Cukup tidaknya inflow dalam batasan waktu dan luas tertentu untuk suatu tambak sangat
bergantung pada penentuan lebar pintu air. Dalam suatu tambak, pintu tersebut bisa
merupakan pintu utama atau pintu sekunder. Dalam perhitungan lebar pintu utama, luas
total petak-petak tambak yang tersedia dianggap sebagai satu petak tambak yang besar
dengan luas sama dengan penjumlahan luas petak-petak tambak dalam satu sistem
tersebut.
Lebar pintu air dapat dtentukan dengan cara perhitungan berulang. Prinsipnya ialah
mengasumsikan nilai lebar pintu (B). Perhitungan diselesaikan dengan menggunakan lebar
asumsi untuk dibandingkan apakah nilai tersebut dapat memenuhi desain kedalaman air
atau suatu tinggi air tertentu dalam batas waktu tertentu. Jika diketahui bahwa air yang
dialirkan tidak mencapai tinggi yang diinginkan dalam waktu tertentu, asumsikan nilai lebar
lain dan proses perhitungan diulangi hingga ukuran yang tepat didapatkan. Dengan
pengalaman, mungkin cukup dua hingga tiga kali perhitungan.
Katoh (1980) memaparkan cara menentukan lebar pintu air sebagai berikut:
1. Kurva desain pasang-surut digambar bersama-sama dengan grafik aliran masuk rata-
rata (rate of inflow) dan tinggi muka air petak tambak. Kurva desain pasang surut
diplot pada sisi kanan grafik sedangkan inflow di sebelah kiri (Gambar 1.1). Sumbu X
pada pada grafik sebelah kanan menyatakan elevasi dasar petak tambak, sedangkan
sebelah kiri menyatakan besarnya total aliran (Q).
2. Berikutnya ialah perhitungan aliran rata-rata (q), dan total aliran (Q), dan kedalaman
air dalam petak sawah (h), pada interval waktu tertentu, biasanya satu jam, 30 menit
atau bahkan lebih cepat. Debit pasang surut berubah terhadap waktu. Hal ini terkait
dengan hal teknis yaitu aliran tak mantap“unsteady flow”. Perhitungan aliran rata-rata
(q), dilakukan untuk interval waktu satu jam agar memenuhi asumsi bahwa selisih
antara kedalaman petak tambak dengan level muka air laut tidak berfluktuasi selama
interval satu jam. Oleh karena itu, hasil yang lebih akurat didapat jika digunakan
interval yang lebih kecil dari satu jam.
3. Perhitungan besarnya aliran rata-rata (q), dibedakan berdasarkan dua jenis yaitu
aliran super kritis dan aliran subkritis. Selama waktu siklus pasang surut, aliran yang
melewati pintu air dapat berubah dari superkritis menjadi subkritis. Aliran superkritis
ditandai dengan kecepatan air yang melewati pintu air cukup tinggi sedangkan
superkritis berkecepatan rendah. Arus air yang melewati pintu air pada awalnya cepat
yaitu aliran superkritis. Seiring bertambahnya kedalaman air di dalam petak tambak,
kecepatan air yang memasuki petak tambak akan berkurang. Karenanya, aliran
superkritis berganti menjadi aliran subkritis. Untuk mengetahui atau membedakan
kondisi aliran, salah satu kriteria yang digunakan ialah kedalaman air yang akan
dipaparkan sebagai berikut:
a. Aliran subkritis jika kedalaman air di petak tambak (h), lebih besar dari 2/3 nilai
rata-rata ketinggian pasang surut (H), dalam interval satu jam.
2
h H
3
b. Aliran superkritis jika kedalaman air di petak tambak (h), lebih kecil dari 2/3 nilai
rata-rata ketinggian pasang surut (H), dalam interval satu jam.
2
h H
3
q u ' hB 2 g H h
Q u ' hBT 2 g H h
Dimana:
g = percepatan gravitasi (9.8 m/dt2)
B = lebar pintu air dalam meter
T = waktu dalam detik
u' =1
5. Contoh Perhitungan
Diketahui:
2. Ketinggian air minimum/ kedalaman petak tambak untuk tambak udang minimal
1,0 m.
4. Pintu air biasanya mengisi petak tambak untuk tiga muka air tinggi berurutan
atau spring tides.
Solusi: Nilai-nilai yang digunakan dalam perhitungan dan perkiraan yang didapatkan
dirangkum dalam Tabel 1.1 dan Gambar 1.1.
Tabel 1. 1 Nilai-nilai yang Digunakan Dalam Kurva Pasang Surut dan Perkiraan Ketinggian
Air Dalam Petak Tambak untuk Contoh Perhitungan
Waktu Ketinggian Air
Outside tide level, H (dari
Interval di Petak Inflow, Q (m3)
dari hingga tide curve) (m)
(dt) Tambak , h (m)
T0 0 0 0
T0 T1 3600 0,550 0,025 2894
T1 T2 3600 0,025 0,149 16909
T2 T3 3600 1,265 0,365 41468
T3 T4 3600 1,190 0,606 68735
T4 T5 3600 0,885 0,792 81735
T5 T5 684 0,820 --pintu ditutup -- 0,810 92042
T 0,550 Ketinggian surut
0,275 Setelah
0 Penutupan pintu
T5 T6 1800 0,810
T6 T6.5 1800 1,025 0,878 99660
T6.5 T7 1800 1,145 0,979 111120
T7 T7.5 1800 1,265 -- pintu ditutup -- 1,097 124473
1,2275 1,200 136621
Gambar 1. 1 Perubahan Ketinggian Air Petak Tambak Dalam Waktu yang Diplot
Terhadap Kurva Pasang Surut untuk Nilai Lebar Bukaan Pintu Air yang Diketahui (Metode
After Katoh, 1980)
Perhtungan dilakukan pada interval satu jam untuk kondisi aliran super kritis dan 30 menit
ketika aliran berubah menjadi subkritis. Perbedaan antara ketinggian pasang naik dan
surut, dan rata-rata kedalaman dari air petak tambak dalam berbagai interval waktu
diilustrasikan dalam Gambar 1.2 dan Gambar 1.3.
a. Beda (d), antara level muka air pasang surut H dan ketinggian air dalam petak
tambak (h) adalah:
1
dI H 0 H i H 0 1 0 0,55 0 0,275 m
2 2
Dimana:
H = ketinggian pasang surut (m)
H = ketinggian muka air atau kedalaman air dalam petak tambak (m)
Gambar 1. 2 Segmen Dari Ketinggian Pasang Naik (H), Selama Interval Satu Jam dan
Beda Ketinggiannya dengan Air di Petak Tambak (h)
2 H0 Hi 2
h0 = 0 < (0,275) 0,183 m = super kritis
3 2 3
c. Aliran rata-rata (q) dan inflow untuk satu jam di dalam petak tambak:
Volum total aliran dalam interval satu jam atau 3600 detik
Q01 2894,4
hi 0,025 m
Area 11,35 10000
Q01 2894,4
v0 0,812 m / dt
H 01 B T 0,275 3,6 3600
Total aliran (Q) selama satu jam yang melewati pintu air menuju ke petak tambak
adalah sebesar 2894,4 m3. Nilai ini diplot sebagai Q 1, pada sumbu horizontal di
kuadran kiri (Gambar 1.1). Garis tegak lurus ditarik dari sumbu Q 1 hingga memotong
garis diagonal Q-h dan dari titik perpotongan ini, buat garis horizontal hingga
memotong sumbu vertikal pada h = 0,025 m. Garis horizontal ini diperpanjang ke
kuadran kanan hingga selanjutnya memotong proyeksi vertikal dari T i.
b. Kondisi aliran:
2 H1 H 2 2
h0 = 0,025 < (0,7875) 0,523 m = aliran super kritis
3 2 3
Q0 2 Q0 1 Q1 2
Q0 2 16909,2
hi 0,149 m
Area 113500
14014,8
v1 2 1,37 m / dt
0,7875 3,6 3600
3. T2 - T3:
b. Kondisi aliran:
2
h2 = 0,149 < (1,145) 0,767 m = aliran super kritis
3
Q03 Q0 2 Q2 3
Q03 41468,4
h3 0,365 m
Area 113500
24559,2
v 2 3 1,655 m / dt
12960 H 2 3
4. T3 – T4:
b. Kondisi aliran:
2
h3 = 0,365 < (1,2275) 0,818 m = aliran masih super kritis
3
Q0 4 68734,8
h4 0,606 m
Area 113500
27266,4
v 3 4 1,714 m / dt
12960 1,2275
5. T4 – T5:
b. Kondisi aliran:
2
h4 = 0,606 < (1,0375) 0,695 m = aliran masih super kritis
3
Q0 5 89926,72
h5 0,792 m
Area 113500
21191,9
v 45 1,580 m / dt
12960 1,035
6. T5 – T6:
ini berarti bahwa inflow pada petak tambak berhenti kurang dari satu jam setelah
T5. Karenanya, perlu menghitung waktu (t) setelah T 5. Solusi yang menggunakan
ilustrasi untuk aliran saat surut (Gambar 1.3) adalah sebagai berikut:
0,885 0,550 t
H 0,885 0,335t 0,885
1 jam
Gam
bar 1. 3 Segmen Dari Ketinggian Pasang Turun
Saat T(5 + ti), H(5 + ti) adalah 0,820 m, maka H(5 + ti) = 0,820 = -0.335 ti + 0,885
0,885 0,820
ti 0,19 hari = 684 dt
0,335
d5 = 0,060 m (tutup pintu untuk mencegah outflow dari air di petak tambak)
b. Aliran rata-rata untuk aliran sub kritis dan inflow selama 0,19 jam:
2
h5 = 0,792 > (0,852) 0,57 m = aliran telah berubah sub kritis
3
Q05' 92041,65
h5 ' 0,81 m (sangat dekat dengan nilai 0,82 yang didapat
Area 113500
dari metoda grafis).
2052,91
v 55 ' 1,028 m / dt
3,6 648 0,855
8. T5’ – T6 (beda waktu antara T5' - T6 diperkirakan 0.5 jam atau 1800 dtk):
b. Kondisi aliran:
(Langkah ini boleh dilewat dalam perhitungan selanjutnya. Sekali aliran berubah
dari superkritis menjadi subkritis, maka selanjutnya aliran akan tetap subkritis)
2
h5’ = 0,81 > (0,9175) 0,615 m = maka aliran sub kritis
3
q5' 6 ' 3,6 0,81 19,6 0,9175 0,81 2,916 2,107 4,223 m 3 / dt
Q0 6 Q0 5 ' Q5 ' 6
Q06 99660,55
h6 0,878 m
Area 113500
7618,90
v5' 6 1,28 m / dt
3,6 0,9175 1800
Nilai aliran rata-rata sangat bervariasi jika rasio ketinggian air dalam petak
tambak dengan muka air pasang surut (h/H) pada aliran subkritis berubah sedikit.
Maka, interval waktu akan diganti dari satu jam menjadi 30 menit, untuk
mengurangi error dalam perhitungan.
9. T6 – T6,5
b. Kondisi aliran:
2 2
H6 = 0,878 > ( H 6 6.5 ) (1,085) = aliran super kritis
3 3
Q06,5 111120 ,5
h6,5 0,979 m
Area 113500
10. T6,5 – T7
Q07 124472,90
h7 1,097 m
Area 113500
11. T7 – T7,5
d7,5 = 0,149 m
Q0 7 ,5 Q07 Q7 7 ,5
Q0 7 , 5 136620,84
h,57 1,2 m
Area 113500
Dari perhitungan, asumsi 3 bukaan sebesar 1,20 m per bukaan dapat mengisi seluruh
area untuk kedalaman minimum 1,0 m dalam dua hari saja. Jika batas waktu
maksimum pengisian yang diminta 3 hari, maka nilai asumsi harus dikurangi dan
lakukan prosedur perhitungan yang sama.