Susunan Hidangan
Menurut masyarakat awam, susunan hidangan lebih ditentukan oleh kebiasaan turun-
temurun dan menurut kebutuhan kepuasaan psikis. Hidangan yang menuruti cita rasa dan
mempunyai nilai sosial tinggi akan lebih banyak dipilih dibandingkan dengan makanan yang
tidak menarik dan dianggap tidak mempunyai nilai sosial yang memusakan. Untuk masyarakt
yang berpendidikan dan cukup pengetahuan tentang nilai gizi, pertimbangan kebutuhan
fisiologik lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan psikis. Tetapi umumnya
akan terjadi kompromi antara kebutuhan psikis dan kebutuhan fisiologis tubuh, sehingga
terdapat komposisi hidangan yang memenuhi kepuasan psikis maupun kebutuhan fisiologis
tubuh. Maka hidangan akan mempunyai sifat lezat di smaping mempunyai nilai gizi yang tinggi
(Sediaoetama, 2010).
Di Indonesia susunan hidangan yang demikian disebut susunan hidangan seimbang atau
susunan hidangan adekwat, dan dinyatakan dalam slogan “empat sehat, lima sempurna”.
Hidagan yang memperlihatkan adanya keempat komponen ini dalam kwantum yang
mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh, dianggap akan memberikan kesehatan gizi yang
memuaskan. Untuk golongan rentan gizi, ditambah dengan susu yang mencukupi menjadi lima
sempurna (Sediaoetama, 2010).
Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950
oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo. Tapi kini pedoman tersebut sudah tidak sesuai dan diganti
dengan Pedoman Gizi Seimbang. Indonesia kini resmi menggunakan Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) untuk meyiapkan pola hidup sehat masyarakat Indonesia dalam menghadapi “beban
ganda masalah gizi”, yaitu ketika kekurangan dan kelebihan gizi terjadi secara bersama. PGS
diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya, yaitu 4 sehat 5 sempurna yang sudah
dipopulerkan sejak tahun 1950an. Jika 4S 5S menekankan pada makanan pokok, lauk pauk,
sayur mayur, buah dan susu, maka gizi seimbang adalah susunan makan seharihari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Menurut
prinsip gizi seimbang, kebutuhan jumlah gizi disesuaikan dengan golongan usia, jenis kelamin,
kesehatan, serta aktifitas fisik. Tak hanya itu, perlu diperhatikan variasi jenis makanan. Bahan
makanan dalam konsep gizi seimbang terbagi atas tiga kelompok, yaitu:
1) Sumber energi/tenaga : Padi-padian, umbi-umbian, tepungtepungan, sagu, jagung, dan
lain-lain.
2) Sumber zat Pengatur : sayur dan buah-buahan
3) Sumber zat pembangun : ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil
olahannya seperti tempe, tahu, oncom,susu kedelai.
Pengaturan porsi/jumlah yang dikonsumsi disesuaikan dengan golongan usia, aktifitas,
jenis kelamin.
b. Rasa Makanan
1) Aroma makanan
Aroma makanan adalah aroma yang disebarkan oleh makanan yang mempunyai daya tarik
yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga mampu membangkitkan
selera. Aroma yang dikeluarkan oleh makanan berbeda-beda. Demikian pula cara memaska
makanan yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula.
2) Tekstur Makanan
Tekstur makanan adalah hal yang berkaitan dengan struktur makanan yang dirasakan dalam
mulut. Gambaran dari tekstur makanan meliputi krispi, empuk, berserta, halus, keras, dan
kenyal. Keempukandan kerenyahan ditentukan oleh mutu bahan makanan yag digunakan dan
cara memasaknya. Bermacam-macam tekstur dalam makanan lebih menyenangkan dari pada
satu macam tekstur.
3) Suhu Makanan
Suhu makanan waktu disajikan memegang peranan dalam menentikan cita rasa makanan.
Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin sangat sangat mempengaruhi sensitifitas
saraf pengecap terhadap rasa makanan sehingga dapat mengurangi selera untuk memakannnya.