Subjek penelitian pada penelitian ini adalah dua yayasan sosial keagamaan yang
yayasan tersebut sudah memiliki perputaran dana lebih dari 2,5 milyar rupiah per
tahun, berumur lebih dari 2 tahun, telah menerapkan teknologi digital dalam
perbedaan yang cukup signifikan dalam latar belakang pendirian, umur sejak
1
tersebut, penulis berharap menemukan perbedaan praktik mekanisme di kedua
yayasan.
Yayasan A awalnya adalah sebuah divisi sosial dari sebuah masjid yang
cukup terkenal di Yogyakarta (Masjid X). Pada awal tahun 2020, divisi sosial
bantuan kepada masjid yang sedang berada dalam proses pembangunan. Selain
ambulan gratis untuk warga sekitar, program tebar sembako, serta bantuan
Sementara itu, berbeda dari Yayasan A yang awalnya adalah divisi sosial
sebuah masjid, Yayasan B dulunya adalah divisi sosial dari sebuah yayasan yang
bergerak di bidang pendidikan Islam. Divisi tersebut kemudian tumbuh dan resmi
menjadi yayasan yang berdiri sendiri sejak tahun 2016. Aktivitas utama Yayasan
sosial seperti bantuan kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat yang tidak
mampu .
untuk berwakaf dengan nominal tertentu setiap bulannya. Selain itu, Yayasan A
juga memiliki komunitas relawan yang saat ini berjumlah 39 orang. Para relawan
2
tersebut berperan dalam memberi informasi kepada Yayasan A apabila ada pihak
lapangan. .Sementar itu, Yayasan B tidak memilliki kelebihan tertentu yang tidak
Yayasan A Yayasan B
lapangan
Berdiri sendiri, tapi memiliki afiliasi Tidak memiliki afiliasi dengan entitas
besar
laporan formal seperti tabel berisi laporan keuangan atau bisa juga laporan yang
3
bersifat kurang formal seperti infografis yang mudah dipahami. Mekanisme
keuangan. Dalam hal ini, Yayasan A tidak menggunakan jasa auditor eksternal
dan tidak pula menerapkan standar yang telah ditetapkan pada ISAK 35 dalam
yayasan yang terpercaya kepada para donatur. Status WTP dari auditor eksternal
keuangannya. Hal ini dikarenakan persyaratan auditor eksternal yang hanya dapat
4
B kemudian merekrut karyawan dengan latar belakang keuangan yang mampu
melakukan perhitungan atas aset, liabilitas, dan ekuitas yang dimiliki Yayasan B
serta membuat laporan keuangan sesuai standar ISAK 35. Sampai saat ini,
pada tahun 2019, 2020, 2021, dan 2022 serta berniat untuk tetap menggunakan
ingin menggunakan jasa auditor eksternal, tapi saat ini hal tersebut belum bisa
dibanding urusan administratif ada kaitannya dengan umur yayasan yang relatif
masih muda sehingga masih mengalami banyak trial & error dalam aktivitas
teknis lapangannya
masih awal berdiri, suatu yayasan tentunya akan mempelajari banyak hal baru
5
serta mengalami fase trial & error yang cukup akubat dari masih kurangnya
nirkaba dapat dibagi menjadi evaluasi pada aspek eksternal dan evaluasi pada
aspek internal. Evaluasi eksternal selanjutnyaa dapat dibagi menjadi dua jenis
bantuan atau jumlah fasilitas yang telah dibangun dan evaluasi jangka panjang
contoh evaluasi internal yang dapat diakukan organisasi nirlaba adalah evaluasi
eksternal jangka pendek berupa evaluasi terhadap jumlah dana yang telah
disalurkan dan jumlah penerima bantuan di setiap bulannya. Namun, penulis juga
eksternal jangka panjang dari donasi yang telah disalurkan seperti evalusi
terhadap dampak dari bantuan yang telah diberikan,. Kedua yayasan hanya
6
membatasi aktivitas penyaluran bantuannya sampai tahap pemberian dana kepada
penerima saja.
disalurkannya yaitu karena kedua yayasan sudah percaya bahwa penerima bantuan
berpendapat bahwa screening awal terhadap setiap calon penerima bantuan sudah
menjadi alat kontrol yang cukup baik untuk memastikan bahwa dana yang telah
mungkin.
adanya rapat rutin yang salah satu isinya adalah memeriksa pekerjaan yang telah
memiliki agenda rapat tiap bulan yang salah satunya berisi laporan hasil kerja dari
rapat pekanan yang membahas hal yang sama. Meskipun sama-sama memiliki
agenda rapat rutin yang membahas tentang kinerja tiap individu karyawan.
Penulis menemukan bahwa kedua yayasan sama-sama belum memiliki KPI yang
7
perbedaan alasan mengenai ketidakadaan KPI di kedua yayasan tersebut. Menurut
Narasumber 1 dan 2, penyebab Yayasan A sampai saat ini belum memiliki KPI
untuk karyawannya adalah karena Yayasan A saat ini masih mengalami banyak
trial & error dalam melaksanakan operasinya sehari-hari. Hal ini menyebabkan
pada Yayasan B adalah karena adanya asas dan kultur kekeluargaan yang kental
yang sudah ada sejak awal berdirinya yayasan. Adanya asas tersebut membuat
menjadi hal yang tidak wajar untuk dilakukan. Dalam Yayasan B keputusan untuk
menerapkan KPI karyawan atau aturan yang lebih ketat di masa lalu sempat
Terlepas dari perbedaan alasan yang diberikan oleh narasumber dari kedua
yayasan, penulis mengamati bahwa tidak adanya KPI atau tindakan serius kedua
dipengaruhi oleh budaya organisasi nirlaba yang lebih menekankan aksi lapangan
daripada tindakan administratif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riddel (1999)
8
analisis. Hal ini disebabkan mindset kebanyakan karyawan organisasi nirlaba yang
melihat bahwa tindakan analisis merupakan tindakan yang sia-sia dibanding aksi
nyata seperti penerimaan dan penyaluran donasi di lapangan. Selain itu, tindakan
evaluasi internal seperti evaluasi KPI juga memberikan tekanan kepada para
ini ternyata tidak melakukan kinerjanya dengan baik. Selain itu, tidak adanya
tekanan dari para donatur kepada organisasi nirlaba untuk memiliki KPI bagi
organisasi nirlaba.
keikutsertaan publik dalam menentukan proyek apa yang akan dibuat oleh suatu
entittas NGO. Semakin tinggi keikutsertaan publik untuk ikut serta dalam
menentukan proyek apa yang akan dibuat, maka semakin tinggi nilai partisipasi
terbagi menjadi empat level. Pada level pertama, informasi mengenai proyek yang
9
keputusan mengenai proyek mana yang akan dieksekusi dipegang sepenuhnya
fasilitas yang telah dibuat oleh organisasi nirlaba. Pada partisipasi level ketiga
bernegosiasi dengan organisasi nirlaba tersebut atau bahkan memiliki hak suara
dalam menentukan proyek mana yang akan dilaksanakan. Sementara itu, pada
sendiri untuk membuat proyek sosial tanpa campur tangan dari NGO maupun
pemerintah.
bantuan bantuan atau proyek yang akan dilaksanakan, tetapi keputusan terkait dua
dipegang sepenuhnya oleh tim yayasan tanpa melibatkan banyak warga sekitar.
daerah, tetapi tim pelaksana tebar sembako tersebut berasal dari tim yayasan dan
10
Sementara itu, praktik di Yayasan B memiliki sedikit perbedaan dibanding
mana yang akan diberikan bantuan atau proyek apa yang akan dilaksanakan
juga banyak dibantu oleh warga sekitar. Contohnya adalah program Yayasan B
berupa pembangunan sumur dan pengadaan pipa untuk menyalurkan air yang
masyararakat pada Yayasan A ada pada level pertama sementara level partisipasi
adanya perbedaan yang signifikan dari skala program yang dibuat di kedua
yayasan. Yayasan B memiliki program sosial yang lebih besar dibadnig Yayasan
warga sekitar.
11
4.2.4 Self-regulation
yang dilakukan oleh satu atau jaringan kelompok organisasi nirlaba untuk
mengembangkan suatu kode etik yang mengatur performa dan perilakunya. Self-
regulation juga dapat bermakna aturan yang dibuat oleh pemerintah atau institusi
tertentu yang menjadi pedoman dalam aktivitas operasi organisasi nirlaba. Pada
dana operasional yayasan sebesar 10% dari hasil pengumpulan sumbangan serta
dari donasi umum yang telah dikumpulkan. Dana untuk operasional Yayasan A
didapat dengan cara lain berupa: 1) pos penerimaan donasi khusus yang ditujukan
untuk operasional yayasan, dan 2) pengambilan bagian dari zakat mal sebagai
golongan yang termasuk berhak menerima zakat (fii sabilillah). Kebijakan ini
12
pengambilan 10% dari sumbangan yang dikumpulkan, dan 2) pengambilan bagian
dari zakat mal sebagai golongan yang termasuk berhak menerima zakat (fii
memandang bahwa mengambil bagian persentase tertentu dari donasi yang telah
donasi yang telah dikumpulkan adalah tindakan yang boleh-boleh saja karena
keagamaan yang kuat di dalam tubuh kedua yayasan yang dirasa sudah cukup
dapat mengontrol perilaku karyawan, tanpa perlu code of conduct yang tertulis.
agar sesuai dengan visi dan misi yayasan. Menurut Narasumber 2 contoh tindakan
sesuai dengan tujuan organisasi adalah dengan mengevaluasi hasil kerja setiap
karyawan di setiap rapat bulanan dan mengingatkan kembali mengenai visi dan
13
misi yayasan di rapat tersebut. Adanya rapat tersebut menurut Narasumber 1 dan 2
masing.
yang wajib diikuti oleh segenap tim yayasan. Materi di kajian pekanan tersebut
audit sosial. Audit sosial dapat diartikan sebagai proses di mana organisasi
akuntabilitas jangka panjang. Salah satu hal yang paling membedakan audit sosial
14
menurut Ebrahim (2003) besarnya biaya dan upaya yang diperlukan untuk
kedua yayasan sudah memiliki upaya untuk melakukan audit sosial dengan cara
karyawan, dan para relawan yayasan. Di antara hal yang dibahas dalam pertemuan
tersebut adalah keluh kesah para relawan mengenai kebutuhan yang dimiliki
Contoh dari kondisi tersebut adalah apabila di daerah tersebut memiliki banyak
anak yang putus sekolah atau mengalami kristenisasi yang masif. informasi yang
telah didapatkan dari para relawan tersebut selanjutnya akan menjadi bahan
operasi pondok dan terdapat fasilitas yang perlu segera diperbaiki. Dari keluhan-
15
mempertimbangkan untuk menambah subsidi bulanan kepada pondok yang dirasa
16