Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau
penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Sebagai studi ini lebih banyak
berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang dengan tuturan-
tuturannya daripada dengar makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam
tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.
Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial
yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di
dalam berbicara, penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-
kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-
interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Setiap peserta tindak
tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah
kebahasaan di dalam interaksi lingual itu.
Agar apa yang kita katakan dalam interaksi tersebut bermakna, maka kita
harus memperhatikan berbagai macam faktor yang berkaitan dengan kesenjangan dan
kedekatan sosial. Sebagian faktor-faktor ini terbentuk khusus melalui suatu interaksi
selain karena faktor luar juga.
Sudah lazim apabila kita memperlakukan kesopanan sebagai suatu konsep
yang tegas seperti gagasan tingkah laku sosial yang sopan atau etiket terdapat dalam
budaya. Juga dimungkinkan menentukan sejumlah prinsip-prinsip umum yang
berbeda untuk menjadi sopan dalam interaksi sosial dalam suatu budaya khusus.

B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang, penulis merumuskan pertanyaan sebagai
berikut.
1. Bagaimana kesopanan dan interaksi dalam pragmatik ?

1
C. Tujuan Penulisan
Merujuk dari rumusan masalah, tujuan penulisan yaitu.
1. Mengetahui apa maksud dari kesopanan dan interaksi dalam pragmatik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesopanan
1. Pengertian Kesopanan
Fraser dalam Gunarwan (1994) mendefenisikan kesopanan adalah “property
associated with neither exceeded any right nor failed to fulfill any obligation”.
Dengan kata lain kesopanan adalah properti yang diasosiasikan dengan ujaran dan
didalam hal ini menurut pendapat si pendengar, si penutur tidak melampaui hak-
haknya atau tidak mengingkari memenuhi kewajibannya.
Kesopanan sebagai suatu konsep yang tegas, seperti “gagasan tingkah laku
sosial yang sopan” atau etiket, terdapat dalam budaya. Juga dimungkinkan
menentukan sejumlah prinsip-prinsip umum yang berbeda untuk menjadi sopan
dalam interaksi sosial dalam satu budaya khusus. Sebagian dari prinsip-prinsip umum
ini termasuk sifat bijaksana, pemurah, rendah hati, dan simpatik terhadap orang lain.
(Yule, 2006 : 104). Sedangkan menurut Brown dan Levinson (1987) kesopanan
adalah setiap tindakan dapat mengancam muka penutur maupun lawan penutur.
Ibrahim (1993 : 323) menyatakan konsep kesopanan yang kedua ini
merupakan konsep yang memiliki validitas antarkebudayaan dan konsep ini
berhubungan dengan ekspresi rakyat “kehilangan muka” yang berarti terhina.
Kesopanan dalam suatu interaksi dapat didefenisikan sebagai alat yang digunakan
untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain. Dalam pengertian ini,
kesopanan dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan soial (Yule,
2006 : 104). Leech (2011 : 206) menyatakan sopan santun berkenaan dengan
hubungan antara dua pemeran serta yang boleh kita namakan diri dan lain.

2. Maksim-Maksim Kesopanan
Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual, kaidah-
kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-
interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga

3
disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip
kesopanan.
Macam-macam maksim, sebagai berikut :
1. Maksim Kearifan (dalam ilokusi-ilokusi impositif dan komisif)
a. buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin
b. buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin
contoh :
1. dapatkah saya pinjam bor listrik ini ?
2. saya tidak menolak jika saya diberi secangkir kopi.
3. kamu dapat meminjam sepeda saya, kalau mau.
4. kamu ingin pensil ini diasah?
2. Maksim Kedermawanan atau Kemurahan atau Penerimaan (dalam ilokusi-
ilokusi impositif dan komisif)
a. buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin
b. buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin
contoh :
1. aku dapat meminjamkan mobilku padamu.
2. kamu harus datang makan malam dirumah kami !
3. Maksim Pujian (dalam ilokusi-ilokusi ekspresif dan asertif)
a. kecamlah orang lain sedikit mungkin.
b. pujilah orang lain sebanyak mungkin.
Contoh :
1. A : penampilannya bagus sekali !
B : ya, memang
4. Maksim Kesederhanaan atau Kerendahan Hati (dalam ilokusi-ilokusi
ekspresif dan asertif)
a. pujilah diri sendiri sesedikit mungkin.
b. kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
Contoh :
1. A : mereka baik sekali terhadap kita.

4
B : ya, betul
2. terimalah hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami.
5. Maksim Kesepakatan (dalam ilokusi asertif)
a. usahakan agar ketaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain terjadi
sesedikit mungkin.
b. usahakanlah agar kesepakatan antara diri sendiri dengan orang lain terjadi
sebanyak mungkin.
Contoh :
1. A : pamerannya menarik, bukan ?
B : tidak, pamerannya sangat tidak menarik.
6. Maksim Simpati (dalam ilokusi asertif)
a. kurangilah rasa antipasti antara diri sendiri dengan orang lain hingga sekecil
mungkin.
b. tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri sendiri dengan
orang lain.
Contoh :
Saya sangat menyesal mendengar bahwa kucingmu mati.

B. Keinginan Wajah
Wajah merupakan wujud pribadi seseorang dalam masyarakat. Wajah
mengacu kepada makna sosial dan emosional itu sendiri yang setiap orang memiliki
dan mengharapkan orang lain untuk mengetahui. Dalam interaksi sosial mereka
sehari-hari, orang biasanya bertingkah laku seolah-olah harapan-harapan mereka
berkenaan dengan nama baik masyarakat mereka sendiri, atau keinginan wajah
mereka akan dihormati. Jika seorang penutur menyatakan sesuatu yang mengandung
suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain berkenaan dengan nama
baiknya sendiri, pernyataan ini dideskripsikan sebagai tindak ancaman wajah.
Kemungkinan lain, jika diberikan kemungkinan bahwa sebagian tindakan itu akan
digambarkan sebagai ancaman terhadap wajah orang lain, penutur dapat mengatakan

5
sesuatu untuk mengurangi kemungkinan ancaman itu. Tindakan itu disebut sebagai
tindak penyelamatan wajah.
Bayangkan suatu pemandangan dilarut malam, pada saat seorang tetangga
muda Anda memainkan musik sangat keras dan ada pasangan orang tua yang akan
tidur. Salah satunya, dalam contoh berikut mengemukakan suatu tindak ancaman
wajah dan yang lain mengusulkan suatu tindak penyelamatan wajah :
A : saya akan mengatakan kepadanya untuk menghentikan suara yang gaduh
sekarang.
B : mungkin kamu hanya dapat memintanya apakah dia akan segera
menghentikannya karena saat ini sudah larut malam dan orang-orang perlu tidur.
Ada bermacam-macam cara untuk menampilkan tindak penyelamatan wajah. Pada
umumnya diharapkan masing-masing orang akan berusaha untuk menghormati
keinginan wajah orang lain.
C. Wajah positif dan wajah negatif
pada saat ini kita berusaha untuk menyelamatkan wajah orang lain, kita dapat
memperhatikan keinginan wajah positif atau negatif mereka. Wajah negatif seseorang
ialah kebutuhan untuk merdeka, memiliki kebebasan bertindak, dan tidak tertekan leh
orang lain. Kata negatif disini tidak berarti jelek, kata negatif hanya merupakan lawan
dari positif. Wajah positif seseorang ialah kebutuhan untuk dapat menerima, jika
mungkin disukai orang lain, diperlakukan sebagai anggota dari kelompok yang sama
dan mengetahui bahwa keinginannya dimiliki bersama dengan yang lainnya. Istilah
sederhananya, wajah negatif adalah kebutuhan untuk merdeka, sedangkan wajah
positif adalah kebutuhan untuk menghubungi.
Jadi tidak penyelamatan wajah yang diwujudkan pada wajah negatif seseorang
akan cenderung untuk menunjukkan rasa hormat, menekankan pentingnya minat dan
waktu orang lain, dan bahkan termasuk permintaan atas pemaksaan atau penyelaan.
Tindakan semacam ini disebut kesopanan negatif. Tindak penyelamatan wajah yang
berkenaan dengan wajah positif seseorang akan cenderung memperlihatjkan rasa
kesetiakawanan, menandaskan bahwa kedua penutur menginginkan sesuatu yang

6
sama, dan mereka memiliki suatu tujuan bersama. Tindakan semacam ini juga disebut
kesopanan positif.

D. Diri Sendiri dan Orang Lain Tidak Berkata Apapun


Salah satu cara untuk melihat relevansi hubungan antara konsep kesopanan
dengan pemakaian bahasa ialah mengambil peristiwa tutur tunggal dan merencanakan
anggap yang berbedayang diasosiasikan dengan kemungkinan ekspresi ysng berbeda
yang dipakai dalam peristiwa itu.
Contoh :
A : (melihat ke dalam tas)
B : (menawarkan pena)

E. Mengatakan Sesuatu Tercatat Dan Tidak Tercatat


Walaupun Anda memutuskan mengatakan sesuatu, sebenarnya Anda tidak
perlu meminta sesuatu.
a. ah, saya lupa membawa pena.
b. hmm, saya heran, dimana saya meletakkan pena saya.
Tipe ini dan juga tipe-tipe pernyataan yang sama lainnya, secara langsung
tidak ditunjukkan kepada orang lain. Orang dapat bertindak seolah-olah pernyataan
itu tidak pernah didengar. Secara teknis tipe ini dideskripsikan sebagai tidak tercatat
(off record).
a. berilah aku sebuah pena.
b. pinjamkan penamu kepadaku.
Menyamakan pendekatan bald on record dengan semua bentuk-bentuk
kalimat perintah langsung. Ini akan menyesatkan, karena bentuk perintah sering
dipakai oleh teman akrab tanpa diartikan sebagai perintah.
a. makanlah kuenya lagi
b. berikan payung basah itu kepadaku.
Situasi-situasi darurat juga menyebabkan penggunaan perintah langsung tanpa
memerintahkan siapa yang dimaksud.

7
a. jangan sentuh itu !
b. keluar dari sini !

F. Kesopanan Positif Dan Kesopanan Negatif


a. bagaimana jika Anda mengizinkan saya memakai pena Anda ?
b. hei sobat, saya akan menghargainya jika kau mengizinkan saya memakai
penamu.
Ungkapan yang tercatat ini benar-benar menggambarkan suatu resiko yang
lebih besar bagi penutur dari penderitaan terhadap penolakan dan mungkin didahului
dengan sedikit basa-basi, seperti contoh berikut :
“hai, apa yang terjadi? bolehkah saya duduk disini? kita pasti tertarik pada bahan gila
yang sama. Kamu banyak menulis juga, hah? Berbuatlah sesuatu yang menyenangkan
aku dan izinkan aku memakai salah satu penamu”.
Tindakan penyelamatan wajah lebih umum disampaikan dengan strategi
kesopanan negatif. Bentuk yang paling khusus digunakan ialah pertanyaan yang
mengandung kata bantu yang berhubungan dengan perasaan.
a. dapatkah Anda meminjami saya sebuah pena?
b. maaf saya mengganggu Anda, bolehkah saya pinjam sebuah pena?
c. saya tahu Anda sibuk, bolehkah saya bertanya apakah -ehm- apakah Anda
kebetulan memiliki pena lain yang –Anda tahu eh- yang dapat saya pinjam?
Pemilihan jenis ungkapan yang kurang langsung mungkin kurang jelas dan
umumnya lebih panjang, disertai dengan struktur yang lebih kompleks berarti bahwa
penutur sedang menciptakan usaha yang lebih besar dalam istilah kepedulian
terhadap wajah (yaitu kesopanan) daripada yang dibutuhkan secara sederhana untuk
mendapatkan seluruh pesan utama secara efesien.

G. Strategi
Strategi ini mungkin strategi yang menerapkan prinsip dalam kelompok
secara keseluruhan atau mungkin hanya sebagai suatu pilihan yang dipakai oleh
seorang penutur secara individu pada kejadian tertentu.

8
Contoh :
Marilah kita pergi ke pesta, semua orang ada disana, kita akan gembira.
Bahasa yang diasosiasikan dengan strategi penghormatan menekankan
kebebasan penutur dan pendengar yang ditandai dengan kekosongan tuntutan pribadi.
Contoh :
Akan ada sebuah pesta, jika Anda menghadirinya, pesta itu menyenangkan.

H. Pra-urutan
Salah satu cara menghindari resiko apabila orang lain ditempatkan dalam
suatu posisi yang menyulitkan yaitu dengan memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk menghentikan tindakan yang beresiko tinggi.
Contoh :
1. A : apakah Anda sibuk ? (pra-permohonan)
B : sebenarnya tidak. (teruskan)
A : ceklah memo ini ! (permohonan)
B : baiklah. (menerima)
2. A : apa yang Anda lakukan jum’at ini ? (pra-undangan)
B : hmm, sampai kini belum ada rencana. (teruskan)
A : datanglah ke pesta makan malam. (undangan)
B : oh, saya suka itu. (menerima)

9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesopanan pada umumnya berkaitan dengan hubungan antara dua partisipan
yang dapat disebut sebagai diri sendiri dan orang lain. Model kesopanan antara lain
yaitu keinginan wajah, wajah positif dan wajah negatif, diri sendiri dan orang lain
tidak berkata apapun, mengatakan sesuatu tercatat dan tidak tercatat, kesopanan
positif dan kesopanan negatif, strategi, dan pra-urutan.

B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan maka dapat disarankan hal-hal
sebagai berikut.
1. kita sebagai penutur harus dapat bertutur secara sopan agar tercipta komunikasi
yang sehat antara penutur dan lawan tutur.
2. kita terapkan atau implementasikan konsep kesopanan dalam bertutur dengan
orang lain.

10
DAFTAR PUSTAKA

Febdi, Eka. 2013. Makalah Kesopanan dan Interaksi (Pragmatik).


http://ekafebdi.blogspot.co.id/2013/10/makalah-kesopanan-dan-interaksi-
pragmatik.html?m=1. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2016 pada pukul 12.34
WITA.

Anin. 2015. Prinsip Kesopanan dan Ketidaksopanan.


http://11januar.blogspot.co.id/2015/09/prinsip-kesopanan-dan-
ketidaksopanan.html?m=1. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2016 pada pukul 12. 47
WITA.

11

Anda mungkin juga menyukai