Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN

PENGELOLAAN UPAYA PERBAIKAN GIZI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dengan memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan.

Masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi dan prevalensi gizi kurang
pada balita menjadi masalah di wilayah kerja Puskesmas Teluk Tiram, yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh sektor kesehatan, melainkan perlu ditangani bersama dengan sektor di
luar kesehatan dan masyarakat.

Masalah gizi yang ada pada saat ini di Indonesia adalah masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih dan terdapat penyebab dari masing-masing masalah gizi tersebut. Biasanya
masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan , kurangnya persediaannya pangan , kurang
baiknya kualitas lingkungan ( sanitasi ) , kurangny apengetahuan masyarakat tentang gizi ,
menu seimbang dan kesehatan , dan adanya daerah miskin gizi ( iodium ). Dan masalah gizi
lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan
kurangnya pengetahuan tentang gizi , menu seimbang , dan kesehatan .

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014


Tentang Upaya Perbaikan Gizi, salah satu pertimbangan disebutkan dalam Permenkes ini,
bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu dilakukan upaya perbaikan gizi
perseorangan dan gizi masyarakat pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan
sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan gizi; juga bahwa upaya
perbaikan gizi tersebut dilaksanakan berdasarkan pedoman yang selama ini masih tersebar
dalam berbagai pedoman yang belum bersifat regulasi

Untuk keberhasilan penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat dilakukan dengan


berbagai upaya terutama melalui upaya pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan
fokus pada peningkatan kesadaran gizi keluarga, peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang
Yodium (GAKY), kurang Vitamin A, dan penanganan obesitas serta peningkatan
surveillance gizi.

B. Tujuan
Meningkatnya upaya perbaikan gizi masyarakat sehingga terwujudnya kemandirian
masyarakat dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat dan keluarga sadar gizi,
meningkatnya status gizi yang diarahkan pada peningkatan kecerdasan, produktifitas dan
prestasi kerja serta penurunan angka gizi kurang dan gizi lebih dan meningkatnya
penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan swasembada pangan
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait untuk bekerjasama
dalam pelaksanaan perbaikan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teluk Tiram

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan perbaikan gizi masyarakat dan peran
pemangku kepentingan terkait dalam pelaksanaan perbaikan gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Teluk Tiram.

E. Batasan Operasional
Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas yaitu
program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi
Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang
Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

Gizi Seimbang adalah susunan hidangan makanan sehari yang terdiri atas berbagai ragam
bahan makanan yang berkualitas dalam jumlah dan proporsi yang sesuai dengan aktifitas
fisik, umur, jenis kelamin dan keadaan fisiologi tubuh sehingga dapat memenuhi kebutuhan
gizi seseorang, guna pemeliharaan dan perbaikan sel tubuh dan proses kehidupan serta
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

Keluarga Sadar Gizi yang selanjutnya disingkat KADARZI adalah suatu keluarga yang
mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.

Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan gizi perorangan dan
masyarakat melalui upaya pencegahan, peningkatan, penyembuhan, dan pemulihan yang
dilakukan di masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Angka Kecukupan Gizi adalah suatu nilai acuan kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi
semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas fisik untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui


a. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang;
b. perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan;
c. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi; dan
d. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

Pelayanan gizi dilakukan untuk mewujudkan perbaikan gizi pada seluruh siklus kehidupan
sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan
gizi. Kelompok rawan gizi tersebut antara lain meliputi:bayi dan balita, anak usia sekolah dan
remaja perempuan, ibu hamil, nifas dan menyusui, pekerja wanita dan usia lanjut. Pelayanan
gizi ini dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, institusi/fasilitas lainnya, masyarakat dan
lokasi dengan situasi darurat.
Suplementasi gizi ditujukan untuk memenuhi kecukupan gizi. Suplementasi gizi diberikan
untuk anak usia 6 – 59 bulan, anak sekolah, ibu hamil, ibu nifas, remaja perempuan, dan
pekerja wanita. Sedangkan Jenis suplementasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. kapsul vitamin A
b. tablet tambah darah
c. makanan tambahan ibu hamil
d. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
e. makanan tambahan anak balita 2-5 tahun
f. makanan tambahan anak usia sekolah
g. bubuk multi vitamin dan mineral.

Tata laksana gizi kurang merupakan rangkaian tindakan yang bertujuan untuk
pemulihan status gizi dengan prioritas menurunkan angka kesakitan pada balita gizi kurang.
Tata laksana gizi kurang dilaksanakan oleh masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Tata laksana gizi buruk merupakan rangkaian tindakan yang bertujuan untuk perbaikan status
gizi dengan prioritas menurunkan angka kematian pada balita gizi buruk; Perbaikan status
gizi terhadap balita penderita gizi buruk harus diberikan formula gizi buruk yang salah satu
komponennya merupakan mineral mix; Tata laksana gizi buruk dilaksanakan melalui rawat
jalan atau rawat inap sesuai dengan kondisi pasien.

Tata laksana gizi lebih merupakan rangkaian tindakan yang bertujuan untuk mencapai status
gizi baik dan menurunkan risiko timbulnya penyakit gangguan metabolik dan degenerative;
Dilakukan melalui tindakan yang bersifat pencegahan, peningkatan, penyembuhan dan
pemulihan.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan gizi
masyarakat mulai di Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKP, Penanggung jawab
UKM, dan seluruh karyawan. Penanggung jawab UKM Perbaikan Gizi merupakan
koordinator dalam penyelenggaraan kegiatan perbaikan gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Teluk Tiram.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan sektor terkait yaitu:
Camat, PKK, agama, pendidikan, , dan sektor terkait lainnya dengan kesepakatan peran
masing-masing dalam perbaikan gizi masyarakat.

B. DistribusiKetenagaan
Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab UKM, UKP, dan karyawan
puskesmas dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM perbaikan gizi masyarakat sesuai
dengan kesepakatan.

C. Jadual Kegiatan.
Jadual pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat disepakati dan disusun
bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap tiga
bulan sekali

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang:
Koordinasi pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi masyarakat dilakukan oleh Penanggung
jawab UKM perbaikan gizi masyarakat yang menempati ruang gizi dan TFC dari gedung
Puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di aula Puskesmas Alalak selatan yang
terletak di lantai 2 dan TFC.

Toilet APOTIK KIA-KB

LAB laktasi
IGD PONET Lantai 1
Poli
TFC Gigi
Poli
anak
Poli
Toilet umum
loket
gizi

Ronsen
KESLING&
IMUNISASI
Lantai 2
Aula

TU KAPUS

B. Standar Fasilitas
1. Panduan Pengelolaan gizi: 1 buah
2. Kit Penyuluhan: 1 kit
3. Kit audividual, yang terdiri dari:
a. Wireless microphone: 1 buah
b. Speaker: 2 buah
c. LCD projector
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Adapun pokok kegiatan dari Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)
adalah sebagai berikut :
1. Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Balita
Pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama perbaikan gizi yang
dilaksanakan di posyandu, dimana pelaksanaannya melibatkan ibu balita, kader
dan petugas kesehatan. Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan melalui
penimbangan berat badan balita, Penilaian status pertumbuhan balita, konseling
pertumbuhan balita dan Rujukan.
2. Konseling Gizi
Konseling gizi adalah adalah upaya perbaikan gizi masyarakat melalui kegiatan
konsultasi mengenai gizi oleh masyarakat terhadap tenaga kesehatan terutama
tenaga gizi baik di klinik pemerintah maupun di klinik swasta.
3. Peningkatan Cakupan dan Mutu Pelayanan Gizi dan Kesehatan
Peningkatan cakupan pelayanan gizi dan kesehatan diupayakan agar setiap
tahunnya terjadi peningkatan status gizi masyarakat melalui peningkatan
pelaksanaan kegiatan – kegiatan gizi secara optimal dan terorientasi serta
terkoordinasi. Peningkatan Cakupan dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan yang
optimal dapat diusahakan dengan prosedur pelayanan gizi dan rujukan standar.
4. Pemberdayaan Ekonomi dan Ketahanan Pangan Keluarga.

B. METODE PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Upaya mencapai tujuan perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui upaya


pemberdayaan masyarakat dimana diperlukan peran fasilitator yang bertanggungjawab dalam
mengkomunikasikan inovasi di bidang kesehatan kepada masyarakat penerima manfaat.
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan inovasi
tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di bidang kesehatan. Perlu diingat bahwa
keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam dalam hal budaya, sosial,
kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan.
Mengingat keberadaaan masyarakat penerima manfaat pemberdayaan yang sangat
beragamnya maka metode yang digunakan dalam pemberdayaan tersebut tidaklah paten
dengan menggunakan suatu metode tertentu saja, bahwa tidak ada satupun metode yang
selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat. Bahkan
dalam banyak kasus penerapan metode dalam suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat harus
menggunakan beragam metode sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi. Untuk itu,
seorang fasilitator harus mampu memilih metode yang paling tepat dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat dan mengkontekstualisasikan inovasi yang dimiliki ke dalam
budaya masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat
yang dilaksanakannya.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator harus bisa memilih metode
yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat setempat, dalam pemilihan
metode tersebut seorang fasilitator harus memperhatikan beberapa prinsip berikut :
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak untuk berpikir
kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapinya.
2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima manfaat sehingga tidak
banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa memahami betul keadaan
penerima manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukkan beberapa contoh nyata
tentang potensi masalah dan peluang yang dapat ditemukan di lingkungan pekerjaannya
sendiri sehingga penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya.
3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan pemberdayaan
akan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat khususnya kepada mereka yang
diakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh masyarakat.
5. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima manfaat karena
suasana akrab akan memperlancar kegiatan pemberdayaan masyarakat.
6. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan mutu dan
kualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakatnya.
Metode yang digunakan dalam upaya pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di
Puskesmas ABCD adalah:
1. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara partisipatif
Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding dengan
teknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA menggabungkan beberapa
teknik yang terdiri dari:
(a) review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapangan,
(b) observasi lapangan secara langsung,
(c) wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,
(d) pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,
(e) studi kasus, sejarah lokal dan biografi,
(f) pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta
(g) pembuatan laporan lapangan secara cepat.

2. Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA)


Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih banyak
melibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku kepentingan kegiatan)
dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator. PRA
merupakan metode penilaian keadaan secara partisipatif yang dilakukan pada tahapan awal
perencanaan kegiatan.
Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan kebutuhan, perencanaan
kegiatan, pelaksanaan/pengorganisasian kegiatan, pemantauan kegiatan dan evaluasi
kegiatan.
Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi :
1. Penelusuran sejarah desa
2. Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan
3. Penyusunan kalender musim dan profil perubahan
4. Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)
5. Observasi langsung terhadap dinamika sosial
7. Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan (pemetaan prasarana,
bangunan, ruangan, sumber daya alam dan lokasi)
8. Pembuatan diagram kajian lembaga desa
9. Pembuatan bagan alur input-output
10. Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)
11. Mengkaji mata pencaharian masyarakat
12. Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan ditemukan masyarakat
13. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah
14. Analisis pola keputusan
15. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.
16. Pengurutan potensi atau kekayaan
17. Pengorganisasian masalah

Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi dimaksudkan untuk


meningkatkankemandirian masyarakat dalam memerangi kelaparan dan peduli
terhadap masalah gizi yang muncul di masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penanggulangan masalah gizi makro, sehingga akan
tercipta komitmen yang baik antara masyarakat dan petugas. Hal-hal yang perlu dilakukan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah :

1. Pemberdayaan ekonomi mikro

Kegiatan dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka income generating.

2. Advocacy

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh dukungan baik teknis maupun nonteknis
dari pemerintah daerah setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat Yang
dimiliki Fasilitasi Memberikan bantuan teknis dan peratatan dalam rangka
memperlancar kegiatan penanggulangan gizi makro berbasis masyarakat, misalnya
home economic set untuk PMT.

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang gizi tingkat Kecamatan dan
pihak lain yang terkait.
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat bidang gizi
tingkat Kecamatan

2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang gizi dengan lintas
sektor terkait
b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang gizi yang
bersumber dari dana pemberdayaan masyarakat dari masing-masing sektor untuk
kegiatan terintegrasi

3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sektor dari
Puskesmas
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang bidang gizi di tingkat Kecamatan.
c. Melaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang bidang gizi sesuai dengan
jadual yang telah disusun kepada Kecamatan.

4. Monitoring Evaluasi
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang gizi
b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masayarakat bidang gizi

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi masyarakat
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan
dan metoda yang akan dilaksanakan.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi masyarakat perlu
diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi masyarakat perlu
diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan perbaikan gizi masyarakat dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Capaian partisipasi masyarakat (ratio D/S) untuk menimbang bayi-balita.
2. Capaian keberhasilan program (ratio N/D).
3. Jumlah bayi balita BGM di wilayah kerja (ratio BGM/S)
4. Penanganan bayi balita gizi buruk di wilayah kerja 100%.
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan perbaikan gizi masyarakat dengan tetap memperhatikan prinsip proses
pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan perbaikan gizi masyarakat tergantung pada komitmen yang kuat dari
semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran serta aktif
masyarakat dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai