Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Planoearth

PWK FT UMMat | ISSN 2615-4226


Vol. 3 No. 1, Februari 2018, hal. 7-11

Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan


Dalam Perspektif Sosial Ekonomi

Arief Setijawan
1
PWK Institut Teknologi Nasional Malang

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Abstrak: Kegiatan kepariwisataan dapat menjadi solusi untuk mengeluarkan masyarakat dari
jurang kemiskinan. Beberapa daerah kota/kabupaten telah berhasil menggunakan pariwisata
Diterima: 08-11-2017 untuk mengembangkan daerahnya. Namun pemanfaatan sumber daya pariwisata juga mesti
Disetujui: 18-12-2017 selaras dengan pembangunan berkelanjutan diantaranya pariwisata berlandaskan budaya
lokal dan pemberdayaan kelompok masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan pendekatan yang digunakan berdasarkan studi literature. Dari penelitian ini
Kata Kunci: diperoleh kesimpulan bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan
keterlibatan masyarakat secara menyeluruh dari keseluruhan tahapan pembangunan, dari
Pariwisata tahap perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan.
Berkelanjutan
Masyarakat Abstract: Tourism activities can be a solution to get rid of society from poverty. Some
regency have been successful in using tourism to develop their area. But the utilization of
tourism resources must also be aligned with sustainable development including local
culture-based tourism and community empowerment. This research is a qualitative research
with approach which is used based on literature study. From this research, it can be
concluded that sustainable tourism development requires comprehensive community
involvement from all phases of development, from the planning stage to the implementation
of development.

A. LATAR BELAKANG Yoeti (2001;47) adalah kegiatan bersenang-senang.


Seluruh kegiatan pembangunan dalam perspektif Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan
pariwisata akan dapat dijadikan atau disinergikan wisata, apabila (1) perjalanan di lakukan dari suatu
dengan kegiatan pariwisata. Semisal sektor tempat ke tempat lain, di luar tempat kediaman orang
pertambangan jika dikemas dapat menjadi objek itu biasa tinggal; (2) perjalanan yang dilakukan
pariwisata atau bahkan kegiatan pembuatan kripik minimal 24 jam atau lebih; (3) tujuan perjalanan
tempe pun jika dikemas juga dapat menjadi objek semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak
wisata. Karenanya pariwisata sebagai suatu sistem untuk mencari nafkah atau bekerja di tempat atau
dapat disinergikan dengan kegiatan apapun termasuk negara yang dikunjungi; dan (4) orang tersebut
kegiatan ekonomi kerakyatan bahkan dengan semata-mata sebagai konsumen di tempat yang
kehidupan sehari-hari di desa atau dusun yang paling dikunjunginya dan uang yang dibelanjakannya
terpincil sekalipun. Kondisi tersebut tentunya dibawah dari negara asalnya atau tempat tinggalnya
mendudukkan pariwisata menjadi salah satu jawaban semula dan bukan dicari atau diperoleh di tempat
untuk masalah kemiskinan. kota, atau negara yang dikunjunginya [6].
Tujuan utama dari kegiatan pariwisata yang Pengeluaran wisatawan merupakan devisa di
dilakukan adalah untuk memperoleh kesenangan atau dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
menghilangkan perasaan tertekan karena rutinitas dalam pengetasan kemiskinan. Pembangunan
kerja. Pada kondisi ini perolehan kepuasaan dari pariwisata dapat memberikan peluang bergeraknya
kegiatan yang dilakukan wisatawan menjadi sangat berbagai kegiatan ekonomi masyarakat. Para turis
penting. Konsep wisatawan berasal dari kata dalam yang berkunjung pada suatu negara membawa devisa
bahasa Sansekerta, wisata yang berarti perjalanan ke negara tersebut. Dengan devisa, maka negara akan
yang sama atau dapat disamakan dengan kata travel memperoleh dana pembangunan untuk
dalam bahasa Inggris. Kata wisatawan dalam meningkatkan perekonomian dan memberantas
beberapa hal berbeda dengan tourist dalam bahasa kemiskinan. Karena itu, maka sektor pariwisata
Inggris (RG. Soekadijo,2000) [5]. Pariwisata menurut merupakan salah satu sektor yang mampu
7
8 | JPe| Vol. 3, No. 1, Februari 2018, hal 7-.11

mengintegrasikan kemajuan perekonomian pada kunjungan wisman mencapai 1,51 juta kunjungan atau
berbagai dimensi pada skala nasional, regional, dan naik 3,71 persen dibanding kunjungan wisman pada
global. Adapun kemiskinan merupakan permasalahan periode yang sama tahun sebelumnya, yang
nasional, regional dan global yang selalu harus berjumlah 1,46 juta kunjungan. [2]
ditangani secara serius. Mengentaskan kemiskinan Sedangkan dalam Buku Berita Resmi Statistik dari
memerlukan dana besar. Salah satu cara Badan Pusat Statistik Jawa Timur No.
mengentaskan kemiskinan rakyat adalah melibatkan 36/06/35/Th.XIV, 1 Juni 2016 perkembangan
rakyat miskin dalam berbagai kegiatan yang integratif Pariwisata Jawa Timur, April 2016. Selama bulan
dengan bisnis pariwisata. April 2016 jumlah wisman di Jawa Timur melalui
pintu masuk Juanda naik sebesar 1,63 persen
B. METODE PENELITIAN sedangkan TPK hotel berbintang naik sebesar 5,75
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif poin. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang
dengan pendekatan yang digunakan berdasarkan datang ke Jawa Timur melalui pintu masuk Juanda
studi literature dengan cara mencari teori yang pada bulan April 2016 mencapai 18.186 kunjungan
relevan dengan permasalahan yang ditemukan. atau naik sebesar 1,63 persen dibanding jumlah
Adapun literature yang digunakan berkaitan dengan wisman bulan Maret 2016 yang sebanyak 17.894
jumlah kunjungan wisatawan ke Jawa Timur. kunjungan. Secara kumulatif, jumlah wisman Januari
– April 2016 mencapai 62.709 kunjungan atau naik
C. HASIL DAN PEMBAHASAN sebesar 1,52 persen dibanding jumlah wisman periode
Hal menarik yang perlu disampaikan bahwa secara yang sama tahun 2015 yang mencapai 61.770
awam sektor pariwisata telah menjadi andalan kunjungan. Pada bulan April 2016 wisman terbanyak
perkembangan ekonomi di berbagai kota atau berkebangsaan Malaysia, jumlahnya mencapai 4.807
kabupaten namun kata pariwisata tidak dapat kunjungan atau naik 10,35 persen, diikuti kebangsaan
ditemukan dalam klasifikasi baku jenis lapangan Singapura 1.654 kunjungan atau turun sebesar 24,51
usaha di Indonesia yang dituangkan dalam Peraturan persen, dan kebangsaan Tiongkok sebanyak 1.369
Kepala Badan Pusat Statistik nomor 57 tahun 2009 kunjungan atau turun sebesar 2,84 persen dibanding
tentang klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia. bulan Maret 2016. penjelasan data tersebut
Jenis lapangan usaha yang paling dekat hubungannya menunjukkan bahwa pariwisata merupakan suatu
dengan pariwisata adalah poin ke delapan belas system yang didalamnya terdapat sektor-sektor
tentang Kebudayaan, Hiburan dan Rekreasi. Hal ini terkait yang mendukung keberadaannya.
selaras dengan apa yang ada di International Sebelum membahas peranan pariwisata dalam
Standard Industrial Classification of All Economic mengentaskan kemiskinan penting untuk
Activities (ISIC), Revision 4, Complete structure draft disampaikan tentang pembangunan berkelanjutan.
for discussion, yang diterbitkan pada tanggal 12 Mei Kesadaran terhadap pembangunan berkelanjutan
2004 [4]. Sehingga tatkala memperhatikan produk diawali dari konferensi PBB tentang Pembangunan
domistik bruto (PDRB) sebuah kabupaten atau kota Berkelanjutan pada 2012 di Rio de Janeiro
juga tidak didapatkan sektor pariwisata. Namun, merupakan seperangkat tujuan yang dapat
dalam Buku Berita Resmi Statistik dari Badan Pusat diwujudkan secara global dengan memadukan dan
Statistik disebutkan perkembangan sektor pariwisata menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan
terkait kunjungan wisatawan juga dalam Buku Berita berkelanjutan yaitu lingkungan hidup, social dan
Resmi Statistik dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur ekonomi. (UNDP, 2012). Satu bumi dengan batasan
yang melaporkan tentang jumlah kunjungan dan asal geografis yang sebenarnya sangat tegas namun selalu
negara wisatawan mancanegara yang berkunjung ke berusaha untuk dilanggar dengan harapan
Jawa Timur dan tingkat penghunian kamar (TPK) mendapatkan tambahan ruang untuk hidup manusia.
hotel berbintang di Jawa Timur. Keseimbangan bumi menjadi terancam, semakin
Buku Berita Resmi Statistik dari Badan Pusat menguat kesadaran bahwa upaya rekayasa dengan
Statistik no. 35/04/th. xviii, 1 april 2015 tentang meminimkan peran alam akan menimbulkan dampak
perkembangan pariwisata dan transportasi nasional ikutan yang cenderung negatif dengan tingkat
februari 2015 disampaikan bahwa jumlah kunjungan penanganan yang lebih tinggi. Kota layak huni yang
wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada sehat tergantung pada lingkungan yang sehat,
Februari 2015 mencapai 786,7 ribu kunjungan atau ekonomi yang kuat dan penciptaan lapangan kerja
naik 11,95 persen dibandingkan jumlah kunjungan yang cukup. Kota yang berkelanjutan adalah salah
wisman Februari 2014, yang tercatat sebanyak 702,7 satu yang mampu menyediakan kebutuhan dasar
ribu kunjungan. Demikian pula jika dibandingkan penduduk dengan infrastruktur yang diperlukan yaitu
dengan Januari 2015, jumlah kunjungan wisman fasilitas sipil, kesehatan dan perawatan medis,
Februari 2015 naik sebesar 8,80 persen. Secara perumahan, pendidikan, transportasi, pekerjaan dan
kumulatif (Januari–Februari) 2015, jumlah tata pemerintahan yang baik untuk semua lapisan
Arif Setijawan, Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan... 9

masyarakat tanpa diskriminasi. Empat komponen menganut prinsip di sini senang, di sana senang.
dari Livability yaitu: (A) Kesejahteraan Sosial (B) Artinya, prinsip tersebut harus dapat menyebabkan
Vitality Ekonomi (C) Ketersediaan Infrastruktur (D) wisatawan kembali ke rumah dengan membawa
Kualitas Lingkungan yang baik. Harus ada memori yang indah tentang destinasi pariwisata atau
keseimbangan antara 4 komponen tersebut dan harus daya tarik wisata karena telah memberikan kenangan
dipantau secara teratur. Pembangunan berkelanjutan manis untuk wisatawan dan mengajarkan sesuatu
lebih mengacu pada proses daripada titik akhir. yang berharga bagi wisatawan (selain memperoleh
Dimasa depan, perlu adanya reorientasi paradigma keuntungan ekonomi). Suatu pantangan dalam
dimana kota merupakan entity kawasan atau wilayah, pengembangan pariwisata adalah wisatawan merasa
yang berarti kota bukan saja sebagai “Engine of jera yang berakibat keengganan wisatawan untuk
National & Regional Growth” tetapi sekaligus “Kota kembali. Timbulnya rasa jera paling sering
yang Nyaman/Layak Huni, Berkelanjutan dan disebabkan oleh ketidakjujuran pengelola termasuk
Berkeadilan”. Dengan demikian, arah kebijakan masyarakat dilokasi pariwisata. Sejelek apapun
pembangunan perkotaan dimasa depan harus kondisi infrastruktur jika disampaikan sejak awal
memenuhi fungsi entity kawasan/wilayah tersebut, dengan jujur tidak akan berdampak pada rasa senang
yang dapat dideskripsikan secara detil sebagai atau puas, hal ini terutama untuk wisatawan dari
berikut: negara maju. Mereka lebih siap dengan segala kondisi
- Nyaman/layak huni (livable) asalkan sudah disampaikan diawal. Misalnya kondisi
Memenuhi kebutuhan manusia akan kenyamanan tidak ada penginapan atau jembatan yang terputus
hidup, fisik, sosial budaya, dan lingkungan. dan kemudian diganti dengan jembatan darurat
- Berkelanjutan (sustainable) malah akan jadi atraksi tersendiri bagi mereka.
Antisipasi terhadap perubahan iklim dan bencana Kondisinya akan bertolak belakang jika tidak jujur
alam serta memenuhi keperluan hidup manusia dalam menyampaikan kondisi objek wisata, meski
saat ini dengan tanpa mengabaikan keperluan infrastruktur pendukungnya sudah lengkap dan
hidup manusia masa datang bagus. Semisal, harga yang sebenarnya dinaikkan
- Berkeadilan (just) secara sepihak beberapa kali, mungkin dari sisi nilai
Menyediakan ruang hidup dan berusaha bagi uangnya tidak seberapa tapi hal semacam ini akan
seluruh golongan masyarakat perkotaan menjadikan mereka jera dan akan berakibat fatal
- Pendorong pertumbuhan (engine of growth) pada keberlanjutan pengembangan kawasan wisata
Mampu berkompetisi dalam perkembangan yang dimaksud. Promosi dari mulut kemulut karena
ekonomi global dengan memanfaatkan potensi merasa senang dan puas akan lebih berhasil secara
sosial budaya dan kreatifitas lokal (ekonomi efektif, sebaliknya penyampaian hal negative karena
kreatif); serta mampu menciptakan hierarki pasar faktor jera akan sangat cepat meluas dan sulit untuk
ba-gi kota menengah, kecil, dan perdesaan. menumbuhkan kepercayaan ulang.
Secara definisi, pembangunan berkelanjutan Pemanfaatan potensi sumber daya alam sering
adalah pembangunan untuk memenuhi keperluan tidak dilakukan secara optimal dan cenderung
hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan eksploitatif. Kecenderungan ini perlu segera dibenahi
keperluan hidup manusia masa datang (Brundlandt, salah satunya melalui pengembangan industri
2001). Bila dikaitkan dengan lingkungan maka pariwisata dengan menata kembali berbagai potensi
pembangunan berkelanjutan dapat juga didefinisikan dan kekayaan alam dan budaya berbasis pada
sebagai kemajuan yang dihasilkan dari interaksi aspek pengembangan kawasan secara terpadu. Potensi
lingkungan hidup, dimensi ekonomi dan aspek sosial wisata alam dan budaya berbasis pada pengembangan
politik sedemikian rupa, masing-masing terhadap kawasan secara terpadu.
pola perubahan yang terjadi pada kegiatan manusia Potensi wisata alam dan budaya pada satu
dapat menjamin kehidupan manusia yang hidup pada kawasan dikembangkan dalam upaya mensinergikan
masa kini dan masa mendatang dan disertai akses berbagai kepentingan sebagaimana makna dari suatu
pembangunan sosial ekonomi tanpa melampaui batas kawasan merupakan keterpaduan penegelolaan yang
ambang lingkungan (WCED, 1987). memiliki nilai promosi yaitu one stop service, intinya
Pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan, pada suatu tempat dapat diberikan pelayanan dari
adalah pembangunan yang menjamin bahwa berbagai jasa usaha pariwisata dan dapat menikmati
keuntungan yang optimal akan diperoleh secara berbagai sajian terpadu untuk tercapainya
berkelanjutan, hanya dapat diwujudkan dengan optimalisasi aset kepariwisataan dan kebudayaan
pendekatan (kebijakan) yang bersifat komprehensip sebagai langkah pemberdayaan masyarakat, menuju
dan terintegrasi. Pembangunan kepariwisataan harus kepada pendekatan penting Comunity Based Tourism
10 | JPe| Vol. 3, No. 1, Februari 2018, hal 7-.11

dan Comunit Based Culture Centered. Pariwisata dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang
kemiskinan secara langsung maupun tidak langsung secara konseptual memeliki ciri-ciri unik serta
mempunyai keterkaitan khususnya masyarakat yang sejumlah karakter yang oleh Nasikun (2000:26-27)
menggantungkan pendapatan melalui pariwisata. dikemukakan sebagai berikut:
Pengembangan pariwisata tentunya memiliki dampak 1) Pariwisata berbasis masyarakat menemukakan
positif dan negative, yaitu: rasionalitsnya dalam properti dan ciri-ciri unik
Dampak Positif : dan karekter yang lebih unik diorganisasi dalam
1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di skala kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya
bidang pariwisata seperti : tour guide, waiter, bell merupakan, secara ekologis aman, dan tidak
boy, dan lain-lain. banyak menimbulkan dampak negatif seperti yang
2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih dihasilkan oleh jenis wisata konvensional,
baik demi kenyamanan para wisatawan yang juga 2) Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang
secara langsung dan tidak langsung bisa lebih mampu mengembangkan obyek-obyek dan
dipergunakan oleh penduduk lokal pula. Seperti : atraksi-atraksi wisata berskala kecil dan oleh
tempat rekreasi, mall, dan lain-lain. karena itu dapat dikelola oleh komunitas-
3. Mendapatkan devisa (national balance payment) komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal,
melalui pertukaran mata uang asing (foreign 3) Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi
exchange). dari keduanya lebih dari pariwisata konvesional,
Dampak Negatif : dimana komunitas lokal melibatkan diri dalam
1. Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam menikmati keuntungan perkembangan pariwisata,
terhadap pariwisata. dan oleh karena itu lebih memberdayakan
2. Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi masyarakat.
mahal.
3. Meningkatkan impor barang dari luar negri, D. SIMPULAN DAN SARAN
terutama alat-alat teknologi modern yang Berdasarkan pembahasan berkaitan dengan
digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pariwisata, pengentasan kemiskinan dapat
pada wisatawan dan juga biaya-biaya disimpulkan:
pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada. a. Pariwisata merupakan suatu sistem yang dapat
Pelibatan masyarakat (terutama disekitar lokasi menjadi sektor andalan perekonomian dalam
tujuan wisata) secara utuh dan menyeluruh dari awal menciptakan lapangan pekerjaan dan pengetasan
perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan akan kemiskinan.
memberikan dampak yang sangat positif terutama b. Pembangunan pariwisata berkelanjutan
peningkatan kesadaran wisata pada tataran membutuhkan keterlibatan masyarakat secara
masyarakat. Masyarakat sadar wisata merupakan menyeluruh dari keseluruhan tahapan
tulang punggung dan ujung tombak pengembangan pembangunan, dari tahap perencanaan hingga
pariwisata berbasis masayarakat. Kesadaran pelaksanaan pembangunan sehingga masyarakat
masyarakat terhadap prinsip-prinsip pariwisata akan punya kesadaran yang tinggi terhadap pengawasan
menghindarkan kejadian wisatawan merasa jera, dan pemeliharaan hasil pembangunan pariwisata.
sehingga kepuasan yang didapat oleh wisatawan. c. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Dikaitkan dengan pemanfaatan sektor pariwisata berkaitan dengan pariwisata sangat dibutuhkan
dalam mendukung upaya pengetasan kemiskinan dalam meningkatkan kesadaran wisata bagi
(poverty alleviation), perlu dipahami bahwa hal masyarakat yang berkonsekuensi pada
tersebut tidak boleh diartikan sebagai secara sengaja kesejahteraan dan pelayanan optimal yang akan
menempatkan pelaku dalam industri pariwisata- berdampak pada peningkatan pendapatan
khususnya tenaga kerja dan pengusaha kecil dan masyarakat.
menengah sebagai pihak yang perlu dikasihani, d. Mengatasi masalah kemiskinan adalah dengan
sehingga bisnis pariwisata menjadi sebuah bisnis memberdayakan manusia agar dapat lebih aktif
berdasarkan “ belas kasihan”. Profesionalisme mereka sehingga dapat terlepas dari belenggu kemiskinan
harus ditingkatkan secara berkelanjutan, yang pada e. Penghapusan kemiskinan membutuhkan usaha
akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan jasa bersama, pemerintah, organisasi masyarakat,
dan kemudian mendorong peningkatan pendapatan. sektor swasta, dalam konteks kemitraan global
Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan untuk pembangunan lebih kuat dan lebih efektif
adalah dengan memutus mata ratai kemiskinan melalui upaya-upaya mencapai cita-cita secara
melalui pemberdayaan kelompok masyarakat. Dalam sistemik.
mencapai tujuan pemberdayaan, berbagai upaya
dapat dilakukan melalui berbagai macam strategi.
Salah satu strategi yang memungkinkan adalah
Arif Setijawan, Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan... 11

E. REFERENSI [4] International Standard Industrial Classification of All


[1] Bahan kuliah, Sustainable Urban Development - Economic Activities (ISIC), Revision 4, Complete
Future of Indian Cities : An overview. structure draft for discussion, diterbitkan pada
[2] Badan Pusat Statistik. Buku Berita Resmi Statistik no. tanggal 12 Mei 2004
35/04/th. XVIII, Jakarta, 2015 [5] Soekadijo,R.G., Anatomi Pariwisata, Gremedia
[3] I Wayan Suweda, Penataan Ruang Perkotaan Yang Pustaka Utama, Jakarta, 2000.
Berkelanjutan, Berdaya Saing Dan Berotonomi [6] Yoeti, Oka H.A. (ed), Ilmu Pariwisata: Sejarah
(Suatu Tinjauan Pustaka), Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Perkembangan, dan Prospeknya, Penerbit Pertja,
Vol. 15, No. 2, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Jakarta, 2001.
Denpasar, Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai