dalam bentuk Kas di tangan dan Kas di Bank. 2) Piutang. Pada pos ini mencatat segala pengeluaran gereja dalam bentuk hutang yang harus dilunasi pihak ketiga pada organisasi. Akun-akun yang terdapat pada pos ini adalah hanya piutang Karyawan saja. 3) Aktiva Tetap. Aktiva tetap gereja dicatatkan sesuai dengan harga perolehannya.

b. Pasiva. 1) Kewajiban. Pada pos ini gereja mencatatkan ada atau tidaknya kewajiban baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang terhadap pihak di luar gereja atau pihak ketiga atau pada kreditor. 2) Ekuitas. Pada pos ini gereja mencatatkan adanya modal awal yang dicatat sebesar investasi yang diberikan pemilik, selain itu terdapat akun Surplus/Defisit tahun berjalan dan surplus s.d tahun lalu yaitu akumulasi surplus/defisit dari tahun pelaporan keuangan gereja pertama kali hingga tahun sebelum tahun berjalan. c. Pendapatan. Dalam pos pendapatan ini, dicatatkan segala macam bentuk penghasilan atau pendapatan yang diperoleh gereja baik dari program gereja, maupun dari sumbangan donatur. d. Biaya. Pada pos ini dicatat berbagai macam pengeluaran gereja yang menjadi beban seperti beban operasional gereja, beban program gereja.

2. Pengakuan dan Perhitungan. a. Aktiva. 1) Aktiva Lancar. Pada pos Kas dan setara Kas dihitung secara terpisah antara kas dari program, dan kas dari sumbangan atau donatur, Penggunaan cash basic mempengaruhi pengakuan Kas gereja, karena terjadinya kas masuk ataupun keluar hanya dapat dilakukan jika terdapat bukti fisik, atau telah terealisasi dalam bentuk riil. 2) Piutang. Piutang gereja untuk piutang karyawan dihitung berdasarkan kesanggupan karyawan tersebut dalam mengembalikan hutangnya, adapun perhitungannya jika tidak terlunasi maka terdapat kebijakan pemotongan gaji pada saat pembayaran gaji. 3) Aktiva Tetap. Pada Aktiva Tetap gereja juga memperhitungkan penyusutan aktiva tetap tersebut dengan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Adapun jika pemakaian aktiva tetap tersebut melebihi masa taksiran maka oleh pihak gereja diungkapkan sebagai bentuk aktiva tetap gereja yang tidak perlu disusutkan kembali.

10

b. Passiva. 1) Kewajiban. Pada kewajiban gereja hanya terdapat akun hutang kendaraan. Adapun pengungkapan yang terjadi saat kendaraan diperoleh maka kendaraan tersebut dimasukkan kedalam aktiva tetap sebesar harga perolehan keseluruhan bukan harga saat membayar angsuran pertama atau uang muka, serta disusutkan seperti ketentuan pada pos aktiva tetap Jika pelunasan telah terjadi maka pos hutang akan dihapus seiring dengan pelunasan tersebut dan kendaraan akan tetap disusutkan hingga masa manfaatnya habis. 2) Ekuitas. Pada akun modal awal, gereja mengungkapkan modal yang diinvestasikan pemilik sejak berdirinya gereja tersebut hingga tahun berjalan. Adapun perhitungan modal awal tersebut akan berkurang apabila terjadi penarikan prive oleh pemilik atau pada saat gereja sangat membutuhkan dana tambahan untuk menghindari terjadinya kepailitan. Sedangkan pada surplus s.d tahun lalu dihitung dengan mengakumulasikan jumlah surplus/defisit sejak tahun awal pelaporan keuangan hingga tahun sebelum tahun berjalan. Dan pengungkapan surplus/defisit pada tahun berjalan untuk tahun berikutnya atau akan datang juga diakumulasikan ke dalam akun surplus s-d tahun lalu.

11

c. Pendapatan. Pendapatan gereja dihitung tiap-tiap kelompok divisi sehingga tidak ada pencampuran antara pendapatan gereja dari program, sumbangan donatur. Pendapatan gereja dari sumbangan donatur diungkapkan dalam laporan keuangan sebagai pendapatan yang harus dialokasikan seluruhnya untuk operasional program gereja, bukan untuk kepentingan gereja pribadi. d. Biaya. Pada pos ini semua akun-akun yang berkaitan dengan biaya telah dipisahkan seperti halnya pada pos pendapatan. Adapun pengungkapan pada biaya program dilakukan oleh tiap-tiap divisi yang menjalankan sebagai panitia program tersebut. Dan keseluruhan biaya program tersebut adalah sebagai bentuk nyata pengalokasian sumbangan donatur. 3. Pelaporan. Dalam penyajian pelaporan keuangan gereja tersebut telah melaporkan informasi aset dan kewajibannya berdasarkan likuiditasnya. Dan pelaporan pendapatan berdasarkan jumlah pendapatan yang diterima pada saat tahun berjalan. Pada pelaporan biaya berdasarkan realisasi pengeluaran gereja, sedangkan pada biaya gereja melaporkan untuk biaya program disesuaikan dengan anggaran yang telah dibuat setiap awal periode. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa laporan keuangan pada gereja berbeda dengan laporan keuangan perusahaan pada umurnya atau yang secara

12

konvensional

ditemui.

Segala

macam

bentuk

pencatatan,

pengukuran,

pengungkapan, dan pelaporan keuangan gereja telah dicantumkan di dalam PSAK No.45 mengenai Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Dan standar pelaporan keuangan gereja hanya menyajikan dua laporan keuangan saja yang seharusnya untuk lembaga non-profit seperti gereja ini harus mempunyai dan membuat empat laporan keuangan baik setiap akhir tahun ataupun setiap triwulan itu tergantung dari masing-masing lembaga non-profit tersebut. Dan laporan keuangan tersebut di dapat dari tata buku setiap triwulan yang dimana pada akhir tahunnya akan direkap semuanya mulai dari triwulan pertama hingga triwulan yang ke empat. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dimbil dalam penelitian terhadap Gereja Kristen Jawi Wetan ini adalah: 1. Gereja menggunakan metode cash basic dalam pengakuan kas masuk dank as keluar. 2. Gereja tidak melakukan perjanjian terhadap penerimaan sumbangan dari penyumbang, karena sifat gereja yang murni tanpa paksaan. Karena itu gereja hanya mengakui pendapatan sumbangan menggunakan cash basic. 3. Segala pendapatan dan pengeluaran gereja dikelola oleh masing-masing divisi dibawah pengawasan bagian keuangan atau dana. 4. Gereja melakukan penganggaran tiap awal periode oleh masing-masing divisi.

13

5. Gereja hanya memuat bentuk laporan realisasi anggaran penerimaan, laporan rekapitulasi transaksi, realisasi anggaran biaya, dan laporan posisi saldo kas. 6. Gereja tidak atau belum pernah menerima sumbangan dalam bentuk aktiva tetap. 7. Gereja tidak terlibat hutang piutang kepada pihak luar. Melainkan gereja meminjamkan kepada karyawan untuk keperluan yang mendadak dan pengembaliannya tidak boleh terlalu lama. 8. Pelaporan keuangan GKJW dibuat setiap tiga bulanan dan akan dilakukan rekap keseluruhan pada akhir tahun. 9. Dalam laporan keuangan gereja tidak ada penggolongan sumbangan dalam laporan posisi keuangan yang sebagaimana mestinya dijelaskan dalam PSAK No.45. 10. Seluruh sumbangan dimasukkan kedalam kas dan hanya dikeluarkan pada saat adanya biaya operasional gereja. 11. Gereja tidak menggolongkan donatur atau penyumbang dalam beberapa jenis penyumbang sebagaimana yang telah dijelaskan dalam PSAK No.45. 12. Gereja telah melakukan pemilahan dana yang masuk pada penerimaan kas berdasarkan masing-masing divisi yang ada di dalam struktur organisasi gereja tersebut.

14

13. Gereja memiliki pendapatan dari sumbangan ataupun dari persembahan dimana persembahan tersebut yaitu persembahan syukur, persembahan bulanan, persembahan perpuluhan, pokja kematian, ibadah minggu dewasa, ibadah anak dan remaja, ibadah patuwen brayat. Dimana dari masing-masing persembahan tersebut telah dikelola oleh masing-masing devisi. 5.2 Keterbatasan Penelitian.

Pada penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan dari segi teori, metodologi, Dan teknis sebagai berikut: 1. PSAK No.45. yang digunakan sebagai dasar teori masih terlalu sulit untuk dicerna secara mendalam, akibatnya sebagian besar yayasan ataupun organisasi gereja lebih memilih menggunakan laporan keuangan yang dalam bentuk konvesional. 2. Tehnik wawancara yang digunakan peneliti sedikit kurang efektif, dikarenakan narasumber kurang paham pembahasan yang terdapat dalam PSAK No.45. 3. Data laporan keuangan dalam gereja selalu di audit setiap triwulan dan direkap semua pada akhir tahun tetapi data laporan keuangan yang dibuat oleh gereja memang berbeda dengan laporan keuangan yang disajikan dalam PSAK No.45.

15

5.3. Saran. Setelah melakukan penelitian maka dengan ini peneliti memberikan saran terbaik untuk pihak-pihak yang terkait dengan penelitian maupun bagi pengembangan ilmu selanjutnya: 1. Pelaporan kauangan dalam gereja lebih diperlengkap karena laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No.45 hanya laporan arus kas dan juga catatan atas laporan keuangan saja. Laporan posisi keuangan dan laporan aktivitas tidak ada dalam laporan keuangan gereja. 2. Perlu dibuat neraca supaya laporan keuangan tersebut bisa lebih dipahami oleh pembaca. Dan bisa mebjadikan laporan tersebut menjadi mudah untuk disajikan. 3. Setiap pelaporan keuangan baik triwulan maupun rekap akhir tahun telah di audit tetapi lebih baik yang mengaudit langsung dari auditor bukan dari warga jemaat yang mungkin pekerjaannya bukan sebagai auditor supaya tidak terjadi adanya pemalsuan laporan keuangan yang akan di audit.

16

DAFTAR RUJUKAN Bastian, Indra . 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Jakarta : Penerbit Erlangga. Helen Irvine. 2001. Balancing Money and Mission in a Local Church Budget. School of Accounting & Finance, University of Wollongong, Wollongong, Australia. Henkie Priemaadienova Budiraharjo. 2009. Penerapan Pelaporan Keuangan Pada Yayasan Nurul Hayat Yang Sesuai Dengan PSAK No. 45. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan, STIE Perbanas Surabaya. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Ikatan Akuntan Indonesia. Margaret Lightbody, 2001. Accounting and Accountants in Church Organisation: A Critical Reflection. School of Commerce University of Adelaide North Terrace. Noerpatiwi, AM. Vianey. Aspek Value Added Rumah Sakit Sebagai Badan Layanan Umum. Jurnal Ilmu Pendidikan. (Online) diakses melalui Google Search Engine (http://www.google.co.id, 6 April 2010). Nainggolan, Pahala. 2005. Akuntansi keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis. Edisi pertama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Republik Indonesia, Pasal 71 Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 Tentang Definisi Gereja. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Bandung : Alfabeta.

17

Anda mungkin juga menyukai