Mk:
Dosen Pengampu
OLEH
KELOMPOK II
JURUSAN KEBIDANAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebutuhan Asuh
Pada Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah Dalam Konsep Imunisasi Dan
Imunologi”. Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kebutuhan asuh pada bayi dalam konsep imunisasi dan
imunologi?
2. Apa saja kebutuhan asuh pada balita dalam konsep imunisasi dan
imunologi?
3. Apa saja kebutuhan asuh pada anak pra sekolah dalam konsep
imunisasi dan imunologi?
D. Tujuan
PEMBAHASAN
a) IgS
b) IgM
Molekul IgM bergabung dalam kelompok lima "pentamer IgM"
sehingga cenderung menggumpalkan antigen yang menjadi sasaran
fagosit dan sel NK. Merupakan molekul besar sehingga tidak dapat
berdif usi keluar aliran darah. Merupakan aktivator kuat sistem
komplemen, penting dalam respon imun terhadap bakteri. Antibodi
pertama yang diproduksi daat tubuh menghadapi suatu antigen baru.
c) IgA
d) IgE
e) IgD
2) Reaksi Antigen-Antibodi
a) Imunisasi Hepatitis B
- Vaksin berisi HbsAg murni.
- Diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak
3,9% hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi
maternal kurang lebih sebesar 45%.
- Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.
- Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.
- Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B
12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B. Dosis kedua 1 bulan
berikutnya. Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan).
- Bayi lahir dari ibu HBsAg (-) diberikan vaksin rekombinan atau
vaksin plasma derived secara IM, pada umur 2-6 bulan. Dosis
kedua diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6
bulan setelah imunisasi pertama.
- Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui.
Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mcgatau Engerix B 10
mcg) atau vaksin plasma derived 10 mcg, IM dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis
ketiga umur 6 bulan.
- Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml.
- Apabila sampai 5 tahun anak belum pernah mendapatkan imunisasi
hepatitis B, maka secepatnya diberikan.
- Ulangan pemberian imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan
pada umur 10-12 tahun.
1)) KIPI
Efek samping yang terjadi pascaimunisasi hepatitis B pada
umumnya ringan , hanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan
nyeri sendi maupun otot.
2)) Kontraindikasi
- Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat
dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam
magnesium klorida dan fenol merah
- Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam
flacon, pipet.
- Diberikan sesegera mungkin saat bayi akan dipulangkan dari
rumah sakit atau rumah bersalin.
- Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Vaksin polio
diberikan 4 kali, interval 4 minggu dan imunisasi ulangan, 1 tahun
berikutnya, SD kelas I, VI
- Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.
1)) Kontraindikasi
- Terdiri dari
toxoid difteri adalah racun yang dilemahkan
Bordittela pertusis adalah bakteri yang dilemahkan
toxoid tetanus adalah racun yang dilemahkan (+) aluminium
fosfat dan mertiolat
- Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan
putih didasarnya.
- Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis
pada bayi kecil.
- Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.
- Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.
- Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan
menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.
- Reaksi pasca imunisasi:
- Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari ® diberikan anafilatik
+ antipiretik
- Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi ® demam > 40°C,
kejang, syok ® imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau
DpaT
1)) Efek samping
Panas
Kebanyakan terjadi pada sore hari setelah mendapatkan suntikan
DPT, tetapi akan sembuh dalam 1-2 hari. Namun bila terjadi
panas lebih dari 1 hari setelah imunisasi maka itu bukanlah
disebabkan vaksin DPT, mungkin ada infeksi lain yang harus di
teliti lebih lanjut. Berikan 1/4 tablet antipiuretik untuk mengatasi
efek samping tersebut bila panas lebih dari 39 oC , anjurkan agar
anak tidak dibungkus dengan baju tebal dan mandikan anak
dengan cara membasuh.
Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasakan nyeri, sakit, kemerahan, dan bengkak
di tempat suntikan. Hal ini tidak berbahaya dan tidak perlu
pengobatan.
Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih sesudah vaksin,
maka hal itu mungkin disebabkan oleh peradangan yang
mungkin disebabkan oleh beberapa factor berikut: jarum suntik
tidak steril, penyuntikan kurang dalam.
Kejang-kejang
Reaksi ini jarang terjadi, tapi perlu diketahui oleh petugas.
Reaksi ini disebabkan oleh komponen pertusis dari DPT. Oleh
karena efek samping ini cukup berat, maka anak yang pernah
mendapat reaksi ini tidak boleh mendapatkan vaksin DPT lagi,
tapi diganti menjadi vaksin DT saja.
a) Imunisasi Campak
Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik
membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin
Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.
- Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi
yang diperoleh dari ibu.
- Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.
- Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 derajat celsius
- Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C
- Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang
6 bulan kemudian
- Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 – 12
hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang
1)) KIPI
3)) Kontraindikasi
b) Imunisasi Hib
- Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza
tipe B
- Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan
1 kali
- Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam
semprit.
- Dosis 0,5 ml diberikan IM
- Disimpan pada suhu 2-8°C
- Ulangan vaksin diberikan pada umur 18 bulan.
- Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, vaksin Hib hanya
diberikan sekali.
Jadwal imunisasi yang wajib diberikan kepada neonatus, bayi,
balita, dan anak prasekolah seperti tabel dibawah ini:
Tubuh akan memproduksi sendiri zat anti setelah adanya rangsangan antigen
(virus yang telah dilemahkan) dari luar tubuh. Tubuh yang terpapar antigen akan
membentuk zat anti terhadap antigen tersebut. Keberhasilan pemusnahan antigen
tersebut tergantung pada jumlah antigen yang berhasil dibentuk atau dimiliki oleh
tubuh. Jumlah zat anti yang cukup tinggi biasanya diperoleh setelah tubuh
mengalami reaksi kedua, ketiga dan seterusnya. Pembentukan zat anti akibat
paparan kembali antigen yang sama pada tubuh akan berlangsung lebih cepat.
Titer antibodi yang terbentuk akibat rangsangan antigen pada tubuh untuk pertama
kalinya tidak tinggi dan kadarnya cepat menurun. Oleh sebab itu, pemberian
imunisasi ulang (boster) perlu dilakukan untuk mempertahankan j+66umlah zat
anti yang tetap tinggi di dalam tubuh.
- Imunisasi Pasif
Tubuh anak tidak memproduksi antibodi sendiri, melainkan kekebalan tersebut
didapatkan dari luar dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah
mengandung zat anti, atau anak tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa
dalam kandungan, setelah memperoleh zat penolak, prosesnya cepat, tetapi tidak
bertahan lama. Kekebalan pasif terdapat 2 cara:
Kekebalan pasif alamiah yaitu kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir
dari ibunya dan tidak berlangsung lama (kira-kira hanya sekitar 5 bulan setelah
bayi lahir). Misalnya difteri, tetanus,dan morbili.
Kekebalan pasif buatan yaitu kekebalan yang diperoleh setelah mendapat
suntikan zat penolak. Misalnya, vaksinasi ATS.
Jadi dapat disimpulkan, perbedaan antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif
bahwa pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang lebih lama untuk membuat zat
anti dibandingkan imunisasi pasif. Kekebalan yang didapat dari imunisasi aktif
bertahan lama, sedangkan imunisasi pasif berlangsung hanya beberapa bulan.
Yang termasuk imunisasi wajib, yaitu BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, Campak,
DT, TT. Sedangkan yang termasuk imunisasi yang hanya dianjurkan pemerintah
dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit
endemic atau untuk kepentingan tertentu. Imunisasi anjuran pemerintah, yaitu
MMR, tifus, HiB, hepatitis A, dan varisela. Selanjutnya, akan dibahas imunisasi
anjuran pemerintah.
1) Imunisasi MMR
Kebanyakan anak mendapatkan imunisasi measles (campak), mumpus
(gelondongan), dan Rubella (campak jerman) sekaligus dalam satu suntikan yaitu
MMR. Ketiga vaksin ini bekerja dengan baik, dan akan melindungi sebagian besar
anak seumur hidupnya. Terutama bagi anak perempuan, vaksinasi MMR sangat
penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada
anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubela dan
menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat
menyebabkan kecacatan pada janin.
Anak sebaiknya mendapatkan 2 kali vaksin MMR. Dosis pertama diberikan
diantara usia 12-15 bulan, sedang dosis kedua dapat diberikan pada usia 4-6 tahun
sebelum anak masuk SD. Apabila ketika terjadi wabah, vaksin MMR dapat
diberikan sebelum berusia 1 tahun. Ini diberikan sebagai pencegahan jangka
pendek saja, nantinya tetap harus diberikan 2 dosis vaksin ini pada jadwal seperti
disebutkan diatas.
Efek samping imunisasi MMR dapat berupa demam dan bercak kemerahan yang
timbul sekitar 1-2 minggu setelah imunisasi. Reaksi ini akan menghilang dalam
beberapa hari. Kejang demam kadang dapat terjadi pada anak yang diberikan
imunisasi MMR. Anak yang diketahui alergi berat terhadap gelatin atau neomycin
antibiotik tidak boleh diberikan imunisasi MMR. Demikian juga anak yang
mempunyai reaksi alergi berat setelah vaksin MMR tidak boleh diberikan vaksin
MMR ulangan. Anak yang kekebalan tubuhnya ditekan (karena mempunyai
penyakit seperti kanker atau infeksi HIV, atau pengobatan semacam steroid)
sebaiknya dievaluasi oleh dokter sebelum diberikan vaksin MMR. Anak yang
baru mandapatkan transfusi atau produk darah lainnya sebaiknya menunggu
beberapa bulan sebelum mendapatkan MMR.
2) Imunisasi Tifoid
Demam tifoid merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri salmonella
typhi. Penyakit ini menyebabkan demam tinggi, lemas, sakit perut, sakit kepala,
kurang nafsu makan dan kadang bercak kemerahan. Jika tidak diobati dapat
menyebabkan kematian pada 30% penderita. Pada umumnya penyakit ini menular
melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat dicegah dengan
imunisasi.
Saat ini ada dua macam imunisasi yang dapat digunakan untuk mencegah demam
tifoid. Yang pertama diberikan dengan suntikan (kuman mati) dan yang kedua
diberikan dengan kapsul (kuman hidup dilemahkan).
Imunisasi suntikan dapat diberikan pada anak berusia 2 tahun atau lebih. Satu
dosis dapat diberikan setiap 2-3 tahun. Imunisasi oral dapat diberikan pada saat
anak berusia 6 tahun atau lebih. Diberikan 4 dosis dengan jarak setiap 2 hari.
Dapat diulang tiap 5 tahun.
Pada vaksin suntikan dapat timbul reaksi ringan seperti demam, sakit kepala,
kemerahan dan nyeri pada tempat suntikan. Vaksin tifoid oral jangan diberikan
bersamaan dengan antibiotika. Beri jarak waktu lebihdari 24 jam dengan
antibiotika terakhir. Dapat timbul demam, sakit kepala, mual muntah. Jika
terdapat kejadian serius atau tidak biasa seteah pemberian vaksin ini segera
hubungi dokter.
3) Imunisasi Hib
Vaksin Hib ini merupakan vaksin berisi kuman dimatikan, dan dibuat hanya dari
sebagian kuman Haemophilus influenza b. Anak sebaiknya mendapatkan 3-4 kali
dosis vaksin ini, tergantung dari produsen pembuat vaksin yang digunakan oleh
dokter. Dosis penguat diberikan pada usia antara 12 – 15 bulan. Anak yang telah
berusia 5 tahun atau lebih tidak perlu diimunisasi dengan vaksin Hib. Vaksin Hib
dapat dikombinasikan dengan vaksin DTap atau dengan vaksin hepatitis B. vaksin
ini bekerja sama baiknya dan sama amannya dengan vaksin yang diberikan secara
terpisah.
Hib merupakan imunisasi yang sangat aman. Vaksin ini tidak dapat menyebabkan
penyakit atau meningitis akibat Hib dan biasanya tidak menyebabkan efek
samping serius. Sebagian kecil anak yang mendapatkan imunisasi ini akan
mengalami kemerahan, bengkak pada lokasi suntikan atau demam. Reaksi ini
biasanya timbul dalam 24 jam pertama setelah suntikan dan akan menghilang
dalam 2-3 hari. Bayi yang berusia kurang dari 4 minggu sebaiknya tidak diberikan
imunisasi karena daya imunitas yang ditimbulkan masih belum baik.
4) Imunisasi Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit hati berat yang ditimbulkan oleh virus hepatitis A
(HAV). HAV dapat ditemukan pada tinja penderita hepatitis A dan biasana
menular jika diminum atau makan sesuatu yang tercemar dengan virus ini.
Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti flu, kuning pada mata dan kulit,
mencret dan sakit perut.
Imunisasi Hepatitis A dapat mencegah penyakit ini, dan sangat dianjurkan bagi
anak berusia 12 bulan atau lebih terutama didaerah endemis. Diperlukan 2 dosis
untuk dapat memberikan kekebalan seumur hidup. Dosis ini diberikan dengan
jarak waktu minimal 6 bulan.
5) Imunisasi Varicella
Vaksin varicella merupakan vaksin yang berisi virus hidup. Vaksin ini diberikan
di Jepang selama 20 tahun. Di Amerika Serikat, vaksin ini digunakan dari tahun
1995. Satu dosis vaksin varicella direkomendasikan untuk anak berusia 12-18
bulan. Anak yang tidak mendapatkan vaksin ini dapat diberikan satu dosis sampai
ketika berusia 13 tahun. Usia diatas itu harus diberikan 2 dosis dengan jarak 4-8
minggu terpisah. Anak yang sudah pernah sakit cacar air tidak perlu diberikan
imunisasi ini.
Vaksin ini dapat mencegah cacar air 70% sampai 90% dan dapat mencegah
penyakit berat sampai lebih dari 95%. Vaksin ini diharapkan dapat memberikan
imunitas seumur hidup. Sekitar 1% – 2 % anak yang mendapatkan imunisasi ini
tetap menderita cacar air, tetapi biasanya gejalanya sangat ringan.
Varicella merupakan vaksin yang sangat aman. Pada beberapa anak dapat timbul
bengkak dan kemerahan pada lokasi suntikan. Juga dapat timbul bercak
kemerahan dalam 1-3 minggu setelah imunisasi. Kejadian kejang demam juga
pernah dilaporkan setelah imunisasi, namun sangat jarang. Anak yang diketahui
alergi terhadap gelatin atau neomisin jangan diberikan vaksin ini. Anak dengan
efeisiensi imun seperti kanker atau HIV harus dievaluasi oleh dokter terlebih
dahulu sebelum diberikan imunisasi ini.
1) Imunisasi MR
Imunisasi MR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan
dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan
demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga
menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa
menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan
bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan
pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang
disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada
selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang
gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga
terjadi kemandulan.
Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua
maupun anak. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam melakukan
penyesuaian terhadap perubahan ini, terutama bagi Ibu yang tinggal di
rumah/tidak bekerja. Ketika anak mulai masuk taman kanak-kanak, maka ibu
mulai memerlukan kegiatan-kegiatan di luar keluarga, seperti keterlibatannya
dalam masyarakat atau mengembangkan karier. Bimbingan terhadap orang tua
pada masa ini dapat dilakukan pada anak umur 3, 4, 5 tahun.
1) Usia 3 tahun
2)Usia 4 tahun
PENUTUP
A.Simpulan
B. Saran
1.Kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah sebaiknya dapat
dipenuhi dengan sebaiknya-baiknya supaya tumbuh kembang anak dapat optimal
karena itu merupakan kebutuhan paling mendasar yang harus dipenuhi.
2.Bidan supaya bisa memberikan KIE yang benar kepada keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011.
http://www.google.co.id/search?hl=id&output=search&sclient=psy-
ab&q=NUTRISI+PADA+NEONATUS&btnG=. Diakses pada tanggal 12
November 2012.
Anonim. 2010. Deteksi dan Stimulasi Kecerdasan Motorik Anak Sejak Dini.
Diakses tanggan 12 November 2012 pada
http://childrenclinic.wordpress.com/2010/10/26/deteksi-dan-stimulasi-
kecerdasan-motorik-anak-sejak-dini/
Anonim.2008.Cara Menyendawakan
Bayi.http://rumahkusorgaku.wordpress.com/2008/06/02/cara-
menyendawakan-bayi-2/.13 November 2012
Inadiar, Disha. 2010. Skripsi Perbedaan Pola Asah, Asih, Asuh Pada Balita Status
Gizi Kurang Dan Status Gizi Normal (Studi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Peneleh, Surabaya). Diakses tanggal 12 November 2012 pada
http://digilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-arummeiran-5087-3-
bab2.pdf
Prasetyo, 2009. Teknik-teknik Tepat memijat Bayi Sendiri Panduan Lengkap dan
Uraian Kemanfaatannya. Jogjakarta : Diva Press
Sudarti. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Yogyakarta: Medical Book
http://ayurai.wordpress.com/2009/03/13/neonatus-dengan-bblr/
http://healthyenthusiast.com/nutrisi-pada-anak.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-slametraha-5535-3-babii.pdf
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/respon-orang-tua-terhadap-bayi-
baru.html#ixzz4sWdYSbx2
http://sahabatperawat.com/2012/07/cara-dan-manfaat-inisiasi-menyusui-dini-imd/