ABSTRACT
Drug abusers increases every years, and the student is one of vulnarable group. The students
are adolescence group who have emotional instability, and high couriousity about something new
because they thinks they already adult. The purpose of this study was to describe drug abuse, and
drug type of the student in Surabaya. The research was descriptive which analyzed secondary data in
rehabilititation’s division BNN Kota Surabaya. The population of this study were the students in
Surabaya during 2015. The purposive sampling was used to take sample in this study which consisted
of 189 students who recorded by BNN Kota Surabaya. The research was done at Agustus-September
2016 in BNN Kota Surabaya. The results showed that 80.95% the students were male, in the early
teens (54.5%). Drug of Choice and drug most often used was double L with the amount of each
97.35%, and 88.89%, and most of the drug being abused was only one type (91.53%). Most of the
students abused drug found in Sawahan and Tegalsari districts. It was concluded that most of the
students who use drug were male, in early teen, using double L/Trihexyphenidyl, and coming from
Sawahan and Tegalsari. Routine screening on students, and spot inspections need to be done.
ABSTRAK
Penyalahgunaan NAPZA setiap tahun semakin meningkat, dan pelajar merupakan salah satu
kelompok rawan yang dapat menyalahgunakannya. Pelajar berada pada usia remaja yang memiliki emosi
labil, dan merasa dirinya sudah dewasa sehingga ingin mencoba hal-hal yang belum mereka ketahui
sebelumnya. Tujuan penelitian adalah mempelajari karakteristik pelajar penyalahguna NAPZA, dan jenis
NAPZA yang digunakan di Kota Surabaya. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan menganalisis data
sekunder yang tersedia pada bagian rehabilitasi BNN Kota Surabaya. Populasi pada penelitian ini adalah
pelajar di Kota Surabaya tahun 2015 sedangkan sampel diambil dengan cara purposive sampling yaitu
pelajar penyalahguna NAPZA yang dapat dijangkau oleh BNN Kota Surabaya tahun 2015 yang berjumlah
189 pelajar. Penelitian ini dilakukan pada 29 Agustus hingga 27 September 2016. Hasil dari penelitian
menunjukkan sebesar 80,95% pelajar yang menyalahgunakan NAPZA adalah laki-laki, sebagian besar
berada pada usia remaja awal (54,5%), dan sedang menempuh tingkat pendidikan SMA (52%). Drug of
Choice dan jenis NAPZA yang paling sering disalahgunakan adalah double L masing-masing 97,35%, dan
88,89% serta sebagian besar berjumlah 1 jenis (91,53%). Kecamatan yang paling banyak pelajar yang
menyalahgunakan NAPZA adalah kecamatan Sawahan, dan Tegalsari. Disimpulkan bahwa sebagian besar
pelajar yang menyalahgunakan NAPZA berjenis kelamin laki-laki, berada pada usia remaja awal, jenis
NAPZA yang digunakan sebagai Drug of Choice (DOC) dan yang paling banyak disalahgunakan adalah
double L/Trihexyphenidyl sedangkan tempat tinggal pelajar yang paling banyak terlibat penyalahgunaan
NAPZA di Sawahan, dan Tegalsari. Saran yang dapat dilakukan adalah skrining secara rutin pada pelajar,
dan adanya pemeriksaan terhadap barang yang dibawa oleh siswa.
konsumen baru yang salah satunya adalah karena orang tua yang terlalu sibuk
siswa sekolah. sehingga anak merasa kurang diperhatikan.
Laporan perkembangan situasi NAPZA Hal ini menjadi salah satu penyebab anak
dunia tahun 2014 menyatakan angka estimasi lebih suka berhubungan dengan
pengguna tahun 2012 adalah antara 162 juta lingkungan luar rumah dibandingkan
hingga 324 juta orang atau sekitar 3,5–7%. dengan keluarga di rumah (Hartadi, 2008).
Estimasi pengguna NAPZA tahun 2010 yang Penyalahgunaan NAPZA pada remaja
kisarannya 3,5–5,7% (UNODC, 2014). bukan suatu peristiwa yang timbul karena
Prevalensi penyalahguna NAPZA di suatu pemicu melainkan akibat dari beberapa
Indonesia setiap tahun selalu meningkat. sebab yang merupakan faktor pendorong
Pada tahun 2011 prevalensinya sebesar remaja tersebut menyalahgunakan NAPZA.
2,32%, tahun 2013 sebesar 2,56%, dan Semakin besar akumulasi dari faktor
tahun 2015 sebesar 2,80% (BNN RI, pendorong tersebut meningkatkan risiko
2016b). Hasil penelitian yang dilakukan remaja dalam menyalahgunakan NAPZA
oleh BNN yang bekerjasama dengan (Setiawan, 2008)
Puslitkes Universitas Indonesia tahun 2011, Salah satu dampak dari NAPZA yaitu
penyalahgunaan NAPZA di Indonesia menyerang fungsi otak yang dapat
prevalensi paling tinggi (2,2%) berada pada mengakibatkan daya ingat menurun, sulit
kelompok usia 10–59 tahun. berkonsentrasi, menimbulkan perasaan
Kelompok usia 10 –19 tahun khayal, dan kemampuan belajar merosot
merupakan kelompok usia pelajar. Prevalensi (BNN RI, 2012a). Keadaan seperti itulah
penyalahguna NAPZA di Kota Surabaya yang menyebabkan pelajar bermalas-
sebesar 0,012% sedangkan pelajar yang malasan sehingga prestasi belajar akan
menyalahgunakan NAPZA di Kota Surabaya menurun. Pelajar merupakan generasi
sebesar 0,0064%. Berdasarkan penjangkauan penerus bangsa. Penyalahgunaan NAPZA
yang telah dilakukan terhadap 359 pada pelajar dapat merusak satu generasi
penyalahguna NAPZA dari berbagai yang akan berdampak pada hilangnya satu
kelompok usia terdapat 189 pelajar yang generasi kepemimpinan Tujuan penelitian
terlibat penyalahgunaan NAPZA (BNN Kota ini adalah mempelajari karakteristik pelajar
Surabaya, 2015). Jumlah pelajar penyalahguna NAPZA, dan jenis NAPZA
penyalahguna NAPZA di Surabaya selalu yang digunakan di Kota Surabaya.
meningkat. Pada tahun 2013 terdapat 29
pelajar, tahun 2014 menjadi 37 pelajar, dan METODE PENELITIAN
tahun 2015 meningkat menjadi 51 pelajar Penelitian ini adalah penelitian
(Polrestabes Surabaya, 2015). deskriptif. Waktu penelitian dilakukan pada
Penyalahgunaan NAPZA pada pelajar 29 Agustus hingga 27 September 2016.
dapat disebabkan karena tekanan yang Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar
dirasakan remaja tersebut sehingga mereka penyalahguna NAPZA di Kota Surabaya
yang tidak mampu menghadapinya melarikan tahun 2015. Sampel penelitian pada
diri, dan mencari ketenangan dengan penelitian ini diambil dengan cara purposive
menyalahgunakan NAPZA (Siskandar, 2010). sampling yaitu mengambil subjek didasarkan
Lingkungan juga memberikan efek yang besar atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010).
pada diri seorang pelajar terutama lingkungan Sampel pada penelitian ini adalah pelajar
yang ada di luar rumah. Paling banyak remaja yang dapat dijangkau oleh BNN Kota
menghabiskan waktu di luar rumah. Selain itu, Surabaya sebesar 189 orang. Teknik
adanya suasana lingkungan yang berada di pengumpulan data yang digunakan adalah
rumah tidak mendukung atau kurang sehat bagi data sekunder yang diperoleh dari dokumen
pelajar yang tersedia pada bagian rehabilitasi BNN
Kota Surabaya.
30 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38
Dia akan merasakan sakit yang luar biasa Willis (2008), menjelaskan bahwa
jika tidak bisa memperolehnya (Kusuma, pendidikan moral dan agama seharusnya
2014). diberikan sesuai dengan usia.
Penyalahgunaan NAPZA menurut Penelitian yang dilakukan oleh
Hawari (2009), memiliki karakteristik khusus Setiawan (2008), menunjukkan hasil bahwa
yang merupakan suatu hubungan sebab penyalahgunaan NAPZA merupakan
akibat yang saling terkait. Proses tersebut kombinasi dari tiga faktor antara lain faktor
terdiri atas faktor predisposisi meliputi predisposisi yang mencakup kepribadian,
kepribadian, kehidupan beragama, gangguan dan keagamaan, faktor kontribusi meliputi
kejiwaan sedangkan faktor kontribusi interaksi dengan lingkungan atau pergaulan,
meliputi kondisi keluarga, sekolah, dan dan faktor pencetus yaitu ketersediaan,
lingkungan serta faktor pencetus. dorongan dari dalam diri sendiri, dan gaya
Faktor predisposisi merupakan faktor hidup. Ketiga faktor tersebut yang dominan
bawaan sejak lahir antara lain kepribadian. adalah faktor kontribusi, dan pencetus.
Kepribadian merupakan segala kebiasaan Menurut Nurdin (2007), beberapa faktor
dalam dirinya yang digunakan dalam pencetus seseorang menyalahgunakan
penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar, NAPZA antara lain mengatasi perasaaan
kebiasaan tersebut merupakan corak yang tidak bahagia (anhedonia), pelampiasan
khas dari individu tersebut (Willis, 2008). nafsu (hedonisme banal), mencapai
Menurut Nurdin (2007), penyalahguna kenikmatan sempurna (ultimate aesthetica),
NAPZA menderita disregulasi afektif berupa meringankan perasaan kalah terhadap
depresi yang dapat diringankan dengan zat lingkungan (doping), suatu pemberontakan
psikoaktif sehingga dapat dikatakan bahwa (mind in rebellion), identitas yang salah (mal
penyalahguna merupakan seseorang yang identification), pengalaman spiritual
menderita gangguan pengendalian impuls (supernatural) serta untuk mengatasi rasa
yang didorong untuk mencari kenikmatan takut dan bersalah (disinhibisi)
dan mendominasi berbagai impuls lainnya. Dampak yang ditimbulkan dari adanya
Faktor kontribusi adalah faktor yang ketergantungan NAPZA tidak hanya bagi
ada di luar diri seseorang dan berfungsi dirinya sendiri namun juga bisa berpengaruh
sebagai pendorong sebelum melakukan pada lingkungan. Menurut BNN RI (2010),
sesuatu. Faktor-faktor yang berasal dari dampak dari penyalahgunaan NAPZA
keluarga yang dapat menyebabkan remaja dikenal dengan istilah 4L yaitu liver, lover,
terjerumus dalam NAPZA antara lain lifestyle, dan legal. Liver merupakan dampak
keluarga yang kurang harmonis, tidak langsung yang menyerang penyalahguna
komunikastif terhadap anak, terlalu otoriter NAPZA dan dapat merusak organ vital
terhadap anak, selalu menuntut prestasi seperti otak, hati, paru, dan ginjal. Lover
terbaik pada anak dengan cara memaksa, berarti adanya hubungan yang rusak dengan
dan kurang memberikan perhatian pad orang yang dicintai misalnya keluarga.
anak karena sibuk dengan aktivitas sendiri Penyalahguna biasanya selalu dalam
(Rozak dan Sayuti, 2006) pengaruh NAPZA sehingga selalu
Me nu r ut Hawa r i (20 0 9), menomorsatukan zat tersebut sehingga
penyalahgunaan NAPZA selain karena membuat dirinya lupa akan kewajiban dan
pengaruh teman sebaya juga karena tidak lagi memperdulikan orang lain.
ketidaktahuannya bahwa zat tersebut haram Lifestyle yang rusak ditandai dengan kondisi
baik dari sisi agama maupun hukum. NAPZA dirinya yang merasa malas untuk melakukan
terutama gangguan susunan saraf pusat yang sesuatu, sering bolos sehingga prestasi
mengakibatkan gangguan mental dan perilaku sekolah menurun yang menyebabkan putus
yang bisa memengaruhi akademik. sekolah, dan cita-cita berantakan. Penelitian
34 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38
oleh Sembiring (2015), menyatakan bahwa akan melakukan berbagai hal agar dapat
remaja yang pernah menjadi penyalahguna diterima dalam kelompok tersebut
NAPZA mengalami terganggunya fungsi sehingga jika terdapat salah satu anggota
otak seperti kemampuan daya ingat Selainitu kelompok yang menyalahgunakan narkoba
remaja menjadi pribadi yang tidak disiplin maka anggota kelompok yang lain
dan terkadang mengganggu ketenangan cenderung mengikuti perilaku
belajar- mengajar. Hal ini juga diperkuat oleh menyimpang tersebut (Shekarchizadeh
Ardiantina (2016), yang menyebutkan bahwa dkk, 2012).
pelajar yang menyalahgunakan NAPZA Usia remaja awal paling banyak yang
memiliki penurunan kemampuan daya ingat menyalahgunakan NAPZA di Kota Surabaya
jangka pendek yang rendah sehingga tahun 2015. Menurut Deswita (2006), remaja
menurunkan prestasi akademik. awal berusia 12–15 tahun. Hal ini serupa
Pelajar umumnya masih mendapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaji
uang saku dari orang tua namun karena (2009), bahwa remaja yang paling banyak
kebutuhan terhadap NAPZA sangat besar menyalahgunakan NAPZA berada pada usia
biayanya penyalahguna tersebut bisa saja 13–15 tahun. Remaja awal merupakan usia
mencuri uang atau barang, menjual NAPZA peralihan dari masa anak-anak menuju
kepada teman-temannya di mana hal tersebut kedewasaan dan cenderung ingin merasakan
termasuk dalam aspek legal/hukum. Pelajar hal-hal yang belum mereka rasakan
merupakan generasi penerus bangsa yang sebelumnya. Rasa penasaran yang tinggi, dan
sangat dibutuhkan untuk pembangunan didukung oleh teman sebayanya yang juga
jangka panjang dalam mendapatkan Sumber menyalahgunakan NAPZA menyebabkan
Daya Manusia yang berkualitas. pelajar tersebut terjerumus dalam
Pada tahun 2016, pelajar yang penyalahgunaan NAPZA.
menyalahgunakan NAPZA sebagian besar Sebagian besar penyalahguna NAPZA
adalah laki-laki di Kota Surabaya. Hal yang disebabkan oleh kondisi sosial psikologi
tersebut serupa dengan hasil Survei yang membutuhkan pengakuan identitas
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia di terhadap dirinya, dan dalam mengontrol emosi
Indonesia tahun 2007 bahwa laki-laki masih belum begitu baik. Masa remaja awal
memiliki peluang 20 kali dalam (14–16 tahun) dan remaja tengah (17–18
menyalahgunakan narkoba, dan 10 kali tahun) umumnya belum menemukan jati
dalam menyalahgunakan alkohol. dirinya sedangkan masa remaja akhir (> 18
Hal senada diungkapkan pula oleh tahun) mereka merasa sudah cukup dewasa dan
Afandi dkk (2009), bahwa remaja laki-laki mampu untuk mandiri namun disisi lain belum
lebih ambisius dan memiliki tingkat agresi mampu mempertanggungjawabkan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tindakannya (Siregar, 2004)
remaja perempuan. Diperkuat oleh pendapat Penelitian ini didapatkan bahwa antara
yang dikemukakan oleh Kartono (2010), pelajar SMP dan SMA tidak ada perbedaan
bahwa salah satu faktor yang memengaruhi terlalu jauh dalam hal jumlah penyalahguna
kenakalan pada remaja adalah jenis kelamin. namun paling banyak sedang menempuh
Tingginya kasus penyalahgunaan NAPZA pendidikan SMA. Hal ini bertentangan
pada laki-laki disebabkan oleh beberapa hal dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaji
antara lain kepribadian laki-laki yang (2009). Menurut Jaji, paling besar remaja
cenderung ingin terlihat berani dan jantan, SMP yang menyalahgunakan NAPZA. Hal
pemberontakan dalam keluarga juga banyak ini dapat terjadi karena tempat penelitian dan
dilakukan oleh kaum laki-laki dan laki-laki tahun penelitian berbeda sehingga
cenderung lebih senang bergaul secara karakteristik pelajar penyalahguna NAPZA
berkelompok sehingga mereka juga berbeda.
Maydiya Restacendi Nur’artavia, Karakteristik Pelajar Penyalahguna NAPZA…
35
Menurut survei yang dilakukan oleh dapat memberikan efek menenangkan, dan
BNN RI pada tahun 2015 50% penyalahguna hipnotik adalah substansi dapat memberikan
NAPZA adalah pelajar/mahasiswa (BNN RI, efek kantuk. Penyalahgunaan double L
2016a). Selain itu, survei yang dilakukan merupakan pintu masuk bagi pelajar untuk
oleh BNN tahun 2011 menyatakan bahwa menggunakan NAPZA dengan tingkat adiksi
4,3% pelajar/mahasiswa Indonesia pernah lebih kuat lagi. Penggunaan double L pada
menyalahgunakan NAPZA (BNN RI, 2011). pelajar cukup meluas dikarenakan harga
Remaja Indonesia saat ini tidak hanya yang relatif murah.
berstatus sebagai penyalahguna tetapi juga Jumlah NAPZA yang dikonsumsi
pengedar. Survei yang dilakukan oleh BNN pelajar sebagian besar hanya satu jenis.
tahun 2011 menunjukkan dari 100 pelajar/ Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang
mahasiswa, terdapat empat orang pernah dilakukan oleh Kholik dkk (2014), bahwa
menyalahgunakan NAPZA, tiga orang sebagian besar menyalahgunakan lebih
menyalahgunakan dalam satu tahun terakhir dari 2 jenis. Hasil yang berbeda dapat
dan dua sampai tiga orang dalam satu bulan dipengaruhi antara lain perbedaan tempat
terakhi (BNN RI, 2012b). penelitian, dan usia responden. Pada
Drug of Choice adalah satu jenis zat penelitian yang dilakukan oleh Kholik,
yang paling sering dikonsumsi oleh usia responden paling banyak 21-30 tahun.
penyalahguna NAPZA dapat dikarenakan Selain itu harga double L yang relatif lebih
tubuhnya merasa nyaman dengan penggunaan murah dari jenis lainnya juga merupakan
zat tersebut. Pada penelitian ini, Drug of salah satu faktor penyebab.
Choice pelajar penyalahguna NAPZA adalah Gambar 1 menunjukkan kecamatan
double L. Double L adalah sejenis pil yang yang paling tinggi pelajar yang
termasuk dalam psikotropika golongan IV. Hal menyalahgunakan NAPZA berdasarkan
ini bertentangan dengan penelitian yang tempat tinggal adalah Sawahan, dan
dilakukan oleh Shekarchizadeh (2012) yang Tegalsari yang ditunjukkan dengan warna
menyatakan Drug of Choice di Tehran, Iran merah. Warna merah memiliki makna
adalah opium. Hal ini tentu bisa saja bahwa di kawasan tempat tinggal pelajar
dipengaruhi oleh usia, usia pada penelitian tersebut, pelajar yang menyalahgunakan
Shekarchizadeh dari berbagai kelompok usia NAPZA lebih dari 20 orang. Lingkungan
tidak hanya pelajar. merupakan salah satu risiko pelajar dalam
Jenis NAPZA yang paling sering menyalahgunakan NAPZA. Lingkungan
disalahgunakan oleh pelajar adalah double L. pertemanan sekolah maupun lingkungan
Hal ini serupa dengan penelitian yang tempat tinggal merupakan risiko pelajar
dilakukan oleh Ayudya dan Harmanto (2015), dalam menyalahgunakan NAPZA.
menyebutkan bahwa terdapat penyalahgunaan Lingkungan tempat tinggal di mana
double L pada penyalahguna di SMA. Pelajar terdapat penyalahgunaan NAPZA
menggunakan NAPZA biasanya sudah memberikan kesempatan untuk para pelajar
memakai sejak SMP dan memperlancar ikut mencoba pelajar ikut mencoba zat
penggunaannya di SMA ini. Kelompok pelajar tersebut. Penyalahgunaan NAPZA pada
lebih banyak menyalahgunakan jenis depresan lingkungan yang masyarakatnya mayoritas
seperti berbagai jenis benzodiazepin untuk menyalahgunakan NAPZA dan membentuk
mengurangi stres (BNN RI, 2015a). pola pikir bahwa penyalahgunaan tersebut
Trihexyphenidyl atau yang lebih dikenal merupakan suatu kewajaran dan hal yang
dengan pil double L adalah obat untuk biasa untuk dilakukan.
mengatasi gangguan gerakan tidak normal. Keadaan di sekitar tempat tinggal baik
Trihexyphenidyl termasuk dalam sedatif dari aspek fisik, sosial maupun lingkungan
hipnotik. Sedatif adalah substansi yang sangat penting terhadap penyelahgunaan
36 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38
NAPZA. Menurut hasil penelitian Hawari kegiatan Training of Trainer (TOT) yang
(2009), faktor lingkungan substance pesertanya adalah perwakilan guru SMP dari
availibility berperan sebagai faktor setiap sekolah yang membahas tentang jenis
pencetus perilaku penyalahguna NAPZA NAPZA yang sering disalahgunakan (double
dengan predisposisi gangguan kepribadian. L) serta efek yang ditimbulkan. Bagi sekolah
Lingkungan fisik adalah kondisi sekitar adalah diadakannya inspeksi yang dilakukan
tempat tinggal yang dinilai ketersediaan mendadak untuk mengetahui NAPZA yang
fasilitas sarana dan prasarana. dibawa oleh siswa, dan adanya kegiatan
Hasil penelitian dari Setiawan (2008), penggiat antinarkoba yang sebagian besar
menunjukkan bahwa remaja yang hidup di pesertanya adalah siswa laki-laki.
lingkungan tersebut akan mudah terpengaruh
penyimpangan sosial karena hal tersebut DAFTAR PUSTAKA
merupakan suatu hal yang biasa misalnya Afandi, D., Chandra, F., Novitasari, D.,
remaja yang suka mengonsumsi alkohol atau Riyanto, I., Kurniawan, L. 2009. Tingkat
NAPZA yang melakukan perilaku tersebut di Penyalahgunaan Obat dan Faktor Risiko
tempat umum tanpa merasa risih. Pola di Kalangan Siswa Sekolah Menengah
pertemanan dan lingkungan pergaulan Umum. Majalah Kedokteran Indonesia
memiliki risiko terkait kenakalan remaja 59 (6): pp. 266–271.
termasuk penyalahgunaan NAPZA. Teman Ardiantina, D. 2016. Studi Kasus Kehidupan
kelompok sebaya memiliki pengaruh yang Remaja Mantan Pecandu Narkoba. Jurnal
dapat mendorong penyalahgunaan NAPZA Bimbingan dan Konseling Universitas
pada diri seseorang. Pengaruh teman Negeri Yogyakarta 1 (5): pp. 1–12.
kelompok dapat menciptakan keterikatan dan Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian:
kebersamaan sehingga sulit untuk Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok Rineka Cipta.
tersebut tidak hanya pada saat perkenalan Ayudya, KM., dan Harmanto. 2015.
pertama saja namun bisa juga menyebabkan Strategi Pembinaan Moral Bagi Siswa
kekambuhan. Pengguna Narkoba di SMK ABC
Surabaya. Kajian Moral dan
SIMPULAN Kewarganegaraan 3 (3): pp. 1308–1323
Kesimpulan yang didapat dari Badan Narkotika Nasional Republik I n d o
penelitian ini adalah sebagian besar pelajar n e s i a . 2 0 0 7 . M e n g e n a l
yang menyalahgunakan NAPZA berjenis Penyalahgunaan Narkoba, Buku 2A
kelamin laki-laki berada pada usia remaja untuk Remaja/Anak Muda. Jakarta:
awal, dan sedang menempuh pendidikan Deputi Bidang Pencegahan Direktorat
tingkat SMA. Jenis NAPZA yang Diserminasi Informasi.
digunakan sebagai Drug of Choice (DOC) Badan Narkotika Nasional Republik
dan yang paling banyak disalahgunakan Indonesia. 2010. Pelajar dan Bahaya
adalah double L/Trihexyphenidyl Narkotika. Jakarta: Deputi Bidang
sedangkan tempat tinggal pelajar yang Pencegahan Direktorat Diserminasi
paling banyak terlibat penyalahgunaan Informasi.
NAPZA di Sawahan, dan Tegalsari. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Saran yang dapat diajukan bagi BNN 2011. Survei Nasional Perkembangan
Kota Surabaya adalah adanya skrining urin Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
maupun melalui kuesioner ketergantungan Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan
yang dilakukan pada sekolah yang berada Mahasiswa di 16 Provinsi di Indonesia
di Sawahan dan Tegalsari, diadakan Tahun 2011. Tersedia di
Maydiya Restacendi Nur’artavia, Karakteristik Pelajar Penyalahguna NAPZA…
37