Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata etika sudah melekat dalam setiap interaksi yang dilakukan
manusia dengan sesamanya. Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan
konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang dikerjakannya itu salah, benar, baik, atau buruk.
Setiap manusia selalu erat kaitannya dengan etika, baik ketika manusia
tersebut berperilaku dalam lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan
kerja. Manusia sebagai makhluk pribadi maupun sebagai makhluk sosial yang
selalu berinteraksi dengan sesamanya tidak dapat lepas dari etika. Kehidupan
manusia yang sarat akan kepentingan dan tujuan membuat manusia terkadang
melupakan pentingnya keberadaan etika yang sebenarnya melekat pada diri
mereka masing-masing. Manusia itu sendiri hendaknya selalu bertindak dan
bekerja sesuai etika yang diterapkan di lingkungan kerja mereka
masingmasing serta mengingat kembali etika tersebut agar ia dapat bertindak
dan bekerja dengan mengutamakan etika daripada kepentingan dan tujuan
masing-masing pribadi.
Kode etik pun dibuat sebagai pedoman profesional kesehatan untuk
melakukan pengabdiannya kepada masyarakat, seluruh tenaga kesehatan
mempunyai standar etika tersendiri yang dibuat oleh kelompok atau
perkumpulan atau organisasi yang menaungi profesinya di indonesia dengan
berkaca pada standar yang diterapkan dunia. Tidak terkecuali untuk profesi
apoteker, profesi ini pun memiliki standar dalam bekerja agar para
profesionalnya dapat mengabdi dengan nyaman dan terarah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika?
2. Kode etika farmasi dan peran kode etika farmasi?
3. Kewajiban umum?
4. Kewajiban apoteker terhadap penderita?
5. Kewajiban apoteker terhadap teman sejawat?
6. Kewajiban apoteker/farmasi terhadap sejawat petugas kesehatan lain?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika
2. Untuk mengetahui kode farmasi dan peran kode etika farmasi
3. Untuk mengetahui kewajibab umum
4. Untuk mengetahui kewajiban apoteker terhadap penderita
5. Untuk mengetahui kewajiban apoteker terhadap teman sejawat
6. Untuk mengetahui kewajiban apoteker/farmasi terhadap sejawat petugas
kesehatan lain.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yakni adat
atau kebiasaan; watak; kesusilaan; sikap; cara berpikir; akhlak. Untuk lebih
jelasnya, pada kesempatan ini seputarpengetahuan.com akan membahas
mengenai pengertian etika yang dipaparkan oleh para ahli terkemuka. Berikut
ini pemaparannya.
Ada beberapa para ahli yang mengungkapkan pengertian-pengertian
etika. Diantaranya:
1. DR. James J. Spillane SJ Etika ialah mempertimbangkan atau
memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambi suatu keputusan
yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan akal
budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya
serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.
2. Prof. DR. Franz Magnis Suseno Etika merupakan suatu ilmu yang
memberikan arahan, acuan dan pijakan kepada tindakan manusia.
3. Soergarda Poerbakawatja Etika merupakan sebuah filsafat berkaitan
dengan nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan dan kesusilaan.
4. Drs. H. Burhanudin Salam Mengungkapkan bahwa etika ialah suatu
cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang nilai -nilai dan norma yang
dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.
5. Drs. O.P. Simorangkir Menjelaskan bahwa etika ialah pandangan manusia
terhadap baik dan buruknya perilaku manusia.
6. H. A. Mustafa Mengungkapkan etika sebagai ilmu yang menyelidiki
terhadap perilaku mana yang baik dan yang buruk dan juga dengan

3
memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang telah diketahui oleh
akal pikiran.
7. W.J.S. Poerwadarminto Menjelaskan etika sebagai ilmu pengetahuan
mengenai asas-asas atau dasar-dasar moral dan akhlak..
8. Drs. Sidi Gajabla Menjelaskan etika sebagai teori tentang perilaku atau
perbuatan manusia yang dipandang dari segi baik & buruknya sejauh
mana dapat ditentukan oleh akal manusia.
9. K. Bertens Etika merupakan nilai dan norma moral yang menjadi acuan
bagi manusia secara individu maupun kelompok dalam mengatur segala
tingkah lakunya.
10. Ahmad Amin Mengemukakan bahwa etika merupakan suatu ilmu yang
menjelaskan tentang arti baik dan buruk serta apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, juga menyatakan sebuah tujuan yang harus
dicapai manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah untuk
melakukan apa yang seharusnya didilakukan oleh manusia.
11. Hamzah Yakub Etika merupakan ilmu yang menyelidiki suatu perbuatan
mana yang baik dan buruk serta memperlihatkan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
12. Aristoteles Mengemukakan etika kedalam dua pengertian yakni:
Terminius Technicus & Manner and Custom. Terminius Technicus ialah
etika dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu
problema tindakan atau perbuatan manusia. Sedangkan yang kedua yaitu,
manner and custom ialah suatu pembahasan etika yang terkait dengan tata
cara & adat kebiasaan yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in
human nature) yang sangat terikat dengan arti “baik & buruk” suatu
perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
13. Maryani dan Ludigdo Mengemukakan etika sebagai seperangkat norma,
aturan atau pedoman yang mengatur segala perilaku manusia, baik yang

4
harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok
masyarakat atau segolongan masyarakat.
14. Martin Mengemukakan bahwa etika ialah suatu disiplin ilmu yang
berperan sebagai acuan atau pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau
perilaku manusia.

B. Kode etika farmasi dan peran kode etika farmasi


Kode Etik Farmasi dan Peran Kode Etik Farmasi Berdasarkan keputusan
Kongres Nasional XVIII/2009 Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Nomor
006/Kongers XVIII/ISFI/2009, Mukadimah : Bahwasanya seorang Apoteker
di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan
keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan
Yang Maha Esa. Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa
serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada
sumpah/janji Apoteker. Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam
pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu Kode Etik
Apoteker Indonesia Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian Setiap
apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya harus
didasari oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Sumpah dan janji Apoteker adalah
komitmen seorang apoteker yang harus dijadikan landasan moral dalam
pengabdian profesinya. Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip
harus diikuti oleh apoteker sebagai pedoman dan petunkuk serta standar
perilaku dalam bertindak dan mengambil keputusan.

C. Kewajiban umum
Pasal 1 Sumpah/Janji Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan Sumpah / janji Apoteker. Sumpah / janji
apoteker yang diucapkan seorang apoteker untuk dapat diamalkan dalam

5
pengabdiannya, harus dihayati dengan baik dan dijadikan landasan moral
dalam setiap tindakan dan perilaku. Dalam sumpah apoteker ada beberapa
poin yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Melaksanakan asuhan kefarmasian
2. Merahasiakan kondisi pasien, resep dan medication record untuk pasien
3. Melaksanakan praktik profesi sesuai landasan praktik profesi yaitu ilmu,
hukum dan etik.
Pasal 2 Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh
menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker
Indonesia dinilai dari :
1. ada tidaknya laporan masyarakat
2. ada tidaknya laporan dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga kesehatan
lain
3. serta tidak ada laporan dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga
kesehatan lain
4. serta tidak ada laporan dari dinas kesehatan.
Pengaturan pemberian sanksi ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO).
Pasal 3 Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya
sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya. Setiap apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan
mengamalkan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi apoteker
Indonesia. Kompetensi yang dimaksud adalah : keterampilan, sikap, dan
perilaku yang berdasarkan pada ilmu, hukum, dan etik. Ukuran kompetensi
seorang apoteker dinilai lewat uju kompetensi Kepentingan kemanusiaan
harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap tindakan dan keputusan
seorang apoteker Indonesia. Bilamana suatu saat bila seorang apoteker
dihadapkan kepada konflik tanggung jawab professional, maka dari berbagai

6
opsi yang ada, seorang apoteker harus memilih resiko yang paling kecil dan
paling tepat untuk kepentingan pasien serta masyarakat.
Pasal 4 Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan
di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Seorang apoteker harus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
profesionalnya secara terus menerus Aktivitas seorang apoteker dalam
mengikuti perkembangan dibidang kesehatann, diukur dari nilai SKP yang
diperoleh dari hasil uji kompetensi. Jumlah SKP minimal yang harus
diperoleh apoteker ditetapkan dalam peraturan organisasi.
Pasal 5 Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus
menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian. Seorang
apoteker dalam tindakan profesionalnya harus menghindari diri dari perbuatan
yang akan merusak atau seseorang ataupun merugikan orang lain Seorang
apoteker dalam menjalankan tugasya dapat memperoleh imbalan dari pasien
dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan tetap memegang teguh
kepada prinsip mendahulukan kepentingan pasien. Besarnya jasa pelayanan
ditetapkan dalam peraturan organisasi.
Pasal 6 Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh
yang baik bagi orang lain. Seorang apoteker harus menjaga kepercayaan
masyarakat atas profesi yang disandangkan dengan jujur dan penuh integritas.
Seorang apoteker tidak menyalah gunakan kemampuan profesionalnya kepada
orang lain Seorang apoteker harus menjaga perilakunya dihadapan public.
Pasal 7 Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai
dengan profesinya. Seorang apoteker memberikan informasi kepada pasien /
masyarakat harus dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin bahwa
informasi tersebut harus sesuai, relevan, dan up to date. Sebelum memberikan
informasi apoteker harus menggali informasi yang dibutuhkan dari pasien
ataupun orang yang datang menemui apoteker mengenai oasien serta

7
penyakitnya. Seorang apoteker harus mampu berbagi informasi mengenai
pelayanan kepada pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat
Seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara jelas,
melakukan monitoring penggunaan obat dan sebagainya. Kegiatan
penyuluhan ini mendapat nilai SKP.
Pasal 8 Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan
peraturan perundang-undangan di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di
Bidang Farmasi pada khususnya. Tidak ada alasan bagi apoteker tidak tahu
perundangan yang terkait dengan kefarmasian. Untuk itu setiap apoteker harus
selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan, sehingga setiap apoteker
dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada dalam koridor peraturan
perundangan yang berlaku. Apoteker harus membuat Standar Prosedur
Operasional (SPO) sebagai pedoman kerja bagi seluruh personil di industri,
dan sarana kefarmasian sesuai kewenangan atas dasar peraturan perundangan
yang ada.

D. Kewajiban apoteker terhadap penderita


Pasal 9 Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian
harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi
penderita dan melindungi makhluk hidup insani. Kepedulian kepada pasien
adalah merupakan hal yang paling utama dari seorang apoteker Setiap
tindakan dan keputusan profesional dari apoteker harus berpihak kepada
kepentingan pasien dan masyarakat Seorang apoteker harus mampu
mendorong pasien untuk terlibat dalam keputusan pengobatan mereka
Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan
pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam kondisi
lemah. Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada
pasien adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara pakai

8
obat yang tepat. Seorang apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia
kefarmasian, dan rahasia kedokteran dengan baik Seorang apoteker harus
menghormati keputusan profesi yang telah ditetapkan oleh dokter dalam
bentuk penulisan resep dan sebagainya Dalam hal seorang apoteker akan
mengambil kebijakan yang berbeda dengan permintaan seorang dokter, maka
apoteker harus melakukan komunikasi dengan dokter tersebut, kecuali
peraturan perundangan memnolehkan apoteker mengambil keputusan demi
kepentingan pasien.

E. Kewajiban apoteker terhadap teman sejawat


Pasal 10 Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Setiap apoteker harus menghargai
teman sejawatnya, termasuk rekan kerjanya Bilamana seorang apoteker
dihadapkan kepada suatu situasi yang problematik, baik secara moral atau
peraturan perundangan yang berlaku, tentang hubungannya dengan
sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan dengan baik dan
santun. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun majelis Pembina
etik apoteker dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat.
Pasal 11 Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan
saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik. Bilamana
seorang apoteker mengetahui sejawatnya melanggar kode etik, dengan cara
yang santun dia harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya tersebut
untuk mengingatkan kekeliruan tersebut. Bilamana ternyata yang
bersangkutan sulit menerima maka dia dapat menyamoaikan kepada pengurus
cabang dan atau MPEAD secara berjenjang.
Pasal 12 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam
memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa
saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

9
Seorang apoteker harus menjalin dan memelihara kerjasama dengan
sejawat apoteker lainnya Seorang apoteker harus membantu teman sejawatnya
dalam menjalankan pengabdian profesinya Seorang apoteker harus saling
mempercayai teman sejawatnya dalam menjalin, memelihara kerjasama.
F. Kewajiban apoteker/farmasi terhadap sejawat petugas kesehatan lain
Pasal 13 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati Sejawat Petugas Kesehatan. Apoteker harus
mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga profesi kesehatan
lainnya secara seimbang dan bermartabat.
Pasal 14 Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan
atau perbuatan yang dapat mengak ibatkan berkurangnya/hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain. Bilamana
seorang apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari pelayanan profesi
kesehatan lainnya, maka apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang
bersangkutan harus merasa dipermalukan.
Pasal 15 Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas
kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun idtak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker
Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib mengakui dan menerima sanksi dari
pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi yang menanganinya yaitu ISFI
dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apabila
Apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker, yang bersangkutan
dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan, peringatan,
pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap.
Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan organisasi, dan
ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam dai MPEAD. Selanjutnya

10
MPEAD menyampaikan hasil telaahnya kepada pengurus cabang, pengurus
daerah, dan MPEA. Ditetapkan : Jakarta Pada Tanggal : 08 Desember 2009

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yakni adat
atau kebiasaan; watak; kesusilaan; sikap; cara berpikir; akhlak. Untuk lebih
jelasnya, pada kesempatan ini seputarpengetahuan.com akan membahas
mengenai pengertian etika yang dipaparkan oleh para ahli terkemuka. Berikut
ini pemaparannya.Ada beberapa para ahli yang mengungkapkan pengertian-
pengertian etika.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Sudibyo, S., dkk., 2012, Artikel : Evaluasi Peran Apoteker Berdasarkan


Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, Pusat Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat, Jakarta Pusat.
 Menkes, 2008, Standar Profesi Asisten Apoteker, Keputusan Mentri
Kesehatan RI, Jakarta. ISFI, 2009, Kode Etik Apoteker Indonesia,
Keputusan Kongres Nasional XVIII ; Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia,
Jakarta Barat.
 Anonim, 2011, Buletin Farmasi ; Implementasi Kewajiban Apoteker
Terhadap Sejawat Petugas Kesehatan Lain.

13

Anda mungkin juga menyukai