Anda di halaman 1dari 30

FILOSOFI TEMBANG JAWA "SLUKU - SLUKU BATHOK"

(Semoga bermanfaat, selamat hari Senin : sobat #Jogja & tweeps @YogyakartaCity) ...
Masih ingat tembang Jawa yang diciptakan oleh para Walisongo dalam menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa?. Salah satunya adalah tembang Sluku- Sluku Batok. Ini
adalah tembangnya:

Sluku-sluku bathok,
Bathoke ela-elo,
Si Rama menyang Solo,
Oleh-olehe payung motho,
Mak jenthit lolo lo bah,
Wong mati ora obah,
Yen obah medeni bocah,
Yen urip goleko duwit.

Tapi apakah kalian mengerti apa makna tembang tersebut?. Berikut ini Filosofi tembang
tersebut:

Sluku-sluku bathok
berasal dari bahasa Arab ;Ghuslu-ghuslu batnaka,
artinya,''mandikanlah batinmu'',Membersihkan batin dulu sebelum sebelum
membersihkan badan atau raga.Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan
membersihkan batin atau jiwa.

Bathoke ela-elo ; berasal dari bahasa Arab: batine La Ilaha Illallah


maksudnya ; hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah,diwaktu senang maupun
susah,dikala menerima nikmat maupun musibah,sebab setiap peristiwa yang di alami
manusia,pasti menggandung hikmah.

Si Rama Menyang Solo


Maksudnya ; Mandilah,bersucilah,kemudian kerjakanlah sholat.Allah menciptakan
manusia tidak lain adalah agar menyembah ,menghambakan diri kepada-Nya.

Oleh-olehe patyung motho ;berasal dari bahasa Arab: Laillaha Illalah hayyum mauta ;
Dzikir pada Allah mumpung masih hidup,bertaubat sebelum datangnya maut.Manusia
hidup di dunia tidak hanya sekedar memburu kepentingan duniawi saja. Kesadaran
akan hidup yang kekal di akhirat,menumbuhkan semangat untuk mencari bekal yang
diperlukan.

Mak jenthit lolo o bah : kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa
dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. Sehingga saat kita hidup, kita harus
senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal
untuk dibawa mati.
Yen obah medeni bocah : Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan
beramal hilang. Banyak ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat
hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharat-nya akan lebih besar.

Yen urip golekno dhuwit : Kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat
ini. Saat masih hidup. Pengin kaya, pengin membantu orang lain, pengin
membahagiakan orang tua: sekaranglah saatnya. Sebelum terlambat, sebelum segala
pintu kesempatan tertutup.

Mudah-mudahan kita semua bisa menerapkan dan mengamalkan makna dari syair di
dalam lagu “SLUKU-SLUKU BATHOK”. Bukan hanya untuk sekedar lagu dolanan, akan
tetapi merupakan keadaan yang harus dilakukan setiap manusia di bumi agar selalu
dekat dengan Sang Maha Pencipta.
MAKNA FILOSOFI DARI LAGU ILIR ILIR

Lir-ilir, lir-ilir
tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…

Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang
di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan
kali jaga ini konon dibuat tahun 1400 ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk
syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University
terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan,
seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti
filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol
McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat),
dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz
pada konser musik “Harp to Heart“.

Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya

Lir-ilir, lir-ilir
tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan
hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi
yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan?
hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang
dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada
gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir.
Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.
Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat
yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah
sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan
sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam.

Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun


taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru
dalam jenjang kehidupan pernikahannya.

Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi.


Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain?
Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu
membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam
jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna
hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama
Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam
yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para
wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak
masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.

Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.


Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk
membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini
yang harus dibersihkan.

Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir.


Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan,
perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah
pakaian taqwa“.

Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore.


Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang
Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah
dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban
kelak.

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane.


Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika
pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata,
ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo.
Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai
tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu (Al-Anfal :25)

“Ilir-ilir” secara garis besar bermakna ajakan, seruan, mobilisasi bagi para juru dakwah
yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga untuk mengembangkan nilai-nilai Islam di bumi
Nusantara. Boleh dibilang, “Ilir-ilir” adalah lagu politis -berbasis geopolitik- pada saat
itu.

"LIKE SHARE" SEMOGA BERMANFAAT.....

Masih ingat tembang Jawa yang diciptakan oleh para Walisongo dalam menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa?. Salah satunya adalah tembang Sluku- Sluku Batok. Ini
adalah tembangnya:

Sluku-sluku bathok,

Bathoke ela-elo,

Si Rama menyang Solo,

Oleh-olehe payung motho,

Mak jenthit lolo lo bah,

Wong mati ora obah, Yen obah medeni bocah, Yen urip goleko duwit.

Tapi apakah kalian mengerti apa makna tembang tersebut?. Berikut ini Filosofi tembang
tersebut:

Sluku-sluku bathok

berasal dari bahasa Arab : Ghuslu-ghuslu batnaka, artinya,''mandikanlah


batinmu'',Membersihkan batin dulu sebelum sebelum membersihkan badan atau raga.
Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin atau jiwa.

Bathoke ela-elo ;

berasal dari bahasa Arab : batine La Ilaha Illallah maksudnya ; hatinya senantiasa
berdzikir kepada Allah,diwaktu senang maupun susah,dikala menerima nikmat maupun
musibah,sebab setiap peristiwa yang dialami manusia,pasti menggandung hikmah.
Si Rama Menyang Solo

Maksudnya ; Mandilah,bersucilah,kemudian kerjakanlah sholat.Allah menciptakan


manusia tidak lain adalah agar menyembah ,menghambakan diri kepada-Nya.

Oleh-olehe patyung motho ;

berasal dari bahasa Arab: Laillaha Illalah hayyum mauta ;

Dzikir pada Allah mumpung masih hidup,bertaubat sebelum datangnya maut.Manusia


hidup di dunia tidak hanya sekedar memburu kepentingan duniawi saja. Kesadaran
akan hidup yang kekal di akhirat,menumbuhkan semangat untuk mencari bekal yang
diperlukan.

Mak jenthit lolo o bah, wong mati ora obah :

kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau
dimundurkan walau sesaat. Sehingga saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan
waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati.

Yen obah medeni bocah :

Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang. Banyak
ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat hidup lagi maka
bentuknya menakutkan dan mudharat-nya akan lebih besar.

Yen urip golekno dhuwit :

Kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat masih hidup.
Pengin kaya, pengin membantu orang lain, pengin membahagiakan orang tua,
sekaranglah saatnya. Sebelum terlambat, sebelum segala pintu kesempatan tertutup.

Mudah-mudahan kita semua bisa menerapkan dan mengamalkan makna dari syair di
dalam lagu “SLUKU-SLUKU BATHOK”. Bukan hanya untuk sekedar lagu dolanan, akan
tetapi merupakan keadaan yang harus dilakukan setiap manusia di bumi agar selalu
dekat dengan Sang Maha Pencipta.

Inilah makna secara utuh dari lirik tersebut agar kita mendapatkan keutuhan dari
filosofi tembang ini :

Ada sebuah tempat, dimana tempat tersebut menyimpan harta yang sangat berharga
(Cublak-cublak suweng).
(Suwenge teng gelenter) yang menggambarkan bahwa harta yang sangat berharga
tersebut tercecer dimana-mana, terdapat dimana-mana adalah sebuah gambaran
keberlimpahan hidup. Disekeliling kita, kanan kiri atas bawah terdapat harta tersebut.
Tentu saja ini sebuah berita yang mengejutkan bagi sebagian orang yang disini
digambarkan sebagai ‘Gudhel’: Benarkah keberlimpahan hidup tidak jauh dari kita?

Berita tersebut memicu orang-orang bodoh, orang-orang berpengetahuan sempit


(mambu ketundhung gudhel) untuk bergegas mencarinya. Mereka karena tidak dibekali
pengetahuan jiwa maka walaupun banyak yang merasa menemukan harta yang mereka
anggap berharga, tetap saja mereka masih merasa kurang dan selalu menengok kiri-
kanan (pak empo lera-lere). Kesuksesan, materi, nama besar, jabatan, yang semua itu
dianggap keberlimpahan tetap saja mengakibatkan bingung dan tidak puas.

Dibalik semua itu, ada orang-orang yang sudah menemukan keberlimpahan. Mereka
yang sudah menemukan harta yang sangat berharga tersebut, melihat orang-orang
yang selalu mengejar keberlimpahan palsu, mereka hanya tertawa saja (sopo ngguyu
ndhelikake). Mereka tertawa seakan-akan menyembunyikan rahasia: bukan itu lho! Itu
palsu! Itu hanya ilusi dunia!

Lalu yang terakhir, orang-orang bodoh ini, para Gudhel ini yang kemudian malah
berkoar-koar sudah menemukan. Mereka banyak bicara, bahkan mengajarkan cara
untuk menemukannya. Padahal ‘dele kopong’, dele kopong yaitu yang banyak bicara
adalah orang tak berisi. Dele kopong bila dalam peribahasa Indonesia adalah Tong
kosong nyaring bunyinya.

Konsep keberlimpahan hidup dalam lagu Cublak-cublak Suweng ini sangat istimewa.
Orang-orang bodoh selalu mencarinya keluar dari dirinya (mambu ketundhung gudhel)
sehingga ia tetap merasa bingung dalam hidup (pak empo lera-lere). Sementara orang
bijaksana (sopo ngguyu ndhelikake) menyadari bahwa tempat rahasia (cublak) yang
merupakan tempat menyimpan harta sangat berharga (suweng) yang sekaligus
membuat harta tersebut tersebar dimana-mana (suwenge teng gelenter) ada di dalam
‘Sir‘ (kata pertama dalam kalimat sir sir pong dele kopong), Sir adalah hati nurani
manusia!

Lirik ini juga merupakan sebuah nasehat atau ‘jalan’ istimewa untuk menemukan
Cublak itu tadi. Bagaimana caranya menemukan tempat bagi harta yang sangat
berharga tersebut? Yaitu sir pong udele bodong!

Sir adalah Hati Nurani, sedangkan pong udele bodong adalah sebuah ‘sasmita’ atau
gambaran tentang wujud yang tidak memakai apa-apa sehingga udel atau pusarnya
kelihatan.

Telanjang atau orang yang tidak memakai artibut apa-apa adalah orang sederhana,
rendah hati, mengedepankan rasa dan selalu memuliakan orang lain. Yang akan
menemukan ‘Cublak’ tersebut adalah orang yang polos, tidak memakai atribut, tidak
memakai ego kepemilikan dan kemelekatan, dan itu bukanlah para Gudhel! Ia sekali
lagi adalah para pong udele bodong, yaitu orang-orang polos, sederhana, dan bersih
hatinya.

Masalah harta gono-gini Ahmad Dhani dan Maia Estianty masih terus menghangat. Dalam
persidangan perceraian musisi ini, yang berlangsung Selasa kemarin, terungkap fakta baru yang
cukup mengejutkan. Pihak Dhani, melalui pengacaranya menyatakan bahwa masih ada
tunggakan hutang sebesar 20 milyar rupiah. Dan hutang itu harus ditanggung bersama.
Sementara pihak Maia mengatakan tidak tahu menahu soal hutang tersebut. Yang menjadi
pertanyaan hutang apakah gerangan hingga sebanyak itu.

Menurut Habib Umar, SH, selaku pengacara Dhani mengatakan, "Ya macam-macam, tapi
persisnya saya tidak tahu. Ya untuk kebutuhan mereka berdualah, sandang, pangan dan papan,
kan banyak kebutuhan. Jadi jangan bilang saya tidak tahu. Jadi yang harus dipertanyakan adalah
harta bersama yang dalam penguasaan Maia itu kemana, kan semuanya utang. Rumah utang,
mobil utang, semua utang, jadi jangan cuci tangan saja."

Persoalan Harta gono-gini mulai mencuat ketika Maia mengajukan permohonan sita terhadap
harta bersama yang diperoleh selama perkawinan mereka. Jika Maia mempermasalahkan harta
gono-gini, semata-mata untuk masa depan anak mereka.

Namun di pihak Dhani menilai Maia tidak fair. Add dugaan Maia berusaha menyembunyikan
kekayaannya.

Menurut Maia, "Jika saya memperjuangkan anak-anak, itu kan wajar dong. Itu anak-anak saya,
jika saya meminta bagian itu untuk anak, bukan untuk saya lho, sebab anak-anak berhak
mendapatkan itu, kalau saya, masih bisa kerja sendiri."

Sedangkan Habib Usmar juga mengatakan, "Uang milyaran itu habis kemana. Apakah ia penjudi
atau apa, kok dalam waktu singkat uang itu habis. Jika kalau ia memang boros, minimal berarti
ia tidak layak sebagai ibu. Nah itu yang jadi pertanyaan, kemana. Kalau bilang tidak ada saja, itu
bukan jawaban."

Menurut Ahmad Dhani, "Maia itu rekeningnya ada di Bank Mega, ada beberapa milyar disana.
Dan itu bisa ditelusuri."

Tidak juga ditemukan titik temu dalam upaya damai, membuat perkawinan Dhani-Maia yang
telah berjalan selama 11 tahun ini benar-benar terancam kandas. Jika hal itu memang terjadi,
tampaknya Maia memang telah siap. Bagi ibu tiga anak ini, perceraian menjadi jalan terbaik.
Sementara Dhani pernah mengatakan jika Maia memang ingin bercerai, cukup mengatakan
sudah tidak ada lagi kecocokan, daripada membuat seakan banyak daftar alasan menggugat cerai.

Maia juga menambahkan, "Semua tentang masalah perceraian, aku serahkan kepada kuasa
hukum. Mereka sudah tahu mau aku itu apa, dan mereka yang mengaturnya mana yang terbaik
buat aku. Jadi untuk aku sekarang, jika memang tidak mau memperlihatkan perubahan tingkah
laku, buat apa diteruskan. Toh kalau memang dia sudah tidak cinta dan sayang sama aku,
daripada saling hujat, menghina dan menyakiti, buat aku akan lebih baik pisah. Itu adalah yang
terbaik dari yang terburuk dan terburuk dari yang paling buruk.

Sedangkan Dhani mengatakan, "Kalau mau cerai ya bilang saja. Saya juga sering baca gugatan
Maia yang panjang lebar, padahal bilang saja tidak cocok, titik, maka selesai. Daripada
memfitnah saya ini macam-macam. Buat saya kalau mau cerai bilang saja tidak cocok, itu pasti
ketok palu cerai, selesai." (Aozora)

Tanya :

Bagaimana Islam mengatur masalah harta gono gini suami istri dalam kasus perceraian?

Jawab :

Harta suami dan istri dalam masa perkawinan mereka tidak lepas dari tiga kategori berikut :

Pertama, harta milik suami saja, yaitu harta yang dimiliki oleh suami tanpa kepemilikan istri.
Misal harta yang diperoleh dari hasil kerja suami, atau harta yang dihibahkan oleh orang lain
kepada suami secara khusus, atau harta yang diwariskan kepada suami, dan sebagainya.

Kedua, harta milik istri saja, yaitu harta yang dimiliki oleh istri saja. Misal harta yang dari
diperoleh hasil kerja istri, atau harta yang dihibahkan oleh orang lain khusus untuk istri, atau
harta yang diwariskan kepada istri, dan lain-lain.

Ketiga, harta milik bersama suami istri. Misalnya harta yang dihibahkan oleh seseorang kepada
suami istri secara bersamaan, atau harta benda (misalnya mobil, rumah, TV) yang dibeli oleh
suami istri dari uang mereka berdua (patungan), atau harta yang sudah sulit diidentifikasi milik
suami ataukah istri, dan sebagainya.

Harta kategori ketiga inilah yang disebut dengan istilah harta gono gini, yaitu harta milik
bersama suami istri yang diperoleh sepanjang masa perkawinan mereka. Dalam istilah fiqih,
harta milik bersama ini disebut syirkah amlak, yaitu kepemilikan bersama atas suatu benda
(syarikah al-’ain), semisal kepemilikan bersama atas harta yang diwarisi oleh dua orang, atau
harta yang dibeli oleh dua orang, atau harta yang dihibahkan orang lain kepada dua orang.
(Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham Al-Iqtishadi fi Al-Islam, hlm. 150). Inilah manath (fakta)
yang hendak dihukumi. Bagaimana pembagian harta gono gini ini menurut syara’?

Sesungguhnya syara’ tidak membagi harta gono gini ini dengan bagian masing-masing secara
pasti (fixed, tsabit), misalnya istri 50 persen dan suami 50 persen. Sebab sejauh pengetahuan
kami tidak ada nash yang mewajibkan demikian, baik dari Al-Kitab maupun As-Sunnah.
Pembagiannya bergantung pada kesepakatan antara suami dan istri berdasarkan ash-shulhu
(perdamaian) di antara suami istri. Dalilnya adalah hadits dari ‘Amr bin ‘Auf Al-Muzni RA,
bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Perdamaian adalah boleh, kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal dan [perdamaian] yang menghalalkan yang haram, dan kaum
muslimin [bertindak] sesuai syarat-syarat di antara mereka, kecuali syarat yang mengharamkan
yang halal dan syarat yang menghalalkan yang haram.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan
Tirmidzi, dan disahihkan oleh Tirmidzi) (Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, 4/246, hadits no.
821; Imam Syaukani, Nailul Authar, 8/463, hadits no.2325)

Imam Ash-Shan’ani memberi syarah (penjelasan) hadits di atas bahwa di antara macam
perdamaian adalah perdamaian antara suami istri dan perdamaian untuk memberikan sejumlah
harta kepada lawan sengketa jika terjadi pada harta milik bersama (amlak). (Imam Ash-Shan’ani,
Subulus Salam, 4/247).

Dengan demikian, jika suami istri bercerai dan hendak membagi harta gono gini di antara
mereka, dapat ditempuh jalan perdamaian (ash-shulhu). Sebab salah satu jenis perdamaian
adalah perdamaian antar suami istri, atau perdamaian tatkala ada persengketaan mengenai harta
bersama (amlak).

Dengan perdamaian, pembagian harta gono gini bergantung pada musyawarah antara suami istri.
Boleh suami mendapat 50 persen dan istri 50 persen. Boleh suami mendapat 30 persen dan istri
70 persen, boleh pula suami mendapat 70 persen dan istri 30 persen, dan boleh pula pembagian
dengan persentase-persentase yang lain. Semuanya dibenarkan syara’, selama merupakan hasil
dari perdamaian yang telah ditempuh berdasarkan musyawarah dan kerelaan masing-masing
pihak. Wallahu a’lam.[]

HARTA GONO GINI

Pertanyaan:
Isteri saya mengajukan gugatan cerai dengan pergi dari rumah. Apakah isteri masih berhak
mendapatkan harta gono-gini menurut hukum perkawinan Islam dan sejauhmana hukum
mengenai pembagian harta tersebut ?
dari Si

Jawaban:

Suatu perbuatan hukum yang menjadi penyebab timbulnya harta bersama itu adalah
"Perkawinan" baik perkawinan yang diatur oleh pasal 26 dan seterusnya KUHPerdata, maupun
perkawinan yang diatur UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Putusnya perkawinan karena perceraian ada dua sebutan yaitu "cerai gugat" dan "cerai talak",
penyebutan ini menunjukkan kesan adanya perselisihan antara suami dan isteri. Dalam hal ini
hak untuk memecah perkawinan melalui perceraian tidak lagi monopoli suami. Isteri diberi hak
untuk mengajukan gugatan cerai. Perceraian dengan talak biasa disebut cerai talak hanya berlaku
bagi mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam. Sedangkan perceraian
dengan gugatan biasa disebut dengan cerai gugat berlaku bagi mereka yang melangsungkan
perkawinan menurut agama Islam dan bukan agama Islam.
Harta bersama menurut KUHPerdata
Persatuan harta kekayaan dalam pasal 119 KUHPerdata pada pokoknya dikemukakan bahwa
terhitung sejak saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum terjadilah persatuan bulat harta
kekayaan suami dan isteri sejauh tidak diadakan perjanjian perkawinan tentang hal tersebut, jadi
dari sini dapat diartikan bahwa yang dimaksud Harta Bersama adalah "Persatuan harta kekayaan
seluruhnya secara bulat baik itu meliputi harta yang dibawa secara nyata (aktiva) maupun
berupa piutang (pasiva), serta harta kekayaan yang akan diperoleh selama perkawinan".
Harta bersama menurut UU No. 1 Tahun 1974
Harta bersama menurut UU ini ialah: "terbatas pada harta yang diperoleh selama dalam
perkawinan". Sedangkan harta yang dibawa sebelum perkawinan berlangsung ini disebut dengan
harta bawaan.
Mengenai harta bersama ini, dalam syariat Islam (Al Quran dan Sunnah) tidak ada diatur.
Seolah-olah masalah harta bersama dalam hukum Islam kosong atau vakum. Hukum agama tidak
mengenal harta bersama.
Mengenai pokok-pokok hukum Lembaga harta bersama yang diatur dalam Bab XII Kompilasi
Hukum Islam secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
a. harta bersama terpisah dari harta pribadi masing-masing:
- harta pribadi tetap menjadi milik pribadi dan dikuasai sepenuhnya oleh pemiliknya (suami-
isteri).
- harta bersama menjadi hak bersama suami-isteri dan terpisah sepenuhnya dari harta pribadi.
b. harta bersama terwujud sejak tanggal perkawinan dilangsungkan:
- sejak itu dengan sendirinya terbentuk harta bersama,
- tanpa mempersoalkan siapa yang mencari,
- juga tanpa mempersoalkan atas nama siapa terdaftar.
c. tanpa persetujuan bersama; suami atau isteri tidak boleh mengasingkan atau memindahkan,
d. hutang untuk kepentingan keluarga, dibebankan kepada harta bersama,
e. dalam perkawinan serial atau poligami, wujud harta bersama, terpisah antara suami dengan
masing-masing isteri,
f. apabila perkawinan pecah (mati, cerai):
- harta bersama dibagi dua,
- masing-masing mendapat setengah bagian,
- apabila terjadi cerai mati, bagiannya menjadi tirkah,
g. sita marital atas harta bersama diluar gugat cerai (pasal 95)
- suami isteri dapat meminta sita marital kepada Pengadilan Agama apabila salah satu pihak
boros atau penjudi.
Mengenai gugatan cerai dari isteri, harus disertai alasan-alasannya (pasal 148 Kompilasi Hukum
Islam).
Alasan-alasan perceraian (pasal 116 Kompilasi Hukum Islam):
a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi dan lain sebagainya
yang sukar disembuhkan;
b. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak
lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.
c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat
setelah perkawinan berlangsung.
d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat ynag membahayakan pihak
lain;
e. salah satu pihak mendapat cacad badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami atau isteri;
f. antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada
harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
g. suami melanggar taklik-talak;
h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah
tangga.

Akibat Putusnya Perkawinan Karena Perceraian


Karena terjadinya perceraian, maka ada tiga akibat yang perlu diperhatikan yaitu:
1. akibat terhadap anak dan isteri;
2. akibat terhadap harta perkawinan;
3. akibat terhadap status.
Akibat terhadap anak dan isteri
1. bapak dan ibu tetap berhak memelihara dan mendidik anak-anak mereka semata-mata untuk
kepentingan anak. Apabila ada perselisihan tentang penguasaan anak, Pengadilan memberikan
keputusannya.

2. bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan
anak itu. Apabila bapak dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut,
Pengadilan dapat menetapkan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan
kepada bekas isteri, dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas isteri. (pasal 41 Undang-
undang Perkawinan).
Akibat terhadap harta perkawinan
Untuk harta bawaan dan harta perolehan tidak menimbulkan masalah, karena harta tersebut tetap
dikuasai dan adalah hak masing-masing pihak. Apabila terjadi penyatuan harta karena perjanjian,
penyelesaiannya juga disesuaikan dengan ketentuan perjanjian dan kepatutan.
Tetapi terhadap harta bersama, mungkin akan timbul persoalan. Menurut ketentuan pasal 37 UU
Perkawinan, bila perkawinan putus karena perceraian. harta bersama diatur menurut hukumnya
masing-masing. Yang dimaksud dengan "hukumnya" masing-masing ialah hukum agama,
hukum adat, dan hukum-hukum lain.
Dengan demikian penyelesaian harta bersama adalah sebagai berikut:
1. Bagi mereka yang kawin menurut agama islam, hukum islam tidak mengenal harta bersama,
karena isteri diberi nafkah oleh suami. Yang ada adalah harta milik masing-masing suami dan
isteri. Harta ini adalah hak mereka masing-masing.

2. Bagi mereka yang kawin menurut agama Islam dan agama-agama lainnya, tetapi tunduk pada
hukum adat yang mengenal harta bersama (gono-gini, harta guna kaya), jika terjadi perceraian,
bekas suami dan bekas isteri masing-masing mendapat separuh.

3. Bagi mereka yang kawin menurut agama Kristen, tetapi tunduk kepada BW yang mengenal
harta bersama (persatuan harta sejak terjadi perkawinan), jika terjadi perceraian, harta bersama
dibagi dua antara bekas suami dan bekas isteri (pasal 128 KUHPerdata).
Jika terjadi sengketa tentang penyelesaian harta bersama, sedang hal ini tidak diatur menurut
hukum agama maka dapat diajukan kepada Pengadilan Negeri yang berwenang, walaupun bagi
mereka yang beragama Islam.

MASALAH GONO GINI ATAS ISTERI YANG MINTA CERAI


Saya mempunyai seorang bibi yang sudah bercerai dengan suaminya, alasan bercerai
karena suaminya selingkuh dengan wanita lain dan juga suaminya sering melakukan
kekerasan secara non verbal (dapat di artikan dia menyakiti melalui ucapan-ucapan
yang menyakiti hati istrinya setelah ketauan berselingkuh). selama
proses perceraian suaminya tidak pernah datang sekalipun ke pengadilan sehingga
pengadilan menyetujui gugatan sang istri untuk bercerai .

(1) sekarang masalahnya adalah mengenai masalah pembagian harta gono-gini disini
suaminya bilang bahwa wanita yang menuntut cerai suaminya tidak berhak
mendapatkan sepeserpun hartanya dan kedua bahwa sertifikat tanah dan rumah
atas nama istrinya itu hanya wacana saja dan bisa diambil kembali atas nama mantan
suaminya . apakah benar seperti itu ?

(2) apakah kasus pembagian harta gono - gini bisa dibawa ke pengadilan untuk
menyelesekanya ?

ket : kedua orang tersebut muslim

Salam

FI
JAWAB :

Terima kasih telah menghubungi saya ...

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dikatakan sebagai berikut :

Pasal 35

(1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

(2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Pasal 36

(1) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak.

(2) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya.

Pasal 37

Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.

Terkait karena keduanya, mantan suami isteri tersebut adalah muslim, maka mereka terikat dan tunduk pada ketentuan Hukum Islam sebagaimana
diatur dalam ketentuan Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, yang menyatakan, "janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta
bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan".

Jadi, berdasarkan ketentuan hukum di atas, pernyataan mantan suami yang menyatakan Isteri yang menuntut cerai, tidak berhak atas harta bersama,
tidaklah benar. Demikian juga pernyataannya yang menyatakan bahwasanya sertifikat tanah dan rumah yang sudah diatasnamakan isteri bisa diambil
kembali oleh mantan suaminya, itu juga tidak benar. Yang benar, jika mantan suami ingin mengambil dan membaliknama-kan sertifikat dimaksud,
mengingat tanah dan bangunan tersebut adalah bagian dari harta bersama dengan mantan isterinya, maka, ia harus melakukan terlebih dahulu
pembagian harta bersamanya.

Masalah pembagian harta bersama bisa diajukan dan diselesaikan melalui Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya mencakup domisili salah satu
pihak.

Bengkalis | Pa-bengkalis.go.id

Selama tiga hari berturut-turut di hotel rindu sepadan Minas hari Senin s/d Rabu tanggal 19 s/d
21 November 2012 KPA Bengkalis diminta Bupati Siak Sri Indrapura melalui Kabag Hukum
Pemkab Siak untuk menyampaikan masalah seputar proses perceraian dan penyelesaian gono-
gini di Pengadilan Agama.

Ini terkait dengan kompetensi relatif bahwa Kabupaten Siak Sri Indrapura belum memiliki
Pengadilan Agama, yang secara mutatis-mutandis secara yuridis masih masuk yurisdiksi
PA.Bengkalis sehingga animo dari kepala desa, unsur tokoh masyarakat atau LPM sangat
antusias untuk mengikuti acara tersebut seluruh peserta mengikuti tersebut, seluruh peserta
berjumlah lebih kurang 210 orang.

Gambar : KPABengkalis (paling kanan) memberi ucapan selamat dengan staf ahli Bupati secara
simbolis kepada para peserta yang mewakili.

Stigma tentang PA.Siak Sri Indrapura yang belum berdiri di kabupaten Siak,dikarenakan belum
ada keppres menyebabkan masyarakat kab. Siak melalui kabag Hukum Pemkab Siak untuk
menindak lanjuti acara sosialisai yang diselenggarakan dalam acara ini,

Beberapa persoalan Hukum perkawinan yang berkenan dengan gono – gini di kabupaten Siak
sangat banyak, hal ini tebukti secara data maupun fakta penyelesaian harta bersama disiak setiap
bulan rata-rata ada 2 atau 3 perkara, yang obyek sengketanya sebagian besar adalah lahan
perkebunan sawit yang luasnya ada yang mencapai 15 ha, bahkan 20-an ha.

Kepala desa sebagai pimpinan di pedesaan sangat kewalahan dengan adanya kasus penyelesaian
gono-gini ini, inilah acara yang ditunggu-tunggu, bagaimana mekanisme mulai dari pendaftaran,
persidangan (Pembuktian dan pemeriksaan setempat, sita jaminan dsb) sampai eksekusi telah
disampaikan oleh KPABengkalis dengan sistematis, dan penyampaian itu diakukan dengan
durasi lebih kurang 30 menit, lalu hampir 90 menit untuk alokasi Tanya Jawab.
Gambar : KPABengkalis ketika menyampaikan materi di hadapan peserta.

Selama 3 hari, KPABengkalis didaulat sebagai narasumber untuk sosialisasi tersebut selama 3
hari berturut dengan waktu rata-rata 2 jam, namun demikian pihak Pemkab maupun para peserta
sangat respek dan merespon semua yang disampikan KPABengkalis terutama soal Descente
(Pemeriksaan Setempat) karena banyak kepada desa yang belum mengerti dengan istilah-istilah
di peradilan Agama, meskipun Hukum Acara Peradilan Agama juga menggunakan Hukum
Acara Peradilan Umum.

Pertanyaan para peserta ditujukan kepada KPABengkalis sebagian besar adalah kasus-kasus
yang banyak di laporkan dan ditangani oleh kepala desa maupun yang menyeruak ditengah-
tengah masyarakat, pada acara penutup ada peserta yang berujar “acara ini sangat
menyenangkan, tahun depan harus di adakan lagi” tukasnya di tindak lanjuti dengan Applaus dan
tepuk tangan dari seluruh peserta. (Tim Redaksi)

Masalah Harta Bersama


(Harta Gono Gini) dalam Hukum

Salah satu masalah hukum yang sering dihadapi oleh para isteri yang sedang menempuh proses
perceraian atau sudah bercerai dengan suaminya adalah tidak adilnya pembagian harta bersama
atau yang biasa juga disebut harta gono-gini. Jika Anda salah satu dari sekian banyak perempuan
yang mengalami ketidakadilan dalam putusan pembagian harta bersama, Anda dapat mengetahui
upaya apa yang sebaiknya Anda lakukan untuk mengupayakan pembagian harta yang lebih adil
melalui lembar info ini.

Pengertian Harta Bersama

Harta bersama (gono-gini) adalah harta benda atau hasil kekayaan yang diperoleh selama
berlangsungnya perkawinan. Meskipun harta tersebut diperoleh dari hasil kerja suami saja, isteri
tetap memiliki hak atas harta bersama. Jadi, harta bersama meliputi harta yang diperoleh dari
usaha suami dan isteri berdua atau usaha salah seorang dari mereka. Ini berarti baik suami
maupun istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama atas harta bersama dan segala tindakan
hukum atas harta bersama harus mendapat persetujuan kedua belah pihak. Harta bersama dapat
berupa benda berwujud, benda tidak berwujud (hak dan kewajiban), benda bergerak, benda tidak
bergerak dan surat-surat berharga. Sepanjang tidak diatur lain dalam perjanjian perkawinan,
apabila terjadi perceraian maka masing-masing pihak isteri maupun suami berhak atas separoh
(seperdua) dari harta bersama.

Apa saja harta yang tidak termasuk harta bersama?


Menurut hukum perkawinan yang berlaku (Undang-Undang No 1 thn 1974 tentang Perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam), harta kekayaan yang dimiliki sebelum perkawinan (harta bawaan) tidak
termasuk dalam harta bersama kecuali ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Dengan
demikian, pada dasarnya, harta bawaan suami tetap menjadi milik suami dan harta bawaan istri
tetap menjadi milik istri. Selain itu, mahar, warisan, hadiah dan hibah yang didapat selama
perkawinan bukanlah harta bersama.

Ketidakadilan Pembagian Harta Bersama

Seringkali pihak isteri dirugikan dan mengalami ketidakadilan dalam pembagian harta bersama.
Ketidakadilan ini terkait dengan masalah pembakuan peran suami isteri dalam Undang-Undang No.
1 thn 1974 tentang Perkawinan (UUP) yang menyatakan bahwa suami adalah kepala keluarga dan
isteri ibu rumah tangga. UUP juga telah menempatkan isteri sebatas pengelola rumah tangga
(domestik) dengan aturan yang mewajibkan isteri mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
Dampaknya, banyak isteri yang tidak memiliki kesempatan bekerja dan mencari nafkah sendiri
sehingga tidak bisa mengolah ketrampilan yang dimilikinya untuk memperoleh penghasilan. Dalam
hal ini, para isteri mengalami ketergantungan ekonomi terhadap suaminya. Bagaimana jika
kemudian terjadi perceraian? Isteri yang telah "dirumahkan" tentu akan mengalami kesulitan untuk
mandiri secara ekonomi. Beban isteri pun semakin berat jika dalam perkawinan sudah lahir anak-
anak yang menjadi tanggungannya.

Ketidakadilan lainnya yang sering terjadi adalah beban ganda yang memberatkan pihak isteri.
Kadang kala isteri bekerja diluar rumah sebagai pencari nafkah (bahkan sebagai pencari nafkah
utama) dan juga dibebani dengan pekerjaan rumah tangga sepulangnya ke rumah. Kebanyakan
suami yang merasa pekerjaan rumah tangga adalah urusan isteri saja,umumnya enggan melakukan
pekerjaan rumah tangga meski isterinya sejak pagi bekerja di luar rumah.
Dengan demikian, adalah hal yang tidak adil bagi perempuan jika aturan pembagian harta bersama
hanya terbatas pada pembagian separoh dari harta bersama karena tidak sedikit isteri yang
berkontribusi lebih besar daripada suami. Ketentuan pembagian harta bersama sebaiknya diatur
secara proporsional dan adil sesuai dengan kontribusi dan peran masing-masing pihak. Misalnya
dalam kasus perselisihan harta bersama antara ibu Nina (bukan nama sebenarnya) dan suaminya.
Ibu Nina memilih untuk membagi harta bersama melalui pembuatan kesepakatan bersama dengan
suaminya. Sebelumnya, dibuat daftar harta bersama yang dimiliki oleh Ibu Nina dan suami selama
perkawinan. Dalam kesepakatan tersebut, baik Ibu Nina maupun suami memperoleh bagian harta
sesuai dengan kontribusi masing-masing pihak.
Namun, penting untuk diingat bahwa dalam membuat kesepakatan Anda harus dalam keadaan
bebas dari segala tekanan, intimidasi dan ancaman.

Jika Anda tidak mendapatkan kesepakatan yang adil, sedikitnya Anda memperoleh separuh bagian
harta bersama sesuai hukum yang berlaku.

Hal yang dapat Anda lakukan untuk menghindari percampuran harta karena perkawinan

Jika Anda tidak menghendaki harta kekayaan yang Anda peroleh selama masa perkawinan menjadi
harta bersama, Anda harus membuat perjanjian perkawinan pada waktu atau sebelum perkawinan
dilangsungkan. Hal-hal yang dapat diatur dalam perjanjian perkawinan ,diantaranya, adalah :
a) Ketentuan pembagian harta bersama termasuk prosentase pembagian harta bersama jika terjadi
perceraian;
b) Pengaturan atau penanganan urusan keuangan keluarga selama perkawinan berlangsung;
c) Pemisahan harta selama perkawinan berlangsung, artinya harta yang anda peroleh dan harta
suami terpisah sama sekali.

Membuat perjanjian perkawinan adalah hal yang penting untuk mencegah terjadinya
ketidakadilan dalam pembagian harta bersama.
Dalam perjanjian perkawinan juga dapat diatur ketentuan bahwa jika terjadi perceraian (termasuk
cerai karena kematian), Anda berhak mendapatkan prosentase lebih dari separuh bagian apabila
Anda tidak bekerja,dilarang bekerja, menanggung beban ganda, menanggung beban perwalian
anak,mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan sebagainya. Jika Anda tidak membuat
perjanjian perkawinan sebelumnya, Anda dapat melakukan musyawah mengenai besarnya
pembagian harta bersama yang akan Anda terima.

Perjanjian perkawinan sebaiknya tidak dibuat dibawah tangan tetapi disahkan oleh notaris dan
dicatatkan dalam lembaga pencatatan perkawinan. Pada saat perkawinan dilangsungkan, perjanjian
perkawinan juga harus disahkan pula oleh pegawai pencatat perkawinan. Bagi yang beragama
Islam, perjanjian perkawinan dicatatkan di KUA dan bagi yang beragama non Islam dicatat di
Kantor Catatan Sipil.

Cara mengajukan gugatan pembagian harta bersama

Bagi yang beragama Islam, gugatan harta bersama dapat diajukan ke Pengadilan Agama
bersamaan dengan gugatan perceraian atau dapat juga diajukan terpisah setelah adanya putusan
cerai. Anda dapat memilih prosedur mana yang sesuai dengan kepentingan Anda. Perlu Anda
ketahui, jika pasangan Anda setuju bercerai tetapi tidak setuju dengan pembagian harta bersama,
putusan cerai Anda bisa terhambat. Jadi, jika Anda menghendaki putusan cerai segera dilaksanakan
maka sebaiknya Anda mengajukan gugatan pembagian harta bersama setelah adanya putusan
cerai. Namun, jika Anda ingin menghemat biaya peradilan dan sudah ada kesepakatan pasangan
suami–isteri untuk bercerai maka gugatan pembagian harta bersama sebaiknya diajukan
bersamaan dengan pengajuan gugatan perceraian.
Pengadilan Agama berwenang memutuskan pembagian harta bersama berdasarkan Kompilasi
Hukum Islam (KHI). Menurut KHI, apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi
hak pasangan yang hidup lebih lama. Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang
pasangannya hilang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya yang hakiki atau
matinya secara hukum atas dasar putusan Pengadilan Agama. Sementara, janda atau duda cerai
hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam
perjanjian perkawinan.

Sedangkan bagi yang beragama selain Islam, gugatan harta bersama baru dapat diajukan setelah
adanya putusan perceraian ke Pengadilan Negeri terkait.

Jika Anda tidak puas dengan putusan harta bersama yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama atau
Pengadilan Negeri, Anda dapat mengajukan upaya hukum banding dalam jangka waktu 14 hari
sejak Anda mengetahui atau menerima putusan Pengadilan tingkat pertama.

Permasalahan yang sering dihadapi perempuan ketika mengajukan gugatan harta


bersama dan cara mengatasinya

1. Harta yang diperoleh dalam perkawinan biasanya dibeli atas nama suami dan dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan harta pun disimpan oleh suami.

Solusi: Walaupun harta atas nama suami, hal tersebut tidak menjadi masalah. Yang harus Anda
lakukan adalah membuat foto kopi setiap dokumen yang berkaitan dengan harta bersama.
2. Sering kali isteri tidak tahu bahwa pembuktian merupakan hal penting dalam berperkara untuk
dapat memperoleh hak atas harta bersama.

Solusi: Jika Anda ingin mengajukan gugatan cerai dan harta bersama, sebaiknya Anda
mengumpulkan semua bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan harta bersama
seperti sertifikat kepemilikan rumah, tanah, mobil dan kekayaan keluarga lainnya. Ini penting agar
pada saat menggugat harta bersama isteri tidak mengalami kesulitan pada tahap pembuktian.
Apabila suami tidak mempunyai itikad baik untuk membagi harta bersama, sebaiknya jangan
memberitahu suami kalau Anda berniat untuk mengajukan gugatan cerai dan harta bersama karena
membuka kemungkinan suami "mengamankan" atau menyembunyikan dokumen-dokumen
tersebut.

3. Jika Anda belum juga memiliki dokumen-dokumen yang diperlukan padahal Anda sudah ingin
mengajukan gugat cerai, maka Anda mesti secepat mungkin menguasai secara fisik harta benda
atau kekayaan yang bisa Anda kuasai. Hal ini penting dilakukan sebagai strategi agar pihak suami
yang mengajukan gugatan harta bersama sehingga beban pembuktian ada di pihak suami.

Upaya yang dapat ditempuh jika suami menguasai harta bersama

Jika Suami tidak mau memberikan bagian harta bersama, berikut hal-hal yang dapat dilakukan oleh
pihak isteri :

1. Melakukan upaya musyawarah atau mediasi dengan pihak suami untuk mencari titik temu dan
membuat kesepakatan.

Dalam melakukan musyawarah dengan pihak suami, pihak isteri harus memperhitungkan biaya
kehidupannya dan anak-anak serta kemampuannya untuk menanggung biaya-biaya atau
pengeluaran dikemudian hari. Meskipun Anda tidak membuat perjanjian perkawinan sebelumnya,
Anda tetap dapat melakukan musyawah mengenai besarnya pembagian harta bersama yang Anda
terima yang akan dituangkan dalam perjanjian atau kesepakatan bersama. Jika selama perkawinan
isteri tidak bekerja, dilarang bekerja, memiliki ketergantungan secara ekonomi pada suaminya
maka isteri sebaiknya mengupayakan mendapat lebih dari separoh (seperdua) harta bersama atau
sedikitnya separoh harta bersama. Dalam kondisi pihak isteri menanggung beban biaya menghidupi
anak-anak, isteri mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), isteri bekerja sebagai pencari
nafkah utama atau harta kekayaan diperoleh dari jerih payah isteri maka pihak isteri sangat
dianjurkan untuk mengupayakan mendapat bagian lebih besar dari separoh harta bersama.

2. Tetap mempertahankan harta bagiannya dari harta bersama meskipun pihak suami melakukan
teror dan intimidasi dan secepat mungkin mengajukan gugatan pembagian harta bersama.

3. Jika terjadi kekerasan atau ancaman kekerasan dari pihak suami, maka isteri harus secepat
mungkin melaporkan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dialami ke kantor polisi terdekat.
Anda juga dapat menghubungi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) terdekat atau LBH APIK di Jakarta
dan daerah.

Bagaimana jika pihak suami tidak mematuhi putusan Pengadilan tentang pembagian Harta
bersama? Upaya yang dapat Anda dapat tempuh adalah:

1. Melakukan upaya musyarawah dengan pihak suami dan jika diperlukan melibatkan pihak
keluarga suami atau isteri dalam musyawarah tersebut;

2. Mengajukan upaya eksekusi putusan harta bersama yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
ke Pengadilan yang berwenang.

Apabila seorang suami inggin mengajukan gugatan cerai terhadap istrinya maka yang harus
dilakukannya adalah:
1. Mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama di tempat
tinggalnya/ tempat istrinya tinggal (Pasal 118 HIR jo Pasal 66 UU No. 7 Tahun 1989);
2. Pemohon sebaiknya untuk meminta petunjuk kepada Pengadilan Agama setempat tentang tata cara
membuat surat permohonan (Pasal 119 HIR jo. Pasal 58 UU No. 7 Tahun 1989);
3. Setelah paham betul barulah membuat gugatan dan di daftarkan di Pengadilan Agama setempat,
mengenai surat permohonan/gugatan dapat dirubah sepanjang tidak merubah posita dan petitum.
Jika Termohon telah menjawab surat permohonan ternyata ada perubahan, maka perubahan
tersebut harus atas persetujuan Termohon.
4. Permohonan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama :
 Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Termohon (Pasal 66 ayat (2) UU No. 7 Tahun
1989);
 Bila Termohon meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati bersama tanpa izin Pemohon,
maka permohonan harus diajukan kepada pengadilan agama yang daerah hukumnya meliputi
tempat kediaman Pemohon (Pasal 66 ayat (2) UU No. 7 Tahun 1989);
 Bila Termohon berkediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kepada pengadilan agama
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 66 ayat (3) UU No. 7 Tahun
1989);
 Bila Pemohon dan Termohon bertempat kediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan
kepada pengadilan agama yang daerah hukumnya meliputi tempat dilangsungkannya perkawinan
atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasal 66 ayat (4) UU No. 7 Tahun 1989).
5. Permohonan tersebut memuat :
 Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat kediaman Pemohon dan Termohon;
 Posita (fakta kejadian dan fakta hukum);
 Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita).
6. Permohonan soal penguasan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama dapat diajukan
bersama-sama dengan permohonan cerai talak atau sesudah ikrar talak diucapkan (Pasal 66 ayat
(5) UU No. 7 Tahun 1989).
7. Membayar biaya perkara (Pasal 121 ayat (4) HIR Jo Pasal 89 UU No. 7 Tahun 1989), bagi yang
tidak mampu dapat berperkara secara cuma-cuma (prodeo) (Pasal 237 HIR).

Proses Penyelesaian Perkara


1. Pemohon mendaftarkan permohonan cerai talak ke Pengadilan Agama di Kabupaten /Kota
setempat (tempat tinggalnya)
2. Pemohon dan Termohon dipanggil oleh pengadilan agama untuk menghadiri persidangan.
3. Tahapan persidangan :
 Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak, dan suami istri
harus dating secara pribadi (Pasal 82 UU No. 7 Tahun 1989);
 Apabila tidak berhasil, maka hakim mewajibkan kepada kedua belah pihak agar lebih dahulu
menempuh mediasi (Pasal 3 ayat (1) PERMA No. 2 Tahun 2003);
 Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan membacakan surat
permohonan, jawaban, jawab menjawab, pembuktian dan kesimpulan. Dalam tahap jawab
menjawab (sebelum pembuktian) Termohon dapat mengajukan gugatan rekonvensi (gugat balik)
(Pasal 132 a HIR);
Putusan pengadilan agama atas permohonan cerai talak sebagai berikut :
 Permohonan dikabulkan. Apabila Termohon tidak puas dapat mengajukan banding ke Pengadilan
Tinggi Agama di Ibu Kota Propinsi melalui Pengadilan Agama setempat (tempat perkara
disidangkan) ;
 Permohonan ditolak. Pemohon dapat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama di Ibu Kota
Propinsi melalui Pengadilan Agama stempat;
 Permohonan tidak diterima. Pemohon dapat mengajukan permohonan baru.
4. Apabila permohonan dikabulkan dan putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka :
a. Pengadilan Agama tingkat pertama menentukan hari sidang penyaksian ikrar talak;
b. Pengadilan Agama memanggil Pemohon dan Termohon untuk melaksanakan ikrar talak;
c. Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan sidang penyaksian ikrar talak, suami
atau kuasanya tidak melaksanakan ikrar talak di depan sidang , maka gugurlah kekuatan hukum
penetapan tersebut dan perceraian tidak dapat diajukan lagi berdasarkan alasan hukum yang
sama (Pasal 70 ayat (6) UU No. 7 Tahun 1989).
5. Setelah ikrar talak diucapkan panitera berkewajiban memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti
kepada kedua belah pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah penetapan ikrar talak (Pasal
84 ayat (4) UU No. 7 Tahun 1989);

TATA CARA PENGAJUAN PERKARA PERCERAIAN


1.Untuk perkara perceraian, Pemohon (Suami) atau Penggugat (isteri) mengajukan permohonan atau
gugatan secara tertulis atau lisan ke Pengadilan Agama;

2.Untuk perkara lainnya, Pemohon atau Penggugat mengajukan permohonan atau gugatan ke
Pengadilan Agama;

3.Pengadilan Agama dapat membantu Pemohon atau Penggugat merumuskan permohonan atau
gugatan;

4.Pemohon atau Penggugat pada saat pendftaran membawa fotokopi Buku Nikah, fotokopi KTP,
fotokopi Akta Kelahiran Anak, dan lain-lain.

5.Pemohon atau Penggugat membayar panjar biaya perkara.

6.Bagi Pemohon atau Penggugat yang tidak mampu (miskin) dapat beracara secara cuma-cuma
(prodeo), dengan melampirkan Surat Ketarangan Tidak Mampu dari Kelurahan yang diketahui oleh
Camat.

PROSES PERSIDANGAN

1.Setelah perkara didaftarkan, Pemohon atau Penggugat dan pihak Termohon atau Tergugat serta Turut
Termohon atau Turut Tergugat menunggu Surat Panggilan untuk menghadiri persidangan;

2.Tahapan Persidangan:
1.Upaya perdamaian
2.Pembacaan permohonan atau gugatan
3.Jawaban Termohon atau Tergugat
4.Replik Pemohon atau Penggugat
5.Duplik Termohon atau Tergugat
6.Pembuktian (Pemohon/Penggugat dan Termohon/Tergugat)
7.Kesimpulan (Pemohon/Penggugat dan Termohon/Tergugat)
8.Musyawarah Majelis
9.Pembacaan Putusan/Penetapan

3.Setelah perkara diputus, pihak yang tidak puas atas putusan tersebut dapat mengajukan upaya hukum
(verset, banding, dan peninjauan kembali) selambat-lambatnya 14 hari sejak perkara diputus atau
diberitahukan.

4.Setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, untuk perkara permohonan talak, Pengadilan
Agama:
1.Menetapkan hari sidang ikrar talak;
2.Memanggil Pemohon dan Termohon untuk menghadiri sidang ikrar talak;
3.Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan sidang ikrar talak, suami atau kuasanya
tidak melaksanakan ikrar talak di depan sidang, maka gugurlah kekuatan hukum penetapan tersebut dan
perceraian tidak dapat diajukan berdasarkan alasan hukum yang sama.

5. Setelah pelaksanaan sidang ikrar talak, maka dapat dikeluarkan Akta Cerai.

6.Setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, untuk perkara cerai gugat, maka dapat
dikeluarkan Akta Cerai.

7.Untuk perkara lainnya, setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, maka para pihak yang
berperkara dapat meminta salinan putusan.

8.Apabila pihak yang kalah dihukum untuk menyerahkan obyek sengketa, kemudian tidak mau
menyerahkan secara sukarela, maka pihak yang menang dapat mengajukan permohonan eksekusi ke
Pengadilan Agama yang memutus perkara tersebut.

UPAYA HUKUM

1.Terhadap putusan Pengadilan Agama para pihak yang berperkara dapat mengajukan perlawanan
dan/atau upaya hukum, yaitu dengan mengajukan verset, banding, kasasi, dan peninjauan kembali.

2.Permohonan Verset dan banding diajukan ke Pengadilan Agama selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari terhitung sehari setelah putusan dibacakan atau diberitahukan kepada pihak yang tidak hadir dalam
sidang pembacaan putusan.

3.Pihak yang mengajukan banding membayar biaya banding;

4.Panitera memberitahukan adanya permohonan banding kepada pihak Terbanding dan Turut
Terbanding;

5.Pihak Pembanding membuat memori banding dan pihak Terbanding mengajukan kontra memori
banding;

6.Panitera memberi kesempatan kepada kedua belah pihak untuk memeriksa berkas banding (inzaage)
di Pengadilan Agama;
7.Berkas perkara banding dikirim ke Pengadilan Tinggi selambat-lambatnya satu bulan sejak pengajuan
permohonan banding;

8.Panitera menyampaikan salinan putusan kepada para pihak yang berperkara.

9.Apabila para pihak tidak menerima putusan banding, maka para pihak dapat mengajukan upaya
hukum kasasi ke Mahkamah Agung, yang prosedur dan tata caranya hampir sama dengan prosedur dan
tata cara pengajuan banding.

10.Apabila putusan banding atau kasasi sudah berkekuatan hukum tetap, maka penyelesaiannya sama
dengan penyelesaian putusan tingkat pertama sebagaimana pada angka 5 s/d 8 pada Proses
Persidangan.

ebelum membahas permasalahan tentang Gugatan sebaiknya kita harus mengerti


dahulu apa yang dimaksud dengan gugatan. Menurut Pasal 118 ayat 1 HIR (Pasal 142
ayat 1 Rbg) disebut sebagai tuntutan perdata (burgerlijke vordering) tidak lain adalah
tuntutan hak yang mengandung sengketa dan lazimnya disebut GUGATAN. Dalam hal
ini gugtan tersebut dapat diajukan baik secara tertulis (pasal 118 ayat 1 HIR, 142 ayat
1 Rbg) maupun secara lisan (Pasal 120 HIR, 144 ayat 1 Rbg).

Gugatan juga merupakan Tuntutan hak yang bertujuan untuk memperoleh


perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah main hakim sendiri
“eigenrichting” dimana bahwa suatu tuntutan hak harus mempunyai kepentingan
hukum yang cukup merupakan syarat utama untuk dapat diterimanya tuntutan hak itu
oleh pengadilan guna diperiksa : point d’internet, point d’action ini tidak berarti
bahwa tuntutan hak yang ada kepentingan hukumnya pasti dikabulkan oleh
pengadilan. Hal itu masih tergantung pada pembuktian. Baru kalau tuntutan hak itu
terbukti didasarkan atas suatu hak, pasti akan dikabulkan.

Dalam hal ini pengadilan berkewajiban untuk memeriksa dan mengadili perkara-
perkara perdata yang diajukan sebagaimana tercantum dalam pasal 16 ayat 1 Undang-
Undang No. 4 Tahun 2004 yang berbunyi : “Pengadilan tidak boleh menolak untuk
memaksa, dan memutus sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”.
Alasan dalam Gugatan Perceraian

Alasan yang dapat dijadikan dasar gugatan perceraian di Pengadilan Agama antara lain
:

a. Salah satu pihak berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya yang
sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa
izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya;

c. Salah satu pihak dihukum penjara selama 5 (lima) tahun atau lebih setelah
perkawinan dilangsungkan.

d. Salah satu pihak bertindak kejam dan suka menganiaya berat yang membahayakan
pihak yang lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;

f. Antara suami dan isteri Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus tanpa
kemungkinan untuk rukun kembali

g. Suami melanggar taklik-talak yang dia ucapkan saat ijab Kabul

h. Suami beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidakhrmonisan dalam


keluarga

Hal ini telah diatur semua di dalam pasal 116 Kompilasi Hukum Islam Jo. Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975

Gugatan Provisional (pasal 77 dan 78 UU No.7/89)


Sebelum putusan akhir dijatuhkan hakim, dapat diajukan pula gugatan provisional di
Pengadilan Agama untuk masalah yang perlu kepastian segera, misalnya:

a. Memberikan ijin kepada istri untuk tinggal terpisah dengan suami.


b. Ijin dapat diberikan untuk mencegah bahaya yang mungkin timbul jika suami-
istri yang bertikai tinggal serumah.
c. Menentukan biaya hidup/nafkah bagi istri dan anak-anak yang seharusnya
diberikan oleh suami;
d. Menentukan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin pemeliharaan dan
pendidikan anak;
e. Menentukan hal-hal yang perlu bagi terpeliharanya barang-barang yang menjadi
harta bersama (gono-gini) atau barang-barang yang merupakan harta bawaan
masing-masing pihak sebelum perkawinan dahulu.

PROSEDUR

Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat atau isteri atau kuasanya :

1. Tahap membuat surat gugatan

a. Mengajukan Gugatan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan


Agama/Mahkamah Syar’iyah (pasal 118 HIR, 142 Rbg Jo. Pasal 66 Undang-
Undang No. 7 Tahun 1989)

b. Penggugat di anjurkan untuk meminta petunjuk kepada Pengadilan Agama /


Mahkamah Syari’iyah tentang tata cara membuat surat Gugatan (Pasal 119
HIR, 143 Rbg Jo. Pasal 48 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989)

c. Surat Gugatan dapat dirubah sepanjang tidak merubah posita dan petitum.
Jika Tergugat telah menjawab surat Gugatan ternyata ada perubahan, maka
perubahan tersebut harus atas persetujuan Tergugat.

2. Gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama Mahkamah Syar’iyah:


a. Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat (Pasal 66 ayat 2
Undang-Undang No. 7 Tahun 1989)

b. Bila Penggugat meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati bersama


tanpa izin Tergugat, maka Gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama
Syar’iyah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat (pasal
73 ayat 1 Undang-Undang No. 7 tahun 1989, jo. Pasal 32 ayat 2 UU No. 1
tahun 1974)

c. Bila penggugat bertempat kediaman diluar negeri, maka Gugatan diajukan


kepada Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman Tergugat (Pasal 73 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1989)

d. Bila Penggugat dan Tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka


Gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah yang
daerah hukumnya meliputi tempat dilangsungkannya perkawinan atau
kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasal 73 ayat 3 UU No. 7 tahun
1989)

3. Gugatan tersebut memuat :

a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat kediaman Penggugat dan


Tergugat;

b. Posita (fakta kejadian dan fakta hukum)

c. Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita)

4. Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah isteri dan harta bersama dapat
diajukan bersama-sama dengan Gugatan cerai talak atau sesudah ikrar talak
diucapkan (pasal 86 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1989);
5. Membayar biaya perkara (pasal 121 ayat 4 HIR, 145 ayat 4 Rbg jo. Pasal 89 UU No. 7
tahun 1989) bagi yang tidak mampu dapat berperkara secara Cuma-Cuma
(Prodeo) (Pasal 237 HIR, 273 Rbg)

6. Penggugat dan tergugat menghadiri persidangan berdasarkan panggilan pengadilan


agama / mahkamah syar’iyah

PROSES PENYELESAIAN PERKARA

1. Penggugat mendaftarkan Gugatan cerai talak ke pengadilan Agama / Mahkamah


Syar’iyah

2. penggugat dan Tergugat dipanggil oleh Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah


untuk menghadiri persidangan.

3. a. Tahapan Persidangan :

 Pada pemeriksaan sidang pertama, Hakim berusaha mendamaikan kedua belah


pihak, dan suami isteri harus datang secara pribadi (Pasal 82 UU No. 7 Tahun
1989);

 Apabila tidak berhasil, maka Hakim mewajibkan kepada kedua belah pihak
agar lebih dahulu menempuh mediasi (Pasal 3 ayat 1 PERMA No. 2 tahun
2003);

 Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan


membacakan surat Gugatan, Jawaban, Jawab menjawab, pembuktian dan
kesimpulan

 Dalam tahap jawab menjawab (sebelum pembuktian) Tergugat dapat


mengajukan gugtan rekonpensi / gugatan balik (Pasal 132a HIR, 158 Rbg)
b. Putusan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah atas gugatan cerai talak
sebagai berikut :

 Permohonan di kabulkan. Apabila Tergugat tidak puas dapat mengajukan


banding melalui Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah tersebut.

 Gugatan ditolak. Penggugat dapat mengajukan banding melalui pengadilan


agama / mahkamah syar’iyah tersebut.

 Gugatan tidak diterima. Penggugat dapat mengajukan Guagatan baru.

4. Setelah Ikrar talak diucapkan paitera berkewajiban memberikan akta cerai sebagai
surat bukti kepada kedua belah pihak selambat-lambatnya 7 hari setelah
penetapan ikrar talak (Pasal 84 ayat 4 UU No. 7 tahun 1989)

TATA CARA MENGAJUKAN GUGAT CERAI


MENURUT UU PERKAWINAN NO. 1 TAHUN 1974

Pertanyaan :

Bagaimana tata cara utk mengajukan gugat cerai menurut UU Perkawinan No. 1 thn 1974 pasal 40 ayat
2?

Seandainya gugatan yang diajukan gugur / ditolak, apakah alasan yg sama masih bisa dipakai sebagai
gugatan berikutnya?

Terima kasih

Jawaban :

Pasal 40 mengatur tentang gugatan perceraian mengenai putusnya perkawinan serta akibatnya
sedangkan tata cara untuk mengajukan gugat cerai akan diuraikan lebih lanjut dibawah ini.

Menurut Pasal 14 UU Perkawinan seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut
agama Islam, yang akan menceraikan isterinya, mengajukan surat kepada Pengadilan di tempat
tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan isterinya disertai alasan-
alasannya serta meminta kepada Pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu. Pengadilan yang
bersangkutan mempelajari isi surat tersebut dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
memanggil pengirim surat dan juga isterinya untuk meminta penjelasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan maksud perceraian tersebut.
Pengadilan hanya memutuskan untuk mengadakan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian
apabila memang terdapat alasan-alasan (Pasal 19 disebutkan dibawah) dan Pengadilan berpendapat
bahwa antara suami isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun lagi
dalam rumah tangga. Sesaat setelah dilakukan sidang untuk menyaksikan perceraian yang dimaksud
maka Ketua Pengadilan membuat surat keterangan tentang terjadinya perceraian tersebut. Surat
keterangan itu dikirimkan kepada pegawai Pencatat di tempat perceraian itu terjadi untuk diadakan
pencatatan perceraian.

Disamping itu pasal 19 menyebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok; pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang
sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan
tanpa alasan yang sah karena hal lain di luar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah
perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami/isteri;

f. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan
akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Gugatan perceraian diajukan oleh suami atau isteri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.

Dalam hal tempat kediaman tergugat tidak jelas atau tidak diketahui atau tidak mempunyai tempat
kediaman yang tetap, gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan di tempat kediaman penggugat.

Dalam hal tergugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan
di tempat kediaman penggugat. Ketua Pengadilan menyampaikan permohonan tersebut kepada tergugat
melalui Perwakilan Republik Indonesia setempat (Pasal 20 (1), (2), (3) UU Perkawinan).

Jika gugatan perceraian karena alasan salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah karena hal lain di luar kemampuannya
maka diajukan kepada Pengadilan di tempat kediaman penggugat. Gugatan tersebut dapat diajukan
setelah lampau 2 (dua) tahun terhitung sejak tergugat meninggalkan rumah. Gugatan dapat diterima
apabila tergugat menyatakan atau menunjukkan sikap tidak mau lagi kembali ke rumah kediaman
bersama (Pasal 21).

Dalam hal gugatan karena alasan antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga maka gugatan diajukan
kepada Pengadilan di tempat kediaman tergugat. Gugatan dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi
Pengadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu dan setelah mendengar pihak
keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami isteri itu (Pasal 22).

Menurut Pasal 23 UU Perkawinan gugatan perceraian karena alasan salah seorang dari suami isteri
mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat, maka untuk mendapatkan
putusan perceraian, sebagai bukti penggugatan cukup menyampaikan salinan putusan Pengadilan yang
memutus perkara disertai keterangan yang mengatakan bahwa putusan itu telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap.

Selama berlangsungnya gugatan perceraian atas permohonan penggugat atau tergugat berdasarkan
pertimbangan bahaya yang mungkin ditimbulkan, Pengadilan dapat mengizinkan suami isteri tersebut
tidak tinggal dalam satu rumah. Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan
penggugat atau tergugat, Pengadilan dapat:

a. Menentukan nafkah yang harus ditanggung oleh suami;

b. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak;

c. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-barang yang menjadi hak
bersama suami isteri atau barang-barang yang menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak
isteri.

Mengenai gugatan perceraian gugur apabila suami atau isteri meninggal sebelum adanya putusan
Pengadilan mengenai gugatan perceraian itu.

Gugatan diajukan dengan alasan yang sama maka tidak akan diterima oleh Pengadilan.
Jika gugatan akan diajukan kembali maka harus dengan alasan-alasan yang berbeda dengan alasan
yang sebelumnya.

Perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas putusan pengadilan. Undang-
undang di Indonesia sendiri mengenal 2 (dua) jenis perceraian yang akan dijelaskan lebih lanjut
di bawah ini.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menentukan bahwa perkawinan


dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas putusan pengadilan, dan dalam Undang-
Undang Perkawinan terdapat 2 (dua) macam bentuk perceraian, yakni:

1. Cerai talak yaitu cerai khusus bagi yang beragama Islam, dimana suami (Pemohon)
mengajukan permohonan kepada pengadilan agama untuk memperoleh ijin menjatuhkan
talak kepada isteri. Berdasarkan agama Islam, cerai dapat dilakukan oleh suami dengan
mengikrarkan talak kepada isteri, namun agar sah secara hukum suami mengajukan
permohonan menjatuhkan ikrar talak terhadap termohon dihadapan pengadilan agama.
2. Cerai gugat yaitu gugatan perceraian yang diajukan oleh isteri (Penggugat) terhadap
suami (Termohon) kepada pengadilan negeri dan berlaku pula pengajuan gugatan
terhadap suami oleh isteri yang beragama Islam di pengadilan agama.

Terkait pertanyaan di atas, berikut penjelasan mengenai langkah-langkah mengajukan


perceraian:

Pengajuan Gugatan

1. Suami atau isteri yang akan mengajukan perceraian harus memahami bahwa gugatan
yang akan diajukan telah memenuhi syarat-syarat alasan perceraian sesuai ketentuan
undang-undang;
2. Suami atau isteri yang akan mengajukan perceraian dapat mewakili dirinya sendiri di
pengadilan atau mewakilkan kepada advokat/kuasa hukum. Gugatan dapat dibuat sendiri,
jika tidak mengetahui format dari gugatan maka dapat meminta contoh gugatan cerai di
kepaniteraan pengadilan negeri/ pengadilan agama atau lembaga bantuan hukum seperti
lembaga bantuan hukum Jakarta atau LBH APIK;
3. Suami atau isteri yang akan mengajukan perceraian dapat mempersiapkan gugatan
perceraian dengan alasan-alasan sebagaimana disebutkan di atas. Di dalam gugatan, juga
dapat dimasukkan tuntutan pengasuhan anak, harta gono gini, dan lain-lain.
4. Gugatan yang telah dibuat dapat diajukan kepada:
1. Untuk yang beragama Islam:
 Gugatan diajukan ke pengadilan agama di wilayah tempat tinggal
penggugat (isteri) kecuali penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat
kediaman bersama tanpa ijin tergugat;
 Bila anda (penggugat) bertempat tinggal di luar negeri, gugatan diajukan
kepada pengadilan di daerah tempat tinggal tergugat;
 Bila anda dan suami tinggal di luar negeri, gugatan diajukan ke pengadilan
di daerah tempat perkawinan dilangsungkan atau ke Pengadilan Agama
Jakarta Pusat.
2. Untuk yang beragama non-Islam:
 Gugatan diajukan ke pengadilan negeri di wilayah tempat tergugat.
 Bila tempat tinggal tergugat tidak jelas atau tidak diketahui atau tidak
mempunyai tempat tinggal tetap, gugatan diajukan ke pengadilan di
daerah tempat tinggal penggugat;
 Bila tergugat di luar negeri, gugatan diajukan ke pengadilan di daerah
tempat tinggal penggugat; dan ketua pengadilan akan menyampaikan
permohonan cerai tersebut kepada tergugat melalui perwakilan RI
setempat;
5. Gugatan yang telah dibuat, ditandatangani di atas materai dan dibuat rangkap lima (tiga
rangkap untuk hakim, satu rangkap untuk tergugat dan satu rangkap untuk berkas
dikepaniteraan);
6. Gugatan tersebut didaftarkan dikepaniteraan perdata pengadilan negeri atau pengadilan
agama yang berkompeten;
7. Saat mendaftarkan gugatan anda diharuskan membayar biaya perkara. Dalam praktiknya
biaya perkara berbeda-beda untuk setiap pengadilan negeri atau pengadilan agama, maka
mintalah kuitansi pembayaran atas biaya perkara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai