Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK PELAJAR PENYALAHGUNA NAPZA DAN

JENIS NAPZA YANG DIGUNAKAN DI KOTA SURABAYA

Maydiya Restacendi Nur’artavia


Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Alamat Korespondensi:
Maydiya Restacendi Nur’artavia
Email: meidia.na0@gmail.com

ABSTRACT
Drug abusers increases every years, and the student is one of vulnarable group. The students
are adolescence group who have emotional instability, and high couriousity about something new
because they thinks they already adult. The purpose of this study was to describe drug abuse, and
drug type of the student in Surabaya. The research was descriptive which analyzed secondary data in
rehabilititation’s division BNN Kota Surabaya. The population of this study were the students in
Surabaya during 2015. The purposive sampling was used to take sample in this study which consisted
of 189 students who recorded by BNN Kota Surabaya. The research was done at Agustus-September
2016 in BNN Kota Surabaya. The results showed that 80.95% the students were male, in the early
teens (54.5%). Drug of Choice and drug most often used was double L with the amount of each
97.35%, and 88.89%, and most of the drug being abused was only one type (91.53%). Most of the
students abused drug found in Sawahan and Tegalsari districts. It was concluded that most of the
students who use drug were male, in early teen, using double L/Trihexyphenidyl, and coming from
Sawahan and Tegalsari. Routine screening on students, and spot inspections need to be done.

Keywords: drug abuser, drug type, the student

ABSTRAK
Penyalahgunaan NAPZA setiap tahun semakin meningkat, dan pelajar merupakan salah satu
kelompok rawan yang dapat menyalahgunakannya. Pelajar berada pada usia remaja yang memiliki emosi
labil, dan merasa dirinya sudah dewasa sehingga ingin mencoba hal-hal yang belum mereka ketahui
sebelumnya. Tujuan penelitian adalah mempelajari karakteristik pelajar penyalahguna NAPZA, dan jenis
NAPZA yang digunakan di Kota Surabaya. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan menganalisis data
sekunder yang tersedia pada bagian rehabilitasi BNN Kota Surabaya. Populasi pada penelitian ini adalah
pelajar di Kota Surabaya tahun 2015 sedangkan sampel diambil dengan cara purposive sampling yaitu
pelajar penyalahguna NAPZA yang dapat dijangkau oleh BNN Kota Surabaya tahun 2015 yang berjumlah
189 pelajar. Penelitian ini dilakukan pada 29 Agustus hingga 27 September 2016. Hasil dari penelitian
menunjukkan sebesar 80,95% pelajar yang menyalahgunakan NAPZA adalah laki-laki, sebagian besar
berada pada usia remaja awal (54,5%), dan sedang menempuh tingkat pendidikan SMA (52%). Drug of
Choice dan jenis NAPZA yang paling sering disalahgunakan adalah double L masing-masing 97,35%, dan
88,89% serta sebagian besar berjumlah 1 jenis (91,53%). Kecamatan yang paling banyak pelajar yang
menyalahgunakan NAPZA adalah kecamatan Sawahan, dan Tegalsari. Disimpulkan bahwa sebagian besar
pelajar yang menyalahgunakan NAPZA berjenis kelamin laki-laki, berada pada usia remaja awal, jenis
NAPZA yang digunakan sebagai Drug of Choice (DOC) dan yang paling banyak disalahgunakan adalah
double L/Trihexyphenidyl sedangkan tempat tinggal pelajar yang paling banyak terlibat penyalahgunaan
NAPZA di Sawahan, dan Tegalsari. Saran yang dapat dilakukan adalah skrining secara rutin pada pelajar,
dan adanya pemeriksaan terhadap barang yang dibawa oleh siswa.

Kata kunci: penyalahguna NAPZA, jenis NAPZA, pelajar

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. license doi: 10.20473/ijph.v12i1.2017.27-38


Received 4 January 2017, received in revised form 26 January 2017, Accepted 2 February 2017, Published online:
30 November 2017
28 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38

PENDAHULUAN pendorong bagi seseorang untuk


Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif melakukan perbuatan yang menyimpang
lainnya merupakan singkatan dari NAPZA termasuk keingintahuan terhadap NAPZA
yaitu zat kimia yang apabila masuk kedalam (Sarwono, 2007).
tubuh manusia baik dengan berbagai cara, baik Remaja merupakan masa transisi dari
dihisap, dihirup, diminum atau disuntikkan anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini,
dapat berpengaruh pada pikiran, emosi, dan seseorang tidak mau dianggap sebagai
tindakan (Lumbantobing, 2007) anak-anak oleh lingkungan sekitar namun
Hampir semua jenis NAPZA akan jika dilihat secara fisik, psikologi serta
mengaktifkan satu sistem di otak yang mental belum nampak tanda-tanda
mengatur rasa senang atau biasa disebut kedewasaan yang sesungguhnya (Razak
reward system dengan meningkatkan dan Sayuti, 2006). Menurut Willis (2008),
ketersediaan dopamin di otak, di mana masa ini rentan terhadap adanya kenakalan
dopamin merupakan suatu jenis remaja merupakan tindakan yang
neurotrasmitter yang bekerja mengontrol rasa dilakukan remaja yang bertentangan
senang. Jika penyalahguna terus menerus dengan hukum, nilai maupun norma yang
menggunakan NAPZA maka otak akan ada di masyarakat sehingga dapat
beradaptasi dengan keberadaan dopamine merugikan dirinya sendiri maupun orang
yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan lain. Salah satu bentuk kenakalan remaja
penggunaan NAPZA berusaha untuk adalah penyalahgunaan NAPZA.
menjaga agar fungsi dopamin dalam keadaan Tahap dalam penyalahgunaan NAPZA
stabil atau berusaha menambah dosis pada kalangan pelajar dapat diilustrasikan
NAPZA untuk mencapai dopamin yang dengan skala besar yang dijelaskan oleh Willis
tinggi, dan disertai dengan penggunaan yang (2008), bahwa pelajar yang sering bergaul di
dilakukan secara terus menerus atau luar rumah tanpa mental yang kuat akan mudah
kecanduan (Ikawati, 2016). untuk menyalahgunakan NAPZA karena
Kalangan pelajar yang berada pada teman-teman penyalahguna lain maupun
kelompok usia remaja memiliki emosi yang pengedar yang sangat mahir untuk
masih labil sehingga sangat rentan untuk membujuknya. Pelajar yang telah mengalami
menyalahgunakan NAPZA. Hal tersebut bisa ketergantungan terhadap NAPZA akan
dikarenakan beberapa hal antara lain rasa bergantung oleh zat yang dimiliki pengedar
ingin tahu yang sangat besar, ikut-ikutan sehingga dapat pula pelajar tersebut juga
teman, rasa solidaritas grup yang kuat sampai membantu mengedarkan. Suatu sekolah yang
dengan faktor keluarga yang kurang terdapat satu pelajar yang telah ketergantungan
perhatian. Anak remaja biasanya memiliki NAPZA dapat pula menjadi tempat peredaran
keinginan untuk mencari tahu sesuatu yang NAPZA di dalamnya. Siswa yang telah
tidak diketahuinya (Simangunsong, 2015). menyalahgunakan NAPZA bisa saja
Usia remaja rentan terhadap dikeluarkan dari sekolah supaya siswa lainnya
penyalahgunaan NAPZA karena tingkat tidak terkena pengaruh buruknya. Siswa
emosi dan mental masih sangat labil tersebut kesulitan untuk mencari sekolah yang
sehingga mudah terpengaruh ke dalam baru dan menjadi siswa putus sekolah. Hal
perilaku menyimpang. Remaja memiliki tersebut menyebabkan semakin leluasanya
kecenderungan ingin tahu sehingga akan bergaul dengan teman-teman penyalahguna
mencari informasi mengenai NAPZA, dan lainnya, dan berakibat ditangkap oleh polisi
memiliki potensi memakai narkoba dan masuk penjara sehingga menjadi
misalnya dimulai dengan sekedar coba- pengangguran karena sulit mencari kerja.
coba. Rasa ingin tahu terhadap narkotika Pengangguran rawan terjadi peredaran NAPZA
dan psikotropika merupakan salah satu yang akan mencari calon
Maydiya Restacendi Nur’artavia, Karakteristik Pelajar Penyalahguna NAPZA…
29

konsumen baru yang salah satunya adalah karena orang tua yang terlalu sibuk
siswa sekolah. sehingga anak merasa kurang diperhatikan.
Laporan perkembangan situasi NAPZA Hal ini menjadi salah satu penyebab anak
dunia tahun 2014 menyatakan angka estimasi lebih suka berhubungan dengan
pengguna tahun 2012 adalah antara 162 juta lingkungan luar rumah dibandingkan
hingga 324 juta orang atau sekitar 3,5–7%. dengan keluarga di rumah (Hartadi, 2008).
Estimasi pengguna NAPZA tahun 2010 yang Penyalahgunaan NAPZA pada remaja
kisarannya 3,5–5,7% (UNODC, 2014). bukan suatu peristiwa yang timbul karena
Prevalensi penyalahguna NAPZA di suatu pemicu melainkan akibat dari beberapa
Indonesia setiap tahun selalu meningkat. sebab yang merupakan faktor pendorong
Pada tahun 2011 prevalensinya sebesar remaja tersebut menyalahgunakan NAPZA.
2,32%, tahun 2013 sebesar 2,56%, dan Semakin besar akumulasi dari faktor
tahun 2015 sebesar 2,80% (BNN RI, pendorong tersebut meningkatkan risiko
2016b). Hasil penelitian yang dilakukan remaja dalam menyalahgunakan NAPZA
oleh BNN yang bekerjasama dengan (Setiawan, 2008)
Puslitkes Universitas Indonesia tahun 2011, Salah satu dampak dari NAPZA yaitu
penyalahgunaan NAPZA di Indonesia menyerang fungsi otak yang dapat
prevalensi paling tinggi (2,2%) berada pada mengakibatkan daya ingat menurun, sulit
kelompok usia 10–59 tahun. berkonsentrasi, menimbulkan perasaan
Kelompok usia 10 –19 tahun khayal, dan kemampuan belajar merosot
merupakan kelompok usia pelajar. Prevalensi (BNN RI, 2012a). Keadaan seperti itulah
penyalahguna NAPZA di Kota Surabaya yang menyebabkan pelajar bermalas-
sebesar 0,012% sedangkan pelajar yang malasan sehingga prestasi belajar akan
menyalahgunakan NAPZA di Kota Surabaya menurun. Pelajar merupakan generasi
sebesar 0,0064%. Berdasarkan penjangkauan penerus bangsa. Penyalahgunaan NAPZA
yang telah dilakukan terhadap 359 pada pelajar dapat merusak satu generasi
penyalahguna NAPZA dari berbagai yang akan berdampak pada hilangnya satu
kelompok usia terdapat 189 pelajar yang generasi kepemimpinan Tujuan penelitian
terlibat penyalahgunaan NAPZA (BNN Kota ini adalah mempelajari karakteristik pelajar
Surabaya, 2015). Jumlah pelajar penyalahguna NAPZA, dan jenis NAPZA
penyalahguna NAPZA di Surabaya selalu yang digunakan di Kota Surabaya.
meningkat. Pada tahun 2013 terdapat 29
pelajar, tahun 2014 menjadi 37 pelajar, dan METODE PENELITIAN
tahun 2015 meningkat menjadi 51 pelajar Penelitian ini adalah penelitian
(Polrestabes Surabaya, 2015). deskriptif. Waktu penelitian dilakukan pada
Penyalahgunaan NAPZA pada pelajar 29 Agustus hingga 27 September 2016.
dapat disebabkan karena tekanan yang Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar
dirasakan remaja tersebut sehingga mereka penyalahguna NAPZA di Kota Surabaya
yang tidak mampu menghadapinya melarikan tahun 2015. Sampel penelitian pada
diri, dan mencari ketenangan dengan penelitian ini diambil dengan cara purposive
menyalahgunakan NAPZA (Siskandar, 2010). sampling yaitu mengambil subjek didasarkan
Lingkungan juga memberikan efek yang besar atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010).
pada diri seorang pelajar terutama lingkungan Sampel pada penelitian ini adalah pelajar
yang ada di luar rumah. Paling banyak remaja yang dapat dijangkau oleh BNN Kota
menghabiskan waktu di luar rumah. Selain itu, Surabaya sebesar 189 orang. Teknik
adanya suasana lingkungan yang berada di pengumpulan data yang digunakan adalah
rumah tidak mendukung atau kurang sehat bagi data sekunder yang diperoleh dari dokumen
pelajar yang tersedia pada bagian rehabilitasi BNN
Kota Surabaya.
30 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38

Dokumen yang digunakan adalah Tabel 1. Distribusi Responden


data penyalahguna NAPZA di Kota Berdasarkan Karaktersitik
Surabaya tahun 2015 namun dikhususkan
Karakteristik Frekuensi %
pada pelajar. Dokumen yang tersedia berisi (n = 189)
informasi umum seperti nama, tanggal
Jenis Kelamin
lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan – Laki-laki 153 80,95
terakhir, profesi, jenis NAPZA yang – Perempuan 36 19,05
disalahgunakan, Drug of Choice atau jenis
Usia
zat utama yang disalahgunakan, jenis – Remaja Awal 103 54,5
rehabilitasi yang dijalani, dan tempat – Remaja 85 44,5
rehabilitasi. Jenis rehabilitasi yang – Pertengahan
dimaksud adalah rawat jalan atau rawat – Remaja Akhir 1 1
inap. Rawat jalan yang berupa kegiatan Tingkat Pendidikan
konseling sedangkan rawat inap terdapat – SMP
berbagai kegiatan yang dilakukan untuk – SMA 91 48
menghindari relapse, dan meningkatkan 98 52
kualitas hidup penyalahguna.
Analisis data yang dilakukan secara
deskriptif adalah dengan cara menganalisis Distribusi Pelajar Penyalahguna
data sekunder yang disajikan dalam bentuk NAPZA
tabel dan narasi. Langkah-langkah dalam Distribusi pelajar yang menyalah-
melakukan analisis data yaitu peneliti gunakan NAPZA dapat dijabarkan antara
memilah hal-hal pokok dan hanya fokus pada lain jenis NAPZA sebagai Drug of Choice,
hal penting serta data yang dibutuhkan jenis NAPZA yang disalahgunakan, jumlah
kemudian data yang telah diperoleh tersebut penyalahgunaan NAPZA, dan kecamatan
disajikan dalam bentuk tabel maupun narasi, tempat tinggal pelajar penyalahguna
dari hasil penyajian data dapat ditarik NAPZA.
Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir
kesimpulan dari penelitian tersebut.
seluruh pelajar menggunakan double L
HASIL sebagai Drug of Choice sebesar 97,35%.
Karakteristik Responden Penyalahgunaan sabu sebagai urutan kedua
Karakteristik responden dalam penelitian
terbanyak memiliki jumlah yang cukup jauh
ini meliputi jenis kelamin, usia, dan tingkat
dengan urutan pertama yaitu hanya 2,12%,
pendidikan. Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis
sebagian besar jumlah NAPZA yang
kelamin responden sebagian besar laki-laki disalahgunakan hanya satu sebesar 91,53%.
Tabel 2 menunjukkan berbagai jenis
(80,95%), sebagian besar responden berada
NAPZA yang disalahgunakan pelajar.
pada usia remaja awal (54,45%). Usia remaja
Frekuensi atau jumlah semakin bertambah dari
dibagi menjadi tiga kategori antara lain remaja
awal yang berusia antara 12– 15 tahun, remaja jenis NAPZA sebagai Drug of Choice (DOC)
pertengahan berada pada rentang usia 16-18 karena pada 1 pelajar dapat menggunakan
tahun, dan remaja akhir berada pada rentang berbagai jenis NAPZA. Jenis NAPZA yang
usia 19-21 tahun. Tabel 1 menunjukkan bahwa paling sering digunakan pelajar adalah double
pelajar SMP dan SMA tidak memiliki L sebesar 88,89%. Double L merupakan
perbedaan jumlah yang besar dalam sebutan dari trihexyphenidyl yang termasuk
menyalahgunakan dalam psikotropika golongan IV. Dalam
NAPZA namun pelajar SMA kesehatan, trihexyphenidyl digunakan untuk
mengatasi gangguan gerakan yang tidak
merupakan responden yang paling banyak
normal (tremor).
menyalahgunakan NAPZA (52%).
Maydiya Restacendi Nur’artavia, Karakteristik Pelajar Penyalahguna NAPZA…
31

Tabel 2. Penyalahgunaan NAPZA Pada Tabel 3. Tempat Tinggal Pelajar


Pelajar Penyalahguna NAPZA
Penyalahgunaan Frekuensi % Kecamatan Frekuensi %
NAPZA (n = 189)
Jenis NAPZA Dukuh Pakis 11 6
sebagai DOC 184 97,35 Krembangan 17 9
Double L Gubeng 7 4
Sabu 4 2,12 Bubutan 5 2,5
Ganja 1 0,53 Tambaksari 19 10
Total 189 100,00 Sukolilo 7 4
Jenis NAPZA 184 88,89 Sawahan 58 31
Double L Wonokromo 4 2
Sabu 13 6,28 Tegalsari 32 17
Ganja 5 2,41 Kenjeran 3 1,5
Alkohol 4 1,93 Genteng 4 2
Arkin 1 0,09 Mulyorejo 1 0,5
Semampir 1 0,5
Total 207 100,00
Pabean Cantian 1 0,5
Jumlah NAPZA Asemrowo 2 1
1 173 91,53
Wiyung 1 0,5
2 14 7,41
Sukomanunggal 10 5
3 2 1,06
Simokerto 2 1
Total 189 100,00 Lakarsantri 1 0,5
Benowo 1 0,5
Tempat tinggal pelajar penyalahguna Tandes 2 1
NAPZA tersebar pada 21 kecamatan.
Kawasan merah merupakan kecamatan
tempat tinggal pelajar yang paling banyak
dilakukan oleh teman-teman lainnya akan
menjadi penyalahguna NAPZA di mana pada
satu kawasan tersebut terdapat lebih dari 20 dicontoh (BNN RI, 2012b).
pelajar yang menjadi penyalahguna NAPZA. Hal tersebut menyebabkan pelajar
Tabel 3 menunjukkan bahwa tempat tinggal menjadi sasaran bagi para pengedar NAPZA.
pelajar berdasarkan kecamatan yang berada Beberapa alasan remaja dalam
pada kawasan merah adalah Sawahan dengan menyalahgunakan NAPZA antara lain merasa
31% dan Tegalsari 17% sedangkan tertekan bahkan depresi sehingga
kecamatan yang paling kecil diantaranya membutuhkan NAPZA untuk menghilangkan
Mulyorejo, Semampir, Pabean Cantian, perasaan tersebut, pergaulan dengan teman
Wiyung, Lakarsantri, dan Benowo masing- yang juga menyalahgunakan NAPZA,
masing sebesar 1%. perkembangan jiwa remaja yang menuntut
pemisahan dari aturan orang tua dan mencari
PEMBAHASAN
identitas diri dengan mengikuti pola hidup
Pelajar berada pada usia remaja yang kelompok sebayanya, penggunaan NAPZA
rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA. dianggap sebagai pola hidup baru,
Pada usia remaja, dorongan keingintahuan keingintahuan yang besar dalam
akan sesuatu hal sangat besar, merasa sudah mengeksplorasi dunia sekitarnya, dan mencoba
dewasa sehingga ingin mengambil risiko hal baru untuk mencari pengalaman hidup
dengan mencoba hal-hal yang belum baru, penyalahgunaan NAPZA dapat
diketahui sebelumnya. Selain itu, biasanya dipandang sebagai suatu penyaluran dorongan
para remaja sering berkumpul dengan teman untuk melakukan perbuatan yang memiliki
sebayanya sehingga setiap kegiatan yang risiko besar karena remaja berjiwa
32 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38

Gambar 1. Tempat Tinggal Pelajar Penyalahguna NAPZA.

petualang yang tinggi, penyalahgunaan pasokan NAPZA cukup, ia tampak sehat,


NAPZA menurut mereka merupakan meskipun sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika
simbol kedewasaan (Siskandar, 2010). pemakaiannya dikurangi atau dihentikan,
NAPZA merupakan zat yang sangat timbul gejala sakit. Hal ini disebut gejala
menimbulkan adiksi. Menurut BNN RI putus zat (sakaw). Gejalanya bergantung
(2007), adiksi merupakan suatu kondisi pada jenis zat yang digunakan. Orang pun
ketergantungan fisik maupun psikologis mencoba mencampur berbagai jenis NAPZA
terhadap suatu hal yang dapat menimbulkan agar dapat merasakan pengaruh zat yang
perubahan perilaku pada orang yang diinginkan, dengan risiko meningkatnya
mengalaminya. Adiksi dapat membuat kerusakan organ-organ tubuh. Gejala lain
seseorang untuk menggunakan secara terus ketergantungan adalah toleransi, suatu
menerus dengan peningkatan dosis serta keadaan di mana jumlah NAPZA yang
terdapat ketidakmampuan dalam dikonsumsi tidak lagi cukup untuk
menghentikan konsumsi NAPZA. Menurut menghasilkan pengaruh yang sama seperti
Sumiati (2009), ketergantungan dibagi yang dialami sebelumnya. Oleh karena itu,
menjadi dua yaitu ketergantungan fisik yaitu jumlah yang diperlukan meningkat. Jika
suatu keadaan jika penyalahguna mengurangi jumlah NAPZA yang dipakai berlebihan
dosis yang biasa digunakan akan mengalami (overdosis), dapat terjadi kematian (Harlina
gejala putus zat sedangkan ketergantungan dan Juwana, 2008).
secara psikologis yaitu suatu keadaan bila Ti ngg i nya t i ng k at a d i k si
berhenti menggunakan NAPZA (ketergantungan) dari suatu NAPZA akan
penyalahguna akan mengalami kerinduan memengaruhi kualitas hidup
yang sangat kuat untuk menggunakannya penyalahgunanya. Jika seseorang ketagihan,
walaupun ia tidak mengalami gejala fisik. maka NAPZA akan menjadi bagian dari
Pada fase ketergantungan, tubuh hidupnya. Tubuhnya tidak akan mampu lagi
memerlukan sejumlah dosis zat yang dipakai menjalankan fungsi-fungsinya tanpa
agar ia dapat berfungsi normal. Selama mengonsumsi dalam dosis yang biasanya.
Maydiya Restacendi Nur’artavia, Karakteristik Pelajar Penyalahguna NAPZA…
33

Dia akan merasakan sakit yang luar biasa Willis (2008), menjelaskan bahwa
jika tidak bisa memperolehnya (Kusuma, pendidikan moral dan agama seharusnya
2014). diberikan sesuai dengan usia.
Penyalahgunaan NAPZA menurut Penelitian yang dilakukan oleh
Hawari (2009), memiliki karakteristik khusus Setiawan (2008), menunjukkan hasil bahwa
yang merupakan suatu hubungan sebab penyalahgunaan NAPZA merupakan
akibat yang saling terkait. Proses tersebut kombinasi dari tiga faktor antara lain faktor
terdiri atas faktor predisposisi meliputi predisposisi yang mencakup kepribadian,
kepribadian, kehidupan beragama, gangguan dan keagamaan, faktor kontribusi meliputi
kejiwaan sedangkan faktor kontribusi interaksi dengan lingkungan atau pergaulan,
meliputi kondisi keluarga, sekolah, dan dan faktor pencetus yaitu ketersediaan,
lingkungan serta faktor pencetus. dorongan dari dalam diri sendiri, dan gaya
Faktor predisposisi merupakan faktor hidup. Ketiga faktor tersebut yang dominan
bawaan sejak lahir antara lain kepribadian. adalah faktor kontribusi, dan pencetus.
Kepribadian merupakan segala kebiasaan Menurut Nurdin (2007), beberapa faktor
dalam dirinya yang digunakan dalam pencetus seseorang menyalahgunakan
penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar, NAPZA antara lain mengatasi perasaaan
kebiasaan tersebut merupakan corak yang tidak bahagia (anhedonia), pelampiasan
khas dari individu tersebut (Willis, 2008). nafsu (hedonisme banal), mencapai
Menurut Nurdin (2007), penyalahguna kenikmatan sempurna (ultimate aesthetica),
NAPZA menderita disregulasi afektif berupa meringankan perasaan kalah terhadap
depresi yang dapat diringankan dengan zat lingkungan (doping), suatu pemberontakan
psikoaktif sehingga dapat dikatakan bahwa (mind in rebellion), identitas yang salah (mal
penyalahguna merupakan seseorang yang identification), pengalaman spiritual
menderita gangguan pengendalian impuls (supernatural) serta untuk mengatasi rasa
yang didorong untuk mencari kenikmatan takut dan bersalah (disinhibisi)
dan mendominasi berbagai impuls lainnya. Dampak yang ditimbulkan dari adanya
Faktor kontribusi adalah faktor yang ketergantungan NAPZA tidak hanya bagi
ada di luar diri seseorang dan berfungsi dirinya sendiri namun juga bisa berpengaruh
sebagai pendorong sebelum melakukan pada lingkungan. Menurut BNN RI (2010),
sesuatu. Faktor-faktor yang berasal dari dampak dari penyalahgunaan NAPZA
keluarga yang dapat menyebabkan remaja dikenal dengan istilah 4L yaitu liver, lover,
terjerumus dalam NAPZA antara lain lifestyle, dan legal. Liver merupakan dampak
keluarga yang kurang harmonis, tidak langsung yang menyerang penyalahguna
komunikastif terhadap anak, terlalu otoriter NAPZA dan dapat merusak organ vital
terhadap anak, selalu menuntut prestasi seperti otak, hati, paru, dan ginjal. Lover
terbaik pada anak dengan cara memaksa, berarti adanya hubungan yang rusak dengan
dan kurang memberikan perhatian pad orang yang dicintai misalnya keluarga.
anak karena sibuk dengan aktivitas sendiri Penyalahguna biasanya selalu dalam
(Rozak dan Sayuti, 2006) pengaruh NAPZA sehingga selalu
Me nu r ut Hawa r i (20 0 9), menomorsatukan zat tersebut sehingga
penyalahgunaan NAPZA selain karena membuat dirinya lupa akan kewajiban dan
pengaruh teman sebaya juga karena tidak lagi memperdulikan orang lain.
ketidaktahuannya bahwa zat tersebut haram Lifestyle yang rusak ditandai dengan kondisi
baik dari sisi agama maupun hukum. NAPZA dirinya yang merasa malas untuk melakukan
terutama gangguan susunan saraf pusat yang sesuatu, sering bolos sehingga prestasi
mengakibatkan gangguan mental dan perilaku sekolah menurun yang menyebabkan putus
yang bisa memengaruhi akademik. sekolah, dan cita-cita berantakan. Penelitian
34 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38

oleh Sembiring (2015), menyatakan bahwa akan melakukan berbagai hal agar dapat
remaja yang pernah menjadi penyalahguna diterima dalam kelompok tersebut
NAPZA mengalami terganggunya fungsi sehingga jika terdapat salah satu anggota
otak seperti kemampuan daya ingat Selainitu kelompok yang menyalahgunakan narkoba
remaja menjadi pribadi yang tidak disiplin maka anggota kelompok yang lain
dan terkadang mengganggu ketenangan cenderung mengikuti perilaku
belajar- mengajar. Hal ini juga diperkuat oleh menyimpang tersebut (Shekarchizadeh
Ardiantina (2016), yang menyebutkan bahwa dkk, 2012).
pelajar yang menyalahgunakan NAPZA Usia remaja awal paling banyak yang
memiliki penurunan kemampuan daya ingat menyalahgunakan NAPZA di Kota Surabaya
jangka pendek yang rendah sehingga tahun 2015. Menurut Deswita (2006), remaja
menurunkan prestasi akademik. awal berusia 12–15 tahun. Hal ini serupa
Pelajar umumnya masih mendapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaji
uang saku dari orang tua namun karena (2009), bahwa remaja yang paling banyak
kebutuhan terhadap NAPZA sangat besar menyalahgunakan NAPZA berada pada usia
biayanya penyalahguna tersebut bisa saja 13–15 tahun. Remaja awal merupakan usia
mencuri uang atau barang, menjual NAPZA peralihan dari masa anak-anak menuju
kepada teman-temannya di mana hal tersebut kedewasaan dan cenderung ingin merasakan
termasuk dalam aspek legal/hukum. Pelajar hal-hal yang belum mereka rasakan
merupakan generasi penerus bangsa yang sebelumnya. Rasa penasaran yang tinggi, dan
sangat dibutuhkan untuk pembangunan didukung oleh teman sebayanya yang juga
jangka panjang dalam mendapatkan Sumber menyalahgunakan NAPZA menyebabkan
Daya Manusia yang berkualitas. pelajar tersebut terjerumus dalam
Pada tahun 2016, pelajar yang penyalahgunaan NAPZA.
menyalahgunakan NAPZA sebagian besar Sebagian besar penyalahguna NAPZA
adalah laki-laki di Kota Surabaya. Hal yang disebabkan oleh kondisi sosial psikologi
tersebut serupa dengan hasil Survei yang membutuhkan pengakuan identitas
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia di terhadap dirinya, dan dalam mengontrol emosi
Indonesia tahun 2007 bahwa laki-laki masih belum begitu baik. Masa remaja awal
memiliki peluang 20 kali dalam (14–16 tahun) dan remaja tengah (17–18
menyalahgunakan narkoba, dan 10 kali tahun) umumnya belum menemukan jati
dalam menyalahgunakan alkohol. dirinya sedangkan masa remaja akhir (> 18
Hal senada diungkapkan pula oleh tahun) mereka merasa sudah cukup dewasa dan
Afandi dkk (2009), bahwa remaja laki-laki mampu untuk mandiri namun disisi lain belum
lebih ambisius dan memiliki tingkat agresi mampu mempertanggungjawabkan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tindakannya (Siregar, 2004)
remaja perempuan. Diperkuat oleh pendapat Penelitian ini didapatkan bahwa antara
yang dikemukakan oleh Kartono (2010), pelajar SMP dan SMA tidak ada perbedaan
bahwa salah satu faktor yang memengaruhi terlalu jauh dalam hal jumlah penyalahguna
kenakalan pada remaja adalah jenis kelamin. namun paling banyak sedang menempuh
Tingginya kasus penyalahgunaan NAPZA pendidikan SMA. Hal ini bertentangan
pada laki-laki disebabkan oleh beberapa hal dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaji
antara lain kepribadian laki-laki yang (2009). Menurut Jaji, paling besar remaja
cenderung ingin terlihat berani dan jantan, SMP yang menyalahgunakan NAPZA. Hal
pemberontakan dalam keluarga juga banyak ini dapat terjadi karena tempat penelitian dan
dilakukan oleh kaum laki-laki dan laki-laki tahun penelitian berbeda sehingga
cenderung lebih senang bergaul secara karakteristik pelajar penyalahguna NAPZA
berkelompok sehingga mereka juga berbeda.
Maydiya Restacendi Nur’artavia, Karakteristik Pelajar Penyalahguna NAPZA…
35

Menurut survei yang dilakukan oleh dapat memberikan efek menenangkan, dan
BNN RI pada tahun 2015 50% penyalahguna hipnotik adalah substansi dapat memberikan
NAPZA adalah pelajar/mahasiswa (BNN RI, efek kantuk. Penyalahgunaan double L
2016a). Selain itu, survei yang dilakukan merupakan pintu masuk bagi pelajar untuk
oleh BNN tahun 2011 menyatakan bahwa menggunakan NAPZA dengan tingkat adiksi
4,3% pelajar/mahasiswa Indonesia pernah lebih kuat lagi. Penggunaan double L pada
menyalahgunakan NAPZA (BNN RI, 2011). pelajar cukup meluas dikarenakan harga
Remaja Indonesia saat ini tidak hanya yang relatif murah.
berstatus sebagai penyalahguna tetapi juga Jumlah NAPZA yang dikonsumsi
pengedar. Survei yang dilakukan oleh BNN pelajar sebagian besar hanya satu jenis.
tahun 2011 menunjukkan dari 100 pelajar/ Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang
mahasiswa, terdapat empat orang pernah dilakukan oleh Kholik dkk (2014), bahwa
menyalahgunakan NAPZA, tiga orang sebagian besar menyalahgunakan lebih
menyalahgunakan dalam satu tahun terakhir dari 2 jenis. Hasil yang berbeda dapat
dan dua sampai tiga orang dalam satu bulan dipengaruhi antara lain perbedaan tempat
terakhi (BNN RI, 2012b). penelitian, dan usia responden. Pada
Drug of Choice adalah satu jenis zat penelitian yang dilakukan oleh Kholik,
yang paling sering dikonsumsi oleh usia responden paling banyak 21-30 tahun.
penyalahguna NAPZA dapat dikarenakan Selain itu harga double L yang relatif lebih
tubuhnya merasa nyaman dengan penggunaan murah dari jenis lainnya juga merupakan
zat tersebut. Pada penelitian ini, Drug of salah satu faktor penyebab.
Choice pelajar penyalahguna NAPZA adalah Gambar 1 menunjukkan kecamatan
double L. Double L adalah sejenis pil yang yang paling tinggi pelajar yang
termasuk dalam psikotropika golongan IV. Hal menyalahgunakan NAPZA berdasarkan
ini bertentangan dengan penelitian yang tempat tinggal adalah Sawahan, dan
dilakukan oleh Shekarchizadeh (2012) yang Tegalsari yang ditunjukkan dengan warna
menyatakan Drug of Choice di Tehran, Iran merah. Warna merah memiliki makna
adalah opium. Hal ini tentu bisa saja bahwa di kawasan tempat tinggal pelajar
dipengaruhi oleh usia, usia pada penelitian tersebut, pelajar yang menyalahgunakan
Shekarchizadeh dari berbagai kelompok usia NAPZA lebih dari 20 orang. Lingkungan
tidak hanya pelajar. merupakan salah satu risiko pelajar dalam
Jenis NAPZA yang paling sering menyalahgunakan NAPZA. Lingkungan
disalahgunakan oleh pelajar adalah double L. pertemanan sekolah maupun lingkungan
Hal ini serupa dengan penelitian yang tempat tinggal merupakan risiko pelajar
dilakukan oleh Ayudya dan Harmanto (2015), dalam menyalahgunakan NAPZA.
menyebutkan bahwa terdapat penyalahgunaan Lingkungan tempat tinggal di mana
double L pada penyalahguna di SMA. Pelajar terdapat penyalahgunaan NAPZA
menggunakan NAPZA biasanya sudah memberikan kesempatan untuk para pelajar
memakai sejak SMP dan memperlancar ikut mencoba pelajar ikut mencoba zat
penggunaannya di SMA ini. Kelompok pelajar tersebut. Penyalahgunaan NAPZA pada
lebih banyak menyalahgunakan jenis depresan lingkungan yang masyarakatnya mayoritas
seperti berbagai jenis benzodiazepin untuk menyalahgunakan NAPZA dan membentuk
mengurangi stres (BNN RI, 2015a). pola pikir bahwa penyalahgunaan tersebut
Trihexyphenidyl atau yang lebih dikenal merupakan suatu kewajaran dan hal yang
dengan pil double L adalah obat untuk biasa untuk dilakukan.
mengatasi gangguan gerakan tidak normal. Keadaan di sekitar tempat tinggal baik
Trihexyphenidyl termasuk dalam sedatif dari aspek fisik, sosial maupun lingkungan
hipnotik. Sedatif adalah substansi yang sangat penting terhadap penyelahgunaan
36 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38

NAPZA. Menurut hasil penelitian Hawari kegiatan Training of Trainer (TOT) yang
(2009), faktor lingkungan substance pesertanya adalah perwakilan guru SMP dari
availibility berperan sebagai faktor setiap sekolah yang membahas tentang jenis
pencetus perilaku penyalahguna NAPZA NAPZA yang sering disalahgunakan (double
dengan predisposisi gangguan kepribadian. L) serta efek yang ditimbulkan. Bagi sekolah
Lingkungan fisik adalah kondisi sekitar adalah diadakannya inspeksi yang dilakukan
tempat tinggal yang dinilai ketersediaan mendadak untuk mengetahui NAPZA yang
fasilitas sarana dan prasarana. dibawa oleh siswa, dan adanya kegiatan
Hasil penelitian dari Setiawan (2008), penggiat antinarkoba yang sebagian besar
menunjukkan bahwa remaja yang hidup di pesertanya adalah siswa laki-laki.
lingkungan tersebut akan mudah terpengaruh
penyimpangan sosial karena hal tersebut DAFTAR PUSTAKA
merupakan suatu hal yang biasa misalnya Afandi, D., Chandra, F., Novitasari, D.,
remaja yang suka mengonsumsi alkohol atau Riyanto, I., Kurniawan, L. 2009. Tingkat
NAPZA yang melakukan perilaku tersebut di Penyalahgunaan Obat dan Faktor Risiko
tempat umum tanpa merasa risih. Pola di Kalangan Siswa Sekolah Menengah
pertemanan dan lingkungan pergaulan Umum. Majalah Kedokteran Indonesia
memiliki risiko terkait kenakalan remaja 59 (6): pp. 266–271.
termasuk penyalahgunaan NAPZA. Teman Ardiantina, D. 2016. Studi Kasus Kehidupan
kelompok sebaya memiliki pengaruh yang Remaja Mantan Pecandu Narkoba. Jurnal
dapat mendorong penyalahgunaan NAPZA Bimbingan dan Konseling Universitas
pada diri seseorang. Pengaruh teman Negeri Yogyakarta 1 (5): pp. 1–12.
kelompok dapat menciptakan keterikatan dan Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian:
kebersamaan sehingga sulit untuk Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok Rineka Cipta.
tersebut tidak hanya pada saat perkenalan Ayudya, KM., dan Harmanto. 2015.
pertama saja namun bisa juga menyebabkan Strategi Pembinaan Moral Bagi Siswa
kekambuhan. Pengguna Narkoba di SMK ABC
Surabaya. Kajian Moral dan
SIMPULAN Kewarganegaraan 3 (3): pp. 1308–1323
Kesimpulan yang didapat dari Badan Narkotika Nasional Republik I n d o
penelitian ini adalah sebagian besar pelajar n e s i a . 2 0 0 7 . M e n g e n a l
yang menyalahgunakan NAPZA berjenis Penyalahgunaan Narkoba, Buku 2A
kelamin laki-laki berada pada usia remaja untuk Remaja/Anak Muda. Jakarta:
awal, dan sedang menempuh pendidikan Deputi Bidang Pencegahan Direktorat
tingkat SMA. Jenis NAPZA yang Diserminasi Informasi.
digunakan sebagai Drug of Choice (DOC) Badan Narkotika Nasional Republik
dan yang paling banyak disalahgunakan Indonesia. 2010. Pelajar dan Bahaya
adalah double L/Trihexyphenidyl Narkotika. Jakarta: Deputi Bidang
sedangkan tempat tinggal pelajar yang Pencegahan Direktorat Diserminasi
paling banyak terlibat penyalahgunaan Informasi.
NAPZA di Sawahan, dan Tegalsari. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Saran yang dapat diajukan bagi BNN 2011. Survei Nasional Perkembangan
Kota Surabaya adalah adanya skrining urin Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
maupun melalui kuesioner ketergantungan Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan
yang dilakukan pada sekolah yang berada Mahasiswa di 16 Provinsi di Indonesia
di Sawahan dan Tegalsari, diadakan Tahun 2011. Tersedia di
Maydiya Restacendi Nur’artavia, Karakteristik Pelajar Penyalahguna NAPZA…
37

http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/ Jaji. 2009. Hubungan Faktor Sosial dan


post/2012/05/29/20120529145032- Spiritual dengan Risiko Penyalahgunaan
10261.pdf [3 September 2016] NAPZA pada Remaja SMP dan SMA di
Badan Narkotika Nasional Republik Kota Palembang. Jurnal Pembangunan
Indonesia. 2012a. Buku Pedoman Manusia, 4 (2) pp. 150–160.
Penggolongan Narkotika Berdasarkan Kartono, K. 2010. Patologi Sosial II:
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Kenakalan Remaja. Jakarta:
Tentang Narkotika. Jakarta: Badan Rajagrafindo Persada.
Narkotika Nasional Republik Indonesia. Kholik, S., Mariana, ER., dan Zainab. 2014.
Badan Narkotika Nasional Republik Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Indonesia. 2012b. Ringkasan Eksekutif, Penyalahgunaan Narkoba Pada Klien
Survei Nasional Perkembangan Rehabilitasi Narkoba dDi Poli Napza Rsj
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Sambang Lihum. Jurnal Skala Kesehatan
Narkoba pada Kelompok Pelajar/ 5 (1): pp.1–8. Tersedia di http://www.
Mahasiswa di Indonesia Tahun 2011. ejurnalskalakesehatan-poltekkesbjm.
Jakarta: Badan Narkotika Nasional com/index.php/JSK/article/view/13/26
Republik Indonesia. [31 Agustus 2016]
Badan Narkotika Nasional Republik Lumbantobing. 2007. Serba-Serbi Narkotika.
Indonesia. 2016a. Survei Prevalensi Jakarta: Universitas Indonesia.
Penyalahgunaan Narkoba pada Masngudin, H.M.S. 2007. Kenakalan
Kelompok Rumah Tangga di 20 Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang
Provinsi Tahun 2015. Jakarta: Pusat Hubungannya dengan Keberfungsian
Penelitian Data dan Informasi. Sosial. Journal Psikologi UKS pp. 3–5.
Badan Narkotika Nasional Republik Nurdin, A.E. 2007. Madat, Sejarah,
Indonesia. 2016b. Data Tindak Pidana Dampak Klinis Dan Penanggulangannya.
Narkoba Tahun 2011–015. Tersedia di Semarang: Mutiara Wacana.
http://www.bnn.go.id/[ 1 September Razak, A., dan Sayuti, W. 2006. Remaja
2016] dan Bahaya Narkoba. Jakarta: Prenada
BNN Kota Surabaya . 2015 . Data Media.
Penjangkauan Bidang Rehabilitasi Riyadi, A. 2015. Risiko Penyalahgunaan
Tahun 2015 NAPZA Pada Remaja Ditinjau dari
Deswita. 2006. Psikologi Perkembangan. Jenis Kelamin, Status Tinggal, dan
Bandung: Remaja Rosdakarya. Status Orang Tua. Skripsi. Universitas
Harlina, L., dan Joewana, S. 2008. Muhammadiyah Surakarta.
Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Sarwono, S.W. 2007. Psikologi Remaja.
Jakarta: Balai Pustaka. Jakarta: Rajawali Pers.
Hartadi, C. 2008. Penyalahgunaan Obat di Sembiring, N.F. 2015. Faktor-faktor
Kalangan Remaja dan Pelajar. Tersedia di Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja
http://Kiis-Jakarta.Org/ Files/303009napza di Lingkungan XIV Kelurahan Glugur
[1 September 2016] Hawari, D. 2009. Kota 10 Jurnal Bimbingan dan
Penyalahgunaan dan Ketergantungan Konseling 1 (5): pp. 1–12.
NAPZA. Jakarta: Balai Setiawan, H.S. 2008. Faktor-faktor
Penerbitan FKUI. Penyalahgunaan Narkoba Pada Siswa
Ikawati, Z. 2016. Mengapa Orang Bisa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Tesis.
Kecanduan NAPZA. Tribun Jogja pp.13 Universitas Indonesia. Tersedia di http://
Tersedia di http://farmasi.ugm.ac.id/files/ lib.ui.ac.id/file?file=digital/120514-T%20
piotribun/2016-5-22-527805Mengapa- 25580-Faktor%20-%20Faktor-Literatur.
orang-bisa-kecanduan-NAPZA.pdf [10 pdf [30 Agustus 2016]
September 2016]
38 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38

Shekarchizadeh, H., Hamed E, Mohammad Siskandar. 2010. Pengembangan Model


R.K, Jorma I.V. 2012. Patterns of pre- Penanggulangan Narkoba Bagi
treatment drug abuse, drug treatment Mahasiswa, Pelajar Dan Pemuda. Journal
history and characteristics of addicts in UNY 36 (1): pp. 41–55. Tersedia di
methadone maintenance treatment in journal.uny.ac.id/index.php/informasi/
Iran. Harm Reduction Journal 9 (18): article/view/5663/4889 [3 September
pp. 1–7. 2016]
Simangunsong, J. 2015. Penyalahgunaan Sumiati. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan
Narkoba di Kalangan Remaja. Skripsi: Konseling. Jakarta: Trans Info Media.
Universitas Maritim Raja Ali Haji United Nations Office on Drug and Crime
Tanjung Pinang. (UNODC). 2012. World Drug Report.
Siregar, M. 2004. Faktor-faktor yang United Nations Publication.
memengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Willis, S. 2008. Remaja dan Masalahnya.
pada Remaja. Jurnal Pemberdayaan Bandung: Alfabeta.
Komunitas 3(2): pp. 100–105.

Anda mungkin juga menyukai