Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Gingiva adalah bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan
berfungsi sebagai jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal yang paling
umum terjadi adalah penyakit pada gingiva, salah satunya yang mengganggu
estetik dan fungsional gigi yaitu pembesaran gingiva. Pembesaran gingiva dapat
terjadi karena inflamasi, tanpa inflamasi, kombinasi keduanya, pengaruh sistemik,
pengaruh obat-obatan dan neoplastik (Tjiptoningsih, 2016).
Masalah estetika dari gingiva yang biasanya dikeluhkan pasien yaitu
pembesaran gingiva, kontur gingiva yang tidak normal, papila yang hilang dan
terbukanya permukaan akar. Pembesaran gingiva adalah tanda klinis umum dari
penyakit pada gingiva. Ada banyak jenis pembesaran gingiva, berdasarkan faktor
etiologi dan proses patologis. Pembesaran gingiva adalah suatu kondisi adanya
penambahan ukuran dari gingiva. Dalam keadaan ini, jaringan gingiva terlihat
lebih menonjol diantara gigi dan atau di daerah servikal. Peningkatan ukuran ini
dapat terjadi oleh karena hipertrofi, hiperplasia, atau kombinasi keduanya
(Tjiptoningsih, 2016).
Pembesaran gingiva dibagi menjadi dua jenis, yaitu pembesaran gingiva
yang disebabkan oleh inflamasi dan non-inflamasi. Pembesaran gingiva karena
inflamasi dapat dirawat dengan scaling dan root planning. Permasalahan yang
sering dikeluhkan oleh pasien dengan pembesaran gingiva adalah faktor estetika.
Pembesaran gingiva di papila interdental, penebalan, kontur gingiva yang
membulat dan rasa tidak nyaman menjadi masalah besar yang harus dirawat agar
terlihat dan berfungsi secara optimal. Pembesaran gingiva yang mengalami
fibrosis tidak akan hilang hanya dengan kontrol plak, tetapi diperlukan operasi
seperti gingivektomi (Tjiptoningsih, 2016).
Pembesaran gingiva merupakan indikasi dilakukan tindakan gingivektomi.
Gingivektomi merupakan suatu eksisi atau menghilangkan jaringan gingiva,
dengan tujuan menghilangkan dinding poket. Gingivektomi dapat meningkatkan
visibilitas dan aksesibilitas untuk mengangkat kalkulus secara keseluruhan,
memudahkan untuk menghaluskan permukaan akar gigi, dan membuat

1
lingkungan yang baik untuk penyembuhan gingiva dan restorasi kontur fisiologis
gingiva (Tjiptoningsih, 2016). Pada student project ini akan dibahas mengenai
pembesaran gingiva serta tindakan gingivektomi.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

Keluhan utama

Seorang pasien wanita berusia 24 tahun datang ke Klinik Periodontik


dengan keluhan gusi gigi depan rahang atas yang membengkak sehingga pasien
merasa terganggu dengan penampilannya. Pasien dilakukan scaling oleh dokter
gigi swasta namun gusinya masih membesar. Pasien ingin dirawat.

Pemeriksaan Intraoral dan Extraoral


Dalam pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan kelainan dan pasien tidak
memiliki gangguan sistemik. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan edema
gingiva pada midline dari gigi anterior maksila (Gambar 1) dan pada gambaran
panoramik memperlihatkan gigi 12, 16, 26, 27, 28. Pada gigi 12, 16, 26, 27, 28
terdapat konsistensi lunak, kondisi interdental bulat mengkilap, stippling (-), test
pitting (+) dan terdapat kontak prematur pada gigi 26 dan 36 dan juga pada gigi
27 dan 37 serta resorpsi horizontal dari tulang alveolar pada gigi 25, 26, 27, 34,
35, 36, 37, 45, 46 dengan nilai skor plak 52% (Gambar 2).

Gambar 1. Tampilan klinis dari pasien

Gambar 2. Tampilan hasil radiograf dari pasien

3
Berdasarkan pemeriksaan pada kedalaman poket menunjukkan diagnosis
periodontitis kronis lokal pada gigi 25, 26, 27, 34, 35, 36, 45, 46 disertai dengan
inflamasi pada pembesaran gingiva gigi 11-2 (Tabel 1). Hal ini mungkin
disebabkan oleh plak bakteri, kontak prematur gigi 26 dan 36 dan juga pada gigi
27 dan 37 serta resorpsi horizontal tulang alveolar pada gigi 25, 26, 27, 34, 35, 36,
37, 45, 46.
Tabel 1. Hasil pemeriksaan kedalaman poket

Prosedur Operasi

Tahap pertama yaitu persiapan pasien, operator, asisten operator, alat dan
bahan serta informed consent. Kedua, hitung skor plak dan beri profilaksis.
Ketiga, tindakan aseptik ekstraoral dan intraoral menggunakan larutan betadine
10%. Keempat, tutup wajah pasien menggunakan handuk steril berlubang kecuali
area yang akan dilakukan operasi. Terakhir dilakukan anestesi lokal dengan
teknik infiltrasi lokal pada gigi 11, 21 dan anestesi blok pada N. Nasopalatinus
(Gambar 3).

Gambar 3. Anestesi pada gigi 11 dan 21 pada bagian labial

4
Injeksi pada N. Nasopalatinus melalui canalis insisivum pada rugae kedua
untuk anestesi mucosapoda regio anterior palatum durum (premaxila), dengan
cairan anestesi sebanyak 0,1 - 0,2 cc (Gambar 4).

Gambar 4. Anestesi pada gigi 11 dan 21 pada bagian palatal

Prosedur pertama yang dilakukan yaitu permukaan gingiva yang memiliki


poket ditentukan dengan probe periodontal dan ditandai dengan pocket marker.
Tandai beberapa area yang merupakan outline untuk insisi (Gambar 5).

Gambar 5. Permukaan gingiva yang diberi tanda dengan pocket marker

Prosedur yang kedua yaitu pisau Kirkland digunakan untuk memotong


permukaan fasial dan lingual serta distal. Pisau Orban periodontal digunakan
untuk intersepsi interdental. Jika perlu pisau Bard-Parker #1 dan #2 serta gunting
digunakan sebagai instrumen pelengkap (Gambar 6 dan 7).

5
Gambar 6. Insisi dengan pisau Kirkland

Gambar 7. Insisi dengan pisau Orban

Prosedur ketiga yaitu insisi dimulai dari tanda titik apikal, diarahkan
secara koronal ke titik antara dasar poket dan puncak tulang. Insisi dilakukan
sedekat mungkin dengan tulang tanpa menyebabkan tulang terbuka dan sudut
sekitar 45° terhadap permukaan gigi. Keempat, angkat permukaan poket yang
dieksisi, bersihkan daerah tersebut dan perhatikan permukaan akar gigi. Di
koronal, kami menemukan kalkulus residu, karies akar atau resorpsi tulang.
Jaringan bergranula dapat ditemukan di jaringan lunak. Kelima, penghalusan
jaringan menggunakan diamond bur dengan diameter 2 cm (Gambar 8).

Gambar 8. Penghalusan gingiva pada gigi 11 dan 21

6
Prosedur yang dilakukan selanjutnya yaitu ambil jaringan bergranula,
sementum yang nekrotik dan kalkulus yang tersisa dengan kuret Gracey sampai
permukaan tulang bersih dan halus, kemudian diirigasi dengan larutan salin NaCl
0,9% dan H2O2 3% (Gambar 9). Terakhir, jika terjadi perdarahan, tekan tampon
yang penuh dengan larutan adrenalin (ditambahkan dengan aquades) di daerah
operasi.

Gambar 9. Irigasi dengan NaCl 0,9% dan H2O2 3%

Daerah operasi diirigasi dengan NaCl fisiologis 0,9% dan H2O2 3%.
Bersihkan dan keringkan daerah operasi dengan tampon steril (Gambar 10).
Pembersihan daerah operasi. Tutupi daerah operasi dengan periodontal pack
(Gambar 11). Berikan instruksi pasca operasi dan resep. Kemudian bersihkan
ruang operasi.

Gambar 10. Penampilan klinis setelah gingivektomi

7
Gambar 11. Tutupi daerah operasi dengan periodontal pack

Kontrol I, II dan III


Pada pembesaran gingiva karena inflamasi, evaluasi klinis pasca operasi
gingivektomi menunjukkan penyembuhan optimal, tanpa tanda-tanda inflamasi
(Gambar 12 A, B, dan C). Faktor-faktor seperti menjaga jaringan keratin pada
gingiva, kehilangan jaringan gingiva minimal untuk menjaga elastisitas, cara yang
cukup dalam melakukan perbaikan kerusakan tulang, dan meminimalkan
ketidaknyamanan dan perdarahan setelah operasi harus dipertimbangkan untuk
mengurangi jaringan gingiva sedikit mungkin.

Gambar 12. Evaluasi klinis pasca gingivektomi; A. Kontrol 1 minggu, B. Kontrol


2 minggu, C. Kontrol 1 bulan

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pembesaran Gingiva

3.1.1 Pengertian pembesaran gingiva

Pembesaran gingiva adalah suatu inflamasi pada gingiva yang disebabkan


oleh banyak faktor baik faktor lokal maupun sistemik, yang paling utama adalah
faktor lokal yaitu plak bakteri. Dalam keadaan ini, jaringan gingiva terlihat lebih
menonjol diantara gigi dan atau di daerah servikal. Terminologi kondisi tersebut
adalah pelebaran gingiva. Gingiva yang sehat berwarna merah muda dengan tepi
tajam menyerupai kerah baju, dan konsistensi kenyal dengan adanya stippling,
sedangkan pada gambaran klinis pembesaran gingiva disebut hipertropi gingivitis
atau hiperplasi gingiva dengan warna merah, mengkilap, konsistensi padat,
pinggirannya tampak membulat (tepi tumpul) dan tidak adanya stippling (halus)
(Andriana, 2009; Tjiptoningsih, 2016).

3.1.2 Faktor penyebab pembesaran gingiva

Faktor-faktor yang menyebabkan pembesaran gingiva dapat


diklasifikasikan menjadi dua yaitu (Suryono, 2015) :

1. Faktor lokal (ekstrinsik) yaitu faktor iritasi (kalkulus dan plak) dan faktor
fungsional (maloklusi, malposisi, mouth breathing).
2. Faktor sistemik (intrinsik) yaitu endokrin, obat-obatan, psikologis,
penyakit metabolit, dan hormonal.

Jika dikaitkan dengan kasus, faktor penyebab pembesaran gingiva pada


midline dari gigi anterior maksila adalah faktor lokal bukan faktor sistemik. Hal
ini sesuai dengan hasil pemeriksaan pasien dimana tidak ditemukan adanya
gangguan sistemik. Kemudian pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya plak
dengan skor plak 52% dan adanya kontak prematur pada gigi 26, 36 dan juga pada
gigi 27, 37.

9
3.1.3 Klasifikasi pembesaran gingiva

3.1.3.1 Pembesaran gingiva karena inflamasi


1. Pembesaran Gingiva Inflamasi Kronis
Gambaran klinis inflamasi kronis pembesaran gingiva yaitu pada tahap
awal terdapat tonjolan sekitar gigi pada papila dan margin gingiva.
Tonjolan tersebut dapat bertambah ukurannya sampai menutupi mahkota.
Bisa secara lokal ataupun general, progresnya lambat dan tidak sakit,
kecuali pada infeksi akut atau trauma. Penyebabnya plak gigi yang
terekspos dalam jangka waktu yang lama. Gambaran histologi pada
inflamasi kronis menunjukkan gambaran eksudatif dan proliferatif. Lesi
secara klinis berwarna merah tua atau merah kebiruan yang lunak dan
mudah berdarah (Newman dkk, 2012).
Pada kasus dapat diklasifikasikan kedalam pembesaran gingiva yang
disebabkan inflamasi kronis karena berdasarkan faktor penyebabnya.

Gambar 13. Pembesaran gingiva inflamasi kronis

2. Pembesaran Gingiva Inflamasi Akut


Abses gingiva biasanya terlokalisir, sakit, lesi yang berkembang cepat
dan memiliki onset tiba-tiba. Biasanya terbatas pada margin gingiva atau
papila interdental. Etiologi dari pembesaran dikarenakan inflamasi akut
berasal dari bakteri seperti food impaction yang masuk kedalam sulkus
gingiva (Newman dkk, 2012).

Gambar 14. Pembesaran gingiva inflamasi akut

10
3.1.3.2 Pembesaran gingiva dikarenakan obat
Pembesaran gingiva merupakan masalah yang disebabkan
antikonvulsan, imunosupresan, dan penghambat kalsium yang dapat
menyebabkan masalah fonetik, mastikasi, erupsi gigi dan estetika.
Pertumbuhan dimulai tanpa rasa sakit, seperti manik-manik atau beadlike
pembesaran papila interdental dan meluas ke fasial dan margin gingiva.
Lesi dapat bertambah besar, pembesaran pada margin gingiva dan
interdental akan menyatu dan berkembang hingga menutupi setengah
bahkan seluruh mahkota gigi hal ini dapat menyebabkan masalah estetik
dan juga dalam mastikasi (Newman dkk, 2012).

Gambar 15. Pembesaran gingiva dikarenakan obat

3.1.3.3 Pembesaran gingiva idiopatik


Pembesaran gingiva idiopatik adalah kondisi langka yang tidak dapat
ditentukan penyebabnya. Telah diberikan istilah-istilah seperti
gingivomatosis, elephantiasis, idiopathic fibromatosis, hereditary gingival
hyperplasia, dan congenital familial fibromatosis. Gambaran klinis terlihat
pembesaran akan mempengaruhi perlekatan gingiva, serta margin gingiva
dan papila interdental, berbeda dengan pembesaran yang disebabkan oleh
fenitoin, yang terbatas pada margin gingiva dan papila interdental.
Permukaan fasial dan lingual maksila serta mandibula juga terlibat, tetapi
terbatas pada kedua rahang. Penyebabnya tidak diketahui dengan demikian
kondisinya ditetapkan sebagai "idiopatik". Pembesaran gingiva telah
dijelaskan dalam tuberous sclerosis, yang merupakan kondisi bawaan
yang ditandai oleh triad epilepsi, defisiensi mental dan angiofibroma kulit
(Newman dkk, 2012).

11
Gambar 16. Pembesaran gingiva idiopathik

3.1.3.4 Pembesaran gingiva terkait dengan penyakit sistemik

Beberapa penyakit sistemik dapat menimbulkan berbagai manifestasi


di rongga mulut, termasuk pembesaran gingiva. Penyakit dan kondisi ini
dapat mempengaruhi jaringan periodontal dengan dua mekanisme berbeda
yaitu pembesaran dan pembengkakan yang diawali oleh plak gigi dan
manifestasi penyakit sistemik sendiri terhadap status gingiva (Newman
dkk, 2012).

Kondisi sistemik dari pasien dapat mengubah respon gingiva yang


biasa terhadap plak gigi. Kondisi ini disebut juga dengan pembesaran
kondisional. Gambaran klinis dari pembesaran gingiva kondisional
berbeda dengan gingivitis kronis tergantung pada sifat modifikasi
pengaruh sistemiknya. Beberapa jenis pembesaran gingiva kondisional
diantaranya (Newman dkk, 2012) :

a. Pembesaran gingiva pada kehamilan


Selama kehamilan, terjadi peningkatan hormon estrogen dan
progesteron yang memicu perubahan permeabilitas vaskuler,
menyebabkan pembengkakan gingiva, dan peningkatan respon inflamasi
terhadap plak gigi.

Gambar 17. pembesaran gingiva lokal pada pasien hamil


berusia 27 tahun

12
b. Pembesaran gingiva karena pubertas
Pembesaran gingiva kadang terjadi selama pubertas baik pada
perempuan maupun laki-laki dan terjadi pada daerah akumulasi plak.
Pembesarannya terjadi di margin gingiva dan interdental, disertai
tonjolan membulat pada papila interdental yang terlihat jelas.

Gambar 18. Pembesaran gingiva karena pubertas pada remaja


laki-laki usia 13 tahun

c. Pembesaran gingiva akibat defisiensi vitamin C


Defisiensi vitamin C sendiri tidak menyebabkan inflamasi gingiva
namun dapat menyebabkan perdarahan, degenerasi kolagen, dan edema
pada jaringan ikat gingiva. Hal ini menyebabkan perubahan respon
gingiva terhadap plak gigi dan peningkatan respon inflamasi yang
berlebihan yang menghasilkan pembesaran gingiva yang parah.

Gambar 19. Pembesaran gingiva pada pasien dengan


defisiensi vitamin C

d. Gingivitis sel plasma


Gingivitis sel plasma terdiri dari pembesaran margin gingiva ringan
yang meluas ke gingiva cekat. Gingiva tampak merah, rapuh, terkadang
bergranula, dan mudah berdarah, serta biasanya tidak menyebabkan
hilangnya perlekatan. Gingivitis sel plasma diduga berawal dari alergi,

13
kemungkinan terkait dengan komponen permen karet, pasta gigi, atau
berbagai komponen diet. Lesi akan membaik dengan penghentian
pemaparan terhadap alergen.

Gambar 20. Gingivitis sel plasma

e. Granuloma piogenik (pembesaran karena kondisi non-spesifik)


Granuloma piogenik adalah pembesaran gingiva seperti tumor akibat
respon yang berlebihan terhadap trauma minor. Sifat pasti dari faktor
kondisi sistemik ini belum diidentifikasi.

Gambar 21. Granuloma piogenik

Beberapa penyakit sistemik bisa menyebabkan pembesaran gingiva


dengan mekanisme yang berbeda-beda, diantaranya (Newman dkk, 2012):
a. Leukemia
Bisa terlokalisasi atau menyeluruh, dan terjadi perluasan margin
gingiva yang melebihi ukuran normal atau bisa terbentuk massa seperti
tumor yang mempunyai ciri-ciri tersendiri pada interproksimal. Lesi
berwarna merah kebiruan, permukaan mengkilap, konsistensi agak
padat, ada kecenderungan menjadi lunak, dan mengalami perdarahan
spontan atau karena iritasi ringan. Lebih sering terjadi pada leukemia
akut daripada leukemia kronis atau subakut.

14
Gambar 22. Pembesaran gingiva akibat leukemia
(leukemia myelositik akut)

b. Penyakit granuloma

Wegener’s granulomatosis merupakan penyakit langka yang ditandai


dengan lesi granuloma nekrotik akut pada saluran pernapasan, termasuk
hidung dan rongga mulut. Manifestasi awal penyakit ini melibatkan
regio orofasial: ulserasi mukosa oral, pembesaran gingiva, mobilitas gigi
yang abnormal, dan respon penyembuhan yang tertunda. Pembesaran
pada papila interdental (papillary granulomatous) berwarna ungu
kemerahan dan mudah berdarah jika ada rangsangan.

3.1.3.5 Pembesaran neoplastik (tumor gingiva)


1. Tumor Jinak Gingiva
a. Epulis
Epulis merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menunjukkan massa seperti tumor pada gingiva (Newman dkk, 2012).
b. Fibroma
Fibroma pada gingiva muncul dari jaringan ikat atau ligamen
periodontal. Pertumbuhannya lambat, padat dan nodular atau bisa juga
lunak dan vaskular. Biasanya bertangkai (pedunculated). Secara klinis
yang didiagnosis sebagai fibroma adalah pembesaran karena inflamasi
(Newman dkk, 2012).
c. Papiloma
Papiloma adalah proliferasi jinak epitel permukaan yang biasanya
dikaitkan dengan Human Papilomavirus (HPV). Papiloma gingiva

15
berbentuk seperti bunga kol, berukuran kecil, dan permukaannya sangat
tidak teratur (Newman dkk, 2012).

Gambar 23. Papiloma gingiva pada laki-laki berusia 26 tahun

d. Peripheral giant cell granuloma


Lesi giant cell pada gingiva muncul di interdental atau dari margin
gingiva, umumnya terjadi pada permukaan labial. Bentuknya bervariasi,
mulai dari yang halus, garis massa yang teratur hingga bentuk yang tidak
teratur, dan tonjolan multilobulasi dengan lekukan permukaan.
Terkadang terdapat ulserasi pada margin gingiva. Lesi tidak sakit,
ukurannya bervariasi, dan dapat menutupi beberapa gigi. Konsistensinya
mungkin padat atau seperti spons, warnanya bervariasi mulai dari merah
muda ke merah tua atau biru keunguan (Newman dkk, 2012).

Gambar 24. Gingival giant cell granuloma

e. Central giant cell granuloma


Lesi giant cell muncul di dalam rahang dan menghasilkan kavitasi
sentral, terkadang menyebabkan kelainan bentuk rahang yang membuat
gingiva tampak membesar (Newman dkk, 2012).
f. Leukoplakia
Leukoplakia didefinisikan sebagai plak atau bercak putih pada
mukosa mulut yang tidak dapat diangkat dengan usapan atau kikisan.

16
Penyebab leukoplakia masih belum jelas namun sering dikaitkan dengan
penggunaan tembakau dan penyebab lainnya seperti C. albicams, HPV-
16 dan HPV-18, dan trauma. Gambaran leukoplakia pada gingiva
bervariasi dari lesi putih keabu-abuan, datar dan bersisik, hingga plak
keratin tebal berbentuk tidak teratur (Newman dkk, 2012).

Gambar 25. Leukoplakia pada gingiva

g. Kista gingiva
Kista gingiva biasanya berukuran mikroskopik dan jarang mencapai
ukuran yang signifikan secara klinis. Apabila dapat terlihat secara klinis,
lesi terlokalisasi pada margin gingiva dan gingiva cekat. Kista ini
umumnya tidak sakit dan bisa menyebabkan erosi permukaan tulang
alveolar, apabila disertai perluasan kista ini sering terjadi di permukaan
lingual daerah kaninus dan premolar rahang bawah (Newman dkk,
2012).

2. Tumor Ganas Gingiva


a. Karsinoma sel squamosa
Karsinoma sel squamosa merupakan tumor ganas gingiva yang
paling sering ditemukan. Tampak seperti pertumbuhan keluar yang tidak
beraturan atau lesi erosi yang ulseratif, datar, dan pipih. Tidak
menimbulkan gejala, sehingga tanpa disadari dapat menimbulkan
komplikasi dan menimbulkan sakit. Dapat melibatkan tulang
dibawahnya, ligamen periodontal gigi didekatnya dan mukosa
didekatnya (Newman dkk, 2012).

17
Gambar 26. Karsinoma sel squamosal

b. Melanoma maligna
Melanoma maligna adalah tumor oral langka yang cenderung terjadi
pada palatum durum dan gingiva rahang atas orang tua. Biasanya
berpigmen gelap dan sering didahului oleh pigmentasi terlokalisasi,
berbentuk datar atau nodular dan ditandai dengan pertumbuhan dan
metastasis yang cepat (Newman dkk, 2012).

3.1.3.6 Pembesaran palsu

Pembesaran palsu bukan merupakan pembesaran sebenarnya dari


jaringan gingiva tetapi dapat muncul sebagai akibat dari peningkatan
ukuran jaringan tulang atau gigi dibawahnya. Umumnya tidak terdapat
gambaran klinis yang abnormal pada gingiva kecuali peningkatan ukuran
pada area tersebut (Newman dkk, 2012).

3.2 Gingivektomi

3.2.1 Pengertian gingivektomi

Gingivektomi dapat didefinisikan sebagai eksisi pada dinding jaringan


lunak dari poket atau pemotongan jaringan gingiva yang mengalami pembesaran
dengan membuang dinding lateral poket. Tujuannya adalah untuk mengeliminasi
poket gingiva (pseudo poket) akibat pembesaran gingiva dan keradangan gingiva
sehingga didapat gingiva yang fisiologis, fungsional, dan estetik baik
(Tjiptoningsih, 2016). Gingivektomi memungkinkan pandangan dan akses yang
lebih baik untuk melakukan eliminasi kalkulus dan penghalusan permukaan akar,
sehingga dapat tercipta lingkungan yang lebih baik untuk penyembuhan gingiva
dan restorasi kontur gingiva fisiologis (Cohen, 2009).

18
3.2.2 Indikasi dan kontraindikasi gingivektomi

Indikasi dari perawatan gingivektomi (Newman dkk, 2012):

1. Menghilangkan poket supraboni yang mempunyai dinding yang


fibrous atau keras.
2. Menghilangkan pembesaran gingiva yang tidak mengecil sesudah
dilakukan tindakan scaling, root planning, kuretase, dan polishing.
3. Menghilangkan abses periodontal supraboni.

Kontraindikasi dilakukannya gingivektomi, antara lain (Newman dkk, 2012):

1. Terdapat cacat tulang yang memerlukan koreksi atau pemeriksaan


bentuk dan morfologi tulang alveolar.
2. Kedalaman dasar poket periodontal berada pada atau lebih ke arah
apikal dari mukogingival junction.
3. Pertimbangan estetik khususnya pada poket di sisi vestibular gigi
anterior maksila.

3.2.3 Prosedur gingivektomi

3.2.3.1 Konvensional gingivectomy

Prosedur yang dilakukan pada tindakan konvensional gingivectomy,


antara lain (Bathla, 2017) :

1. Persiapan pasien, operator, asisten operator, alat dan bahan serta


informed consent.
2. Mengaplikasikan antiseptik pada daerah operasi.
3. Dilakukan anastesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau
infiltrasi.
4. Ukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan probe
kemudian bentuk bleeding point dengan menggunakan pocket marker.
Tandai kedalaman poket dengan menusuk dinding luar jaringan
gingiva dengan pocket marker untuk membuat titik-titik perdarahan.
Apabila keseluruhan daerah operasi telah diukur dan ditandai dengan

19
lengkap, titik-titik perdarahan tersebut akan membentuk outline dari
insisi yang harus dilakukan.
5. Insisi dapat dibuat dengan bantuan beberapa instrumen seperti pisau
gingivektomi khusus yaitu pisau Kirkland (untuk permukaan fasial dan
lingual) dan pisau Orban (untuk insisi pada interdental), serta Scapel
No. 11, 12, 15. Pemilihan jenis pisau yang akan digunakan tergantung
pada operator masing-masing. Bila gingivektomi dilakukan pada
beberapa gigi, maka insisi dapat dilakukan secara kontinu atau
diskontinu. Insisi harus dibuat sedikit ke arah apikal dari bleeding
point atau kurang lebih 2 mm dibawah bleeding point. Insisi dilakukan
sedemikian rupa sehingga membentuk eksternal bevel dengan sudut
45o terhadap sumbu gigi dan sampai mencapai bagian apikal dari dasar
poket sehingga membentuk “zero pocket”. Ujung blade mengarah ke
koronal, sedekat mungkin dengan tulang alveolar tetapi tulang tidak
boleh sampai terekspos.

Gambar 27. A. B. Pocket Marker

Gambar 28. A. Pisau Kirkland. B. Pisau Orban

20
Gambar 29. Insisi : (A) Diskontinu ; (B) Kontinu

Gambar 30. Pembentukan bleeding point dengan pocket marker serta


eksisi dilakukan membentuk eksternal bevel dengan sudut 45o
terhadap sumbu gigi.

6. Buang jaringan gingiva yang telah dieksisi. Rapikan jaringan


bergranula dengan gunting maupun diamond bur, kuretase sementum
yang nekrotik dan kalkulus yang tersisa sampai permukaan tulang
bersih dan halus.
7. Tekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air
steril atau larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk menghentikan
perdarahan.
8. Pasang dresing periodontal atau periodontal pack, mula-mula yang
berukuran kecil, bersudut di daerah interproksimal, menggunakan
instrumen plastik. Selanjutnya, pasang gulungan-gulungan yang lebih
panjang di bagian fasial, lingual, dan palatal serta hubungkan dengan
dresing yang telah terpasang di daerah interproksimal. Seluruh daerah
luka ditutup dengan dresing tanpa mengganggu oklusi atau daerah
perlekatan otot.

21
9. Ganti dresing dan buang debris pada daerah luka setiap minggu sampai
jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh pasien.
10. Setelah penyembuhan luka kemudian dressing terakhir dilepas, poles
gigi, dan instruksikan pasien untuk melakukan pengendalian plak
dengan baik.

3.2.3.2 Electrosurgical gingivectomy

Electrosurgical gingivectomy menggunakan elektroda berbentuk


jarum, dilengkapi dengan loop ovoid kecil atau elektroda berbentuk berlian
untuk festooning. Pada semua prosedur pembentukan, elektroda diaktifkan
dan digerakkan dengan gerakan sapuan seperti "mencukur". Sapuan
dilakukan berselang seling dengan interval waktu 5-10 detik untuk
mencegah timbulnya panas yang berlebihan. Elektroda harus senantiasa
bergerak, tidak dibiarkan berhenti saat menyentuh ujung gingiva. Ujung
elektroda juga dipastikan jangan sampai menyentuh tulang (Bathla, 2017).

3.2.3.3 Laser gingivectomy

Laser gingivectomy yang sering digunakan dalam kedokteran gigi


adalah laser karbondioksida (CO2) dan laser neodymium: yttrium-
aluminium-garnet (Nd:YAG) yang mempunyai panjang gelombang 10,600
nm dan 1064 nm. Sinar laser CO2 digunakan untuk eksisi gingiva,
meskipun penyembuhannya lebih lama dibandingkan dengan
penyembuhan bila menggunakan scalpel secara konvensional. Penggunaan
sinar laser untuk bedah mulut harus memenuhi ukuran yang dianjurkan,
untuk menghindari pantulan sinar pada permukaan alat yang dapat
menimbulkan luka terhadap jaringan sekitarnya dan penglihatan operator
(Bathla, 2017).

3.2.3.4 Chemosurgery gingivectomy

Teknik untuk menghapus gingiva menggunakan bahan kimia, seperti


paraformaldehyde 5% atau potassium hydroxide, pernah dilakukan di
masa lalu namun saat ini tidak digunakan. Gingivektomi dengan bahan
kimia memiliki kelemahan sebagai berikut (Bathla, 2017):

22
1. Kedalaman tindakan tidak dapat dikendalikan, dan jaringan sehat
pada dasar poket dapat terluka.
2. Gingival remodelling tidak dapat dicapai secara efektif.
3. Epitelisasi dan reformasi epitel junctional dan pembentukan kembali
serat alveolar crest yang lebih lambat daripada teknik konvensional.

Oleh karena itu, metode penggunaan gingivektomi secara kimia tidak


dianjurkan (Bathla, 2017).

3.2.4 Perawatan pasca tindakan gingivektomi

Setelah seluruh prosedur gingivektomi dilaksanakan pasien perlu diberi


informasi yang lengkap mengenai cara-cara perawatan pasca operasi, yaitu
(Suryono, 2014) :

1. Menghindari makan atau minum, berkumur-kumur, dan aktifitas bicara


yang dapat merangsang terjadi perdarahan.
2. Hindari minum minuman panas atau alkohol selama 24 jam pasca operasi.
3. Minum obat sesuai dengan instruksi dokter.
4. Sikat gigi dilakukan secara hati-hati agar tidak menyebabkan terlepasnya
periodontal pack, bila perlu bilas menggunakan obat kumur antiseptik.
5. Bila terjadi perdarahan ataupun periodontal pack lepas segera hubungi
rumah sakit atau dokter gigi yang menangani.

3.2.5 Prognosis

Klasifikasi prognosis pada penyakit periodontal dirancang berdasarkan


studi evaluasi mortalitas gigi, antara lain (Newman dkk, 2012) :
1. Baik (good prognosis) : Dapat mengontrol faktor etiologi dan dukungan
periodontal memadai sehingga dapat dipastikan gigi akan mudah dirawat
oleh pasien dan dokter, pasien kooperatif dalam melakukan perawatan,
dan tidak ada faktor sistemik atau jika ada maka dapat terkontrol.
2. Sedang (fair prognosis) : Sekitar 25% kehilangan perlekatan dan / atau
keterlibatan furkasi Kelas I, kepatuhan pasien dalam maintenance baik,
pasien cukup kooperatif, dan ada penyakit sistemik.

23
3. Buruk (poor prognosis) : Kehilangan perlekatan 50%, keterlibatan furkasi
Kelas II, kepatuhan pasien dalam maintenance kemungkinan dapat
dilakukan tetapi sulit, kooperatif pasien diragunakan, dan ada penyakit
sistemik.
4. Dipertanyakan (questionable prognosis) : > 50% kehilangan perlekatan,
bentuk akar yang buruk, keterlibatan furkasi Kelas II dan Kelas III,
terdapat mobilitas gigi, dan ada penyakit sistemik.
5. Tidak ada harapan (hopeless prognosis) : Tidak memadainya perlekatan
untuk menjaga kesehatan, kenyamanan, dan fungsi sehingga diindikasikan
untuk ekstraksi, dan faktor sistemik tidak terkontrol.

Pada kasus tergolong prognosis baik (good prognosis) karena dijelaskan


pada kasus bahwa faktor etiologi dari pembesaran gingiva yaitu akumulasi plak
menurun atau dapat dikontrol. Dijelaskan juga pasien melakukan perawatan
kebersihan gigi dan mulut di rumah sehingga pasien termasuk dalam pasien yang
kooperatif dan pada kasus dijelaskan pasien tidak memiliki gangguan sistemik
sehingga menunjukkan penyembuhan yang optimal dengan tanpa tanda-tanda
inflamasi.

24
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pada pembesaran gingiva karena inflamasi, evaluasi klinis pasca operasi
gingivektomi dilakukan untuk penyembuhan yang optimal tanpa tanda-tanda
inflamasi. Gingivektomi memiliki beberapa aplikasi untuk mengurangi jaringan
gingiva minimal, tetapi adanya faktor penghambat harus dipertimbangkan.
Pembedahan periodontal harus dipertimbangkan agar dapat memelihara jaringan
keratin dalam gingiva, kehilangan jaringan gingiva yang minimal untuk menjaga
elastisitasnya, cara yang cukup untuk melakukan perbaikan kerusakan tulang, dan
meminimalkan beberapa ketidaknyamanan dan kehilangan darah setelah operasi.
Perawatan ini mendorong pasien untuk mengurangi ketidaknyamanan dari
pembesaran gingiva dan penampilan yang lebih baik dapat dicapai.

4.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dari student project kali ini, saran yang dapat
diberikan adalah mahasiswa diharapkan mampu memahami mengenai apa yang
dimaksud dengan pembesaran gingiva dan dapat mengklasifikasikan pembesaran
gingiva tersebut untuk menentukan rencana perawatan yang tepat, serta
diharapkan mampu memahami indikasi dan prosedur perawatan dari gingivektomi
yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kesalahan saat melakukan tindakan
pada pasien.

25
DAFTAR PUSTAKA

Andriana, I., 2009, Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi,


Mutiara Medika, 9(1):69-73.
Bathla, S., 2017, Textbook of Periodontics, New Delhi: Jaype Brothers Medical
Publisher, hal. 498-505.
Cohen, E. S., 2009, Atlas of Cosmetic and Reconstructive Periodontal Surgery, 3rd
ed., Boston: People’s Medical Publishing.
Devaraj, C. G., Ashis, Y., Swati, S., Meenakshi, M., dan Kriti, G., 2017,
Diagnosis and Management of Chronic Gingival Overgrowth, J Mahatma
Gandhi Univ Med Sci Tech, 2(1):47-50.
Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., Carranza, F.A., 2012, Clinical
Periodontology, 11th ed., Elsevier, St. Louis, hal. 84-96.
Suryono, 2014, Bedah Dasar Periodonsia, 1st ed., Yogyakarta: Deepublish, hal.
39-50.
Tjiptoningsih, U. G., 2016, Enlagement Gingival Treatment on Teeth 11 and 12 :
A Case Report, J Dentomaxillofac Sci, 1(3): 196-201.

26

Anda mungkin juga menyukai