Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuk bukanlah suatu penyakit melainkan salah satu tanda atau gejala
klinik yang paling sering dijumpai pada penyakit paru dan saluran napas.
Batuk merupakan salah satu cara tubuh untuk membersihkan saluran
pernafasan dari lendir atau bahan dan benda asing yang masuk. Batuk
berfungsi sebagai imun atau perlindungan tubuh terhadap benda asing namun
dapat juga sebagai gejala dari suatu penyakit. (Sylvia A, Wilson LM. 2006)
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan
dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di
tenggorokan karena adanya lendir atau mukus, makanan, debu, asap dan
sebagainya. Batuk juga merupakan salah satu gejala paling umum yang
menyertai penyakit pernafasan seperti asma, bronkitis, dan COPD (Chronic
Obstructive Pulmonary Disease). Ketiadaaan batuk dapat berbahaya dan fatal
untuk kesehatan, karena bisa jadi batuk merupakan gejala awal dari penyakit
pernafasan dan memudahkan dokter untuk mendiagnosis suatu penyakit
(Chung, 2003).
Timbulnya respon batuk bisa dikarenakan beragam hal salah satunya
adalah keberadaan mukus pada saluran pernafasan. Normalnya, mukus
membantu melindungi paru-paru dengan menjebak partikel asing yang masuk.
Namun apabila jumlah mukus meningkat, maka mukus tidak lagi membantu
malahan mengganggu pernafasan (Koffuor dkk., 2014). Oleh karena itu, tubuh
memiliki respon batuk untuk mengurangi mukus yang berlebihan tersebut.
Selain oleh mukus, batuk dapat disebabkan oleh faktor luar seperti
debu maupun zat asing yang dapat mengganggu pernafasan. Semakin banyak
partikel asing yang harus dikeluarkan, semakin banyak pula frekuensi batuk

1
seseorang. Frekuensi batuk yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi batuk?
2. Bagaimana Anatomi dan fisiologi?
3. Bagaimana etiologi batuk?
4. Bagaimana patofisiologi batuk?
5. Bagaimana manifestasi klinik batuk?
6. Bagaimana mekanisme batuk?
7. Apa saja jenis-jenis batuk?
8. Apa saja factor penyebab batuk?
9. Bagaimana tatalaksana batuk?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi batuk
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi batuk
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi batuk
4. Unruk mengetahui bagaimana manifestasi klinik batuk
5. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme batuk
6. Untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis batuk
7. Untuk mengetahui apa saja factor penyebab batuk
8. Untuk mengetahui bagaimana terapi batuk

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Batuk
Batuk merupakan mekanisme pertahanan diri paling efisien dalam
membersihkan saluran nafas yang bertujuan untuk menghilangkan mukus, zat
beracun dan infeksi dari laring, trakhea, serta bronkus. Batuk juga bisa
menjadi pertanda utama terhadap penyakit pernafasan sehingga dapat menjadi
petunjuk bagi tenaga kesehatan yang berwenang untuk membantu penegakan
diagnosisnya (Chung, 2003).
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan
benda asing dari saluran napas. Batuk juga membantu melindungi paru dari
aspirasi yaitu masuknya benda asing dari saluran cerna atau saluran napas
bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran napas mulai dari tenggorokan,
trakhea, bronkhus, bronkhioli sampai ke jaringan paru. (Guyton, et all. 2008)
Batuk merupakan suatu rangkaian refleks yang terdiri dari reseptor
batuk, saraf aferen, pusat batuk, saraf eferen,dan efektor. Refleks batuk tidak
akan sempurna apabila salah satu unsurnya tidak terpenuhi. Adanya
rangsangan pada reseptor batuk akan dibawa oleh saraf aferen ke pusat batuk
yaitu medula untuk diteruskan ke efektor melalui saraf eferen (Guyton, 2008).
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat
terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk
membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel
asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi secara sukarela maupun tanpa
disengaja. Batuk merupakan suatu tindakan refleks pada saluran pernafasan
yang digunakan untuk membersihkan saluran udara atas.

3
B. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi refleks batuk Pada organ Paru-paru terdapat pada bagian bronkus
dan trakea terdapat lapisan tipis mucus yang melapisi dan ia dibersihkan oleh
gerakan sentripetal suatu escalator mukosiliar. Batuk bertindak membersihkan
jalan nafas ketika terdapat terlalu banyak benda-benda asing yang terhirup,
jika terdapat lendir dalam jumlah berlebihan atau pembersihan lendir
terganggu, dan jika ada sejumlah besar substansi abnormal di jalan nafas
seperti cairan edema atau nanah. Refleks batuk dimulai dengan adanya
stimulasi pada reseptor. Reseptor batuk termasuk golongan reseptor yang
secara cepat beradaptasi terhadap adanya iritan. Terdapat ujung saraf yang
berlokasi di dalam epithelium di hampir sepanjang saluran nafas. Ujung saraf
itu paling banyak dijumpai pada dinding posterior trakea, pada karina, dan
pada daerah percabangan saluran nafas utama. Di luar saluran nafas bawah,
reseptor batuk dijumpai pada faring. Reseptor batuk ini dapat dipicu oleh
adanya stimulus kimia maupun mekanis. Reseptor mekanis sensitif terhadap
sentuhan dan perubahan. Mereka terkonsentrasi di laring, trakea, dan karina.
Sedangkan reseptor kimia sensitif terutama pada adanya gas atau bau-bauan
yang berbahaya. Reseptor ini terkonsentrasi di laring dan bronkus, dan lebih
sedikit di trakea. Meskipun kedua reseptor ini, mekanik maupun kimia, bisa
menjadi kurang sensitif jika dipaparkan pada stimulasi yang berlanjut,
reseptor mekanik beradaptasi lebih cepat.

4
C. Etiologi
Batuk dapat disebabkan oleh hal-hal diluar penyakit yang mendasari,
contoh nya meliputi aktivitas normal untuk membersihkan saluran udara,
iritan seperti asap dan gas, penggunaan tembakau, atau proses menelan
makanan dan minuman yang tidak sesuai.
D. Patofisiologi
Batuk adalah bentuk refleks pertahanan tubuh yang penting untuk
meningkatkan pengeluaran sekresi mukus dan partikel lain dari jalan
pernafasan serta melindungi terjadinya aspirasi terhadap masuknya benda
asing. Setiap batuk terjadi melalui stimulasi refleks arkus yang kompleks. Hal
ini diprakarsai oleh reseptor batuk yang berada pada trakea, carina, titik
percabangan saluran udara besar, dan saluran udara yang lebih kecil di bagian
distal, serta dalam faring. Laring dan reseptor tracheobronchial memiliki
respon yang baik terhadap rangsangan mekanis dan kimia. Reseptor kimia
yang peka terhadap panas, asam dan senyawa capsaicin akan memicu refleks
batuk melalui aktivasi reseptor tipe 1 vanilloid (capsaicin). Impuls dari
reseptor batuk yang telah dirangsang akan melintasi jalur aferen melalui saraf
vagus ke „pusat batuk‟ di medula. Pusat batuk akan menghasilkan sinyal
eferen yang bergerak menuruni vugus, saraf frenikus dan saraf motorik tulang
belakang untuk mengaktifkan otot-otot ekspirasi yang berguna membantu
batuk.
Penularan batuk biasanya melalui udara. Batuk lebih sering menular
terutama pada pergantian musim dan musim penghujan. Selain itu mekanisme
pertahanan tubuh atau imun seseorang juga berpengaruh besar terhadap
penularan batuk. Seseorang yang imunitasnya rendah akan lebih mudah
terserang batuk. (Kumar, Vinay, et all. 2007)
E. Manifestasi batuk
Gejala yang menyertai batuk pada umumnya disebabkan oleh
influenza. Gejala tersebut antara lain demam yang tinggi disertai otot tubuh

5
yang kaku, bersin-bersin, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Namun
batuk berdahak juga timbul akibat peradangan pada paru-paru. (Wirjodiarjo,
Muljono. 2008)
F. Mekanisme Batuk
Mekanisme batuk dibagi menjadi tiga fase yaitu:8
1. Fase inspirasi
Fase inspirasi merupakan fase dimana terjadi proses inhalasi yang
menghasilkan volume yang diperlukan untuk batuk yang efektif.
2. Fase kompresi
Fase kompresi dimulai dengan penutupan laring bersamaan dengan
kontraksi otot dinding dada, diafragma, dan dinding abdomen
menghasilkan tekanan intratoraks yang meningkat cepat.
3. Fase ekspirasi
Fase ekspirasi dimulai saat glotis membuka, menghasilkan aliran udara
ekspirasi yang tinggi dan mengeluarkan suara batuk (Yahya, 2007).
G. Jenis-jenis Batuk
1. Batuk berdasarkan waktu
 Batuk akut
Batuk akut adalah fase awal batuk dan mudah untuk disembuhkan
dengan kurun waktu kurang dari tiga minggu. Penyebab utamanya
adalah infeksi saluran nafas atas,seperti salesma, sinusitis bakteri akut,
pertusis, eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronis, rhinitis alergi,
dan rhinitis karena iritan.
Obat batuk akut:
 Batuk sub-akut
Batuk Sub-akut adalah fase peralihan dari akut menjadi kronis
yang terjadi selama 3-8 minggu. Penyebab paling umum adalah batuk
paska infeksi, sinusitis bakteri, atau asma.

6
 Batuk kronis
Batuk kronis adalah fase batuk yang sulit untuk disembuhkan
karena terjadi pada kurun waktu yang cukup lama yaitu lebih dari
delapan minggu. Batuk kronis juga bisa digunakan sebagai tanda
adanya penyakit lain yang lenih berat misalkan ; asma , tuberculosis
(tbc), penyakit paru obstruktif kronis (ppok), gangguan refluks
lambung, dan kanker paru-paru. Berdasarkan penelitian, 95 %
penyebab batuk kronis adalah post nasal drip, sinusitis, asma,
penyakit refluks gastroesofageal (gerd), bronchitis kronis karena
merokok, bronkiektasis, atau penggunaan obat golongan ACE I, 5 %
sisanya dikarenakan kanker paru, sarkoidosis, gagal jantung kanan,
dan aspirasi karena disfungsi faring. Jika tidak ada sebab lain, batuk
kronis bisa juga dikarenakan faktos psikologis.
Batuk kronis akan ditangani sesua dengan penyebabnya.
Beberapa jenis obat yang dapat diresepkan dokter untuk mengatasi
batuk kronis seperti: Antibiotik (cefuroxime), obat pelega napas
(teofilin).
2. Batuk berdasarkan tanda klinisnya,
Batuk dibedakan menjadi batuk kering dan batuk berdahak :
 Batuk kering merupakan batuk yang tidak dimaksudkan untuk
membersihkan saluran nafas, biasanya karena rangsangan dari luar.
Sedangkan .
Obat batuk kering: kodein, dionin, dextromethorpan.
 Batuk berdahak merupakan batuk yang timbul karena mekanisme
pengeluaran mukus atau benda asing di saluran nafas. (Ikawati, 2009).
Obat batuk berdahak: ekspektoran (Guaiafenesin atau gliserin
guaiacolat, ammonium klorida, dan kalium yodida)
H. Factor Penyebab Batuk
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab dari batuk diantaranya :

7
1. Rangsangan mekanise, misalnya asap rokok dan debu
2. Adanya perubahan suhu yang secara cepat dan mendadak
3. Rangsangan kimiawi, misalnya gas dan bau – bauan
4. Adanya peradangan atau infeksi karena bakteri atau jamur
5. Reaksi alergi
I. Tatalaksana Batuk
1. Terapi non farmakologi
 Sering minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak,
mengurangi iritasi atau rasa gatal.
 Hindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang
tenggorokan, dan udara malam yang dingin
 Menghirup uap air panas, uap mentol
 Permen obat batuk atau permen pedas dapat menolong pada batuk
yang kering dan menggelitik. (Tjay, HT. Rahardja, K. 2003)
 Pengobatan spesifik
Pengobatan ini diberikan terhadap penyebab timbulnya batuk. Apabila
penyebab batuk diketahui maka pengobatan harus ditujukan terhadap
penyebab tersebut. Dengan evaluasi diagnosis yang terpadu, pada hamper
semua penderita dapat diketahui penyebab batuk kroniknya. Pengobatan
spesifik batuk tergantung dari etiologi atau mekanismenya.
 Pengobatan simtomatik
Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan penyebab
batuknya maupun kepada penderita yang batuknya merupakan gangguan,
tidak berfungsi baik dan potensial dapat menimbulkan komplikasi (Yunus,
F. 2007).
2. Obat batuk biasa disebut dengan antitusif. Obat batuk tersebut berdasarkan
sasarannya terbagi menjadi 2 yaitu:

8
 Obat batuk sentral
Obat batuk sentral bertujuan untuk menekan rangsangan batuk di pusat
batuk (medulla). Terbagi menjadi zat adiktif (kodein) dan non adiktif
(noskapin, dektrometorfan, prometazin)
 Obat batuk perifer
Obat batuk ini bekerja di luar dari system saraf pusat. Perifer terbagi
dalam beberapa kelompok yaitu ekspetoransia (ammonium klorida,
guaiokol, ipeca dan minyak terbang), mukolitika (asetilkarbositein, mesna,
bromheksin, dan ambroksol), dan zat-zat pereda (oksolamin dan
hiperpidin). (Tjay, HT. Rahardja, K. 2003)
Obat batuk biasanya mengandung zat antihistamin, yang bekerja
sebagai anti alergi. Zat-zat antihistamin inilah yang menyebabkan timbulnya
efek kantuk. Obat batuk tanpa efek kantuk biasanya tidak mengandung zat
antihistamin sama sekali, atau menggunakan zat antihistamin golongan baru
yang tidak memiliki efek mengantuk. Antihistamin dengan efek samping
kantuk yang biasa terdapat dalam formula obat batuk adalah Chlorfeniramine
maleat atau CTM dan difenhidramin. (Yunus, F. 2007)
3. Jenis obat batuk berdasarkan jenis batuknya dapat dibagi dalam dua
golongan obat :
 Ekspetoran
Obat batuk ini ditujukan untuk jenis batuk berdahak, karena dapat
mempertinggi sekresi saluran pernapasan atau mencairkan dahak. Kandungan
obat batuk yang mungkin ada dalam jenis expectorantia ini adalah zat yang
bersifat mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan, misalnya
guaiafenesin atau gliserin guaiacolat (GG), ammonium klorida (NH 4 Cl),
dan kalium yodida (KI). Obat batuk jenis ini seringkali dicampur dengan
ramuan tumbuh-tumbuhan seperti jahe dan mint sehingga memberikan rasa
hangat pada tenggorokan.
 Non-ekspektoran

9
Obat batuk ini ditujukan untuk jenis batuk kering. Ada dua golongan
zat aktif yang biasa digunakan, yaitu :
 Golongan Alkaloid Morfin, seperti kodein, dionin, dan lain-lain. Obat
ini bersifat narkotis dan menimbulkan ketagihan, karenanya hanya
dapat dibeli dengan resep dokter.
 Golongan Non-Morfin, di mana jenis zat aktif ini tidak menimbulkan
ketagihan seperti dextromethorphan (DMP). Untuk batuk yang
yang disebabkan oleh infeksi/peradangan, diperlukan obat-obat
antibiotic yang harus melalui pemeriksaan yang seksama oleh dokter.
(Waisya, R. 2008).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Batuk merupakan mekanisme pertahanan diri paling efisien dalam
membersihkan saluran nafas yang bertujuan untuk menghilangkan mukus, zat
beracun dan infeksi dari laring, trakhea, serta bronkus.
Mekanisme batuk terdiri dari fase ekspirasi, fase komfersi dan fase
inspirasi. Dan adapun jenis-jenis batuk: batuk akut, batuk sub-akut dan batuk
kronis.
Terapi non farmakologi seperti: Sering minum air putih, untuk
membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal, Hindari
paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan, dan
udara malam yang dingin, Menghirup uap air panas, uap mentol, Permen obat
batuk atau permen pedas dapat menolong pada batuk yang kering dan
menggelitik. Sedangkan yang farmakologi: pengobatan spesifik dan
pengobatan simtomatik.

11
DAFTAR PUSTAKA

 Chung K F., 2003. The clinical and phatophysiological challenge of


cough. In:cough: causes, Mechanism and Thrapy. Blackwell publishing
Ltd., p. 3-10.
 Yahya, R.C,. 2007, Batuk-Definisi, Jenis dan Penyebab Batuk Kronis
 Ikawati, Z., 2009, Bahan Ajar Kuliah Materi Batuk, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
 Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-obat Penting
Khasiat,Penggunaan dan Efek Sampingnya, edisi keenam, 262,269-
271. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai