Anda di halaman 1dari 27

Kebutuhan Asuh Pada Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah Dalam

Konsep Imunisasi Dan Imunologi

Mk:
Dosen Pengampu

OLEH

KELOMPOK II

Ni Kadek Sri Apsari Dewi 009

Ni Komang Esawitri Aprilia 011

Ni Made Indah Sinta Dewi 014

Putu Rika Yolanda Paramitha Dewi 039

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEBIDANAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebutuhan Asuh
Pada Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah Dalam Konsep Imunisasi Dan
Imunologi”. Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam


penyusunan laporan ini sehingga kritik dan saran sangat diperlukan oleh penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 5 September 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program


pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen
internasional Universal Child Immunization (UCI) pada akhir 1990.
Tujuan program imunisasi dalam komitmen internasional (ultimate
goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus neonatorum
(ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada tahun 2000.
Sedangkan target UCI 80-80-80 merupakan tujuan antara (intermediate
goal) berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak dan
hepatitis B, harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi,
kabupaten bahkan di setiap desa (Ismael, 2001).

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu


penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang. (blog-indonesia, 2008). Pada saat ini imunisasi sendiri
sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti dengan menurunnya angka
kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun
10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun
5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya
di Indonesia (Depkes RI/2009).

Pemerintah juga berencana melakukan tiga tahap kampanye imunisasi


campak dan polio selama tahun 2009-2011. Kampanye polio dan
campak tahap pertama dilaksanakan tanggal 6-24 Oktober di provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Maluku Utara.
"Untuk tahap pertama di tiga provinsi, nanti semua akan dapat.
Penetapan prioritas ini dilakukan berdasar cakupan imunisasi dan hasil
surveilans. Tahun 2010, kampanye serupa tahap kedua akan dilakukan
di Maluku, Papua Barat, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur
dan Banten. Kampanye tahap ketiga akan dilakukan di semua provinsi
yang ada di pulau Kalimantan dan Sulawesi. Selama masa kampanye,
masyarakat yang memiliki anak berusia di bawah lima tahun diminta
membawa anak-anak mereka ke pos-pos pelayanan imunisasi yang ada
di puskesmas, posyandu dan sarana kesehatan lain untuk mendapatkan
vaksinasi polio oral dan suntikan vaksin campak. Kegiatan itu
diharapkan dapat mencegah munculnya kasus baru penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi hingga saat ini kejadian penyakit tersebut
masih ditemui dan bahkan menimbulkan kejadian luar biasa di beberapa
daerah (http://m.antaranews.com). Pada hakekatnya masalah imunisasi
tidak luput dari perhitungan untung rugi. Dengan imunisasi anak pasti
dapat mencapai keuntungan bukan kerugian. Keuntungan pada
imunisasi tidak terlihat dalam bentuk materi.Mungkin pula secara
langsung dirasakan. Anak yang tidak mendapat imunisasi mempunyai
resiko tinggi terjangkit penyakit infeksi dan menular. Penyakit ini
mungkin menyebabkan ia cacat seumur hidup, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan anak bahkan dapat berakhir dengan kematian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kebutuhan asuh pada bayi dalam konsep imunisasi dan
imunologi?
2. Apa saja kebutuhan asuh pada balita dalam konsep imunisasi dan
imunologi?
3. Apa saja kebutuhan asuh pada anak pra sekolah dalam konsep
imunisasi dan imunologi?
D. Tujuan

1. Untuk mengetahui kebutuhan asuh pada bayi dalam konsep


imunisasi dan imunologi.
2. Untuk mengetahui kebutuhan asuh pada balita dalam konsep
imunisasi dan imunologi.
3. Untuk mengetahui kebutuhan asuh pada anak pra sekolah dalam
konsep imunisasi dan imunologi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Imunologi dan Imunisasi Pada Bayi

1) Pengertian Sistem Imun

Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap


bahan asing seperti mikroorganisme, molekul-molekul berpotensi toksik,
atau sel-sel tidak normal (sel terinf eksi virus atau malignan). Sistem ini
menyerang bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan
tentang kejadian tersebut supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap
bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang lebih cepat dan
bertingkat.

2) Penggolongan Antibodi, Peran dan Karakteristik

a) IgS

Antibodi yang paling banyak (85% dari antibodi dalam sirkulasi),


ditemukan di darah dan semua kompartemen cairan termasuk cairan
serebrospinalis. Di produksi dalam jumlah yang besar pada respon
adaptip sekunder sehingga mencerminkan riwayat pajanan terhadap
patogen. Bertahan lama. Dapat berdif usi keluar dari aliran darah ke
tempat inf eksi akut dan dapat menembus plasenta. Bekerja sebagai
opsonin kuat yang menjembatani f agosit dan sel sasaran. Penting dalam
pertahanan terhadap bakteri dan pengaktifan sistem komplemen melalui
jalur klasik.

b) IgM
Molekul IgM bergabung dalam kelompok lima "pentamer IgM"
sehingga cenderung menggumpalkan antigen yang menjadi sasaran
fagosit dan sel NK. Merupakan molekul besar sehingga tidak dapat
berdif usi keluar aliran darah. Merupakan aktivator kuat sistem
komplemen, penting dalam respon imun terhadap bakteri. Antibodi
pertama yang diproduksi daat tubuh menghadapi suatu antigen baru.

c) IgA

Sebagian besar dalam sekresi, misalnya air liur, air mata,


keringat, dan air susu terutama kolostrum. Menyatu dalam kelompok
yang terdiri atas dua atau tiga molekul. Melindungi tubuh dengan
melekat ke patogen dan mencegah perlekatan patogen ke rongga tubuh.
Tidak dapat mengaktif kan komplemen atau menembus plasenta.

d) IgE

Ekornya berlekatan dengan reseptor di sel mast sehingga


berperan dalam peradangan akut, respon alergi dan hipersensitivitas.
Tempat pengikatan untuk antigen di parasit yang lebih besar, misalnya
cacing dan flukes. Sebagian orang memiliki IgE untuk protein
lingkungan yang tidak berbahaya misalnya serbuk sari, kutu debu
rumah, dan penisilin.

e) IgD

Jarang disintesis, hanya sedikit yang diketahui tentang


fungsinya. Berukuran besar, hanya dapat ditemukan di darah. Mungkin
terlibat dalam stimulasi sel B oleh antigen.

3)Perkembangan Imunologi Janin

Pada kehamilan dimana antibodi yang dihasilkan janin jauh sangat


kurang untuk merespon invasi antigen ibu/invasi bakteri. Dari minggu ke
20 kehamilan, respon imun janin terhadap antigen mulai meningkat.
Respon janin dibantu oleh pemindahan molekul antibodi dari ibu (asalkan
ukurannya tidak terlalu besar) ke janin sehingga memberikan perlindungan
pasif yang menetap sampai beberapa minggu. Proses kelahiran sendiri,
mulai dari pecahnya kantong amnion yang tersegel dan seterusnya akan
membuat janin terpajan dengan mikroorganisme baru. Candida albicans,
gonococcus dan herpes virus dapat dijumpai pada vagina. Pada kasus
infeksi herpes yang diketahui, pelahiran pervaginam tidak diperbolehkan.
Begitu lahir, bayi cenderung akan bertemu dengan Staphylococcus aureus,
suatu mikroorganisme dimana resisten bayi tehadapnya sangat kecil.
Untuk mengimbangi status imunologi yang belum berkembang dengan
baik pada bayi baru lahir, maka pengawasan antenatal yang cermat,
pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau terapi untuk
mengatasi infeksi, teknik-teknik melahirkan yang aseptik tanpa
memasukkan mikroorganisme dan perawatan yang cermat dengan
memperhatikan segala aspek dalam penanganan bayi baru lahir, semuanya
ini merupakan tindakan yang sangat penting.

1) Sistem Imun Pasif pada Janin

Dalam perkembangannya, Janin dapat terlindung dari lingkungan


yang berbahaya selama dalam kandungan. Umumnya kuman patogen atau
bibit penyakit tidak dapat menembus barier placenta. Bayi yang baru lahir,
tanpa adanya antibodi, akan sangat mudah terinfeksi. Bayi yang mature
telah memperoleh antigen dan imunitas pasif dari ibu terhadap jenis-jenis
tertentu dalam waktu 6 minggu atau lebih sebelum dilahirkan. Namun
demikian, bayi yang meninggalkan lingkungan yang steril untuk kemudian
secara tiba-tiba bertemu dengan banyak mikroorganisme dan antigen
lainnya. Diperlukan waktu beberapa minggu sebelum imunitas aktif
terbentuk.
Proses penyaluran imun pasif dari maternal: Sistem imun janin diperkuat
oleh penyaluran imunoglobulin menembus plasenta dari ibu kepada
janinnya melalui aliran darah yang membawa antibodi serta penyaluran
melalui air susu. Profil imunoglobulin yang disalurkan melalui plasenta
dan disekresikan melalui air susu bergantung pada mekanisme transportasi
spesif ik untuk berbagai kelas imunoglobulin. IgG ibu menembus plasenta
ke dalam sirkulasi janin melalui mekanisme aktif spesifik, yang efektif
dari sekitar usia gestasi 20 minggu, tetapi aktivitasnya meningkat pesat
sejak usia gestasi 34 minggu. Ibu akan menghasilkan respons imun
terhadap antigen yang ia temui dengan menghasilkan IgG, yang dapat
melewati plasenta. Bahkan kadar IgG ibu rendah, IgG akan tetap di
salurkan melalui plasenta. Hal ini berarti janin akan mendapat imunisasi
pasif terhadap patogen yang besar ditemukan di lingkungan setelah lahir.
Imunitas pasif ini memberikan perlindungan temporer penting pascanatal
sampai sistem bayi sendiri matang dan menghasilkan sendiri antibodi

2) Reaksi Antigen-Antibodi

Dalam bidang imunologi, kuman tau racun (toksik) disebut sebagai


antigen. Secara khusus, antigen tersebut merupakan protein dari kuman
atau protein racunnya. Bila antigen pertama kali masuk ke dalam tubuh
manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila
antigen tersebut kuman, zat anti yang dibentuk disebut antibodi. Berhasil
atau tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman bergantung pada
jumlah zat anti yang dibentuk. Pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak
untuk membentuk antigen/antitoksim terhadap antigen tidaklah terlalu
kuat. Tubuh belum mempunyai ”pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi
pada reaksi ke-2 dan ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai dalam
membetuk zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-
antibody, tubuh anak dengan dengan kekuatan zat antinya dapat
menghancurkan antigen atau kuman.
Dengan dasar reaksi antigen tubuh anak akan memberikan perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia)
yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak akan terhindar
dari ancaman luar. Akan tetapi setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat
anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuhpun akan
menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh
antigen, artinya anak tersebut harus mendapatkan suntikan/ imunisasi
ulang.

3) Imunisasi pada bayi

a) Imunisasi Hepatitis B
- Vaksin berisi HbsAg murni.
- Diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak
3,9% hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi
maternal kurang lebih sebesar 45%.
- Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.
- Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.
- Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B
12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B. Dosis kedua 1 bulan
berikutnya. Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan).
- Bayi lahir dari ibu HBsAg (-) diberikan vaksin rekombinan atau
vaksin plasma derived secara IM, pada umur 2-6 bulan. Dosis
kedua diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6
bulan setelah imunisasi pertama.
- Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui.
Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mcgatau Engerix B 10
mcg) atau vaksin plasma derived 10 mcg, IM dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis
ketiga umur 6 bulan.
- Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml.
- Apabila sampai 5 tahun anak belum pernah mendapatkan imunisasi
hepatitis B, maka secepatnya diberikan.
- Ulangan pemberian imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan
pada umur 10-12 tahun.
1)) KIPI
Efek samping yang terjadi pascaimunisasi hepatitis B pada
umumnya ringan , hanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan
nyeri sendi maupun otot.
2)) Kontraindikasi

Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontraindikasi


absolute terhadap pemberian imunisasi hepatitis B, kecuali pada
ibu hamil.
b) Imunisasi Polio

- Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat
dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam
magnesium klorida dan fenol merah
- Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam
flacon, pipet.
- Diberikan sesegera mungkin saat bayi akan dipulangkan dari
rumah sakit atau rumah bersalin.
- Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Vaksin polio
diberikan 4 kali, interval 4 minggu dan imunisasi ulangan, 1 tahun
berikutnya, SD kelas I, VI
- Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.
1)) Kontraindikasi

- Mengalami peyakit akut atau demam (> 38,5 oC), imunisasi


harus ditunda
- Muntah atau diare, imunisasi harus ditunda
- Dalam masa pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif oral
maupun suntikan juga pengobatan radiasi umum
- Keganasan, dan anak dengan mekanisme imunolohis yang
terganggu
- Menderita infeksi HIV
- Pemberian bersamaan dengan vaksin tifoid oral
c) Imunisasi DPT

- Terdiri dari
 toxoid difteri adalah racun yang dilemahkan
 Bordittela pertusis adalah bakteri yang dilemahkan
 toxoid tetanus adalah racun yang dilemahkan (+) aluminium
fosfat dan mertiolat
- Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan
putih didasarnya.
- Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis
pada bayi kecil.
- Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.
- Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.
- Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan
menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.
- Reaksi pasca imunisasi:
- Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari ® diberikan anafilatik
+ antipiretik
- Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi ® demam > 40°C,
kejang, syok ® imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau
DpaT
1)) Efek samping

 Panas
Kebanyakan terjadi pada sore hari setelah mendapatkan suntikan
DPT, tetapi akan sembuh dalam 1-2 hari. Namun bila terjadi
panas lebih dari 1 hari setelah imunisasi maka itu bukanlah
disebabkan vaksin DPT, mungkin ada infeksi lain yang harus di
teliti lebih lanjut. Berikan 1/4 tablet antipiuretik untuk mengatasi
efek samping tersebut bila panas lebih dari 39 oC , anjurkan agar
anak tidak dibungkus dengan baju tebal dan mandikan anak
dengan cara membasuh.
 Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasakan nyeri, sakit, kemerahan, dan bengkak
di tempat suntikan. Hal ini tidak berbahaya dan tidak perlu
pengobatan.
 Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih sesudah vaksin,
maka hal itu mungkin disebabkan oleh peradangan yang
mungkin disebabkan oleh beberapa factor berikut: jarum suntik
tidak steril, penyuntikan kurang dalam.
 Kejang-kejang
Reaksi ini jarang terjadi, tapi perlu diketahui oleh petugas.
Reaksi ini disebabkan oleh komponen pertusis dari DPT. Oleh
karena efek samping ini cukup berat, maka anak yang pernah
mendapat reaksi ini tidak boleh mendapatkan vaksin DPT lagi,
tapi diganti menjadi vaksin DT saja.

a) Imunisasi Campak
Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik
membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin
Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.
- Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi
yang diperoleh dari ibu.
- Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.
- Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 derajat celsius
- Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C
- Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang
6 bulan kemudian
- Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 – 12
hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang
1)) KIPI

Reaksi KIPI campak banyak dijumpai pada imunisasi ulang


dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan. Sedangkan untuk
vaksin dengan virus yang dilemahkan kejadian KIPI telah
menurun. Gejala KIPI campak berupa demam tinggi lebih dari 39,5
o
C yang terjadi 5-15 % kasus yang mulai dijumpai pada hari ke-5
dan ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Ruam
dapat dijumpai pada 5% resipien pada hari ke-7 dan ke-10 sesudah
imunisasi selama 2-4 hari. Reaksi KIPI berat terjadi juka diteukan
gangguan fungsi system saraf pusat seperti ensefalitis dan
ensefalopati pasca imunisasi.

2)) Imunisasi Ulang

Dianjurkan pemberian campak ulangan pada saat masuk


sekolah dasar (5-6 tahun) guna mempertinggi serokonversi. Atau
dalam situasi seperti berikut: apabila terdapat kejadian luar biasa
peningkatan kasus campak maka anak SD,SMP,SMA dapat
diberikan imunisasi ulang; setiap orang yang sudah imunisasi
campak yang virusnya dimatikan; setiap orang yang sudah pernah
mendapatkan immunoglobulin; setiap orang yang tidak dapat
menunjukkan catatan imunisasinya.

3)) Kontraindikasi

Kontraindikasi campak berlaku bagi mereka yang sedang


menderita demam tinggi, memperoleh pengobatan immunoglobulin
atau kontak dengan darah, hamil, memiliki riwayat alergi, dan
sedang memperoleh pengobatan imunosupresan.

b) Imunisasi Hib
- Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza
tipe B
- Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan
1 kali
- Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam
semprit.
- Dosis 0,5 ml diberikan IM
- Disimpan pada suhu 2-8°C
- Ulangan vaksin diberikan pada umur 18 bulan.
- Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, vaksin Hib hanya
diberikan sekali.
Jadwal imunisasi yang wajib diberikan kepada neonatus, bayi,
balita, dan anak prasekolah seperti tabel dibawah ini:

Sedangkan untuk imunisasi yang sifatnya “dianjurkan”, jadwalnya seperti


tabel berikut ini:
B. Konsep Imunologi dan Imunisasi (Dasar/Anjuran) Pada Balita

Imunologi adalah ilmu yg mempelajari tentang sistem imun / kekebalan


tubuh. Konsep dasar Respon Imun : Reaksi terhadap sesuatu yang
asing. Pemicunya disebut dengan Antigen, yaitu substansi yg mampu merangsang
respon imun, berupa bahan infeksiosa.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh dan diharapkan tubuh dapat
menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman
atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.
Akan ada penolakan saat awal-awal antigen masuk ke tubuh. Reaksi tubuh
terhadap antigen berlangsung lambat dan lemah sehingga sedikit antigen yang
terbentuk. Tetapi reaksi yang selanjutnya, tubuh sudah mengenal jenis bakteri
tersebut dan dapat menghasilkan antigen yang cukup banyak. Setelah beberapa
waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar
tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/suntikan/imunisasi ulang. Ini
merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali.
Tujuan pemberian imunisasi pada bayi dan balita adalah untuk mencegah
penyakit pada bayi dan balita yang pada akhirnya akan menghilangkan penyakit
tersebut. Terdapat 2 jenis imunisasi, yaitu
- Imunisasi Aktif

Tubuh akan memproduksi sendiri zat anti setelah adanya rangsangan antigen
(virus yang telah dilemahkan) dari luar tubuh. Tubuh yang terpapar antigen akan
membentuk zat anti terhadap antigen tersebut. Keberhasilan pemusnahan antigen
tersebut tergantung pada jumlah antigen yang berhasil dibentuk atau dimiliki oleh
tubuh. Jumlah zat anti yang cukup tinggi biasanya diperoleh setelah tubuh
mengalami reaksi kedua, ketiga dan seterusnya. Pembentukan zat anti akibat
paparan kembali antigen yang sama pada tubuh akan berlangsung lebih cepat.
Titer antibodi yang terbentuk akibat rangsangan antigen pada tubuh untuk pertama
kalinya tidak tinggi dan kadarnya cepat menurun. Oleh sebab itu, pemberian
imunisasi ulang (boster) perlu dilakukan untuk mempertahankan j+66umlah zat
anti yang tetap tinggi di dalam tubuh.
- Imunisasi Pasif
Tubuh anak tidak memproduksi antibodi sendiri, melainkan kekebalan tersebut
didapatkan dari luar dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah
mengandung zat anti, atau anak tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa
dalam kandungan, setelah memperoleh zat penolak, prosesnya cepat, tetapi tidak
bertahan lama. Kekebalan pasif terdapat 2 cara:
 Kekebalan pasif alamiah yaitu kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir
dari ibunya dan tidak berlangsung lama (kira-kira hanya sekitar 5 bulan setelah
bayi lahir). Misalnya difteri, tetanus,dan morbili.
 Kekebalan pasif buatan yaitu kekebalan yang diperoleh setelah mendapat
suntikan zat penolak. Misalnya, vaksinasi ATS.
Jadi dapat disimpulkan, perbedaan antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif
bahwa pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang lebih lama untuk membuat zat
anti dibandingkan imunisasi pasif. Kekebalan yang didapat dari imunisasi aktif
bertahan lama, sedangkan imunisasi pasif berlangsung hanya beberapa bulan.
Yang termasuk imunisasi wajib, yaitu BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, Campak,
DT, TT. Sedangkan yang termasuk imunisasi yang hanya dianjurkan pemerintah
dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit
endemic atau untuk kepentingan tertentu. Imunisasi anjuran pemerintah, yaitu
MMR, tifus, HiB, hepatitis A, dan varisela. Selanjutnya, akan dibahas imunisasi
anjuran pemerintah.
1) Imunisasi MMR
Kebanyakan anak mendapatkan imunisasi measles (campak), mumpus
(gelondongan), dan Rubella (campak jerman) sekaligus dalam satu suntikan yaitu
MMR. Ketiga vaksin ini bekerja dengan baik, dan akan melindungi sebagian besar
anak seumur hidupnya. Terutama bagi anak perempuan, vaksinasi MMR sangat
penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada
anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubela dan
menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat
menyebabkan kecacatan pada janin.
Anak sebaiknya mendapatkan 2 kali vaksin MMR. Dosis pertama diberikan
diantara usia 12-15 bulan, sedang dosis kedua dapat diberikan pada usia 4-6 tahun
sebelum anak masuk SD. Apabila ketika terjadi wabah, vaksin MMR dapat
diberikan sebelum berusia 1 tahun. Ini diberikan sebagai pencegahan jangka
pendek saja, nantinya tetap harus diberikan 2 dosis vaksin ini pada jadwal seperti
disebutkan diatas.
Efek samping imunisasi MMR dapat berupa demam dan bercak kemerahan yang
timbul sekitar 1-2 minggu setelah imunisasi. Reaksi ini akan menghilang dalam
beberapa hari. Kejang demam kadang dapat terjadi pada anak yang diberikan
imunisasi MMR. Anak yang diketahui alergi berat terhadap gelatin atau neomycin
antibiotik tidak boleh diberikan imunisasi MMR. Demikian juga anak yang
mempunyai reaksi alergi berat setelah vaksin MMR tidak boleh diberikan vaksin
MMR ulangan. Anak yang kekebalan tubuhnya ditekan (karena mempunyai
penyakit seperti kanker atau infeksi HIV, atau pengobatan semacam steroid)
sebaiknya dievaluasi oleh dokter sebelum diberikan vaksin MMR. Anak yang
baru mandapatkan transfusi atau produk darah lainnya sebaiknya menunggu
beberapa bulan sebelum mendapatkan MMR.
2) Imunisasi Tifoid
Demam tifoid merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri salmonella
typhi. Penyakit ini menyebabkan demam tinggi, lemas, sakit perut, sakit kepala,
kurang nafsu makan dan kadang bercak kemerahan. Jika tidak diobati dapat
menyebabkan kematian pada 30% penderita. Pada umumnya penyakit ini menular
melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat dicegah dengan
imunisasi.
Saat ini ada dua macam imunisasi yang dapat digunakan untuk mencegah demam
tifoid. Yang pertama diberikan dengan suntikan (kuman mati) dan yang kedua
diberikan dengan kapsul (kuman hidup dilemahkan).
Imunisasi suntikan dapat diberikan pada anak berusia 2 tahun atau lebih. Satu
dosis dapat diberikan setiap 2-3 tahun. Imunisasi oral dapat diberikan pada saat
anak berusia 6 tahun atau lebih. Diberikan 4 dosis dengan jarak setiap 2 hari.
Dapat diulang tiap 5 tahun.
Pada vaksin suntikan dapat timbul reaksi ringan seperti demam, sakit kepala,
kemerahan dan nyeri pada tempat suntikan. Vaksin tifoid oral jangan diberikan
bersamaan dengan antibiotika. Beri jarak waktu lebihdari 24 jam dengan
antibiotika terakhir. Dapat timbul demam, sakit kepala, mual muntah. Jika
terdapat kejadian serius atau tidak biasa seteah pemberian vaksin ini segera
hubungi dokter.
3) Imunisasi Hib
Vaksin Hib ini merupakan vaksin berisi kuman dimatikan, dan dibuat hanya dari
sebagian kuman Haemophilus influenza b. Anak sebaiknya mendapatkan 3-4 kali
dosis vaksin ini, tergantung dari produsen pembuat vaksin yang digunakan oleh
dokter. Dosis penguat diberikan pada usia antara 12 – 15 bulan. Anak yang telah
berusia 5 tahun atau lebih tidak perlu diimunisasi dengan vaksin Hib. Vaksin Hib
dapat dikombinasikan dengan vaksin DTap atau dengan vaksin hepatitis B. vaksin
ini bekerja sama baiknya dan sama amannya dengan vaksin yang diberikan secara
terpisah.
Hib merupakan imunisasi yang sangat aman. Vaksin ini tidak dapat menyebabkan
penyakit atau meningitis akibat Hib dan biasanya tidak menyebabkan efek
samping serius. Sebagian kecil anak yang mendapatkan imunisasi ini akan
mengalami kemerahan, bengkak pada lokasi suntikan atau demam. Reaksi ini
biasanya timbul dalam 24 jam pertama setelah suntikan dan akan menghilang
dalam 2-3 hari. Bayi yang berusia kurang dari 4 minggu sebaiknya tidak diberikan
imunisasi karena daya imunitas yang ditimbulkan masih belum baik.
4) Imunisasi Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit hati berat yang ditimbulkan oleh virus hepatitis A
(HAV). HAV dapat ditemukan pada tinja penderita hepatitis A dan biasana
menular jika diminum atau makan sesuatu yang tercemar dengan virus ini.
Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti flu, kuning pada mata dan kulit,
mencret dan sakit perut.
Imunisasi Hepatitis A dapat mencegah penyakit ini, dan sangat dianjurkan bagi
anak berusia 12 bulan atau lebih terutama didaerah endemis. Diperlukan 2 dosis
untuk dapat memberikan kekebalan seumur hidup. Dosis ini diberikan dengan
jarak waktu minimal 6 bulan.
5) Imunisasi Varicella
Vaksin varicella merupakan vaksin yang berisi virus hidup. Vaksin ini diberikan
di Jepang selama 20 tahun. Di Amerika Serikat, vaksin ini digunakan dari tahun
1995. Satu dosis vaksin varicella direkomendasikan untuk anak berusia 12-18
bulan. Anak yang tidak mendapatkan vaksin ini dapat diberikan satu dosis sampai
ketika berusia 13 tahun. Usia diatas itu harus diberikan 2 dosis dengan jarak 4-8
minggu terpisah. Anak yang sudah pernah sakit cacar air tidak perlu diberikan
imunisasi ini.
Vaksin ini dapat mencegah cacar air 70% sampai 90% dan dapat mencegah
penyakit berat sampai lebih dari 95%. Vaksin ini diharapkan dapat memberikan
imunitas seumur hidup. Sekitar 1% – 2 % anak yang mendapatkan imunisasi ini
tetap menderita cacar air, tetapi biasanya gejalanya sangat ringan.
Varicella merupakan vaksin yang sangat aman. Pada beberapa anak dapat timbul
bengkak dan kemerahan pada lokasi suntikan. Juga dapat timbul bercak
kemerahan dalam 1-3 minggu setelah imunisasi. Kejadian kejang demam juga
pernah dilaporkan setelah imunisasi, namun sangat jarang. Anak yang diketahui
alergi terhadap gelatin atau neomisin jangan diberikan vaksin ini. Anak dengan
efeisiensi imun seperti kanker atau HIV harus dievaluasi oleh dokter terlebih
dahulu sebelum diberikan imunisasi ini.

C. Konsep Imunologi dan Imunisasi Pada Anak Pra Sekolah


Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi misalnya penyakit TBC, diphteri tetanus, pertusis, polio, campak, dan
hepatitis B. Bahkan sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin MMR untuk
mencegah measles (campak), mumps (parotitis) dan rubela (campak jerman).
Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap maka diharapkan dapat dicegah
timbulnya penyakit-penyakit yang menimbulkan cacat dan kematian.

1) Imunisasi MR
Imunisasi MR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan
dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan
demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga
menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa
menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan
bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan
pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang
disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada
selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang
gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga
terjadi kemandulan.

Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit


dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa
menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika seorang
wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan
pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa
vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan
bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak,
gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen
MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu
memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9 – 12 bulan.

Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12 – 15 bulan.


Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang
adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4 – 6
tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11 – 13 tahun
(sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang
dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan
tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan
MMR sebelum masuk SD.

Anticipatory guidance pada masa preschool (3-5 tahun)


Pada masa ini petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun kesulitannya
jauh lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Sebelumnya, pencegahan
kecelakaan dipusatkan pada pengamatan lingkungan terdekat, dan kurang
menekankan pada alas an-alasannya. Sekarang proteksi pagar, penutup stop
kontak disertai dengan penjelasan secara verbal dengan alas an yang tepat dan
dapat dimengerti.

Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua
maupun anak. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam melakukan
penyesuaian terhadap perubahan ini, terutama bagi Ibu yang tinggal di
rumah/tidak bekerja. Ketika anak mulai masuk taman kanak-kanak, maka ibu
mulai memerlukan kegiatan-kegiatan di luar keluarga, seperti keterlibatannya
dalam masyarakat atau mengembangkan karier. Bimbingan terhadap orang tua
pada masa ini dapat dilakukan pada anak umur 3, 4, 5 tahun.

1) Usia 3 tahun

 Menyiapkan orang tua untu meningkatkan minat anak terhadap hubungan


yang luas
 Menganjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke taman kanak-kanak.
 Menekankan pentignya batas-batas/tata cara/peraturan-peraturan.
 Menyiapakan orang tua untu mengantisipasi tingkah laku yang berlebihan
sehingga dapat menurunkan tension/ketegangan.
 Menganjurkan ornga tua untuk menawarkan kepada anaknya alternative-
alternatif pilihan ketika anak dalam keadaan bimbang.
 Memberikan gambaran mengenai perubahan pada usia 3.5 tahun katika
anak berkurang koordinasi motorik dan emosiaonalnya, merasa tidak aman
serta menunjukkan emosi dan perkembangan tingkah laku yang ekstrim
seperti gagap.
 Menyiapkan orang tua untuk mengekspetasi tuntutan-tuntutan akan
perhatian ekstra dari anak, yang merupakan refleksi dari emosi tidak aman
dan ketakutan akan kehilangan cinta.
 Mengingatkan kepada orang tua bahwa keseimbangan pada usia 3 tahun
akan berubah ke tingkah laku agresif di luar batas pada usia 4 tahun.
 Mengantisipasi selera makan yang menjadi tetap dengan pemilihan
makanan yang lebih luas.

2)Usia 4 tahun

 Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif, termasuk


aktifitas motorik dan bahasa yang mengejutkan
 Menyiapkan orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap kekuasaan
orang tua.
 Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.
 Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama, seperti
menempatkan anak pad ataman kanak-kanak selama setengah hari.
 Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa ingin tahu
seksual pada anak.
 Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari tingkah laku.
 Mendiskusikan disiplin
 Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun,
dimana anak mengikuti kata hatinya dalam “ketinggian bicaranya”
(bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak dalam permainan yang
membutuhkan imajinasi.
 Menyarankan pelajaran berenang.
 Menjelaskan perasaan-perasaan Oedipus dan reaksi-reaksinya. Anak laki-
laki biasanya lebih dekat dengan ibunya dan anak perempuan dengan
ayahnya. Oleh karena itu, anak perlu dibiasakan tidur terpisah dengan
orang tuanya.
 Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak dan
menganjurkan mereka agar tidak lupa untuk membangunkan anak dari
mimpi yang menakutkan.
3) Usia 5 tahun

 Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan periode yang


relative lebih tenang dibandingkan masa sebelumnya
 Menyiapkan dan membantu anak memasuki lingkungan sekolah.
 Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah.
BAB III

PENUTUP

A.Simpulan

Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan


anak. Imunisasi bekerja dengan cara merangsang timbulmya kekebalan tubuhyang
akan melindungi anak anda dari penyakit-penyakit sebagai berikut: polio,campak,
gondongan, campak Jerman, influenza, tetanus, difteri dan pertusis (batuk rejan).
Tanpa pemberian vaksin, jumlah kematian anak-anak yang ditimbulkan
oleh penyakit tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami komplikasi
kronik setelah menderita penyakit tersebut.

B. Saran

1.Kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah sebaiknya dapat
dipenuhi dengan sebaiknya-baiknya supaya tumbuh kembang anak dapat optimal
karena itu merupakan kebutuhan paling mendasar yang harus dipenuhi.

2.Bidan supaya bisa memberikan KIE yang benar kepada keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.
http://www.google.co.id/search?hl=id&output=search&sclient=psy-
ab&q=NUTRISI+PADA+NEONATUS&btnG=. Diakses pada tanggal 12
November 2012.
Anonim. 2010. Deteksi dan Stimulasi Kecerdasan Motorik Anak Sejak Dini.
Diakses tanggan 12 November 2012 pada
http://childrenclinic.wordpress.com/2010/10/26/deteksi-dan-stimulasi-
kecerdasan-motorik-anak-sejak-dini/

Anonim.2012.Manfaat dan Cara Pijat Bayi.http://pondokibu.com/manfaat-dan-


cara-pijat-bayi.html. 13 November 2012

Anonim.2008.Cara Menyendawakan
Bayi.http://rumahkusorgaku.wordpress.com/2008/06/02/cara-
menyendawakan-bayi-2/.13 November 2012

Anomim.2012.Teknik Menyendawakan Bayi[Internet]. Available From


<http://www.ibudanbalita.com/pojokcerdas/teknik-menyendawakan-
bayi> [Diakses tanggal 12 November 2012]
Diah. 2012. Respon Orang Tua terhadap Bayi Baru Lahir. Diakses tanggal 12
November 2012 pada
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/respon-orang-tua-terhadap-
bayi-baru.html

Inadiar, Disha. 2010. Skripsi Perbedaan Pola Asah, Asih, Asuh Pada Balita Status
Gizi Kurang Dan Status Gizi Normal (Studi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Peneleh, Surabaya). Diakses tanggal 12 November 2012 pada
http://digilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-arummeiran-5087-3-
bab2.pdf

Irin, Tika.2011. Tumbuh Kembang Anak. Diakses tanggal 12 November 2012


pada http://www.slideshare.net/TiKaIrIn/program-tumbang-anak-ke1
Maharani, Sabrina, 2009. Pijat dan Senam Sehat Untuk bayi. Jogjakarta: Kata
Hati
Nanny, Vivian Lia Dewi. 2010. Asuhan Neonatal Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
……Salemba Medika

Prasetyo, 2009. Teknik-teknik Tepat memijat Bayi Sendiri Panduan Lengkap dan
Uraian Kemanfaatannya. Jogjakarta : Diva Press

Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Putri, Alissa, 2009. Pijat dan Senam Untuk Bayi dan Balita Panduan Praktis
Memijat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Brilliant Offset
Purnamasari, Dewi, 2011. Panduan Pijat Praktis Balita Anda agar Cerdas dan
Sehat. Yogyakarta: Pustaka Salomon
Rochmach, dkk. 2011. Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi,, dan Balita.
Jakarta: EGC

Soetjiningsih. 1995.Tumbuh Kembang Anak .Jakarta :EGC

Sudarti. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Yogyakarta: Medical Book

http://ayurai.wordpress.com/2009/03/13/neonatus-dengan-bblr/
http://healthyenthusiast.com/nutrisi-pada-anak.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-slametraha-5535-3-babii.pdf

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/respon-orang-tua-terhadap-bayi-
baru.html#ixzz4sWdYSbx2

http://sahabatperawat.com/2012/07/cara-dan-manfaat-inisiasi-menyusui-dini-imd/

Anda mungkin juga menyukai