Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANAJEMEN TERNAK POTONG


(PENGGEMUKAN SAPI POTONG BERDASARKAN UMUR)

Oleh:

KELOMPOK 6:

NAMA NIM

NURSYIDAH 607001170
SITI NURJANNAH 607001170
RISKAYANTI 607001170
FAIKATUSHALIHAT 60700117004

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi Rabbil’alamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah


SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karuniaNya kepada kita
semua, sehingga dengan berkat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa pula saya
kirimkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menujun zaman yang terang benderang yang
dihiasi oleh imam, islam dan ihsan.
Dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada ibu dosen yang telah memberi saya tugas untuk membuat makalah ini.
Dan saya juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan kita semua. Makalah
ini berisikan tentang Penggemukan Ternak Potong Berdasarkan Umur kami
menyadari sepenuhnya banyak kekurangan dan keterbatasan, meskipun telah di
sertai dengan usaha yang maksimal sesuai dengan kemampuan yang telah kami
miliki. Oleh karna itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat di
harapkan untuk perbaikan makalah yang akan datang. Dengan ini kami berharap
semoga makalah ini semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya
Rabbil’alamin.

Samata, 29 Oktober 2019

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha ternak sapi potong dewasa ini mempunyai kecenderungan semakin
berkembang, ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat, wiraswasta dan
Pemerintah Daerah yang mengusahakan peternakan sapi potong. Perkembangan
usaha yang pesat ini disebabkan prospek usaha ternak sapi potong cukup
menguntungkan terbukti dari kebutuhan akan konsumsi daging sapi setiap tahun
selalu meningkat. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan daging selalu
kurang, dengan kata lain permintaan daging sebagai konsumsi terus bertambah.
Penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat
peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan di masa
depan. Hal ini terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari
kalangan peternak kecil, menengah maupun swasta atau komersial.
Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik
ternak untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan
memanfaatkan input pakan serta saran produksi lainnya, sehingga menghasilkan
nilai tambah usaha yang ekonomis.
Tujuan dari penggemukan ternak sapi adalah untuk menigkatkan produksi
daging persatuan ekor, meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien
tanpa memotong sapi lebih banyak, menanggulangi populasi ternak sapi yang
menurun akibat pemotongan dan dapat menghindari pemotongan sapi betina umur
produktif. Perlu diperhatikan beberapa hal pokok di dalam pelaksanaan usaha
ternak agar dapat menjadi peternak sukses sehingga kelangsungan usaha ternak
tersebut dapat berjalan dengan baik yaitu antara breeding (bibit/bakalan), sistem
penggemukan, feeding (pakan), penyediaan kandang dan pengenedalian penyakit.
Hal-hal di atas tersebut perlu diperhatikan karena ketiganya saling terkait satu
sama lain dan saling melengkapi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara penggemukan ternak potong berdasarkan umur Baby beef,
yearling dan Twoyears?
C. Tujuan
Untuk mengetahui cara penggemukan ternak potong berdasarkan umur
Baby beef, yearling dan Twoyears.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penggemukan Sapi Potong Berdasarkan Umur


Proses penggemukan sapi potong dilakukan untuk mempercepat
peningkatan berat badan sapi. Pemilihan calon bakal sapi yang digunakan dalam
proses penggemukan atau yang biasa disebut sebagai bibit sapi harus dilakukan
dengan benar karena tidak semua sapi dapat tumbuh optimal untuk digemukkan
badannya.
Adapun cara memilih sapi untuk penggemukan yang benar agar hasil yang
diperoleh dapat maksimal yaitu dengan memperhatikan umur sapi. Sebaiknya
dipilih bibit sapi yang berumur kisaran 2-3 tahun. Umur 2 tahun ditandai dengan
gigi powel maksimal 4. Umur tersebut merupakan waktu ynag paling optimal sapi
untuk tumbuh bobot badannya. Sapi dengan usia tersebut tidak terlalu muda dan
terlalu tua. Sehingga bagus untuk diternakkan dan untuk penggemukan sapi.
Umur sapi yang kurang dari 2 tahun memiliki pertumbuhan bobot hariannya
masih agak lambat sehingga tidak akan optimal.
Secara teoritis umur sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah 1,5-
2,5 tahun atau gigi seri tetap sudah 1-2 pasang (poel 1 dan 2) karena umumnya
sapi bakalan yang berumur demikian memiliki laju pertumbuhan yang optimal,
efesiensi pakan yang tinggi (Ngadiyono, 2007).
Pertumbuhan bobot badan dan ukuran tubuh dipengaruhi oleh umur,
dimana apabila umur meningkat maka batas tertentu ukuran tubuh dan bobot
badan juga meningkat (Abidin, 2002). Pertumbuhan ternak sapi Bali mulai pada
umur diatas 1 tahun dan berakhir pada umur 3 tahun (Suryana, 2009). Dimana
kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya dan tinggal mengejar
penambahan massa otot (daging), sapi yang berumur 3 tahun ke atas sudah
muncul gejala perlemakan yang berpengaruh pada nilai jual pemotongan ternak.
Apabila sapi masih dibawah usia ideal penggemukan yaitu dibawah umur 1 tahun
biasanya lebih lambat proses penggemukannya dan memerlukan waktu yang lebih
lama karena selain bersamaan pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan
resiko penyusutan serta labil proses penambahan berat disebabkan adaptasi tempat
yang baru, pergantian pola pakan dan teknis perawatan serta penyakit (Arianto,
2006).
Pertumbuhan normal pada ternak sapi membentuk kurva sigmoid
berbentuk S yang menunjukkan bahwa ternak yang menperoleh pakan yang
cukup sehingga pertumbuhannya tidak terhambat. Pada awalnya pertumbuhan
berjalan lambat lalu cepat disekitar umur dewasa kelamin (15- 18 bulan) dan
selanjutnya lambat saat mendekati dewasa tubuh ( umur 2 tahun). Potensi
pertumbuhan ternak ditentukan oleh genetik yang dinyatakan dalam hubungan
hormonal didalam tubuh. Hal tersebut mengakibatkan adanya perbedaan dalam
tingkat pertumbuhan bobot dewasa yang dicapai (Bamualim dan Wirdahayati,
2002 ).
Sebagian besar jenis ternak memiliki garis pertumbuhan yang berbeda satu
sama lain karena potensi pertumbuhannya masing- masing tidak sama. Namun,
akan menampilkan proses pertumbuhan yang secara umum sama yaitu pada
semua jenis ternak saat awal pertumbuhannya berlangsung lambat, cepat
kemudian lambat dan akhirnya berhenti ( Bahar dan Rakhmat, 2003 ).
Produktivitas ternak, terutama pada masa pertumbuhan dan kemampuan
produksinya, dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan lingkungan (70%).
Pengaruh faktor lingkungan antara lain terdiri atas pakan, teknik pemeliharaan,
kesehatan dan iklim. Diantara faktor lingkungan ternyata pakan mempunyai
pengaruh yang paling besar (60%), besarnya pengaruh pakan ini membuktikan
bahwa produksi ternak yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa pemberian pakan
yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas. Kebutuhan zat pakan
tergantung pada berat ternak, fase pertumbuhan atau reproduksi dan laju
pertumbuhan (Rianto dan Purbowati, 2011).
B. Penggemukan Baby beef
Baby beef. Baby beef ialah sapi potong yang digemukkan dengan cara
memberi pakan berupa konsentrat berkualitas tinggi (khusus) sejak pedet masih
menyusui induk. Konsentrat disajikan ditempat tersendiri, terpisah dengan induk
dan kelompok lain, sehingga induk dan sapi-sapi atau kelompok sapi lainnya tidak
menggagu ikut makan kosentrat yang disajikan pedet tersebut. Dengan cara
pemeliharaan dengan cara ini bakalan berupa pedet yang memperoleh kosentrat
khusus dan susu induk cepat menjadi gendut. Baby beef dipotong atau dipasarkan
pada umur 10-15 bulan.
Anak anak sapi beberapa minggu pertama merupakan periode kritis anak
sapi. Oleh karena itu kebutuhan nutrisi sangat perlu di perhatikan untuk menjaga
kesehatan sapi sehingga nanti memasuki periode penggemukan. Kebutuhan nutrisi
sangat berperan besar bagi perkembangan dan pertambahan bobot badan sapi
dalam program finishing ini oleh karena itu kita perlu menyediakan sumber nutrisi
yang baik bagi sapi finishing ini dengan management dan pengolahan pakan yang
baik.
Program penggemukan untuk sapi yang belum dewasa bersifat
membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas. Sapi
potong yang dipelihara secara intensif pertumbuhannya akan lebih tinggi dari
pada sapi yang dipelihara secara ekstensif sehingga lebih cepat mencapai bobot
potong yang diinginkan.
Sumber Nutrisi Program Finishing Baby beef yaitu:
1. Masa Awal Sapih
Masa masa ini adalah masa masa penting dan kritis bagi anak sapi oleh
karena itu anak sapi perlu mendapat sapi berkolostrum tinggi yang berasal dari
susu pertama post partum,kolsostrum kaya akan kandungan karatenoid dan
vitamin yang larut dalam lemak ( A,D,E ). Semuanya merupakan zat baik dan
tidak didapatkan pada tubuh anak sapid dan fraksi dari protein tersebut yang
terdapat dalam kolostrum dapat mencegah anak sapi menderita septikhemi yang
disebabkan oleh bakteri e-coli
2. Masa Milk Replacer (Pengganti Susu)
Pemeliharaan anak sapi untuk produksi umumnya di mulai semenjak anak-
anak sapi tersebut masih menggunakan cair / susu untuk menefisiensikan
pengeluaran biaya pada pakan dan mengambil keuntungan dari susu sapi .
Sumber sumber bahan yang digunakan dalam milk replacer adalah sebagai
berikut tepung skim,tepung whey yang mengandung protein masing masing yaitu
35,8 dan 12,9 , lemak skim 0,7 dn whey 1,1 , selain itu dewasa ini sering di
gunakan juga tepung susu kedelai karena masih dberlanjut pengolahan bahan baku
di atas yang bersaing dengan manusia.
3. Masa Starter
Pemberian makanan pada periode ini sudah dapat dilakukan dengan
pemberian sedikit hijauan karena pada masa-masa ini sudah mulai menyukai
hijaun pada saat anak sapi berumur 28 hari namun pemberian air ini di iringi
dengan pemberian air yang tidak terbatas ( ad libitum dan dapat diberikan juga di
berikan flavour ( penambah rasa ) berupa tetes.

Tabel. 1. Estimasi Kebutuhan Energi dan Protein/Ekor/Hari untuk Anak Sapi yang
Mempunyai Bobot Badan: 50 kg1

Zat Makanan Hidup Pokok HP + PBB/hari


0.5 kg 1.0 kg
DE, KKal
Praruminan 2 332 3 991 5 655
Ruminan2 2 425 4 490 6 550
3 339 5 7903 8 2423
Protein dd, g
Praruminan 31 113 195
Ruminan2 50 135 220

1) Jacobson, 1969; 2) Kebutuhan minimum; 3) Menurut Roy, 1964.


Tabel. 2. Kebutuhan Protein Minimum Anak Sapi1

Kriteria Protein, % DE sebagai % Ransum


Dari Kering
BK Udara
Hidup Pokok
BB 50 kg 11.6 6.9 5.9
BB 100 kg 10.0 5.9 5.0
Hidup Pokok + PBB: 0.5 kg/hr
BB 50 kg 17.0 10.1 8.6
BB 100 kg 13.5 8.0 6.8
Hidup Pokok + PBB: 1.0 kg/hr
BB 50 kg 18.9 11.2 9.5
BB 100 kg 15.6 9.3 7.9
Hidup Pokok + PBB: 1.5 kg/hr
BB 50 kg 20.0 11.9 10.1
BB 100 kg 16.9 10.0 8.5
1) Roy, 1964.

Tabel. 3. Kebutuhan Mineral Anak Sapi Disapih pada Umur 3 -5 Minggu dengan
Kisaran BB: 50 kg1

Mineral Konsentrasi dalam Ransum

Kalsium, % 1.00
Phospor, % 0.54
Magnesium, % 0.55
Pottasium, % 0.65
Sodium, % 0.12
Chlor, mg/kg BK 0.13
Besi, mg/kg BK 3
Tembaga, mg/kg BK 10
Zinkum, mg/kg BK 50
Mangan, mg/kg BK 40
Kobalt, mg/kg BK 0.10
Iodium, mg/kg BK 0.10
1) ARC, 1965.
Tabel. 4. Kebutuhan Mineral Anak Sapi Disapih pada Umur 3-5 Minggu dengan
Kisaran BB: 50 kg1

Hari ke Air Susu (kg) Susu Air (kg) Starter Hay


Penganti (kg) (kg)
(kg)
0–2 Dengan induk - - - -
3–7 2.7 - s4 - -
8 – 14 1.8 0.225 s ad lib ad lib
15 – 17 - 0.45 s ad lib ad lib
18 – 21 - 2.25 s ad lib ad lib
22 – 70 - - ad lib ad lib ad lib
Noller et al., 1692; 2) Diberikan sejak awal, pada umur 43 hari atau menjadi
bagian dari starter; 3) Komposisinya, BK: 88.30; Prk: 17.54; Lemak: 1.70; SK:
35.61; Abu 7.24; BetN: 36.18; 4) s = sedikit.
4. Masa Sapi Penggemukan /Produksi Daging
Masa masa ini sapi membutuhkan protein tinggi yatu kurang lebih 25
persen dari masa starter yang semuanya dapat kita dapatkan dari bahan bahan
seperti hijauan dan bahan pakan yang menandung lemak,mineral,non protein
nitrogen serta tetes sebagai flavour dengan tujuan pertambahan bobot badan (1kg
perhari) .
5. Persiapan Sapi Pengganti
Anak sapi pengganti membutuhkan lebih sedikit makanan cair dan padat
dengan tujuan pertambahan bobot badan ( 0,5 Kg perhari ).
Untuk sapi berumur kurang dari 1 tahun, kurang efektif jika digemukkan.
Karena fase tersebut, pertumbuhan sapi yang paling pesat hanyalah tulang dan
gigi serta pertumbuhan fisik cenderung meninggi.
C. Penggemukan Yearlings (8-18 bulan)
Ternak pada umur ini mempunyai kerangka yang cukup besar untuk
menggunakan sejumlah besar pakan, juga masih cukup muda, kurva
pertumbuhannya cepat dan PBB secara ekonomis sangat menguntungkan. Yang
perlu diperhatikan dalam pemeliharaan yearling untuk penggemukan adalah tidak
perlu diberikan creep feeding dan konsentrat tidak terlalu banyak kerana akan
menghasilkan daging denga kandungan lemak yang tinggi.
Sapi yearling, nafsu makan unutuk memakan rumput semakin tinggi. Oleh
karena fungsi organ sapi belum optimal maka sapi muda masih perlu diberi pakan
konsentrat sebanyak 1,5 kg per hari. Pemberian hijauan harus optimal. Jika
kualitas hijauan kurang baik, sapi akan kekurangan energi. Target bobot badan
saat yearling adalah ±297 kg.
Sapi-sapi dengan sistem pemeliharaan tradisional, dimana peternak
melakukan usaha tersebut sebagai usaha sambilan, umumnya mengalami hal yang
sama yaitu rendah konsumsi pakan yang disebabkan keterbatasan peternak dalam
menyediakan pakan. Gejala-gejala ini terjadi ketika sapi disapih, dimana sapi
tidak mendapatkan tambahan pakan lagi dari induk berupa susu. Penyapihan pada
peternakan tradisional umumnya dilakukan pada usia pedet satu tahun, sehingga
sejak itu sapi-sapi sudah mulai kekurangan pakan, padahal seharusnya pada usia
satu tahun dimana sapi sedang berada pada usia pertumbuhan, pemberian pakan
harus diperhatikan baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga pertumbuhan
tidak tergangggu. Kekurangan pakan sejak umur satu tahun (yearling feed
syindrome) yang akan berlanjut sampai ternak dewasa akan menyebabkan
rendahnya penampilan produksi seperti pertambahan bobot badan dan gangguan
reproduksi seperti lambat birahi, service per conception (S/C) tinggi, dan kondisi
tubuh terlihat kurus.
Pada sapi yang berumur 1,5 sampai 2 tahun sapi akan membentuk jaringan
daging. Pada umur tersebut pertumbuhan badan sapi berlangsung secara
memanjang dan otot daging mulai mengembang dan memadat.
D. Penggemukan Sapi Two Years
Pertumbuhan mempunyai tahap cepat dan tahap lambat. Tahap cepat
terjadi sebelum dewasa kelamin dan tahap lambat terjadi pada fase awal dan saat
dewasa tubuh telah mencapai.
Pertumbuhan yang cepat terjadi pada periode lahir hingga usia penyapihan
dan pubertas, namun setelah usia pubertas hingga usia dewasa laju pertumbuhan
berangsur menurun dan akan terus menurun.
Menurut Buallim (2013) potensi pertumbuhan ternak ditentukan oleh
genetik yang dinyatakan dalam hubungan hormonal di dalam tubuh, hal tersebut
mengakibatkan adanya perbedaan dalam tingkat pertumbuhan dan bobot dewasa
yang dicapai.
Pada saat pembuahan pertumbuhan berlangsung lambat, kemudian
menjadi agak cepat pada saat menjelang kelahiran. Setelah kelahiran pedet
pertumbuhan semakin cepat hingga usia penyapihan. Dari usia penyapihan hingga
usia pertumbuhan laju pertumbuhan masih bertahan pesat, namun dari usia setelah
pubertas hingga dewasa laju pertumbuhan berangsur menurun dan akan terus
menurun.
Program penggemukan terhadap sapi berumur 2 tahun ke atas yaitu pakan
yang diberikan secara umum berupa hijauan 60% dari BK dan 40% konsentrat.
Dalam hal ini hijauan pakan yang digunakan 75% rumput alam dan 25 % rumput
unggul. Pertumbuhan sapi pada umur begini tergantung pada cara pemberian
pakannya namun sudah tidak terlalu berpengaruh nyata.
Kebutuhan seekor sapi untuk pakan adalah sekitar 2,5 % dari total berat
badannya. Pemberian konsentrat yang baik adalah sehari dua kali. Pagi dan sore
secara rutin. Hijauan diberikan sebagai tambahan saja dan tidak terlalu sering
tidak masalah. Hijauan hendaknya dijadikan pakan fermentasi sehingga nutrisi
dan gizinya dapat lebih maksimal saat dikonsumsi sapi.
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Proses penggemukan sapi potong dilakukan untuk mempercepat
peningkatan berat badan sapi. Pemilihan calon bakal sapi yang digunakan dalam
proses penggemukan atau yang biasa disebut sebagai bibit sapi harus dilakukan
dengan benar karena tidak semua sapi dapat tumbuh optimal untuk digemukkan
badannya.
Adapun cara memilih sapi untuk penggemukan yang benar agar hasil yang
diperoleh dapat maksimal yaitu dengan memperhatikan umur sapi. Sebaiknya
dipilih bibit sapi yang berumur kisaran 2-3 tahun. Umur 2 tahun ditandai dengan
gigi powel maksimal 4. Umur tersebut merupakan waktu ynag paling optimal sapi
untuk tumbuh bobot badannya. Sapi dengan usia tersebut tidak terlalu muda dan
terlalu tua. Sehingga bagus untuk diternakkan dan untuk penggemukan sapi.
Umur sapi yang kurang dari 2 tahun memiliki pertumbuhan bobot hariannya
masih agak lambat sehingga tidak akan optimal. Lama penggemukan tergantung
umur sapi. Bila umur 1-2 tahun dibutuhkan waktu 6 bulan dan bila umur sapi
dewasa 2-3 tahun dibutuhkan waktu 4 bulan.
B. Saran
Dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi
maupun dari penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penuls
harapkan dari pembaca agar makalah yang akan dibuat kedepannya lebih baik dari
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

ARC., 1965. “Nutrient Requirements of Farm Livestock”, No. 2 – Ruminants. London.

Arianto, H. B. 2006. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Cetakan ke 6,


Swadaya, Jakarta.

Bahar, S. dan Rakhmat. 2003. Kajian pertumbuhan sapi Bali yang digembalakan
dengan pakan hijauan lokal. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Bogor, 28-29 September 2003.

Bamualim, A. dan R. B. Wirdahayati. 2002. Nutrition and management strategies


to improve Bali cattle productivity in Nusa Tenggara. Proc. of an ACIAR
Workshop on Strategies to Improve Bali Cattle in Eastern Indonesia.

Jacobson, N.L., 1969. J. Dairy Sci. 52 : 1316.

Jacobson, S.O., dan P. Linberg. 1969. Nurt. Abstr. & Rev. 39 : 503.

Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. Citra Aji Pratama. Yogyakarta.

Noller, C.H., I.A Dickson, dan D.L. Hill. 1962. J. Dairy Sci. 45 : 197.

Reid, R.L., J.P. Hogan dan P.K. Bringgs. 1957. Aust. J. Agr. Res. 8 : 691.

Rianto, E. dan E. Purbowati. 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong. Cetakan 3,


Swadaya, Jakarta.

Roy, J.H.B. 1964. Vet. Res. 76 : 54.

Anda mungkin juga menyukai