Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterlambatan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan


yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin hari tampaknya
semakin meningkat pesat. Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak yang
mengalami keterlambatan bicara cukup tinggi. Angka kejadian gangguan
perkembangan anak di seluruh dunia masih tergolong tinggi yaitu di Amerika Serikat
berkisar 12 – 16%. Thailand 24%, Argentina 22%, dan Indonesia 13 – 18%
( Hidayat, 2010 ). Silva di New Zealand sebagaimana dikutip Leung, menemukan
bahwa 8,4% anak umur 3 tahun mengalami keterlambatan bicara sedangkan Leung
di Canada mendapatkan angka 3% sampai 10%.

Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum


pernah diteliti secara luas. Data di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun
2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak terdapat 10,13% anak didiagnosis
keterlambatan bahasa. Penelitian Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di
Jakarta Pusat menemukan prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214
anak yang berusia di bawah 3 tahun. Di Provinsi Jawa Tengah cakupan Deteksi Dini
TumbuhKembang ( DDTK ) anak balita dan pra sekolah belum mencapai target
yang diharapkan terlihat data pada tahun 2007, cakupan DDTK anak balita dan
prasekolah sebesar 35,66% dengan kisaran antara yang terendah 3,82% di
Kabupaten Kebumen. Hasil cakupan ditahun 2008 sebesar 44,7% meningkat bila
dibandingkan dengan cakupan tahun 2007. Cakupan tersebut masih jauh dibawah
target tahun 2006 sebesar 75% ( Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2008 ).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2009, cakupan
deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah tingkat Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2009 sebesar 50,29%, meningkat bila dibandingkan dengan
cakupan tahun 2008 sebesar 44,76%. Namun hal ini masih harus mendapatkan
perhatian serius dari pemerintah karena rencana strategi cakupan SDIDTK
( Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang ) Jawa Tengah tahun 2009
sebesar 90%. Di Poliklinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Kariadi selama tahun
2007 diperoleh 100 anak ( 22,9% ) dengan keluhan gangguan bicara dan berbahasa
dari 436 kunjungan baru. Hal ini menandakan bahwa gangguan bahasa merupakan
gangguan yang serius pada anak dan dapat mengakibatkan gangguan perkembangan
lainnya, seperti gangguan kognitif dan gangguan psikososial. ( Hariyani, 2009 ).

Fadlyana E, ( 2014 ) mengungkapkan pola keterlambatan perkembangan


balita di pedesan dan perkotaan di Bandung dengan hasil balita yang mengalami
keterlambatan perkembangan di daerah pedesaan sebesar 30% dan di perkotaan
sebesar 19%. Tjandrajani ( 2012 ) menemukan sebanyak 30,9% pasien baru yang
datang di klinik khusus Tumbuh Kembang RSAB Harapan Kita mengalami
keterlambatan Perkembangan Umum ( KPU ) dan 50,3% nya adalah KPU tanpa
penyakit penyerta dengan keluhan utama gangguan bicara. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan pada anak yaitu keturunan, neuroendoktrin, hubungan
interpersonal, tingkat sosial ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stress pada anak
dan pengaruh media massa. Menurut Susilaningrum dkk, ( 2013 ) ada dua faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu faktor internal
( genetic dan hormonal ) dan faktor eksternal ( faktor prenatal, internal dan
postnatal ) faktor pranatal meliputi : nutrisi ibu hamil, mekanis/posisi janin,
toksin/zat kimia, kelainan endokrin, infeksi penyakit, kelainan imunologi dan
psikologis ibu. Faktor intranatal meliputi : riwayat persalinan yang menyebabkan
trauma kepala pada bayi sehingga menyebabkan kerusakan jaringan otak, seperti
tindakan vacuum ekstraksi dan forceps, dan faktor postnatal meliputi : gizi, penyakit
kronis/kelianan konginetal, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, obat-obatan,
sosial ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat – obatan.

Perkembangan bahasa pada anak – anak adalah sebuah proses dinamis.


Bahasa meliputi pemahaman, pengolahan, dan produksi komunikasi. Bahasa telah
digambarkan sebagai kode terdiri dari aturan – aturan yang mencakup kata – kata
yang mempunyai arti bagaimana membuat kata – kata baru dan bagaimana
menggabungkan kata – kata ( NCBI, 2012). Perkembangan bahasa di pengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya pengetahuan dan stimulasi. Salah satu faktor risiko yang
penting untuk keterlambatan bahasa awal adalah ukuran terbatasnya kosakata
ekspresif. Keterbatasan kosakata ekspresif, tanpa adanya rangsangan neurologis,
sensorik, atau kognitif akan mempengaruhi perkembangan sekitar 15 – 20 % dari 2
tahun pertama. Keterlambatan bahasa pada anak dapat menyebabkan masalah
perilaku yang lebih dan gangguan psikososial. Keterlambatan yang tidak diobati
pada balita memiliki tingkat kegagalan 40 – 60 % dan deteksi dini merupakan cara
yang tepat untuk mengetahui keterlambatan bicara dan bahasa sehingga anak – anak
lebih sedikit membutuhkan intervensi khusus di sekolah ( BMJ, 2011 ).

Supaya tidak terjadi keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada


anak, maka dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak perlu di lakukan
pemberian stimulus. Stimulus merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh
kembang anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulus yang terarah akan lebih
cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak
mendapatkan stimulus. Stimulus juga dapat berfungsi sebagai penguat yang
bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulus seperti stimulus
verbal, visual, auditif dapat mengoptimalkan perkembangan anak perhatian dan
kasih sayang juga merupakan stimulus yang penting dalam perkembangan anak
misalnya dengan mengajak anak untuk bercakap – cakap, membelai, bermain dan
lain – lain sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Oleh karena itu
orang tua memiliki peran penting dalm menstimulasi perkembangan anak karena
menjadi orang terdekat bagi anak. Stimulasi yang dilakukan orang tua dalam
menunjang perkembangannya yaitu stimulasi kemampuan gerak kasar, stimulasi
kemampuan gerak halus, stimulasi kemampuan bicara dan bahasa serta stimulasi
kemampuan sosialisasi dan kemandirian ( Sulistyawati, 2014 ). Adapun orang tua
juga harus mengetahui dan memahami cara – cara menstimulasi perkembangan anak
agar dapat mencegah keterlambatan perkembangan. Penting bagi orang tua untuk
memahami berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dan melakukan
stimulasi perkembangan dengan meningkatkan pengetahuan mereka dalam
memberikan stimulasi ( Sugeng seto, 2009 ). Berdasarkan latar belakang diatas,
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Perkembangan
Bahasa Anak dalam Komunikasi Efektif”
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penelitian

Anda mungkin juga menyukai