Anda di halaman 1dari 3

Era Big Data, Era Inovasi.

Bagi banyak kalangan, bicara soal data seringkali masih diartikan terbatas pada data berupa
angka atau statistik. Data dianalogikan hanya diproduksi oleh kalangan tertentu saja, seperti
peneliti, pakar keuangan, ilmuwan, dll. Padahal menurut definisi Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Daring) milik Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI,
data/da·ta/ n 1 keterangan yang benar dan nyata: pengumpulan -- untuk
memperoleh keterangan tentang kehidupan petani; 2 keterangan atau bahan nyata
yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan);. Dari definisi tersebut
jelas tidak membatasi bahwa data harus berupa angka atau data harus dikeluarkan oleh
siapa.

Tanpa disadari setiap individu saat ini menghasilkan serta berurusan dengan data. Mulai dari
data sederhana berupa posting di Facebook, obrolan di WhatsApp, hingga data penting
seperti laporan SPT Pajak Online atau presentasi tender milyaran rupiah kepada klien.
Sejumlah pakar memprediksi bahwa saat ini diperkirakan sekitar 2.5 triliun byte data
dihasilkan setiap harinya (www.cloudtweaks.com/2015). Mesin pencari google saja konon
memproses 3.5 juta permintaan/ hari dan Facebook menayangkan 300 juta foto/ hari.

Belum lagi sumber-sumber lain yang jumlahnya tak terbatas. Luar biasa bukan? Data yang
terus menerus mengalir setiap detik, luar biasa banyak dan beragam itulah yang kemudian
dikenal dengan istilah Big Data. Banyak pihak mendefinisikan karakter Big Data sebagai 4V
yaitu Volume, Variety, Velocity, dan Veracity.

Pertumbuhan Big Data yang terus "membengkak" itu kemudian mendorong para ilmuwan
data untuk mengembangkan inovasi Big Data Analytic Tool, yaitu perangkat yang dapat
memproses dan mengolah data dalam jumlah yang besar dari berbagai sumber dengan
variasi data berbeda, baik yang terstruktur (data structure) ataupun tidak terstruktur (data
unstructured) untuk mendapatkan pola-pola yang terjadi sehingga dapat ditemukan korelasi
dan menghasilkan informasi yang berguna dengan cepat. Contoh perusahaan penyelenggara
Big Data Analytics, antara lain Google, IBM, Oracle, Teradata, SAP, dan di Indonesia kita
memiliki i-811 dengan produk Paques Big Data Processing & Analytics.

Inovasi Big Data Analytic memungkinkan ditemukannya pola-pola tersembunyi, korelasi data
tak terduga, market trend, selera konsumen, dan informasi bisnis berharga lainnya. Dampak
akhirnya tentunya peningkatan kinerja bisnis, mulai dari efektivitas program marketing,
peluang pendapatan baru, pemahaman konsumen yang lebih baik, daya saing perusahaan,
serta berbagai manfaat bisnis lainnya. Meskipun sekarang mungkin belum banyak pihak
memanfaatkan inovasi ini, namun semua hanyalah soal waktu. Sama halnya ketika internet
pertama kali dikenalkan sekitar dua dekade lalu. Tidak semua perusahaan langsung
mengadopsinya kala itu. Tapi lihat sekarang, tidak ada perusahaan yang tidak membutuhkan
internet.

Halaman |1
Mengapa? Karena "lilitan" data yang semakin rumit akan memaksa banyak pihak untuk
mencoba menguraikannya dan menjadikannya bermanfaat. Contoh sederhana. Di era tahun
1980-an, bisa jadi hanya ada satu merk margarin yang bercokol di benak dan dapur para Ibu.
Tapi kini, seiring perkembangan teknologi dan kompetensi, berbagai merk muncul di
pasaran. Setiap margarin kini harus bisa menunjukkan "kelebihannya" di mata konsumen,
alias harus jelas positioning-nya.

Ada margarin yang memilih dikenal sebagai "teman sehat makan roti", tapi ada juga yang
mengusik kesadaran konsumen akan kesehatan dengan informasi tambahan "mencegah
kanker". Macam-macam. Namun yang jelas, semua produsen margarin atau produk lainnya
tidak lagi cukup mengandalkan intuisi dalam menjalankan bisnisnya. Di sinilah data
memegang peranan penting. Aktivitas riset pun mulai menjadi pilar pengembangan strategi
bisnis, untuk mengetahui secara pasti apa keinginan pasar, bagaimana kondisi lapangan,
dsb.

Kendalanya, riset tidak bisa dilakukan semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu,
butuh biaya besar, butuh kompetensi khusus, dsb. Padahal, seperti disebutkan dalam
temuan pakar di atas, Facebook saja bisa menampilkan 300 juta foto/ hari. Artinya selera
konsumen, tren pasar, perkembangan harga, hingga alur distribusi bisa berubah setiap saat
karena dinamika arus data dan informasi. Lalu, apakah setiap saat pula perusahaan harus
mengumpulkan pakar riset? Lalu kapan action-nya?

Big Data Analytics Tool adalah solusinya. Alih-alih setiap saat perusahaan mengundang
lembaga riset, kini perusahaan bisa melakukan risetnya sendiri. Berbekal teknologi berbasis
open-source software framework, antara lain seperti Hadoop, YARN, MapReduce, Spark,
Hive, Pig, dan NoSQL, Paques, Big Data Analytics Tool menjalankan pengumpulan,
pengolahan, dan analisa data yang berasal dari dokumen internal, artikel di internet, media
sosial, data log dari beragam aplikasi, database dan sumber data lainnya berupa teks atau
csv.

Contohnya, Paques Big Data Processing & Analytics yang merupakan platform Big Data karya
asli anak bangsa, yang dapat mengolah beragam sumber data dalam satu framework.
Dimulai dengan pencarian sumber data, mengekstrak seluruh data yang menjadi perhatian,
menganalisa keterhubungan data, mengelompokkan hasil analisa menjadi kumpulan
informasi, kemudian informasi tersebut divisualisasikan untuk memudahkan pengguna
dalam menangkap hasil analisa sehingga pengguna mendapatkan insight dalam membuat
strategi.

Rangkaian proses riset yang mungkin biasanya memakan waktu berbulan-bulan, saat ini bisa
diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih singkat. Dampaknya? perusahaan semakin lincah
dan responsif menanggapi perubahan pasar atau dinamika elemen bisnis lainnya.

Halaman |2
Tentunya perkembangan teknologi Big Data ke depan tidak melulu terkait dengan inovasi
perangkat/ tools. Kelahiran teknologi ini juga mendorong terciptanya paradigma baru dalam
menjalankan bisnis. Seperti dikatakan oleh Murli Buswar, Chief Science Officer AIG, dalam
sesi wawancara dengan McKinsey. Tantangan terbesar dalam adopsi Big Data di sebuah
perusahaan adalah menciptakan evolusi dari budaya "merasa serba tahu" menjadi budaya
belajar.

Dari kultur bisnis yang banyak tergantung pada keputusan berbasis insting dan pengalaman,
menjadi budaya pengambilan keputusan yang lebih objektif, berbasis data, dan
memanfaatkan kekuatan teknologi. Jadi, individu dan organisasi sebagai pelaku bisnis juga
harus terdorong untuk berubah.

Kemampuan mengetahui lebih banyak hal dari korelasi dan pola-pola data yang dimiliki
perusahaan, seyogyanya diikuti dengan semangat berinovasi. Menciptakan produk baru,
memberikan layanan yang lebih baik, menjalin hubungan dengan stakeholders yang
harmonis dan berkelanjutan. Jika tidak, selengkap dan secepat apa pun informasi berharga
yang dihasilkan oleh Big Data Analytics , akan berakhir sebatas tampilan indah di layar
komputer. Siap memasuki era Big Data artinya (harus) siap memasuki era penuh inovasi,
kreatifitas, petualangan tanpa batas. (Kompasiana.com)

TUGAS ANDA.

Silahkan analisis dan pahami dengan baik artikel di atas. Diskusikan dengan Kelompok
Anda dan lakukan pembagian Tugas. Kerjakan:

1. Buat Mind Mapping dari artikel/ teks di atas


2. Buat pembagian kerja dari anggota kelompok untuk penyusunan bahan presentasi
3. Kumpulkan bahan-bahan presentasi basis multimedia (Teks, Gambar/ Foto, Audio,
Video/ Animasi)
4. Buat Presentasi-nya (digabungkan dari setiap tugas hasil kerja per-orang dengan Link
Interaktif)

Halaman |3

Anda mungkin juga menyukai