Disusun Oleh :
Nama : Moh. Ridwan Gunawan
NIM : 017352667
Program Studi : Pendidikan Biologi (S1)/59
UPBJJ : UT Bandung
Masa Registrasi : 2015.2
Dalam penyusunan Laporan ini banyak pihak yang ikut serta membantu
baik langsung maupun tidak langsung, untuk itu pada kesempatan ini penuyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
ABSTRAK..................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
D. Implementasinya........................................................................ 8
E. Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan............................ 9
F. Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan............................. 10
Menyetujui
Supervisor 1 Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara umum diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh
orang dewasa terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak guna mencapai
kedewasaan yang optimal. Hal ini memerlukan penunjang agar tujuan yang hendak
dicapai dapat terwujud dengan baik. Untuk mencapai tujuan pendidikan di perlukan
kurikulum, biaya dan proses belajar mengajar.
Proses Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Niali
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Interaksi
yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran
dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara
sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Proses belajar mengajar dapat berhasil juga ditentukan oleh guru, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan alat evaluasi. Salah satu
tugas guru yang sangat penting untuk memperoleh hasil belajar yang optimal adalah
membuat persiapan pembelajaran. Persiapan pembelajaran yang ideal dapat dibuat
oleh guru yang memiliki sejumlah kemampuan, yaitu: 1). menguasai materi
pembelajaran. 2). merumuskan tujuan pembelajaran. 3). membuat alat evaluasi sesuai
dengan tujuan pembelajaran. 4). merancang pengalaman belajar. 5). menguasai
berbagai pendekatan dan teori belajar. 6). menguasai berbagai metode dan media
pembelajaran. 7). memilih dan mengkombinasikan antar materi pembelajaran.
Selain membuat persiapan pembelajaran, guru pun di tuntut membuat
strategi belajar mengajar agar pembelajaran' dapat berjalan optimal serta adanya
perbaikan pembelajaran yang dilakukan apabila hasil dari kegiatan pembelajaran
kurang memuaskan. Maksud dari strategi pembelajaran itu sendiri merupakan pola
kegiatan pembelajaran yang berurutan ditetapkan dari waktu ke waktu, serta
diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan. Sedangkan pada
dasarnya perbaikan pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran,
dimana perbaikan pembelajaran ini yang pasti bertujuan untuk memperbaiki atau
menabah model atau cara pembelajaran berdasarkan pengamatan keadaan atau situasi
keiatan belajar mengajar yang dilakukan sebelumnnya.
Salah satu point yang penting juga dalam kegiatan pembelajaran yang
berperan pada strategi pembelajaran dan perbaikan pembelajaran adalah guru harus
bisa membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya agar semakin aktif belajar.
Ada tiga alasan mendasar tentang pentingnya motivasi, yaitu : 1) watak dan sifat
manusia yang membutuhkan dorongan, desakan, dan rangsangan dari sesamanya, 2)
sebagai proses dan upaya apa adanya, sifat perbuatan belajar itu sendiri sangat
membutuhkan dorongan, 3) strategi utama dalam membangkitkan motivasi belajar
pada dasrnya terletak pada guru atau pengajar itu sendiri.
Seorang guru dapat berperan aktif sebagai motivator, jika mengembangkan
beberapa jenis kualitas, yaitu: 1) meningkatkan kemampuan yang dapat menampilkan
penguasaan bahan atau pengetahuan, 2) menunjukkan sikap memahami secara
mendalam terhadap perasaan dan pengalaman peserta didik, khususnya menyangkut
kelemahan maupun kekurangan dalam sikap dan kemampuan akademis, 3)
menunjukkan semangat mencintai bidang studi yang digelutinya, 4) memberikan
penjelasan terhadap hal-hal yang masih kabur atau kurang jelas, dengan bahasa dan
sikap yang dapat dimengerti.
Faktor lainnya yang juga penting adalah pemilihan media, pendekatan, dan
metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi pelajaran yang
menjadi obyek pembelajaran. Hal ini dmaksudkan untuk mencapai proses dan hasil
pembelajaran yang optimal. Media, pendekatan dan metode berbeda Media
merupakan setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi
yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap. Metode
adalah tata cara yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan. Sedangkan pendekatan merupakan rincian kegiatan atau cara
pelaksanaan pembelajaran yang diuraikan atau digunakan dalam perencanaan
pembelajaran.
Berdasarkan konsep-konsep di atas penulis mencoba meneliti melalui perbaikan
pembelajaran, apakah ada peningkatan pemahaman dan keaktifan siswa SMA kelas X
pada pembelajaran Biologi tentang materi objek virus yang ditunjang dengan metode
discovery learning dan apakah ada peningkatan pemahaman siswa SMA kelas X pada
pembelajaran Biologi tentang materi virus dengan metode discovery learning dan
ditunjang dengan media gambar.
Melalui penelitian dari 33 siswa kelas X diperoleh nilai awal teori siswa yaitu
nilai 30-59 sebanyak 12 orang, nilai 60-74 sebanyak 10 orang, nilai 75-84 sebanyak 8
orang dan nilai 85-100 sebanyak 3 orang. Berdasarkan data tersebut secara persentase
siswa yang belum tuntas mencapai 66,67 %, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 75. Persentase siswa yang sudah tuntas adalah 33,33 %. Maka sebagai tindak
lanjutnya adalah dengan mengadakan perbaikan pembelajaran, dimana hal yang
menjadi penyebab terjadinya ketidaktuntasan nilai siswa berdasarrkan hasil yang
diperoleh di atas kemungkinan besar dikarenakan metode pembelajaran yang kurang
baik dan kurangnya media pembelajaran yang merupakan faktor pendukung bagi
suksesnya kegiatan belajar di kelas.
Berdasarkan asumsi di atas, maka untuk meningkatkan pemahaman dan
kemampuan siswa kelas X dalam pembelajaran biologi, maka diperlukan cara atau
metode yang tepat untuk melengkapi proses pembelajaran kepada siswa yaitu dengan
metode discovery learning dengan ditunjang media gambar. Kegiatan pembelajaran
dengan discovery learning yang ditunjang media gambar adalah merupakan salah satu
metode pengajaran yang bertujuan memberikan informasi secara langsung ke siswa,
sehingga dapat memperjelas pengertian suatu materi.
Oleh karena itu diharapkan dengan diterapkannya penggunaan metode
discovery learning dengan ditunjang media gambar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar secara kognitif, afektif dan
psikomotor, karena dengan begitu siswa dapat belajar secara aktif dan mandiri
sehingga apa yang disampaikan dan diterangkan oleh guru dapat dimengerti siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan diatas masalah yang diperoleh oleh guru adalah
tentang metode yang digunakan kurang tepat dan kurangnya media pengajaran yang
merupakan alat dalam pencapaian proses kegiatan belajar mengajar.
Adapun rumusan masalahnya:
Bagaimana penggunaan metode discovery learning dengan ditunjang media
gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran Biologi
tentang virus ?
1) Anak didik
2) Tujuan
3) Situasi
4) Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak
didik di sekolah. Misalnya ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA kurang
mendukung penggunaan metode eksperimen.
5) Guru
Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri
dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
a. Metode diskusi
b. Metode tanya jawab
c. Metode latihan
d. Metode ceramah
e. Metode discovery
f. Metode inquiry
1. Langkah Persiapan
2. Pelaksanaan
e. Verification (Pembuktian)
Implementasinya
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang
menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam mengaplikasikan
metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar
yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan
kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis,
historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir,
tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Kegiatan inti
Guru memfasilitasi siswa dengan materi pendahuluan sebagai
acuan siswa dalam memahami materi virus.
Guru memfasilitasi siswa menggunakan pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran dan sumber belajar yang mendukung
pembelajaran.
Guru membimbing siswa dalam pembuatan kelompok yang
beranggotakan 4 siswa.
Guru memfasilitasi lembar kerjas siswa pada tiap kelompok.
Guru memfasilitasi papan point berisi angka nol, dimana tiap
kelompok memiliki point awal yang sama sebagai point awal tiap
kelompok.
3) Pengumpulan Data
Untuk mengevaluasi keefektifan dan efisiensi pda proses perbaikan
pembelajaran yang dilaksanakan, menganalisis hasil evaluasi dengan
aspek yang diamati berupa prestasi rata-rata siswa.
4) Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan pada pembelajaran pertama siklus
kesatu, peserta didik hanya beberapa orang yang aktif dikarenakan
peserta didik belum memahami maksud proses pembelajaran yang
dilakukan dan materi yang diberikan. Peserta didik hanya memahami
secara umum saja materi yang diberikan dengan metode ceramah.
b. Siklus 2
1) Rencana
Pada siklus 2 merencanakan pembelajaran atas dasar observasi siklus
1. Hasilnya pembelajaran perlu dilakukan perbaikan karena nilai rata
rata siswa bekum mencapai sasaran. Adapun fokus perbaikan
pembelajaran sebagai berikut :
Memahami materi tentang virus
Meningkatkan nilai rata-rata belajar siswa pada materi tentang
virus.
2) Pelaksanaan
Perbaikan Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada ahri selasa 29
September 2015 merupakan penyempurnaan siklus 1. Adapun
pelaksanaan ini adal;ah sebagai berikut:
Kegiatan awal
Siswa menyajikan tugas yang kemarin dan membahasnya bersama-
sama tentang sejarah dan ciri-ciri virus..
Guru memfasilitasi siswa dengan materi pendahuluan sebagai
acuan siswa dalam memahami materi replikasi virus dan manfaat
serta bahaya dari virus.
Guru memfasilitasi siswa menggunakan pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran dan sumber belajar yang mendukung kegiatan
pembelajaran
Guru membimbing siswa dalam pembuatan kelompok yang
beranggotakan 4-5 siswa.
Guru lembar kerja siswa pada tiap kelompok.
Kegiatan inti
Guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif.
Siswa menganalisis tentang tahapan replikasi virus dan
mengindentifikasi manfaat serta bahaya virus.
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya / mengetahui
jawabannya.
Guru memfasilitasi jalannya diskusi untuk meningkatkan prestasi
siswa.
Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama diskusi kelompoknya.
Siswa menempelkan keterangan pada gambar replikasi virus.
Kelompok lain member tanggapan dari hasil diskusi kelompok
yang sedang mempresentasikan, lalu guru menunjuk nomor yang
lain.
3) Pengumpulan Data
Data hasil pelaksanaan siklus 2 dikumpulkan setelah pembelajaran
dan menganalisis hasil evaluasi dengan aspek yang diamati berupa
prestasi rata-rata siswa
4) Refleksi
Setelah melakukan thapan pembelajaran penulis melakukan refleksi
untuk mengetahui hasil perbaikan dan tindakan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasinya, pada siklus 2 ini menunjukkan
prestasi belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan siklus 1
Pembelajaran 1
No. Nama Siswa
Nilai Awal Teori Siklus 1
1 Anisa 30
2 Dewi 63
3 Ratna 75
4 Marta 45
5 Helmi Amri 69
6 Drajat Maulana 78
7 Indah 50
8 Hani 70
9 Erina Fitri 76
10 Vania 58
11 Tri Diana 74
12 Nasripah 79
13 Silviani 35
14 Widiyanti 60
15 Amni Sofiyati 59
16 Nurkomalasari 65
17 Eka Lutvia 49
18 Siti Rahmah 75
19 Ari Armando 46
20 Maria Ulfa 80
21 Melia 34
22 Riyanto 62
23 Topan Hidayat 84
24 Robi Saputra 38
25 Carudin 82
26 Yusup 40
27 Apni 81
28 Herdika 55
29 Rasmadi 99
30 Nanan 64
31 Sopyatun 100
32 Wahyuni 73
33 Kuswatin 85
b. Siklus 2
Pada siklus 1 sudah mengalami peningkatan pada nilai, dan
beberapa siswa sudah aktif, tetapi nilainya belum optimal menurut
penilai kegiatan belajar mengajar (teman sejawat) nilai masih dapat
dioptimalkan. Dan siklus ke-2 ini dilaksanakan pada Selasa, tanggal 29
September 2015. Dalam pembelajaran awal guru tetap memberikan
motivasi atau apersepsi, yaitu Tanya jawab mengenai materi
sebelumnya atau hal-hal yang umum yang berhubungan dengan materi
yang akan dipelajari yang akan dilakukan dalam waktu 10 menit.
Kemudian dalam pembelajaran inti guru menjelaskan kembali sedikit
gambaran tentang virus, hal ini dilakukan dalam waktu 10 menit.
Setelah itu guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk
memahami ciri-ciri virus.
Pada akhir pembelajaran siswa membuat rangkuman atau
kesimpulan materi dan guru memberikan tugas tambahan di rumah
untuk mencari informasi lain dari media elektronika atau internet
berupa gambar-gambar tentang virus.
Berdasarkan tugas atau latihan sekolah yang diberikan diperoleh
hasil penilaian siswa kelas X adalah sebagai berikut :
B. Pembahasan
Deskripsi Persiklus
Berdasarkan data hasil yang diperoleh melalui evaluasi hasil belajar siswa,
maka dapat diambil pembahasan persiklus kegiatan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum Pembelajaran
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa cenderung pasif, kurang
memahami materi dengan baik, hanya sedikit interaksi dan kerjasama
antar siswa dengan kelompoknya masing-masing dan tidak ada interaksi
dan kerjasama dengan kelompok lainnya. Nilai yang diperoleh banyak
yang belum tuntas mengingat nilai Kriteria Ketuntasan Minimalnya
(KKM) 70. Adapun perincian perolehan nilainya adalah sebagai berikut,
nilai awal teori siswa yaitu nilai 30-39 sebanyak 10 orang denagan
persentase 22,22 %, nilai 60-69 sebanyak 9 orang dengan persentase 25 %,
nilai 70-79 sebanyak 6 orang dengan persentase 16,67 % dan jumlah siswa
yang memperoleh 80-100 sebanyak 3 orang dengan persentase 8,33 %.
Berdasarkan data tersebut secara persentase siswa yang belum tuntas
mencapai 75 %, dan siswa yang sudah tuntas adalah 30 % dengan nilai
rata-rata 57,53. Sedangkan nilai awal kegiatan nilai praktikum siswa
dilapangan adalah sebagai berikut, siswa yang memperoleh nilai 30-39
sebanyak 10 orang dengan persentase 27,78 %, nilai 40-69 sebanyak 14
orang dengan persentase 38,89 %, nilai 70-79 sebanyak 7 orang dengan
persentase 19,44 % dan siswa yang mendapatkan nilai 80-90 adalah
sebanyak 5 orang dengan persentase 13,89%. Siswa yang belum tuntas
mencapai persentase 66,67%, dan yang sudah tuntas adalah 33,33%
dengan nilai rata-rata 60,56.
2. Perbaikan Pembelajaran 1
Siklus ke-1
Pada siklus ke-1 ini siswa sudah mulai dapat berinteraksi dengan
kelompoknya, aktif tetapi hanya dalam kelompok belum ada interaksi dan
kerjasama dengan kelompok lain. Namun wlaupun begitu hasil nilai yang
diperoleh ada sedikit peningkatan. Adpun perolehan nilainya sebagai
berikut :
a. Siswa dengan nilai 30-39 sudah tidak ada;
b. Siswa dengan nilai 40-59 sebanyak 10 orang dengan persentase
27,78%;
c. Siswa dengan nilai 60-69 sebanyak 8 orang dengan persentase 22,22%;
d. Siswa dengan nilai 70-79 sebanyak 9 orang dengan persentase 25%;
e. Siswa dengan nilai 80-2000 sebanyak 9 orang dengan persentase 25%.
Berdasarkan data perolehan nilai di atas terlihat bahwa persentase siswa
yang belum tuntas mealami penurunan, yang sebelumnya adalah 66,67%
menjadi 50% dan persentase siswa yang sudah tuntas menglami kenaikan
yang sebelumnya 33,33% menjadi 50% dengan nilai rata-rata yang
diperoleh adalah sebesar 70,33.
Siklus ke-2
Pada siklus ini siswa mulai ada kerjasama yang baik dengan kelompoknya
masing-masing, saling berdiskusi, bertanya antar kelompok juga dilakukan
untuk mendpatkan informasi materi. Sebagian besar siswa sudah aktif, dan
ada umpan balik antaraguru dengan siswa. Hal ini dikarenakan pada siklus
ini siswa sudah mulai memahami sistem pembelajaran dengan metode
pengamatan langsung dan presentasi hasil diskusi kelompok siswa yang
menyajikan materi secara berurutan.
Hasil evaluasi yang diperoleh lebih meningkat dari siklus ke-1, dan pada
siklus ini semua siswa sudah mengalami ketuntasan belajar 100% dengan
batas nilai terendah 70 dan nilai rata-ratanya 72,22.
Hasil perolehan nilainya adalah :
a. Siswa dengan nilai 70-79 sebanyak 18 orang dengan persentase 50%;
b. Siswa dengan nilai 80-100 sebanyak 18 orang dengan persentase 50%.
3. Perbaikan Pembelajaran 2
Siklus ke-1
Pada pembelajarn 2 siklus ke-1 guru menggunakan kegiatan praktikum
dengan metode eksprimen pengukuran kepadatan populasi secara langsung
tetapi masih menggunakan ceramah untuk menjelaskan pengertian dan
gambar serta contoh-contoh yang berkaitan dengan materi ekosistem,
komponen dan satuan-satuannya. Pada proses pembelajaran ini siswa
sedikit tertantang tapi masih hanya sedikit siswa yang aktif, dikarenakan
belum begitu memahami tata car dan langkah-langkah melakukan
eksperimennya.
Hasil evaluasi yang diperoleh pada praktikum ini belum begitu
memuaskan, dikarenakan masih ada siswa yang memperoleh nilai di
bawah KKM. Adapun perincian perolehan nilainya sebagai berikut :
a. Siswa dengan nilai 30-39 sudah tidak ada;
b. Siswa dengan nilai 40-69 sebanyak 14 orang dengan persentase
38,89%;
c. Siswa dengan nilai 70-79 sebanyak 10 orang dengan persentase
27,78%;
d. Siswa dengan nilai 80-100 sebanyak 12 orang dengan persentase
33,33%.
Berdasarkan data perolehan nilai tersebut dapat terlihat sudah ada peserta
didik yang memperoleh nilai di atas ketuntasan dengan persentase 61,11%
tapi masih terdapat juga peserta didik yang memiliki nilai belum tuntas
yaitu sebesar 38,89% dengan nilai rata-rata 72,94.
Siklus ke-2
Pada siklus ke-2 pembelajaran 2 ini masih dilakukan dengan metode
eksperimen tetapi dengan ditunjang dengan media gambar yang dibuat
oleh siswa berdasarkan hasil pengamatannya, dengan tujuan untuk
memperbaiki hasil belajar siswa pada pembelajaran prkatikum siklus ke-1.
Kegiatan yang dilakukan siswa tetap eksperimen mengukur kepadatan
populasi dengan ditmabah kegiatan menggambarkan dalam suatu bagan
atau media rantai makanan yang terjadi di sekitar tempat melakukan
eksperimen.
Berdasarkan kegiatan ini, sudah banyak siswa yang aktif dan mulai
antusias mengamati apa yang diperintahkan guru dikarenakan adanya
penjelasan tentang langkah kerja terlebih dahulu . hasil evaluasi yang
diperoleh lebih meningkat dari sikluske-1, dan pada siklus ini semua siswa
sudah mengalami ketuntasan belajar 100% dengan batas nilai terndah 70
dan nilai rata-ratanya 82,14.
Hasil perolehan nilainya adalah :
a. Siswa dengan nilai 70-79 sebanyak 14 orang dengan persentase
38,89%;
b. Siswa dengan nilai 80-100 sebanyak 22 orang dengan persentase
61,11%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian berjudul “Penggunaan Metode Pengamatan
Langsung dan Presentasi Hasil Diskusi Kelompok Siswa Untuk Meningkatkan
Pemahaman Keaktifan Siswa Dalam Belajar Tentang Objek Biotik dan
Abiotik serta Gejala Alam Biotik dan Abiotik, dan Penggunaan Metode
Eksperimen Dengan Ditunjang Media Gambar Dapat Meningkatkan
Pemahaman Tentang Ekosistem, Komponen dan Satuan-satuan Ekosistem”
serta dilihat dari data yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran pada
proses perbaikan pembelajaran, dan juga hasil observasi yang dilaksanakan
bersama observer, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan metode pengamatan langsung dapat meningkatkan
pemahaman dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Biologi sehingga
materi dapat disampaikan secara efisien dan bermanfaat.
2. Metode pengamatan langsung berupa eksperimen yang disertai adanya
pembuatan media gambar merupakan metofe yang tepat dan baik untuk
digunakan di dalam memahami materi tentang ekosistem dan hal-hal yang
berkaitan dengannya, karena dengan metode eksperimen yang ditunjang
dengan pembuatan media gambar dapat meningkatkan kemampuan dan
daya kreativitas siswa sehingga siswa mendapatkan gambaran yang jelas
berkaitan dengannya.
3. Ketuntasan belajar ternyata dapat tercapai dengan baik dan hasil yang
diperoleh sangat memuaskan.
4. Metode eksperimen pengamatan langsung membuat peserta didik atau
siswa menjadi ingin lebih tau dan daya kreativitasnya dapat
dimaksimalkan dengdn melakukan berbagai kegiatan praktek atau
praktikum Biologi.
5. Dengan adanya belajar kelompok atau diskusi kelompok dapat
mengembangkan sifat saling kerjasama antar teman, komunikatif, dapat
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan terhadap kelompoknya,
menjadikan tutor sebaya sebab metode tersebut merupakan cara yang
mudah untuk menularkan ilmu kepada teman sekelompoknya.
6. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi
dapat mengatasi sikap pasif peserta didik.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
setiap pengajar saat berinteraksi dengan peserta didik pada proses
pembelajaran, yaitu :
1. Seorang pendidik harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang
sesuai untuk membahas suatu materi pelajaran, karena jika salah
menerapkan suatu metode pembelajaran, hal ini akan berakibat kurang
baik bagi siswa, sehingga siswa tidak dapat menangkap materi tersebut
secara maksimal.
2. Seorang pengjar harus dapat memanfaatkan media pembelajaran baik yang
ada di sekolah dan di lingkungannya ataupun yang merupakan hasil karya
siswa dengan sebaik-baiknya, bila perlu menggunakannya secara
bervariasi sehingga mampu menarik minat belajar peserta didik.
3. Seorang pengajar harus mampu merefleksikan diri sebagai bahan
renungan,apa yang krang dan apa yang harus dipertahankan dan
ditingkatkan dalam upaya perbaikan pembelajaran, sehingga pembelajaran
dapat dicapai dengan hasil yang baik dan memuaskan semua pihak.
4. Menghargai pendapat apapun yang disampaikan siswa, sehingga siswa
mempunyai keberanian untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.
5. Memeriksa hasil pekerjaan peserta didik per individu sehingga guru dapat
mengetahui kemampuan dan kelemahan peserta didik pada setiap
pembelajaran yang berlangsung.
6. Untuk sekolah disrankan, hendaknya pihak sekolah dapat menyediakan
media pembelajarn yang diperlukan oleh guru dan siswa. Sekolah juga
dapat memberikan penghargaan pada guru atau siswa yang berprestasi,
sehingga guru maupun siswa dapat terus berpacu untuk meningkatkan
prestasi.
Berdasarkan data evaluasi yang diperoleh peserta didik, maupun dari hasil
observasi yang dilakukan guru sebagai peneliti pada proses penelitian yang
telah dilaksanakan, sebagai tindak lanjut penulis berupaya akan menggunakan
metode dan media yang tpat dan bervariasi, dengan harapan dapat menarik
minat belajar siswa dan ketuntasan belajar dapat tercapai secara maksimal.