Anda di halaman 1dari 111

5

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Teori Medis Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra

uterine mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. (Nanny, 2011)

Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang

berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang

hasil konsepsi-aterm. (Manuaba, 2010)

2. Fisiologi Kehamilan

a. Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri

dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Nanny,

2011)
b. Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang

memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi ini dapat terjadi jika

terpenuhi beberapa kriteria, yaitu senggama harus terjadi pada bagian

siklus reproduksi wanita yang tepat, ovarium wanita harus melepaskan

ovum yang sehat pada saat ovulasi, pria harus mengeluarkan sperma

yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi, tidak ada barrier atau
6

hambatan yang mencegah sperma mencapai, melakukan penetrasi, dan

sampai akhirnya membuahi ovum. (Nanny, 2011)


c. Fertilisasi merupakan kelanjutan dari proses konsepsi, yaitu sperma

bertemu dengan ovum, terjadi penyatuan sperma dengan ovum, sampai

dengan terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma hingga

menjadi buah kehamillan. (Nanny, 2011)


d. Implantasi (Nidasi) adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi

ke dalam endrometrium. Blastula diselubungkan oleh suatu simpai,

disebut trofoblast, yang mampu menghancurkan atau mencairkan

jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan

endrometrium berada dalam fase sekresi. Jaringan endrometrium ini

banyak mengandung nutrisi untuk buah kehamilan. (Nanny, 2011)

3. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisologis pada Ibu Hamil

a. Uterus mengalami pembesaran akibat hipertrofi dan hiperplasi otot

polos rahim, berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi

1.000 gram pada akhir kehamilan (40 minggu). Pada kehamilan empat

bulan berbentuk bulat, sedangkan pada akhir kehamilan berbentuk bujur

telur. Arteri uterin dan arteri ovarika bertambah dalam diameter panjang

dan anak – anak cabangnya. Pembuluh darah balik (vena) mengembang

dan bertambah. (Nanny, 2011)


b. Vagina dan Vulva : pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang

terus meningkat sehingga terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan

pembuluh darah genetalia membesar dan meningkat sehingga nampak

semakin merah kebiru-biruan. Pada akhir kehamilan vagina banyak


7

mengalami perubahan untuk meregang ketika persalinan dengan

meningkatnya ketebalan mukosa. (Romauli, 2011)


c. Sistem Payudara membesar dan tegang akibat hormon

somatomamotropin, estrogen dan progesteron. Esrogen menimbulkan

hipertropik sistem payudara, sedangkan hormon progesteron menambah

sel-sel asinus pada payudara. Pada kehamilan 12 minggu puting susu

mengeluarkan kolostrum yang berasal dari asinus. (Romauli, 2011)


d. Sistem Endokrin : Kadar HCG meningkat selama 6 minggu kehamilan.

Peningkatan hormon estrogen dan progesteron serta terhambatnya

pembentukan FSH dan LH. (Romauli, 2011)


e. Sistem Perkemihan : Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih

tertekan sehingga sering buang air kecil (BAK). Pada trimester kedua

kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul. Terjadi

peningkatan vaskularisasi kandung kemih yang membuat kandung

kemih menjadi mudah terluka dan berdarah. Tonus kandung kemih

dapat menurun sehingga menyebabkan distensi urin sampai ± 1500 ml.

Pada trimester ketiga bagian terendah janin turun ke pintu atas panggul

(PAP) dan akan menimbulkan keluhan sering BAK. (Romauli, 2011)


f. Sistem Kardiovaskuler : Perubahan rata-rata volume plasma maternal

berkisar antara 20-100 %, selain itu pada minggu ke-5 cardiac output

akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi

vaskuler sistemik. Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan

volume plasma. Setelah kehamilan ke-16 minggu terjadi proses

hemodilusi. Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit naik. Selama

kehamilan jumlah leukosit naik antara 5000-12000 dan mencapai


8

puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas yaitu berkisar antara

14000-16000. (Romauli, 2011)


g. Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh : Pada trimester pertama

kenaikan berat badan belum terlihat, pada trimester II kenaikan berat

badan 0,4-0,5 kg/minggu selama kehamilan. Pada trimester III kenaikan

berat badan sekitar 5,5 kg dan sampai akhir kehamilan 11-12 kg.

(Romauli, 2011)
h. Sistem Pernapasan : Kebutuhan oksigen ibu menigkat sebagai respon

terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen

jaringan uterus dan payudara. Pada trimester II seorang wanita hamil

sering mengeluh sesak nafas karena adanya penurunan tekanan CO 2,

pada trimester III uterus membesar mendesak ke arah diafragma

sehingga mengakibatkan kesulitan bernapas. (Romauli, 2011)

4. Perubahan Fisik Trimester III

Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus berada pada pertengahan

antara pusat dan sifoideus. Pada usia kehamilan 32–36 minggu, fundus

mencapai prosesus sifoideus. Payudara penuh dan nyeri tekan. Sekitar usia

38 minggu bayi masuk/turun ke dalam panggul yang menyebabakan sakit

punggung dan sering BAK. Ibu mungkin menjadi sulit tidur. Kontraksi

Braxton hicks meningkat. (Romauli, 2011)

Tabel 2.1 Tinggi TFU menurut usia kehamilan

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

12 minggu 1-2 jari diatas simfisis


16 minggu Pertengahan simfisis-pusat
20 minggu 3 jari dibawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu Pertengahan antara pusat – prosesus xypoideus
36 minggu 1 jari di bawah prosesus xypoideus
40 minggu 3 jari di bawah prosesus xypoideus
9

Sumber : (Nanny, 2011)

5. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada

sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

Terkadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu– waktu.

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga

dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Pada trimester inilah

ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan. (Nanny, 2011)

6. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Trimester III

a. Aktivitas fisik : Tingkat aktivitas ringan sampai sedang dapat dilakukan

seperti biasa, istirahat minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika

duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Tingkat aktivitas

berat, dianjurkan untuk dikurangi, istirahat harus cukup. Olahraga dapat

ringan sampai sedang, sebaiknya dipertahankan jangan sampai denyut

nadi melebihi 140 kali per menit. Jika ada gangguan/keluhan yang

dapat membahayakan (misalnya perdarahan per vagina), maka aktivitas

fisik harus dihentikan. (Nanny, 2011)


10

b. Pekerjaan : Hindari pekerjaan yang membahayakan, terlalu berat, atau

berhubungan dengan radiasi/bahan kimia, terutama pada usia kehamilan

muda.
c. Imunisasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil yang terutama adalah tetanus

toksoid. Imunisasi lain diberikan sesuai indikasi.


Tabel 2.2 Jadwal pemberian imunisasi Tetanus Toksoid

Imunisasi Interval Perlindungan

TT I Selama kunjungan I -

TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun

TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun

TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun

TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun/seumur hidup

Sumber : (Nanny, 2011)


d. Mobilisasi : Menghindari mengangkat benda-benda berat, hindari

duduk terlalu lama (imobilisasi) akan membuat vena statis (vena

stagnasi) sehingga menyebabkan kaki bengkak. (Nanny, 2011)


e. Mandi dan cara berpakaian : Mandi cukup seperti biasa, pemakaian

sabun khusus/antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru dapat

menggangu flora normal vagina, pakaian tidak boleh ketat/tidak

menekan karena dapat menyebabkan bendungan vena dan mempercepat

varises dan berpakaian menyerap keringat. (Nanny, 2011)


f. Senggama/koitus: Hindari trauma berlebihan pada daerah

serviks/uterus. Pada beberapa kedaan seperti kontraksi/tanda-tanda

persalinan awal, keluar cairan per vaginam, dan penyakit menular

seksual sebaiknya koitus jangan dilakukan. (Nanny, 2011)


11

g. Perawatan mammae dan abdomen, jika terjadi papila retraksi,

dibiasakan papilla untuk ditarik secara manual dengan pelan.

Striae/hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikhawatirkan

berlebihan. (Nanny, 2011)


h. Gizi/nutrisi sehari-hari yang dianjurkan adalah memenuhi standar

kecukupan gizi untuk ibu hamil. Untuk pencegahan anemia defisiensi

zat besi, diberi tambahan vitamin dan tablet Fe. (Nanny, 2011)

7. ANC (Antenatal Care)

a. Pengertian Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang

diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan

untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental ibu dan fisik ibu hamil,

sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan

ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. (Nanny, 2011)

Tujuan Utama ANC : Menurunkan kesakitan dan kematian maternal

dan perinatal dengan upaya bidan : Memonitor kemajuan kehamilan

dalam upaya memastikan kesehatan ibu dan perkembangan bayi

normal, mengenali penyimpangan dari keadaan normal dan

memberikan pelaksanaan dan pengobatan yang diperlukan,

pempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik emosional dan psikologis

untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan komplikasi, dalam

upaya meurunkan kesakitan dan kematian asuhan antenatal berfokus

pada : Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan gawat darurat,

mengidentifikasi dan menangani masalah dalam kehamilan,

mempromosikan perilaku sehat yang dapat mencegah komplikasi,


12

menangani komplikasi secara efektif, tepat waktu, mengidentifikasi dan

mendeteksi masalah-masalah lebih awal sehingga tindakan yang sesuai

dapat dilakukan serta menangani komplikasi yang mengancam jiwa.

(Nanny, 2011)

b. Standar minimal kunjungan kehamilan sedikitnya 4 kali kunjungan

selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester sebagai berikut :

1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III.

Pelayanan standar 7T antara lain: timbang berat badan, ukur tekanan

darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT lengkap,

pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis 1

tablet/hari, melakukan tes penyakit menular seksual dan melakukan

temu wicara dalam rangka persiapann rujukan. (Nanny, 2011)

8. Abortus atau Keguguran

a. Pengertian Abortus : keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup

diluar uterine dengan berat kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan

kurang dari 28 minggu. Kejadian abortus spontan diperkirakan sebesar

10 sampai 15%. (Manuaba, 2010)


b. Berdasarkan gambaran klinisnya dapat yaitu : abortus imminens

(terancam), abortus insipien (berlangsung), abortus inkompletus

(keguguran tidsk lengkap), abortus kompletus (keguguran lengkap),

abortus habitualis (berulang), abortus infeksius, missed abortion.

(Manuaba, 2010)
c. Penyebab abortus sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi

terdapat beberapa faktor sebagi berikut :


13

1) Faktor pertumbuhan hasil konsepsi : kelainan pertumbuhan hasil

konsepsi dapat menyebabkan kematian dan cacat janin menyebabkan

hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi

dapat terjadi karena :


a) Faktor kromosom : gangguan ini terjadi sejak pertemuan kromosom,

termasuk kromosom seks.


b) Faktor lingkungan endomtrium : endometrium belum siap untuk

menerima implantasi hasil konsepsi, gizi ibu kurang kerena anemia

atau jarak kehamilan terlalu pendek.


c) Pengaruh luar : infeksi endometrium, endometrium tidak siap

menerima hasil konsepsi, hasil konsepsi terganggu oleh obat dan

radiasi yang menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.


(Manuaba, 2010)
2) Faktor plasenta : infeksi plasenta dengan berbagai sebab, plasenta

tidak berfungsi, gangguan pembuluh darah plasenta diantaranya pada

diabetus melitus, penyakit hipertensi yang menyebabkan gangguan

peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.

(Manuaba, 2010)
3) Penyakit ibu secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin

dalam kandungan melalui plasenta seperti : penyakit infeksi

pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis. Anemia pada ibu yang

menyebabkan terganggunya nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi

retroplasenta. Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal,

penyakit hati, penyakit diabetus melitus. (Manuaba, 2010)


4) Kalainan yang terdapat dalam rahim : tumbuh kembangnya janin

dijumpai keabnormalan dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus,


14

uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada

serviks. (Manuaba, 2010)


d. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya

sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan

sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas

dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan

dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan

seluruhnya atau sebagian. Abortus memiliki gejala umum seperti sakit

perut karena kontraksi rahim, perdarahan dan disertai pengeluaran

seluruh atau sebagian konsepsi. (Manuaba, 2010)


e. Penatalaksanaan abortus terancam (perdarahan sedikit, nyeri perut,

tidak ada pembukaan serviks) : istirahat, obat Vit. B kompleks,

pemulangan rawat inap bila perdarahan berhenti dan tes hamil positif,

pemeriksaan ANC 1 minggu kemudian. (Manuaba, 2010)

9. Faktor Risiko Tinggi Kehamilan

Hebert hutabarat membagi faktor risiko tinggi kehamilan berdasarkan :

a. Komplikasi obstetri

1) Usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2) Paritas : primigravida tua primer atau sekunder, grandemultipara.

3) Riwayat persalinan : abortus lebih dari 2 kali, partus prematur lebih

dari 2 kali, riwayat IUFD (Intra Uterine Fetal Distress), perdarahan

pasca-persalinan, riwayat pre-eklamsi/eklamsi, riwayat kehamilan

mola hidatidosa, riwayat persalinan dengan tindakan (retraksi vakum,

forcep, manual plasenta)


15

4) Riwayat CPD (Cephal Pelvic Disproportion), riwayat perdarahan

antepartum, kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak janin,

dugaan dismatur, serviks inkompeten, hamil dengan mioma uteri atau

kista ovarium.

b. Komplikasi medis : hamil dengan anemia, hipertensi, penyakit jantung,

hamil dengan diabetus melitus, obesitas, penyakit hati, penyakit paru.

(Manuaba, 2010)

B. Teori Manajemen Kehamilan

Standar Asuhan Kebidanan menurut KEPMENKES Nomor

938/Menkes/SK/VIII/2007 antara lain sebagai berikut:

1. Standar I: Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Kriteria

Pengkajian:

a. Data tepat, akurat dan lengkap

b. Data Subyektif adalah data yang berhubungan dengan masalah sudut

pandang pasien.

1) Biodata : Identitas untuk mengetahui status pasien secara lengkap

sehingga sesuai dengan sasaran, meliputi:

Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu

nama panggilan sehari-hari agar tidak ada kekeliruan

dalam memberikan penanganan.


Umur : Untuk mengetahui resiko seperti pada umur kurang

dari 20 tahun (alat reproduksi belum matang, mental


16

dan psikis belum siap) dan umur lebih dari 35 tahun.


Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.


Pendidikan : Berpengaruh pada tindakan bidan dan untuk

mengetahui tingkat intelektual, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.


Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-

hari yang terjadi pada ibu.


Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya, karena ini dapat mempengaruhi dalam

gizi pasien tersebut


Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien
(Anggraini, 2010)

2) Keluhan Utama: Untuk mengetahui alasan klien datang, apakah untuk

memeriksakan kehamilan atau untuk memeriksakan

keluhan lain (Mufdlilah, 2009)


3) Riwaya Menstruasi:
Untuk mengetahui umur menarche, siklus menstruasinya apakah

teratur dan berapa lama intervalnya, berapa banyak perdarahannya jika

ganti pembalut <2 kali sehari (sedikit), 3-4 kali sehari (biasa), >5 kali

sehari (banyak, apakah terdapat gumpalan darah, apakah disertai nyeri

abdomen (dismenorea), pengeluaran pervaginam berupa flour albus dan

kapan terakhir menstuasi (HPHT) tujuan untuk menentukan HPL dan

mengetahui umur kehamilan. (Manuaba, 2010)


4) Riwayat Perkawinan : Berapa kali menikah, status perkawinan syah,

atau tidak, karena bila hamil tanpa status yang jelas akan berkaitan

dengan psikologinya. (Anggraini, 2010)


17

5) Riwayat Obsterti : Apakah pernah hamil, melahirkan, dan berapa jumlah

anaknya. Bagaimana keadaan sesudah hamil : persalinan aterm, spontan,

hidup, apakah persalinan operasi, apakah terjadi gugur kandung

spontan/sengaja, dimana dan oleh siapa, bagaimana keadaan sesudah

gugur kandung, apakah badan panas, perdarahan berkepanjangan, atau

perut sakit, apakah diikuti kuretase untuk membersihkannya. (Manuaba,

2010)
6) Riwayat Kehamilan Sekarang : Gerakan janin, masalah atau tanda

bahaya. Keluhan-keluhan pada masa kehamilan, penggunaan obat

termasuk jamu, kekhawatiran lain yang dirasakan. (Pantikawati, 2010)


7) Riwayat Kesehatan Lalu : Data diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung,

DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi kehamilan. (Anggraini,

2010)
8) Riwayat Kesehatan Sekarang : Data-data ini diperlukan untuk

mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita saat ini yang

ada hubungannya dengan kehamilan.


9) Riwayat Kesehatan Keluarga : Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan

kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya. (Anggraini, 2010)


10) Data Psikososial : Untuk mengetahui respon dan tanggapan ibu,

keluarga terhadap kehamilannya keluarga terhadap kehamilannya.


11) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Nutrisi : Tanyakan pada klien jenis, kesukaan, pantangan

intake untuk mengetahui pemenuhan nutrisi selama


Eliminasi
hamil (Mufdlilah,2009)
18

Istirahat : Tanyakan pada klien perubahan yang terjadi baik

BAB maupun BAK selama hamil. (Mufdlilah, 2009)


Hygiene
: Tanyakan tentang pola, lama, dan gangguan tidur

Aktivitas baik pada waktu siang maupun malam. (Mufdlilah,

Seks 2009)

: Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama genetalianya. (Anggraini,

2010)

: Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari hari.

(Anggraini, 2010)

: Tanyakan tentang pendidikan seksual, konsep seksual

diri dan identitas, sikap terhadap seksual, efek

terhadap kehamilan.
c. Data Obyektif : Pendokumentasian melalui hasil observasi yang jujur

dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan

diagnostik lain.

1) Pemeriksaan Keadaan Umum : TTV Untuk mengetahui dan

menilai keadaan umum, kesadaran klien, berat badan, dan tinggi

badan.
2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : Melakukan inspeksi dan palpasi pada kepala dan

kulit kepala untuk melihat kesimetrisan, warna

rambut, adakah pembengkakan, kelembapan, mudah

rontok atau tidak. (Pantikawati, 2010)


Muka : Apakah ada oedema, apakah muka bersih atau tidak,
19

ada kelainan atau tidak, apakah ada cloasma

gravidarum. (Pantikawati, 2010)


Mata : Apakah ada sekret, melihat pergerakkan bola mata,

posisi dan kesejajaran mata, kelainan bola mata,

warna sklera, apakah konjungtiva pucat yang

menandakan anemis. (Pantikawati, 2010)


Hidung : Apakah ada benjolan, adakah sekret hidung.

(Pantikawati, 2010)
Mulut : Melihat keadaan mukosa mulut, apakah ada

stomatitisdan karies gigi. (Pantikawati, 2010)


Telinga : Simetris atau tidak, adakah serumen, adakah

benjolan. (Pantikawati, 2010)


Leher : Melakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan,

adakah pembengkakan kelenjar getah bening,

kelenjar tyroid, vena jugularis. (Pantikawati, 2010)

Dada : Melakukan inspeksi apakah payudara simetris, pola

pernafasan normal, adakah benjolan, bentuk puting

dan areola mammae, adakah kelainan pada

payudara, pengeluaran berupa kolostrum,

pembesaran kelenjar limfe pada ketiak, masa dan

nyeri tekan, perubahan payudara saat hamil sekresi

kolostrum, apakah terjadi hiperpigmentasi pada

areola dan puting payudara. (Pantikawati, 2010)


20

Abdomen : Ada tidaknya luka bekas operasi striae gravidarum,

membesar sesuai kehamilan, mengukur TFU jika

Leopold I : lebih dari 12 minggu, dan DJJ jika lebih dari 18

minggu. (Pantikawati, 2010)

Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang

terletak di fundus .

Leopold II : Menetapkan bagian yang terletak dibagian

samping/menetukan letak punggung. Letak

membujur dapat ditetapkan punggung janin yang

teraba bagian keras dan memanjang seperti papan

dan sisi yang berlawan antara bagian-bagian kecil

(tangan dan kaki) akan teraba kecil banyak,

bentuk/posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan

teraba gerakan kaki dan tangan janin.

Leopold III : Menetapkan bagian apa yang terdapat di atas

simfisis pubis. Untuk mengetahui bagian terendah

janin. Kepala akan teraba bulat, keras, dan melenting

sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak bulat.


Leopold IV : Menetapkan bagian terendah janin sudah masuk

PAP/belum. Bila konvergen berarti kepala belum

masuk PAP. Bila divergen berarti bagian depan sudah

masuk PAP. (Manuaba, 2010)


TBJ
:
Hodge I TFU-12 x 155 (Bagian terbesar kepala belum
21

: masuk panggul)
Hodge II
TFU-11 x 155 (Bagian terbesar kepala sudah

masuk panggul). (Prawiroharjo, 2009)


Genetalia : Ada luka, varises, kondiloma, cairan (warna,

konsistensi, jumlah, bau). (Pantikawati, 2010)


Ekstremitas : Bentuk apakah simetris, adakah sianosis, ada

tidaknya varises, ada bengkak, reflek patella.

(Muslihatun, 2011)
Anus : Ada hemoroid atau tidak. (Pantikawati, 2010)
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium ,tes kehamilan

Pemeriksaan (USG)

2. Standar II: Perumusan Diagnosis atau Masalah Kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

a. Diagnosis sesuai dengan nomenklatur kebidanan : Pada langkah ini

dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan

kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-

data yang telah dikumpulkan. Pada langkah ini perlu dituliskan data-

data dasar subyektif dan obyektif. Diagnosis kebidanan adalah

diagnosis yang ditegakkan dalam profesi bidan dalam lingkup praktik

bidan dan memenuhi standar diagnosis kebidanan.

Diagnosis kebidanan yang muncul dari pengkajian data adalah Ny X

umur ... tahun G..P..A.. hamil...minggu


22

S : Dasar diperoleh diagnosa berdasarkan hasil wawancara

terhadap klien
O : Dasar diperoleh diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan yang

dilakukan oleh bidan


b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien : Pada langkah ini kita

mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah atau diagnosis yang diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan

dan pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

c. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi

dan rujukan.

d. Dari data yang telah terkumpul dapat menunjukkan satu situasi yang

memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu

intervensi dari dokter.

3. Standar III: Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang ditegakkan.

a. Beritahu tentang hasil pemeriksaan kepada Ny tentang bagaimana

kondisi ibu dan janin.


b. Berikan penjelasan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan pada

kehamilan trimester III.


c. Berikan motivasi ibu tentang cara mempertahankan pola makan dan

minum.
d. Berikan konseling tentang gizi, senam hamil, personal hygiene.
e. Anjurkan Ny untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu atau

apabila ada keluhan.


f. Anjurkan Ny untuk mengurangi aktifitas dan istirahat yang cukup.
23

g. Jelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan yang harus dibawa.


1) Anjurkan Ny dan keluarga untuk mempersiapkan tempat,

transportasi, dan penolong persalinannya.


2) Anjurkan Ny untuk meminum tablet Fe secara rutin
3) Beritahu Ny agar melakukan kunjungan kembali.

4. Standar IV: Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komrehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidense based kepada klien/pasien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

a. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada Ny.


b. Memberikan penjelasan tentang perubahan yang terjadi pada Ny dan

tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan TM 3 yaitu pendarahan dari

vagina, pusing berkepanjangan, hebat dan menetap, pandangan mata

kabur, kaki, tangan, dan wajah edema, pusing tidak berkurang saat

beristirahat, keluar cairan pervaginam, demam tinggi, gerakan janin

kurang dari 10 kali dalam 12 jam.


c. Memberikan apresiasi terhadap ibu tentang pola makan dan minum

yang selama ini sudah dilakukan dan memberikan motivasi untuk tetap

mempertahankannya.
d. Memberi konseling mengenai asupan gizi yang harus di konsumsi,

personal hygiene, senam hamil. Menganjurkan Ny untuk meminum

tablet Fe secara rutin.


e. Menganjurkan Ny untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu atau

apabila ada keluhan.


24

f. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang berat, melakukan

aktivitas ringan. Memenuhi kebutuhan istirahat selama hamil dengan

istirahat 15 menit setiap 2 jam.


g. Menjelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan yang harus dibawa

oleh Ny yaitu tempat persalinan yang disepakati oleh ibu, suami dan

keluarga (dengan mempertimbangkan kemampuan finansial dan rasa

nyaman terhadap pelayanan), biaya persalinan, perlengkapan persalinan

( baju ibu,baju bayi dll), kendaraan yang digunakan menuju tempat

persalinan yang sudah disepakati, pendamping, pengambil keputusan

jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

5. Standar V : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai dengan

perubahan perkembangan kondisi klien.

a. Ny sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan.

b. Ny sudah mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan

trimester 3 yaitu pendarahan dari vagina, pusing berkepanjangan, hebat

dan menetap, pandangan mata kabur, kaki, tangan, dan wajah edema,

keluar cairan per vagina, demam tinggi.

c. Ny bersedia memenuhi kebutuhan nutrisinya.

d. Ny sudah paham mengenai asupan gizi, cara personal hygiene dan

senam hamil.

e. Ny bersedia memeriksakan kehamilannya setelah 1 minggu atau ketika

ada keluhan.
25

f. Ny bersedia memenuhi kebutuhan istirahat dan aktivitas ringan selama

hamil.

g. Ny sudah paham tentang tanda persalinan dan P4K.

6. Standar VI : Metode Pendokumentasian dan Perkembangan

Metode pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan dalam asuhan

kebidanan SOAP.

S (Subyektif) : Menggambarkan data yang berhubungan dengan

masalah sudut pandang pasien. (Muslihatun, 2011)

Ny umur tahun, periksa hamil tanggal…dengan

keluhan…., HPHT .....


O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik

lain. (Muslihatun, 2011)

K/U ibu ..., kesadaran .....Pemeriksaan TTV

TD = ... mmHg , N = ...... x / mnt, S =

.....°C,

R = ..... x / mnt

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Palpasi

Leopold I = TFU : ... , teraba ....

Leopold II = Sebelah kanan ibu ....., Sebelah

kiri ibu teraba ......

Leopold III =.....


26

Leopold IV = Konvergen/ divergen ....

bagian.

Pemeriksaan Auskultasi

DJJ : ...... x / mnt, TBJ :…… gram


A (Analisis) : Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi dari data subyektif dan obyektif.

Ibu hamil dengan G..P..A..usia

kehamilan ....minggu, janin tunggal, hidup,

intra uterin, letak memanjang, presentasi

kepala, dengan hamil normal.


P (Penatalaksanaan): Merupakan pendokumentasian, implementasi dan

evaluasi.

C. Teori Medis Persalinan


27

1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin. (Asri, 2010)


Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi

persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif

dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Sulistyawati, 2010)


2. Teori Terjadinya Persalinan
Ada beberapa teori tentang mulainya persalinan yaitu :

a. Teori penurunan hormon : Saat 1-2 minggu setelah persalinan terjadi

penurunan hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja

sebagai penenang otot polos rahim.

b. Teori plasenta : Seirirng matangnya usia kehamilan, villi chorialis

dalam plasenta mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan

turunya kadar estrogen dan progesteron yang mengakibatkan tegangnya

pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.

c. Teori distensi rahim : Otot rahim mempunyai kemampuan meregang

batas tertentu, setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi

kontraksi sehingga persalinan dapat dapat dimulai. Pada kehamilan

gameli, sering terjadi kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran


28

janin ganda, sehingga kadang kehamilan gameli mengalami persalinan

lebih dini.

d. Teori oksitosin : Oksiton dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.

e. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.

f. Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia kehamilan

menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam merangsang

otot rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai.

g. Teori prostaglandin : Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua

disangka lebih dari satu sebab permulaan persalinan.

(Sulistyawati, 2010)

3. Kebutuhan Dasar Persalinan


Selama proses persalinan, pasien sangat membutuhkan pemenuhan

kebutuhan dasar yaitu :


a. Makanan dan minum per oral.
b. Akses intravena, beberapa keadaan yang memerlukan pemasangan infus

antara lain : gravida 5 atau lebih, distensi uterus (gameli,

polihidramnion, bayi besar), induksi oksitosin, riwayat perdarahan

pascapersalinan sebelumnya, riwayat atau predisposisi lain yang

memungkinkan terjadinya perdarahan segera setelah melahirkan, pasien

dengan dehidrasi dan keletihan, pasien dengan infeksi yang disebabkan

oleh Streptococus grub B yang memerlukan antibiotik, suhu pasien

lebih dari 38°C saat bersalin, kondisi obstetrik patologis yang

mengancam, misal plasenta previa, solusio plasenta, pre-eklamsi,

eklamsi, anastesi epidural. (Sulistyawati, 2010)


29

c. Posisi dan Ambulasi : Posisi yang nyaman selama persalinan sangat

diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri,

posisi tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin.

Posisi yang dapat dipilih antara lain : miring, lutut-dada, tangan-lutut,

duduk, berdiri, berjalan, jongkok.


d. Eliminasi : Buang Air Kecil (BAK) : selama proses persalinan, pasien

akan mengalami poliuri sehingga penting untuk difasilitasi agar

kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi. Buang Air Besar (BAB) : pasien

akan merasakan tidak nyaman ketika merasakan dorongan untuk BAB.


e. Istirahat : Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat

rileks. Diawal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat

cukup sebagai persiapan untuk menghadapi proses persalinan yang

panjang.
4. Asuhan Persalinan Kala I
Kala I persalinan yaitu dimulai sejak adanya his yang teratur dan

meningkat yang menyebabkan pembukaan sampai serviks membuka

lengkap (10 cm). Kala I dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase

laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan 1 cm

sampai pembukan 3 cm, berlangsung 8 jam. Fase aktif dibagi menjadi 3

fase, yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4

cm, fase dilaktasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan serviks

berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm, fase deselerasi pembukaan

serviks menjadi lambat dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi

10 cm. (Sulistyawati, 2010)


30

a. Kebutuhan Dasar pada Kala I yaitu: kebutuhan rasa nyaman, nutrisi,

privasi, dukungan emosional, sosial dan spiritual. (Asri, 2012)

b. Tujuan Asuhan Kala I : menyiapkan kelahiran bayi seoptimal mungkin

sehingga persalinan bayi dapat berjalan dengan baik tanpa komplikasi,

ibu dan bayi sehat dan selamat. (Asri, 2012)

5. Asuhan Persalinan Kala II

a. Tanda Gejala Kala II yaitu : Ibu merasakan ingin meneran ketika ada

kontraksi, ibu merasakan ada peningkatan tekanan pada rektum,

perinium menonjol, vulva vagina, spingter ani membuka, meningkatnya

pengeluaran lendir darah. (Asri, 2012)

b. Kebutuhan Dasar Kala II

Peran petugas kesehatan adalah memantau dengan seksama dan

memeberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu, dari segi fisik dan

psikologis, seperti :

1) Memberi dukungan pada ibu dengan : mendampingi ibu saat bersalin,

memberikan asupan nutrisi.


2) Menjaga kebersihan ibu dengan melakukan pencegahan infeksi.
3) Menjaga kenyamanan ibu selama bersalin : memberikan dukungan

mental untuk mengurangi kecemasan ibu, menjaga privasi ibu,

mengatur posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu, menjaga agar

kandung kemih ibu tetap kosong.

(Asri, 2012)

c. Pelaksanaan kala II

Mengenali Tanda dan Gejala Kala II


31

1) Mendengarkan dan melihat adanya tanda persalinan kala II : Ibu

merasa ada dorongan kuat untuk meneran, ibu merasakan tekanan

yang semakin meningkat pada rectum dan vagina, perineum tampak

menonjol, vulva dan springter ani membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru

lahir, untuk asfiksia : tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk

bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh

bayi.
3) Pakai APD.
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

dengan handuk bersih dan kering.


5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam.
6) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang dibasahi air

DTT.
7) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
8) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian

lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik selama 10 menit.


9) Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi/saat relaksasi uterus

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).


10) Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman.


32

11) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa

ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi

setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu

merasa nyaman).
12) Lakasanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan

kuat untuk meneran.


13) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

60 menit.
14) Letakkan handuk bersih diatas perut ibu.
15) Letakkan 1/3 kain bersih bagian di bawah bokong ibu.
16) Buka partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
17) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
18) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm pada vulva maka

lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi 1/3 kain bersih,

tangan yang lain menahan vertex untuk mencegah defleksi maksimal

dan membantu lahirnya kepala, anjurkan ibu untuk meneran dengan

nafas cepat dan dangkal.


19) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi dan segeran lanjutkan proses kelahiran bayi.
20) Tunggu kepala bayi melakukan putaran aksi luar secara spontan.
21) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental, anjurkan kepada ibu untuk sedikit meneran saat kontraksi,

dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan kearah

atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.


22) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah bawah perineum ibu

untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan


33

tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah

atas.
23) Setalah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk tangan diantara kaki dan pegang masing-masing

mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.


24) Lakukan penilaian (selintas)
Apakah bayi menangis kuat, apakah bergerak aktif, apakah kulit

kemerahan ?
25) Keringkan tubuh bayi.
6. Asuhan Persalinan Kala III
a. Teknik Pengecekan Pelepasan Plasenta
Terbagi tiga fase, Kustner yaitu degan meletakkan tangan disertai

tekanan di atas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat

masuk berarti palsenta belum lepas, tetapi bila diam atau maju berarti

plasenta sudah lepas. Klein : sewaktu his, rahim didorong sedikit, bila

tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau

turun berarti plasenta sudah lepas. Strassman: tegangkan tali pusat dan

ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas,

tetapi bila tidak bergetar plasenta sudah lepas. (Sulistyawati, 2010)


b. Tujuan Menajemen Aktif Kala III yaitu mengurangi kejadian

perdarahan setelah persalinan, mengurangi lamanya kala III,

mengurangi penggunaan transfusi darah, mengurangi penggunaan terapi

oksitosin. (Sulistyawati, 2010)


c. Manajemen Aktif Kala III : Memberikan suntikan oksitosin Intra

Muscullar (IM) 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan

peregangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri. (Sulistyawati,

2010)
34

d. Penatalaksanaan Kala III


1) Periksa kembali uterus untuk memastikan janin tunggal.
2) Beritahu ibu akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan

baik, mencegah perdarahan, dan mempercepat kelahiran plasenta.


3) Dalam watu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM

di 1/3 paha atas bagian lateral (lakukan aspirasi sebelum penyuntikan

oksitosin).
4) Setelah 2 menit persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm

dari pusat bayi dorong isi tali pusat ke arah distal dan jepit kembali

tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.


5) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
6) Letakkan bayi agar kontak kulit dengan ibu.
7) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.
8) Pindahkan klem pada tali pusat berjarak 5-10 cm dari vulva.
9) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.


10) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dengan tangan

kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati

(dorsokrainal) untuk mencegah inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir

setelah 30-40 detik hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga

timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur yang sama. Jika

uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami, keluarga untuk melakukan

stimulasi puting susu.


11) Melakukan peregangan tali pusat sampai plasenta terlepas dari

implantasinya, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

sejajar lantai kemudian ke atas mengikuti poros lahir (tetap lakukan

dorsokrainal). Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem

bejarak 5-10 cm dari vulva.


35

12) Setelah plasenta tampak di vulva, lahirkan plasenta dengan hati-hati

dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin kemudian lahirkan.


13) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba

keras).
14) Periksa kedua sisi plasenta, bagian maternal dan bagian fertal plasenta

untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput plasenta

lengkap menggunakan kain kasa, tempatkan plasenta pada wadahnya.


15) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan.


16) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.
17) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit dengan ibu paling

sedikit 1 jam.
18) Setelah 1 jam lakukan pemeriksaan antropometri pada bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 IM di paha kiri

anterolateral.
19) Setelah pemberian vitamin K1 berikan imunisasi Hb0 di paha kanan

anterorateral.
7. Asuhan Persalinan Kala IV
Asuhan yang diberikan adalah evaluasi tanda vital, uterus,

konsistensi, dan atonia, pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum,

pemantauan dan evaluasi lanjut. Pemantauan kala IV dilakukan 6 kali

dalam 2 jam, 4 kali dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama, dan 2 kali

dilakukan setiap 30 menit pada jam kedua. (Sulistyawati, 2010)


36

Kebutuhan dasar pada kala IV yaitu nutrisi, hygiene, kenyamanan

pasien, bimbingan dan dukungan untuk BAK, informasi menganai kondisi

pasien saat ini, dukungan untuk menjalin hubungan dengan bayinya saat

pemberian ASI, posisi yang nyaman, pemberian analgesik (jika perlu) dan

kebersihan lingkungan.
a. Penatalaksanaan Kala IV:
1) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan

pervaginam, 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. Setiap

15 menit pada 1 jm pertama pasca persalinan. Jika uterus tidak

berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk

menatalaksanakan atonia uteri.


2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi uterus.
3) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
4) Memeriksa TTV ibu dan keadaan kandung kemih, kontraksi uterus,

pengeluaran pervaginam, TFU setiap 15 menit selama 1 jam pertama

pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan.
5) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali per menit) serta suhu tubuh normal (36,5 oC -

37,5 oC).
6) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit) cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.
7) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.
8) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, membantu ibu

memakai pakaian bersih dan kering.


37

9) Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makan yang

diinginkannya.
10) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
11) Melepaskan sarung tangan dalam kedaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.


12) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
13) Melengkapi partograf.
8. Episiotomi
Episiotomi adalah insisi daerah perinium untuk memudahkan

persalinan dan mencegah ruptur perinium totalis. (Sulistyawati, 2010)

a. Indikasi episiotomi

1) Gawat janin dan janin akan segera dilahirkan dengan tindakan.


2) Penyulit persalinan pervaginam misalnya bayi sungsang, distosia

bahu, ekstraksi vakum, forcep.


3) Jaringan parut pada parinium atau vagina yang memperlambat

kemajuan persalinan.
4) Multigravida dengan perinium kaku.
5) Persalinan letak lintang.

(Sulistyawati, 2010)

b. Tujuan tindakan episiotomi

Tujuan tindakan episiotomi yaitu, mempercepat persalinan

dengan memperlebar jalan lahir, mengendalikan robekan perinium

untuk memudahkan penjahitan, menghindari robekan perinium spontan.

Pertimbangan melakukan episiotomi pada waktu puncak his dan saat

pasien meneran, perinium sudah tipis, kepala janin tampak diameter 5

cm pada perinium. (Sulistyawati, 2010)

9. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)


38

Inisiasi menyusu dini (early initiation) adalah bayi mulai menyusu

sendiri segera setelah lahir dengan merangkak mencari payudara ibu (the

breast crawl) dalam waktu selama satu jam setelah lahir. (Roesli, 2008)

a. Dalam praktik inisiasi menyusu dini umumnya sebagai berikut

1) Bayi lahir diletakkan pada perut ibu yang sudah dilapisi kain kering.
2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering.
3) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus dengan selimut bayi.
4) Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15

menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium.


5) Selanjutnya bayi diangkat dan disusukan ke ibu dengan memasukan

puting ke mulut bayi.


6) Setelah itu bayi dibawa ke kamar pemulihan untuk dilakukan

antropometri, pemberian salep mata, Vit K1.


(Roesli, 2008)

b. Tatalaksana IMD

1) Keluarga mendampingi saat bersalin, disarankan untuk tidak atau

mengurangi penggunaan obat kimiawi saat bersalin.


2) Setelah bayi lahir keringkan seluruh badan dan kepala bayi secepatnya

kecuali kedua tangannya tanpa menghilangkan lemak putih (vernix

caseosa).
3) Bayi ditengkurapkan di dada dan perut ibu dengan diselimuti, kulit ibu

dan bayi menempel. Posisi ini dipertahankan minimal 1 jam, prosedur

invasif misalnya pengukuran dan penimbangan, pemberian Vit K1 dan

salep mata dapat ditunda.


4) Bayi mencari puting ibu sendiri dan tidak memaksakan bayi diputing

susu.
5) Dilakukan rawat gabung dalam satu kamar. Selama 24 jam bayi tidak

dipisahkan dan dalam jangkauan ibu.


(Roesli, 2008)
39

c. Manfaat IMD

1) Dada ibu dapat menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi

merangkak mencari payudara, menurunkan kematian bayi akibat

hypothermia.
2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, pernapasan dan detak jantung bayi

lebih stabil.
3) Saat merangkak mencari payudara ibu, bayi memindahkan bakteri

baik dari kulit ibu yang akan membentuk koloni dikulit dan usus bayi,

menyaingi bakteri jahat.


4) Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan anak akan lebih baik

karena 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu,

biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.


5) Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan

berasal dari manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat

mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi.


6) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui

eksklusif dan akan lebih lama disusui.


7) Kontak kulit ibu dengan bayi merangsang pengeluaran hormon

oksitosin.
8) Bayi mendapatkan ASI kolostrum yang memiliki manfaat sebagai

daya tahan tubuh, ketahanan terhadap infeksi, membantu pertumbuhan

usus dan kelangsungan hidup bayi


(Roesli, 2008)

D. Teori Manajemen Persalinan

Standar Asuhan Kebidanan menurut KEPMENKES Nomor

938/Menkes/SK/VIII/2007 antara lain sebagai berikut:

1. Standar I: Pengkajian
40

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Kriteria

Pengkajian:

a. Data tepat, akurat dan lengkap

b. Data Subyektif

1) Identitas terdiri dari :

Nama : Untuk mengetahui identitas pasien dan nama suami.


Umur : Untuk mengetahui apakah ibu termasuk dalam resiko

tinggi atau tidak.


Suku Bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan.
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut pasien
Pendidikan : Untuk mengetahui daya pikir pasien dalam menerima

apa yang di sampaikan tenaga kesehatan.


Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat ekonomi pasien.
Alamat rumah: Untuk mempermudah keluarga yang akan di hubungi

segera jika terjadi kegawatdaruratan dan untuk

mengetahui lingkungan tempat tinggal dan karateristik

masyarakat. (Sulistyowati, 2010)


2) Keluhan Utama : Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan

pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti kapan mulai

terasa kenceng-kenceng di perut, bagaimana frekuensinya dan

intensitasnya, apakah ada cairan dari vagina yang keluar yang berbeda

dari air kemih, apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai

darah, serta pergerakan janin untuk memastikan kesejahteraannya.

(Sulistyowati, 2010)
3) Riwayat Menstruasi : Menarche, lamanya saat mendapatkan

menstruasi itu sendiri, siklus menstruasi, teratur tidaknya juga di


41

perhitungkan. Volume yaitu berapa kali ganti pembalut dalam 1 hari.

Keluhan pada menstruasi ada atau tidak, jika ada seperti apa biasanya

itu keluhannya nyeri perut bagian bawah saat menstruasi, pening atau

pingsan dan darah yang keluar sangant banyak. HPMT itu untuk

menentukan umur kehamilan apakah cukup bulan atau prematur.

(Rohani, 2011)
4) Riwayat Pernikahan : Dikaji untuk mengetahui usia nikah pertama

kali, status pernikahan syah/tidak, lama pernikahan, suami sekarang

suami keberapa, pertama kali umur suami nikah umur berapa.

(Sulistyowati, 2010)
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui riwayat kehamilan GPA (Gravida, Para dan

Abortus). Riwayat persalinan untuk mengetahui : tempat untuk

bersalin dimana, penolong siapa, ada tindakan kegawatdaruratan atau

penyulit tidak dalam proses bersalin dan keadaan nifas yang lalu.

(Sulistyowati, 2010)
6) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan yaitu: Kunjungan keberapa, usia kehamilan,

ada keluhan atau tidak dalam kehamilan yang sekarang ini, sudah

dilakukan suntik TT lengkap atau belum, jika belum segera lakukan

suntik TT untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi yang akan

dilahirkan nanti. (Sulistyowati, 2010)


7) Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Apakah ibu pernah menjadi akseptor KB atau tidak, jika pernah

ikut KB kontrasepsi apa yang dipakai, berapa lama, apakah ada

keluhan yang dirasakan, siapa petugas yang memberikan pelayanan

KB, kapan berhenti, alasan ibu berhenti KB. (Rohani, 2011)


42

8) Pola Makan, Minum, Eliminasi, Psikososial

Pola makan : Kapan atau jam berapa terakhir kali makan,

makanan apa saja yang dimakan, jumlah makanan

yang dimakan. Data ini penting untuk diketahui agar

bisa mendapatkan gambaran tentang bagaimana

pasien mencukupi kebutuhan gizinya menjelang

persalinan. (Sulistyowati, 2010)


Pola minum : Kapan terakhir minum, berapa banyak yang

diminum, apa saja yang diminum, pada masa

persalinan data mengenai intake cairan sangat

penting karena akan menentukan kecenderungan

terjadinya dehidrasi. (Sulistyowati, 2010)


Pola eliminasi: BAK dalam sehari berapa kali, warnanya apa, BAK

terakhir tanggal berapa dan jam berapa, BAB dalam

sehari berapa kali, karateristiknya bagaimana, BAB

terakhir tanggal berapa dan jam berapa.


Pola istirahat : Kapan terakhir tidur, berapa lama. Data ini sangat

diperlukan untuk pasien untuk mempersiapkan

proses persalinannya. (Sulistyowati, 2010)


Pola psikososial : Bagaimana perasaan ibu dengan persalinan saat ini,

bagaimana respon keluarga tentang persalinan saat ini. (Sulistyowati,

2010)

c. Data obyektif
43

1) Keadaan umum: TTV untuk mengetahui dan menilai keadaan umum,

kesadaran klien, berat badan, dan tinggi badan.


2) Pemeriksaan fisik :

Kepala : rambut berwarna apa, rambutnya bersih atau tidak,

mudah rontok atau tidak.


Wajah : oedema atau tidak.
Hidung : apakah bersih terdapat benjolan atau tidak
Telinga : apakah bersih, simetris, ada benjolan, ada serumen

atau tidak. (Nugraheny, 2010)


Mulut : warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering, atau

pecah-pecah), kebersihan gigi bagaimana, ada caries

gigi tidak. (Nugraheny, 2010)


Leher : ada pembesaran kelenjar lymfe, tyroid dan vena

jugularis atau tidak. (Nugraheny, 2010)


Dada : bentuk payudara membesar, simetris atau tidak,

aerola hyperpigmentasi, puting susu menonjol atau

tidak, kolostrum sudah keluar atau belum, terjadi

ganggun pernafasan atau tidak. (Nugraheny, 2010)


Abdomen : ada bekas operasi, striae gravidarum, linea nigra

atau tidak, TFU nya berapa, hasil palpasi leopold,

kontraksi uterus, TBJ, DJJ dan palpasi kandung

kemih. (Nugraheny, 2010)


Ekstremitas : Apakah simetris, ada edema, ada varices atau tidak.
Genetalia : Apakah bersih, terdapat pengeluaran pervaginam,

terdapat tanda-tanda infeksi, pemeriksaan dalam, kala

I di mulai dari pembukaan awal terjadinya kontraksi

sampai pembukaan 10 cm, kala II di mulai dari

pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi, kala III

dimulai dari kelahiran bayi sampai lahirnya plasenta,

kala IV di mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam

post partum. (Rohani, 2011)


Data penunjang : USG dan pemeriksaan laboratorium.
44

2. Standar II: Perumusan Diagnosis atau Masalah Kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

Kriteria perumusan diagnosis:

a. Diagnosis sesuai dengan nomenklatur kebidanan

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan

diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan intrepretasi yang

benar atas data-data yang dikumpulkan. Hasil pengkajian kemungkinan

diagnosa yang akan muncul adalah : seorang wanita umur ... tahun ...

G ... P ... A ... dengan Inpartu Kala I. (Sulistyowati, 2010)

Subyektif : Ibu merasa kenceng-kenceng di perut.

Obyektif : Dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan sudah lengkap

10 cm.
45

b. Masalah : ibu merasa takut dan khawatir untuk menghadapi

persalinan.

Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien:

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan

rangkaian masalah yang ada. (Nugraheny, 2010)

Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi

dan rujukan. (Nugraheny, 2010)

3. Standar III: Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang ditegakkan.

a. Persiapan alat partus.

b. Beritahukan kepada ibu tentang keadaan umum ibu.

c. Anjurkan ibu untuk makan dan minum.

d. Bantu ibu untuk mencari posisi yang nyaman saat mengejan.

e. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.

f. Anjurkan ibu untuk menarik nafas secara efektif jika timbul his.

g. Beritahukan keluarga untuk memberikan dukungan/support kepada ibu.

h. Monitor perkembangan kala I meliputi : menilai Denyut Jantung Janin

(DJJ), frekuensi dan lamanya kontraksi uterus, nadi setiap 1 jam pada

fase laten, dan setiap 30 menit pada fase aktif, menilai pembukaan

serviks setiap 4 jam, menilai penurunan bagian terbawah janin setiap 4

jam, menilai tekanan darah dan suhu tubuh ibu setiap 4 jam.

4. Standar IV: Implementasi


46

Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komrehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidense based kepada klien/pasien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

a. Mempersiapkan alat partus.

b. Memberitahukan kepada ibu tentang keadaan umum ibu.

c. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.

d. Membantu ibu untuk mencari posisi yang nyaman saat menjedan (posisi

jongkok, posisi miring, posisi berdiri).

e. Menganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.

f. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas secara efektif jika timbul his.

g. Memberitahukan keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu.

h. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

5. Standar V : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai dengan

perubahan perkembangan kondisi klien.

a. Partus set sudah disipkan.

b. Ibu sudah mengetahui keadaannya sekarang.

c. Ibu sudah makan dan minum.

d. Ibu sudah nyaman dengan posisi setengah duduk untuk mengejan.

e. Ibu bersedia istirahat diantara kontraksi.

f. Ibu sudah mengerti cara bernapas yang benar saat timbul rasa sakit.
47

g. Keluarga mendampingi ibu selama bersalin.

h. Sudah dilakukan dokumentasi kebidanan.

6. Standar VI: Metode Pendokumentasian dan Perkembangan

Metode pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan dalam asuhan

kebidanan SOAP :

S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesa.


O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes

diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung analisis.


A(Analisis) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

dan interpretasi data subyektif dan obyektif.


P (Penatalaksanaan): Merupakan pendokumentasian, implementasi dan

evaluasi.
KALA II

1. Subyektif

Keluhan ibu bersalin meliputi dorongan ingin meneran tidak dapat

ditahan, perasaan panik dan bingung.

2. Obyektif

Pemeriksaan tanda gejala kala II : perineum menonjol, vulva dan

anus membuka. pemeriksaan kondisi ibu : tanda vital ibu, ibu meneran

dengan baik, kontraksi baik. Pemeriksaan kondisi janin : denyut jantung


48

janin normal 120-160 kali/menit. Pemeriksaan tanda bahaya kala II : kala

II lama, distosia bahu, fetal distress.

3. Analisis

Ny umur .... tahun G..P..A.. hamil ... minggu dalam persalinan kala II.

4. Penatalaksanaan

a. Menyiapkan pertolongan persalinan

b. Memastikan pembukaan lengkap, dinilai dengan pemeriksaan dalam.

Memeriksa DJJ dan memastikan kondisi janin.

c. Membantu ibu menentukan posisi yang nyaman.

d. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik. Cara meneran yang baik

dengan mengambil nafas panjang dari hidung dikeluarkan dari mulut

bersamaan dengan usaha meneran ibu ketika uterus berkontraksi

(seperti BAB ).

e. Meminta keluarga untuk mendampingi dan membantu mengatur posisi

bersalin.

f. Mempersiapkan pertolongan Persalinan sesuai APN.

1) Lakasanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan

kuat untuk meneran.

2) Anjurkan ibu untuk berjalan , berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

60 menit.

3) Letakkan handuk bersih di perut ibu.

4) Letakkan 1/3 kain bersih di bawah bokong ibu.


49

5) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

6) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

7) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm divulva lindungi

perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan 1/3 kain bersih,

tangan yang lain menahan vertex untuk mencegah defleksi maksimal

dan membantu lahirnya kepala, anjurkan ibu untuk meneran dengan

bernafas cepat dan dangkal.

8) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat.

9) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

10) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut

gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian gerakan kearah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

11) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah bawah perinium ibu

untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

12) Setalah tubuh dan lengan lahir, menelusuri punggung, bokong, tungkai

dan kaki. Pegang kedua mata kaki masukkan telunjuk tangan diantara

kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari

lainnya.

Lakukan penilaian (selintas)


50

Apakah bayi menangis kuat, apakah bergerak aktif, apakah kulit

kemerahan ?

13) Keringkan tubuh bayi.

14) Periksa kembali uterus untuk memastikan janin tunggal.

Evaluasi

1) Pertolongan persalinan, alat dan obat sudah disiapkan.

2) Pembukaan lengkap, dinilai dengan pemeriksaan dalam, DJJ sudah

dihitung.

3) Ibu sudah dalam posisi yang nyaman.

4) Ibu sudah mengerti cara mengejan yang baik.

5) Keluarga bersedia mendampingi pada saat persalinan.

6) Pertolongan persalinan sudah dilakukan.

KALA III

1. Data Subyektif

Keluhan ibu selama persalinan kala III meliputi merasa mulas, lelah.

2. Data Obyektif

a. Pemeriksaan tanda pelepasan plasenta : uterus globuler, tali pusat

memanjang, ada semburan darah.

b. Pemeriksaan tanda bahaya kala III : retensio plasenta, atonia uteri,

perdarahan.

3. Analisa

Ny umur .... tahun G...P...A... hamil .... minggu inpartu kala III.

4. Penatalaksanaan
51

Melakukan manajemen aktif kala III

a. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi

dengan baik, plasenta cepat lahir dan mencegah perdarahan.

b. Dalam watu 1 menit setelah bayi lahir , suntikkan oksitosin 10 unit IM

di 1/3 paha atas bagian lateral (lakukan aspirasi sebelum penyuntikan

oksitosin).

c. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira

3 cm dari pusat bayi, mendorong isi tali pusat ke arah distal ibu dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

d. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

e. Letakkan bayi agar kontak kulit dengan ibu.

f. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.

g. Pindahkan klem 5-10 cm dari vulva.

h. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi, tangan lain meneganggan tali pusat.

i. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri melakukan dorsokrainal (secara hati-hati untuk

mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setela 30-40 detik

hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi prosedur yang sama. Jika uterus tidak

berkontraksi, minta ibu, suami, keluarga untuk melakukan stimulasi

puting susu.
52

j. Melakukan peneganggan dan dorongan dorsokranial hinggal plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan

arah sejajar lantai dan kemudian atasmengikuti poros jalan lahir (tetap

lakukan tekanan dorsokrainal). Jika tali pusat bertambah panjang

pindahkan klem 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

k. Setelah plasenta tampak pada vulva, lahirkan plasenta dengan hati-hati

dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin.

l. Segera setelah plasenta dan selaput plasenta lahir, melakukan masase

pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus

baik (fundus teraba keras).

m. Periksa kedua sisi plasenta bagian maternal dan bagian fertal plasenta

dengan kain kasa untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan

selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan ke dalam wadah.

n. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan.

o. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

p. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibu

selama 1 jam.

q. Setelah 1 jam lakukan pengukuran antropometri pada bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 IM di paha kiri anterolateral.


53

r. Setelah pemberian vitamin K1 berikan imunisasi Hb0 di paha kanan

anterorateral.

Evaluasi

a. Ibu sudah megetahui akan disuntik oksitosin.


b. Ibu sudah disuntik oksitosin.
c. Tali pusat sudah dijepit.
d. Tali pusat sudah dipotong dan diikat.
e. Bayi sudah diletakkan agar tetap kontak kulit ibu dan bayi.
f. Ibu dan bayi sudah diselimuti.
g. Klem pada tali pusat berjarak 5-10 cm dari vulva sudah dipindahkan.
h. Sudah dilakukan penegangan tali pusat terkendali.
i. Plasenta sudah dilahirkan.
j. Sudah dilakukan masase fundus uteri.
k. Sudah dilakukan pemeriksaan kotiledon plasenta, dan plasenta lahir

lengkap.
l. Sudah dilakukan penilaian kemungkinan adanya laserasi.
m. Sudah dilakukan pemeriksaan kontraksi uterus dan pengeluaran

pervaginam.
n. Bayi masih berada pada posisi kontak kulit ibu dengan bayi.
o. Bayi sudah diberikan tetes mata dan vitamin K1.

KALA IV

1. Data Subyektif

Keluhan ibu selama kala IV meliputi nyeri jalan lahir, lelah, gerah, perut

mulas.

2. Data Obyektif

a. Memeriksa tanda-tanda vital ibu, TFU, kontraksi uterus, kandung

kemih, jumlah lokea setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan 30 menit

pada 1 jam kedua pasca salin.

b. Genetalia : laserasi derajat I / II / III /IV

c. Pengeluarah pervaginam kuarang dari 500 cc


54

d. Pemeriksaan tanda bahaya kala IV : retensio plasenta, atonia uteri,

perdarahan >500 cc.

e. Memantau keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

3. Analisis

Ny umur ... tahun P...A... dalam persalinan kala IV.

4. Penatalaksanaan

a. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarhan

pervaginaan. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. Setiap

15 menit pada 1 jam pertama, setiap 30 menit pada 1 jam kedua.

b. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi uterus.

c. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

d. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1

jam kedua pasca persalinan.

e. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali per menit) serta suhu tubuh normal (36,5 oC -

37,5 oC)

f. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit) cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

g. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.
55

h. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT dan bantu ibu

memakai pakaian bersih dan kering.

i. Memastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberi ibu minum dan makan yang diinginkannya.

j. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

k. Melepaskan sarung tangan dalam kedaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

l. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

m. Melengkapi partograf.

Evaluasi

a. Sudah dilakukan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan per

vaginam.

b. Ibu dan keluarga sudah mengetahui cara masase uterus.

c. Sudah dilakukan pemantauan estimasi kehilangan darah.

d. Sudah dilakukan TTV, kontraksi uterus, TFU dan perdarahan

pervaginam, pemantauan setiap 15 pada 1 jam pertama, dan 30 menit

pada 1 jam kedua.

e. Sudah dilakukan pemantauan suhu tubuh dan pernapasan bayi.

f. Semua peralatan bekas pakai sudah direndam dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit) cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.
g. Bahan-bahan yang terkontaminasi sudah dibuang ke tempat sampah

yang sesuai.
56

h. Ibu sudah dibersihkan dengan menggunakan air DTT membantu ibu

memakai pakaian bersih dan kering.

i. Ibu sudah merasa nyaman dan sudah dibantu dalam memberikan ASI

kepada bayinya.

j. Tempat bersalin sudah di bersihkan dengan larutan klorin 0,5%.

k. Sarung tangan sudah direndam dalam larutan klorin 0,5%.

l. Sudah dilakukan cuci tangan dengan air mengalir.

m. Partograf sudah dilengkapi.

E. Teori Medis Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Definisi BBL

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intra uterin ke

kehidupan ekstra uterin. (Nanny, 2010)

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000

gram. (Wahyuni, 2011)

2. Ciri-ciri BBL Normal

Lahir aterm antara 37-42 minggu, berat badan 2500-4000 gr, panjang

badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar

lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 kali per menit,

pernapasan ± 40-60 kali per menit, kulit kemerah-merahan dan licin


57

karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan

rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas,

nilai APGAR ≥ 7, gerakan aktif, bayi lahir langsung menagis kuat. Refleks

rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan

daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, reflek sucking (isap dan

menelan) sudah terbentuk dengan baik, reflek morro (gerakan memeluk

bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, reflek grasping

(menggenggam) sudah baik. Genetalia : (laki-laki) kematangan ditandai

dengan testis yang berada pada skortum dan penis yang berlubang,

(perempuan) kematangan ditandai dengan vagina dan uretrha yang

berlubang, serat adanya labia minora dan mayora. Eliminasi baik yang

ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna

hitam kecoklatan. (Nanny, 2010)

Tabel 2.3 Nilai APGAR

Penilaian Nilai: 0 Nilai: 1 Nilai: 2

Appearance (warna Pucat/biru Tubuh Seluruh tubuh

kulit) seluruh tubuh merah, kemerahan

ekstremitas

biru
Pulse (denyut jantung) Tidak ada ≤ 100 ≥ 100

Grimace (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif

sedikit

fleksi
58

Activity (aktifitas) Tidak ada Sedikit Langsung

gerak menangis
Respiration (pernapasan) Tidak ada Lemah/tidak Menangis

teratur
(Nanny, 2010)

3. Asuhan Kebidanan pada BBL Normal

Cara memotong tali pusat :

a. Menjepit tali pusat dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu

mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2

cm dari klem. (Nanny, 2010)

b. Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri

(jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2

klem. (Nanny, 2010)

c. Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul

mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati, untuk kedua

kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu

memasukannya kedalam wadah yang berisi klorin 0,5 %.

d. Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya pada ibu.

Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermi yaitu

dengan mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir, setelah bayi lahir

segera dikeringkan dan ditelungkupkan di atas dada ibu untuk

mendapatkan kehangatan dari ibu, menunda memandikan bayi sampai


59

tubuh bayi stabil. Pada BBL berat badan lebih dari 2500 gram dan

menangis kuat disa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan air

hangat. Pada BBL berisiko yang berat badannya kurang dari 2500 gram

atau keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai

suhu tubuhnya stabil.

(Nanny,2010)

e. Merawat Mata

Berikan Eritromicin 0,5% atau Tetrasiklin 1%, untuk pencegahan

penyakit mata. (Nanny, 2010)

4. Kunjungan Neonatus

a. Kunjungan Neonatus Pertama (6 jam – 48 jam)


Memberikan vitamin K1 dan obat mata, mempertahankan suhu

tubuh bayi dengan cara menghangatkan, mempertahankan suhu ruangan

bayi, menjaga bayi dalam keadaan kering, mengukur suhu tubuh bayi

dengan berkala, memberi nutrisi yang adekuat, melakukan pengawasan

jalan nafas. (Pantikawati, 2010)


b. Kunjungan Neonatus Kedua (3-7 hari)
Melakukan pencegahan infeksi pada neonatus, melakukan

pencegahan kehilangan panas pada neonatus, melakukan perawatan tali

pusat, melakukan pemeriksaan pada neonatus. (Pantikawati, 2010)


c. Kunjungan Neonatus Ketiga (8-28 hari)
Melakukan pencegahan infeksi pada neonatus, memberitahu ibu

waktu pemberian imunisasi, melakukan pemeriksaan pada neonatus.

(Pantikawati, 2010)
60

F. Teori Manajemen BBL

Standar Asuhan Kebidanan menurut KEPMENKES Nomor

938/Menkes/SK/VIII/2007 antara lain sebagai berikut:

1. Standar I: Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

a. Data tepat, akurat dan lengkap : Pengumpulan data dasar secara

komprehensif untuk evaluasi pasien. Data dasar ini termasuk riwayat

kesehatan, hasil pemeriksaan fisik apabila peru, tinjau catatan saat ini

atau catatan lama dari rumah sakit. (Sudarti, 2010)

b. Terdiri dari data subyektif dan obyektif : Data subyektif bayi baru lahir

yang harus dikumpulkan dengan anamnesa, antara lain:

1) Umur pasien dan umur ibu sebaiknya didapat dari tanggal lahir. Jenis

kelamin pasien sangat diperlukan selain untuk identitas juga untuk

penilaian data pemeriksaan klinis. Nama ayah, ibu atau wali pasien

harus dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain,

mengingat banyak sekali nama yang sama. Tempat tinggal pasien

harus dituliskan dengan jelas dan lengkap dengan nomor rumah, nama

jalan, RT, RW, kelurahan dan kecamatan. Data tentang agama dan

suku bangsa juga untuk memantapkan identitas. (Manuaba, 2010)


2) Riwayat antenatal : Perhitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

untuk menentukan umur kehamilan, kehamilan kurang bulan

(preterm) jika umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau kurang


61

dari 259 hari, kehamilan cukup bulan (aterm) jika umur kehamilan

mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259 hari – 293 hari), kehamilan

lewat bulan (posterm) jika umur kehamilan mulai 42 minggu atau

lebih (294 hari atau lebih). (Pantiawati, 2010)


3) Riwayat intranatal : komplikasi persalinan ibu (hipertensi, penggunaan

obat, infeksi, KPD, perdarahan), komplikasi pada janin (prematur,

gawat janin,ketuban bercampur mekonium). (Latief, 2009)

c. Data obyektif

Data obyektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain:

1) Pemeriksaan umum

Penilaian : tangisan kuat/tidak, bayi bernafas spontan, bayi

bergerak aktif/tidak, warna kulit bayi.


Pernafasan : normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi dada

dan tanpa suara, tanpa suara merintih.


Suhu aksiler : normal 36,5 °C – 37,5 °C
2) Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan head to toe yaitu memeriksa bayi

baru lahir dari rambut sampai ujung kaki antara lain:

Kepala : Rambut, kulit kepala, distribusi rambut

merata/tidak, apakah ada luka/tidak, bagaimana

warna rambut, kelainan bentuk kepala seperti

caput succedaneum, cepal hematoma,

hydrocephalus ada/tidak. (Wahyuni, 2011)


Muka : Bagaimana ekspresi bayi, ada kelainan atau tidak.
Mata : Pupil isokor/anisokor, sklera ikterik/tidak, ada

sekret/tidak, fungsi penglihatan baik/tidak, bentuk

bola mata normal/tidak, jarak antara kedua bola


62

mata normal/tidak. (Wahyuni, 2011)


Hidung : Simetris/tidak, ada secret/tidak, ada

kelainan/tidak.
Mulut : Melihat warna bibir merah muda/pucat, ada

secret/tidak, terdapat luka pada bibir/tidak,

kelainan pada mulut ada/tidak, reflek hisap

(kuat/lemah/tidak ada). (Wahyuni, 2011)

Pemeriksaan lidah dapat dilihat melalui warna

dan reflek dalam kemampuan menghisap.


Telinga : Simetris/tidak, ada serumen/tidak, fungsi

pendengaran baik/tidak. Untuk menilai adanya

gangguan pendengaran, dilakukan dengan

membunyikan bel atau suara jika terdapat reflek

terkejut, apabila tidak terjadi reflek, maka

kemungkinan terjadi gangguan pendengaran.

(Aziz, 2010)
Leher : Pergerakan leher kesemua arah/terbatas, adakah

pembesaran kelenjar limfe, tyroid, vena jugularis.

(Aziz, 2010)

Dada : Melihat adakah cidera akibat persallinan, bentuk

dada, puting susu, bunyi nafas, bunyi jantung.

(Rukiyah, 2010)
Abdomen : Kelainan ada/tidak, penonjolan tali pusat

ada/tidak, perdarahan tali pusat ada/tidak.

(Wahyuni, 2011)
Punggung : Melihat ada/tidak benjolan atau tumor pada
63

punggung, melihat lekukan tulang punggung.

Kemudian raba sepanjang tulang belakang untuk

mencari ada tidaknya kelainan seperti spina

bifida mielomeningeal (defek tulang punggung

sehingga medulla spinalis dan selaput otak

menonjol). (Rukiyah, 2010)


Kulit : Warna kulit kemerahan/ikterik/sianosis, verniks

kaseosa ada/tidak, kelainan pada kulit ada/tidak.

(Wahyuni, 2011)
Genetalia
:
Laki-laki Penis (ada/tidak ada), skrotum (ada/tidak ada),
:
penis (berlubang/tidak), ada kelainan/tidak.

Perempuan Vulva-vagina (ada/tidak), labia mayora sudah

menutupi labia minor (sudah/belum), ada

kelainan/tidak. (Wahyuni, 2011)

Ekstremitas : Kelainan ada/tidak, gerakan aktif/tidak, jumlah

jari lengkap/tidak. (Proverawati, dkk, 2010)


Anus : Berlubang/tidak. (Wahyuni, 2011)
Refelk Bayi
Reflek glabelar : Reflek ini dinilai dengan mengetuk daerah

pangkal hidung secara perlahan menggunakan jari

telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akan

mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan

pertama.
Reflek Sucking : Reflek ini dapat dilihat pada waktu bayi menyusu

(Proverawati, dkk, 2010).


64

Reflek Rooting : Dapat dinilai dengan mengusap pipi bayi dengan

lembut, bayi akan menolehkan kepalanya kearah

jari kita akan membuka mulutnya.


Reflek Graps : Reflek ini dinilai dengan meletakkan jari telunjuk

pemeriksa pada telapak tangan bayi, tekan dengan

perlahan. Pada bayi yang normal maka akan

menggenggam dengan kuat.


Reflek Moro : Reflek ini ditunjukkan dengan timbulnya

pergerakan tangan yang simetris apabila kepala

tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan dengan cara

: bertepuk tangan. (Wahyuni, 2011)


:
:
:
Antopometri

BB 2500-4000 gram.

PB 45-50 cm.

LK 33-35 cm.

LD 30-38 cm
2. Standar II: Perumusan Diagnosis atau Masalah Kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

a. Diagnosis sesuai dengan nomenklatur kebidanan

Dikembangkan dari data dasar: interpretasi dari data ke masalah atau

diagnosa khusus yang teridentifikasi.

Diagnosa kebidanan
65

Data Subyektif : Ibu mengatakan HPHT pada tanggal ....

(Proverawati, dkk, 2010).

Data Obyektif :

KU :...

VS : (N, R, S)

N : berkisar 120-160 kali per menit.

R : rata-rata 40-60 kali per menit, pernafasan teratur.

S : normal 36,5 °C sampai 37 °C

b. Masalah

Masalah merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan

disusun berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. (Nursalam,2008)

c. Mengidentifikasi masalah ataupun diagnosa potensial lainnya

berdasarkan diagnosa yang sudah ada atau permasalahan yang ada.

Sehingga semua pihak mengetahui masalah apa kegawatan apa yang

bisa terjadi bila diagnosa dan masalah tidak segera di antisipasi dan

tidak segera di tangani. (Sudarti, 2010)

Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan. Situasi yang memerlukan tindakan emergensi

dan merupakan tindakan yang memerlukan penanganan dengan segera

serta memerlukan kolaborasi dokter atau ahli terkait dengan kasus

emergensi yang ada. (Sudarti, 2010)


66

3. Standar III: Perencanaan

Membuat suatu rencana yang komprehensif ditentukan oleh langkah

sebelumnya.

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan baik.

b. Observasi eliminasi dalam 24 jam dan observasi TTV.

c. Lakukan perawatan tali pusat dan pemberian salep mata Eritromicin

0,5%, dan Vitamin K1.

d. Berikan konseling pada ibu tentang ASI dan perawatan tali pusat.

e. Berikan imunisasi Hb0.

f. Lakuakan pendokumentasian kebidanan.

4. Standar IV: Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komrehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidense based kepada klien/pasien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan baik.

b. Mengobservasi eliminasi dalam 24 jam dan observasi TTV.

c. Melakukan perawatan tali pusat, memberikan salep mata Eritromicin

0,5% dan Vitamin K1.

d. Memberikan konseling pada ibu tentang ASI dan perawatan tali pusat.

e. Memberikan imunisasi Hb0.

f. Mencatat semua hasil tindakan.

5. Standar V: Evaluasi
67

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai dengan

perubahan perkembangan kondisi klien.

a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan baik.

b. Observasi sudah dilakukan.

c. Perawatan tali pusat sudah dilakukan, salep mata Eritromicin 0,5% dan

Vitamin K1 sudah diberikan.

d. Ibu sudah mengerti tentang pendidikan kesehatan ASI eksklusif dan

perawatan tali pusat.

e. Sudah diberikan imunisasi Hb0.

f. Hasil tindakan sudah tercatat.

6. Standar VI: Metode Pendokumentasian dan Perkembangan

Metode pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan dalam

asuhan kebidanan SOAP

S (Subyektif) : Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut

pandang pasien, yaitu apa yang dikatakan dan

dirasakan klien yang diperoleh melalui anamnesis.


O (Obyektif) : Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan

fakta yang berhubungan dengan diagnosa yaitu apa

yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada saat

pemeriksaan fisik dan observasi, hasil

laboratorium, diagnostik.

A(Analisis) : Adalah masalah atau diagnosis yang ditegakkan

berdasarkan data atau informasi subyektif maupun


68

obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.


P (Penatalaksanaan): Membuat rencana tindakan saat ini atau yang akan

datang, untuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien. Berupa perencanaan, apa yang dilakukan

dan evaluasi. Evaluasi didalamnya termasuk

asuhan mandiri, kolaborasi tes diagnostik,

laboratorium, konseling, follow up. (Wahyuni,

2011)
Kunjungan 6-48 Jam (KN-1)

S : Data yang diambil dari anamnesis


O : Data yang diperoleh dari pemeriksaan umum maupun pemeriksaan

fisik.
A : Masalah atau diagnosis yang ditegakkan.
P : Rencana tindakan

1) Mengobservasi TTV.

Evaluasi: Sudah dilakukan observasi.

2) Memandikan bayi dan mengajarkan ibu cara memandikan

bayi.

Evaluasi: Ibu sudah mengerti tentang cara memandikan bayi.

3) Memberi konseling pada ibu, yaitu untuk selalu menjaga

kehangatan bayinya.

Evaluasi: Ibu sudah mengetahui cara menjaga kehangatan

bayinya.

4) Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi dari

jam 07.30 WIB-08.00 WIB, agar bayinya tidak kuning.

Evaluasi: Ibu bersedia


69

5) Menganjurkan pada ibu agar menyusui bayinya sesering

mungkin yaitu setiap 2 jam.

Evaluasi: Ibu bersedia menyusui bayinya.

Kunjungan 3-7 hari (KN-2)

S : Data yang diperoleh dari anamnesis


O Data yang diperoleh dari pemeriksaan umum maupun fisik.
A : Masalah atau diagnosa yang ditegakkan
P Rencana tindakan

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi sehat.

Evaluasi: Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan

2) Memberikan konseling tentang cara merawat tali pusat dan

membersihkannya.

Evaluasi: Ibu sudah mengerti perawatan tali pusat.

3) Mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya pada bayi.

Evaluasi: Ibu sudah mengetahui tanda bahaya pada bayi.

4) Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu

kemudian.

Evaluasi: Ibu bersedia kontrol kembali


Kunjungan 8-28 hari (KN-3)

S : Ibu mengatakan ingin mengetahui tumbuh kembang anaknya.


O : BB, TB, jadwal imunisasi
A : By. Ny D umur... hari normal
P : a. Memastikan bahwa laktasi berjalan dengan baik dan berat

badan bayi meningkat.

Evaluasi: bayi mendapatkan ASI dan tidak ada penyulit.


70

b. Memastikan tidak ada tanda bahaya pada bayi.

Evaluasi: tidak ada tanda bahaya pada bayi.

c. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu dan

mendapatkan imunisasi lengkap.

Evaluasi: ibu bersedia membawa anaknya mendapatkan

imunisasi.
71

G. Teori Medis Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung kira-kira 6 minggu. (Juraida, 2013)

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan

selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi

secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum

hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi. (Maritalia, 2012)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas bertujuan menjaga kesehatan ibu dan bayi baik

fisik maupun psikis, melaksanakan skrining komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan

bayi, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana menyusui, pemberian imunisasi,

perawatan bayi agar tetap sehat dan memberikan pelayanan keluarga

berencana (KB). (Juraida, 2013)

3. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

a. Uterus

Pengembalian uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta

keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. (Juraida, 2013)


72

Tabel 2.4 Perubahan uterus masa nifas

Involusi Berat Diameter


Tinggi Fundus Uteri
Uteri Uterus Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm

7 Hari Pertengahan pusat dan 500 gr 7,5 cm

syimpisis
14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm

6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm


Sumber : (Juraida, 2013)

b. Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera

setelah bayi lahir sebagai respons terhadap penurunan volume

intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari

kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1

sampai 2 jam pertama pascapartum, intensitas kontraksi uterus dapat

berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk

mempertahankan kontraksi uterus masa itu, biasanya suntikan oksitosin

secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta

lahir. (Juraida, 2013)

c. Afterpain

Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara

dan dapat menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal


73

puerperium. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan

nyeri tersebut karena keduanya merangsang kontraksi uterus. (Juraida,

2013)

d. Tempat Penempelan Plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.

Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar

3-4 cm dan pada akhir masa nifas 1-2 cm. (Marmi, 2012)

e. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Serviks

memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke

bentuk semula 18 jam pascapartum. Muara serviks yang berdilatasi 10

cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. Dua jari masih

dapat dimasukkan ke dalam muara serviks pada hari ke-4 sampai ke-6

pascapartum. (Juraida, 2013)

f. Vagina dan Perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan

mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat

teregang dapat kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8

minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar

minggu ke-4, walaupun tidak akan semenonjol wanita nulipara.

(Juraida, 2013)

g. Lochea
74

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina

normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warnanya diantaranya:

Tabel 2.5 Perubahan Lochea

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah Terdiri desidua,
kehitaman vernikscaseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum dan
sisa darah.
Sanguinolenta 3-7 hari Merah Sisa darah bercampur lendir
kecoklatan
Serosa 7-14 hari Kekuningan Lebih sedikit darah dan
ledih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lendir servik dan
serabut jaringan yang mati
Sumber: (Juarinda,2013)

h. Topangan Otot Panggul

Struktur penopangan uterus dan vagina dapat mengalami cedera

sewaktu melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul dikemudian

hari. Jaringan penopang dasar panggul yang robek atau teregang saat
75

ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali

ke tonus semula. (Juraida, 2013)

i. Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan dan diperbolehkan

untuk mengkonsumsi makanan ringan. Secara khas, penurunan tonus

dan motilitas otot traktus digestivus menetap selama waktu yang

singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesi dapat

memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

(Juraida, 2013)

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal

ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan

mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebih saat bersalin, kurangnya supan cairan

serta kurangnya aktivitas tubuh. (Sulistyawati, 2010)

Usus besar biasanya tidak lancar setelah melahirkan karena masih

adanya efek progesteron yang tertinggal dan penurunan tonus otot

abdomen. Ibu yang mengalami episiotomi saat bersalin cenderung

menunda eliminasi karena takut terhadap peningkatan nyeri atau takut

akan kemungkinan jahitan episiotomi terlepas. Dengan menolak atau

menunda untuk buang air besar, hal ini menyebabkan konstipasi dan

bahkan akan menimbulkan nyeri berlebihan ketika buang air besar.

(Maryunani, 2009)
76

Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet

tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini

tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.

(Sulistyawati, 2010)

j. Perubahan Sistem Perkemihan

Penurunan kadar steroid setelah wanita menyebabkan penurunan

fungsi ginjal pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu

dalam 1 bulan setelah wanita melahirkan. Dilatasi ureter serta pelvis

ginjal akan kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 2-8 minggu

setelah persalinan. (Juraida, 2013)

Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang

kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama hamil. Salah satu

mekanisme untuk mengurangi retensi cairan selama masa hamil adalah

diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari

pertama setelah melahirkan. (Juraida, 2013)

k. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur

menciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum

rontundom menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi

retroflexi. (Juraida, 2013)

l. Perubahan Sistem Endokrin

1) Hormon Plasenta
77

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan

hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan

hormon Human Plasental Enzyme, estrogen dan kortisol, dan

Plasental Enzyme Insuline membalikkan efek diabetogenik kehamilan

sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa

puerperium. Perubahan hormon normal tersebut menyebabkan masa

puerperium menjadi periode transisi untuk metabolisme karbohidrat

sehingga mempersulit interpretasi tes toleransi glukosa pada periode

tersebut.
Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok

setelah plasenta keluar. Kadar terendah kedua hormon tersebut

tercapai kira-kira satu minggu pascapartum. Kadar estrogen pada ibu

tidak menyusui mulai meningkat pada minggu ke-2 setelah

melahirkan dan lebih tinggi dibandingkan ibu menyusui pada

pascapartum hari ke-17. (Juraida, 2013)


2) Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Waktu permulaan ovulasi dan menstruasi pada ibu menyusui dan

tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada ibu

menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar

Follicle Stimulating Hormone (FSH) terbukti sama antara ibu

menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan bahwa ovarium tidak

berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.


Kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke-6 setelah

melahirkan pada wanita menyusui. Kadar prolaktin serum dipengaruhi


78

oleh kekerapan menyusui, lama setiap penyusuan, dan banyak

makanan tambahan yang diberikan. (Juraida, 2013)

4. Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus

dijalani. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan

dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan,

ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut.

a. Fase Taking In (1-3 hari post partum)

Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri.

Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa

mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur, kelelahan merupakan sesuatu

yang tidak dapat dihindari. Pada fase ini petugas kesehatan harus

menggunakan pendekatan yang empatik maka ibu dapat melewati fase

ini dengan baik, menganjurkan suami dan keluarga untuk

mendengarkan semua hal yang disampaikan ibu. Ibu hanya ingin

didengarkan dan diperhatikan. Kehadiran suami atau keluarga sangat

diperlukan pada fase ini.

b. Fase Taking Hold yaitu (3 – 10 hari post partum)

Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan

rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Dukungan moril sangat

dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

c. Fase Letting Go (10 hari post partum)


79

Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat

pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran

barunya. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan ibu.

(Juraida, 2013)

5. Kunjungan Masa Nifas

Pada nifas frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan antara lain :

a. Kunjungan pertama (6 – 8 jam masa nifas)


Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas, mendeteksi

penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan

berlanjut, memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri, pemberian ASI

awal, mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir, menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi, setelah

bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga

ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai

keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan stabil.

b. Kunjungan kedua (6 hari masa nifas)


Memastikan involusi uterus berjalam dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak

ada perdarahan abnormal, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi

dan perdarahan, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak
80

ada tanda-tanda kesulitan menyusui, memberikan konseling tentang

perawatan bayi baru lahir.


c. Kunjungan ketiga (2 minggu masa nifas)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

tinggi fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan

tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

kelainan masa nifas, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan,

dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

tanda-tanda penyulit, memberikan konseling kepada ibu mengenai

asuhan pada bayi, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.
d. Kunjungan keempat (6 minggu masa nifas)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau

bayinya, memberikan konseling KB secara dini.

(Astutik, 2015)

H. Teori Manajemen Nifas

Standar Asuhan Kebidanan menurut KEPMENKES Nomor

938/Menkes/SK/VIII/2007 antara lain sebagai berikut:

1. Standar I: Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Kriteria

Pengkajian:
81

a. Data tepat, akurat dan lengkap : Mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien, merupakan langkah

pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

b. Terdiri dari data subyektif yaitu pernyataan yang disampaikan oleh

keluarga atau pasien itu sendiri.

1) Biodata yang mencakup identitas pasien antara lain:

Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan

sehari-hari agar tidak keliru.


Umur : Dicatat dalam tahun, untuk mengetahui adanya

resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat

reproduksi belum matang, mental dan psikisnya

belum siap.
Agama : Untuk mengetahui kenyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam

berdoa.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, sehingga

bidan dapat memberikan konseling yang sesuai.


Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan

sehari-hari yang terjadi pada ibu.


Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui tingkat sosial

ekonominya, karena mempengaruhi dalam gizi

pasien tersebut.
Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah

bila diperlukan.
(Ambarwati, 2010)

2) Keluhan utama : Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang


82

berkaitan dengan masa nifas. (Rukiyah, 2010)


3) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu : diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat dan penyakit akut seperti jantung, asma,

hipertensi, diabetus melitus. (Marmi, 2011)


Riwayat kesehatan sekarang : diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada

hubungannya dengan masa nifas. Penyakit gangguan jiwa, infeksi,

hepatitis dan perdarahan bisa mempengaruhi pemberian ASI terhadap

bayi sehingga bisa memicu terjadinya bendungan ASI. (Maryunani,

2009)

Riwayat kesehatan keluarga : diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga pasien keluarga

yang menyertainya. (Ambarwati, 2010)


4) Riwayat perkawinan : Yang perlu dikaji adalah beberapa kali

menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan

tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga

akan mempengaruhi proses nifas. (Ambarwati, 2010)


5) Riwayat obstetrik : Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

yang perlu dikaji adalah berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,

jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan

nifas yang lalu. (Ambarwati, 2010)


6) Riwayat persalinan sekarang : tanggal persalinan, jenis persalinan,

keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. (Ambarwati,

2010)
7) Riwayat KB : Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB

dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama


83

menggunakan kontrasepsi, rencana KB selanjutnya setelah nifas.

(Ambarwati, 2010)
8) Kehidupan sosial budaya : Untuk mengetahui pasien dan keluarga

yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau

merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya kebiasaan

pantang makan.

9) Data psikososial : Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga

terhadap bayinya, karena wanita mengalami banyak perubahan emosi

selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang

ibu.
10) Data pengetahuan : Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu

tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan

selama masa nifas.


11) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Nutrisi : Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan makanan

pantangan . Kebutuhan energi ibu nifas/menyusui

pada enam bulan pertama kira-kira 700kkal/hari

dan enam bulan kedua 400 kkal/hari. Dengan

mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU dapat

meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya

tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup

anak. Makan dengan diet berimbang, cukup

berkabohidrat, protein, lemak, viamin dan mineral

(Suherni, 2009)
Eliminasi
84

(BAK) : Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah bisa BAK

spontan, kebanyakan ibu berkemih spontan dalam

waktu 8 jam.
(BAB) : Biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema

persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan

perineum yang sangat sakit. Bila lebih dari 3 hari

belum BAB bisa diberikan laksantia. Ambulasi

secara dini dan teratur akan membantu dalam

regulasi BAB. Asupan cairan yang adekuat dan diit

tinggi serat sangat dianjurkan. (Suherni, 2009)


Istirahat : Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan

Tidur siang atau selagi bayi tidur. Kembali ke

kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.

Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat

menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-

kira 2 jam dan malam 7-8 jam. (Suherni, 2009)


Hygiene Kebersihan diri meliputi menjaga kebersihan

seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan

daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan

ibu untuk mengganti pembalut setiap kali mandi

paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti

pembalut dan menyarankan ibu untuk mencuci

tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh

daerah kelamin. (Suherni, 2009)


Aktivitas : Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari,
85

mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat

proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah

ibu melalukan ambulasi, seberapa sering, apakah

kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu

pusing ketika melakukan ambulasi. (Suherni, 2009)


c. Data obyektif adalah data sesungguhnya yang dapat diobservasi dan

dilihat oleh tenaga kesehatan.

1) Pemeriksaan umum : Untuk mengetahui dan menilai keadaan umum,

kesadaran klien, berat badan, dan tinggi badan.


Vital sign

TD : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau

hipotensi dengan satuannya mmHg, tekanan darah

normal adalah: 120/80 mmHg. (Ambarwati, 2010)


Suhu : Peningkatan suhu badan pada umumnya terjadi

berkisar 4 hingga 16 jam setelah persalinan dan suhu

tubuhnya berkisar 38 °C. (Anggraini, 2010)


Nadi : Nadi normal 60-80 kali/menit. (Anggraini, 2010)
2) Pemeriksaan fisik meliputi:

Kepala : Melakukan inspeksi dan palpasi pada kepala dan kulit

kepala untuk melihat kesimetrisan, warna rambut,

kelembapan, mudah rontok atau tidak.


Muka : Apakah ada edema, apakah muka bersih atau tidak, ada

kelainan atau tidak. Apakah ada cloasma gravidarum.

Mata : Melihat pergerakan bola mata, posisi dan kesejajaran

mata, kelainan bola mata, warna sklera dan

kongjungtiva, apakah ada sekret.


Hidung : Apakah simetris, adakah benjolan, sekret hidung atau
86

tidak.
Telinga : Simetris atau tidak, adakah serumen, adakah benjolan.
Mulut : Melihat keadaan mukosa mulut, apa ada stomatitis,

adakah karies gigi.


Leher : Melakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan, adakah

pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tyroid

dan vena jugularis.


Dada : Bentuk, simetris/tidak, detak jantung, gangguan

pernafasan. (Pantikawati, 2010)


Payudara : Bentuk, gangguan, ASI, keadaan puting susu,

kebersihan, warna dan pengeluaran yang abnormal.

(Ambarwati, 2010).
Abdomen : Bentuk, striae linea, kontraksi uterus, TFU; pada hari

pertama TFU kira-kira 1 jari hari kelima TFU berada

pada pertengahan pusat dan simpisis, hari ketujuh kira-

kira 2 atau 3 jari diatas simpisis, dan setelah hari

kesepuluh biasanya uterus tersebut dari luar tidak teraba

lagi. (Maryunani, 2009)

Ekstremitas : Apakah simetris, adakah sianosis, ada tidaknya varises,

ada edema, adakah reflek patella. (Ambarwati, 2010)


Genetalia : Kebersihan, pengeluaran pervaginam yaitu lokhea rubra

terjadi 1-3 hari warna merah. Lokhea sanguinolenta

terjadi 4-7 hari merah kecoklatan dan berlendir. Lokhea

serosa terjadi 7-14 hari warna kuningan kecoklatan.

Lokhea alba terjadi >14 hari warna putih mengandung

leukosit. (Anggraini, 2010)


Anus : Ada hemoroid atau tidak. (Pantikawati, 2010)
Data penunjang : Laboratorium misal, kadar Hb, kadar leukosit
87

2. Standar II: Perumusan Diagnosis atau Masalah Kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

a. Diagnosis sesuai dengan nomenklatur kebidanan : Pada langkah ini

dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan

kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-

data yang telah dikumpulkan. (Muslihatun, 2009)

b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien : Mengidentifikasi

diagnosa yang akan mungkin terjadi berdasarkan rangkaian masalah

dan diagnosa yang membutuhkan antisipasi dan pencegahan. (Manuaba,

2012)

c. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi

dan rujukan. Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetap perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama sesuai

dengan kondisi pasien. (Ambarwati, 2010)

3. Standar III: Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang ditegakkan.

a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan

b. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan dengan gizi seimbang

dan cukup istirahat.


88

c. Anjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya dengan

memberikan ASI ekslusif.

d. Anjurkan ibu menjaga kebersihan tubuhnya dan daerah sekitar vagina.

e. Anjurkan ibu untuk tidak berpantang makanan.

f. Ajarkan pada ibu cara merawat tali pusat.

g. Ajarkan pada ibu dan keluarga cara massase perut ibu.

h. Jelaskan pada ibu bahwa rasa mules yang dialami ibu adalah hal yang

wajar atau normal.

i. Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang atau kontrol 6

hari lagi.

4. Standar IV: Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komrehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidense based kepada klien/pasien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

a. Memberitahu ibu bahwa kondisinya dalam keadaan baik

b. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan dengan gizi

seimbang dan cukup istirahat agar cepat pulih.

c. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya dari

kedua payudaranya secara bergantian dengan memberikan ASI ekslusif

agar tidak terjadi bendungan ASI.


89

d. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan tubuhnya yaitu mandi 2x sehari,

ganti pakaian dan celana dalam serta menjaga kebersihan daerah

vaginanya dengan cara cebok dengan air bersih dari arah depan ke

belakang.

e. Menganjurkan ibu untuk tidak pantang makanan agar asupan nutrisi ibu

terpenuhi

f. Menganjurkan pada ibu cara merawat tali pusat yaitu dengan sering

menggantinya menggunakan kassa steril setelah bayinya mandi.

g. Mengajarkan pada ibu dan keluarga cara memassase perut yaitu dengan

memijat perut bagian bawah dengan memutar-mutar searah dengan

jarum jam.

h. Menjelaskan pada ibu bahwa mules yang dialaminya adalah hal yang

wajar karena terjadi pengembalian uterus ke bentuk semula.

i. Menganjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 6 hari kemudian atau

sewaktu-waktu jika ada keluhan.

5. Standar V : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai dengan

perubahan perkembangan kondisi klien.

a. Ibu sudah mengetahui kondisinya dalam keadaan baik.

b. Ibu bersedia untuk menjaga pola makan dengan gizi seimbang dan

cukup istirahat.
90

c. Ibu bersedia sesering mungkin menyusui bayinya dan memberikan ASI

ekslusif pada bayinya.

d. Ibu sudah mengerti dan bersedia tetap mengaja kebersihan badan dan

daerah sekitar vagina.

e. Ibu bersedia untuk tidak memantang makanan.

f. Ibu sudah mengerti tentang cara merawat tali pusat.

g. Ibu sudah mengerti tentang cara memassase.

h. Ibu sudah mengerti tentang rasa mules yang dialaminya.

i. Ibu bersedia untuk kontrol 6 hari kemudian atau sewaktu-waktu jika

terdapat keluhan.

6. Standar VI: Metode Pendokumentasian dan Perkembangan

Metode pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan dalam

asuhan kebidanan SOAP:

Kunjungan ulang 6 hari post partum

S : Data yang diambil dari anamnesis. Catatan ini berhubungan

dengan masalah sudut pandang pasien, yaitu apa yang dikatakan

dan dirasakan klien yang diperoleh.


O : Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa yaitu apa yang dilihat dan

dirasakan oleh bidan pada saat pemeriksaan fisik dan observasi,

hasil laboratorium, tes diagnostik, dll.


A : Adalah masalah atau diagnosis yang di tegakkan berdasarkan
91

data atau informasi subyektif maupun obyektif yang di

kumpulkan atau di simpulkan. Hasil analisis dan interpretasi dan

subyektif dan obyektif dibuat dalam suatu kesimpulan.

Contoh: Ny ... umur ... tahun, P A post partum ... hari.


P : Membuat rencana tindakan saat ini atau yang akan datang, untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang mungkin atau

mempertahankan kesejahteraannya. Berupa perencanaan, apa

yang dilakukan dan evaluasi. Evaluasi didalamnya juga

termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostik,

laboratorium, konseling, follow up. (Wahyuni, 2011)

Perencanaan:

a) Beritahu ibu hasil pemeriksaan

b) Beritahu ibu bahwa keluhan yang dialami merupakan hal

yang fisiologis

c) Beritahu ibu untuk tetap menyusui bayinya

d) Berikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat

bayi sehari-hari

e) Berikan konseling tentang gizi ibu nifas

f) Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar

g) Ajarkan ibu untuk senam nifas

h) Beritahu ibu untuk kunjungan ulang

Pelaksanaan:
92

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik

b) Memberitahu ibu untuk tetap menyusui bayinya agar tidak

terjadi pembengkakan pada payudara dan bayi tetap

mendapatkan nutrisi .

c) Memberikan konseling kepada ibu mengenai seluruh

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,

dan merawat bayi sehari-hari seperti melakukan perawatan

tali pusat, biarkan tali pusat dalam kedaan terbuka atau

tidak perlu diberi alkohol atau apapun. Ikat popok dibawah

tali pusat, untuk menghindari tali pusat terkena kotoran

bayi. Selalu menjaga kehangatan bayi dengan cara tidak

membiarkan bayi bersentuhan langsung dengan benda

dingin, misalnya lantai, atau tangan yang dingin. Jangan

letakkan bayi dekat jendela, atau kipas angin. Segera

keringkan bayi setelah mandi atau saat bayi basah, untuk

mengurangi penguapan, dan jaga lingkungan sekitar bayi

tetap hangat. Perawatan bayi sehari-hari seperti,

memberikan ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan.

Segera ganti popok bayi setelah BAK atau BAB.

d) Memberikan konseling tentang gizi Ibu nifas meliputi :

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan

dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter


93

air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali

menyusui), tablet zat besi harus diminum untuk

menambahkan zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca

postpartum, minum kapsul vit A (200.000) agar bisa

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

e) Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar seperti :

Cuci tangan sebelum menyusui, posisikan kepala bayi di

siku ibu, lengan menyangga punggung dan telapak tangan

menyangga bokong, kepala dan tubuh bayi lurus, tubuh

bayi menghadap kedada ibu sehingga mulut bayi tepat

berada di depan puting susu ibu, perut bayi menempel pada

perut ibu, pencet payudara sampai keluar beberapa tetes

lalu oleskan ke puting dan sekitarnya (aerola mamae),

memegang payudara dengan ibu jari di atas dan empat jari

menyangga bagian bawah payudara lalu tempelkan puting

susu pada pipi maupun bibir bayi setelah mulut bayi

membuka masukan puting susu dan sebagian besar areola

mamae masuk kedalam mulut bayi, lalu menyendawakan

bayi agar tidak muntah dengan cara meletakkan bayi di

pundak ibu lalu punggung bayi ditepuk halus sampai

bersendawa atau meletakkan bayi di pangkuan ibu secara

tengkurap lalu punggung bayi ditepuk halus sampai

bersendawa.
94

Evaluasi:

a) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya

b) Ibu sudah mengerti bahwa keluhan yang dialaminya

merupakan hal yang fisiologis.

c) Ibu bersedia tetap mau menyusui bayinya.

d) Ibu telah mengetahui dan mengerti tentang gizi ibu nifas

dibuktikan dengan ibu mampu mengulang kembali

penjelasan yang diberikan

e) Ibu telah mengerti tentang teknik menyusui yang benar

dibuktikan dengan ibu melakukan yang dikatakan bidan.

f) Ibu mau melakukan kunjungan ulang yang ke tiga


Kunjungan ulang 2 minggu post partum:

S : Data yang diperoleh dari anamnesis


O : Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa yaitu apa yang dilihat dan dirasakan

oleh bidan pada saat pemeriksaan fisik dan observasi, hasil

laboratorium, tes diagnostik, dll.


A : Masalah atau diagnosis yang di tegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang di kumpulkan.


P : Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang

diberikan pada
Kunjungan 6 minggu post partum

S : Data yang diperoleh dari anamnesis


O : Data yang diperoleh dari pemeriksaan umum maupun pemeriksaan

fisik yang dilakukan


A : Masalah atau diagnosis yang di tegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang di kumpulkan.


95

P : Perencanaan

a) Beritahu ibu hasil pemeriksaan

b) Tanyakan penyulit atau keluhan yang dialami ibu selama

masa nifas

c) Anjurkan Ibu untuk selalu menyusui bayinya sampai bayi

umur 2 tahun

d) Berikan konseling KB secara dini

Pelaksanaan:

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik

b) Menanyakan keluhan selama nifas

c) Menganjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya selama 2

tahun

d) Memberikan konseling tentang KB

Evaluasi:

a) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b) Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama nifas

c) Ibu bersedia menyusui bayinya

d) Ibu sudah mengerti tentang KB dan bersedia untuk ber-KB.


96

I. Teori Medis KB

1. Definisi

Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk

keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.

Perencanaan jumlah keluarga bisa dilakukan dengan penggunaan alat-

alat kontrasepsi.

2. Metode kontrasepsi

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya

hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lainnya.

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi dengan indikasi menyusui

secara penuh, lebih efektif bila pemberian lebih dari 8 kali sehari,

belum haid, umur bayi kurang dari 6 bulan.

Cara kerjanya adalah penundaan atau menekan ovulasi.

Keuntungannya antara lain efektifitasnya tinggi (keberhasilannya 98 %

pada 6 bulan pasca persalinan), segera efektif, tidak megganggu

senggama, tidak perlu pengawasan medis. (BKKBN, 2010)


97

b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) antara lain : Metode

lendir serviks atau lebih dikenal sebagai Metode ovulasi billings/MOB

atau metode dua hari mukosa serviks dan Metode simptotermal adalah

yang paling efektif. Macam KBA diantaranya sistem kalender, metode

suhu basal. (BKKBN, 2010)

Indikasi penggunaan KBA antara lain : semua wanita usia reproduktif

baik siklus menstruasi teratur/tidak, wanita menyusui, wanita paritas

berapapun termasuk nulipara, wanita kurus/gemuk, wanita merokok,

wanita dengan penyakit (hipertensi sedang, varises, dismenorea, mioma

uteri, anemia defisiensi besi, hepatitis, emboli paru), pasangan dengan

alasan agama atau filosofi lain, pasangan yang termotivasi untuk

mencatat, mengobservasi, menilai tanda gejala kesuburan.

c. Senggama Terputus

Senggama terputus yaitu dimana pria mengeluarkan alat

kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara

kerjanya adalah alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi

sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina sehingga tidak ada

pertemuan antar sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah.

Kerugiannya adalah efektivitas sangat bergantung pada kesediaan

pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya

(angka kegagalan 4-27 kehamilan/100 perempuan per tahun), efektifitas

akan jauh menururn apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
98

melekat pada penis, memutus kenikmatan dalam berhubungan seks.

(BKKBN, 2010)

d. Metode Barier macam kontrasepsinya antara lain :

1) Kondom
Merupakakn selubung atau karet yang terbuat dari berbagai

bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami

(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan

seksual. Cara kerja kondom menghalangi terjadinya pertemuan sel

sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung

selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sprema tidak

tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan. Kondom mencegah

penularan mikroorganisme Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk

HIV/AIDS dari satu pasangan kepada pasangan lain (khusus kondom

yang terbuat dari lateks dan vinil. Kondom cukup efektif apabila cara

penggunaan kontrasepsi benar. Secara ilimiah didapatkan hanya

sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100

perempuan per tahun. (BKKBN, 2010)


Manfaat kontrasepsi kondom antara lain efektif bila digunakan

dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI , tidak mengganggu

kesehatan klien, tidak ada pengaruh sistemik, murah, dapat dibeli

secara umum, tidak perlu periksa ke tenaga kesehatan, metode

kontrasepsi sementara bila harus menunda menggunakan kontrasepsi

lainnya. Manfaat non kontrasepsi memberi dorongan suami untuk


99

ber-KB, mencegah penularan PMS, mencegah ejakulasi dini,

mencegah kanker serviks


2) Diafragma
Adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari latek (karet)

yang diinsersikan kedalm vagina sebelum berhubungan seksual dan

menutup serviks.
Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapatkan akses

mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi)

dan sebagai alat tempat spermisida.


Kekuragannya adalah efektifitas sedang (bila digunakan

dengan spermisida angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100

perempuan/tahun pertama). Kebarhasilan sebagai kontrasepsi

bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan. Motivasi

diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap

berhubungan seksual. Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan

terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan. Pada 6

jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada diposisinya.

(BKKBN, 2010)
3) Spermisida
Adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) diguankan untuk

menonaktifkan atau membunh sperma. Aerosol (busa), tablet vagina,

supositoria dan disalvable film. Cara kerja menyebabkan sel

membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan

menurunkan pembuahan sel telur.


Kekurangannya adalah efektivitas kurang (18-29 kehamilan

per 100 perempuan/tahun pertama). Efektivitas sebagai kontrasepsi

bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan.


100

Ketergantungan penguggunaan dari motivasi berkelanjutan dengan

memakai setiap berhubungan seksual. Pengguanaan harus menunggu

10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual

(tablet busa vagian, supositoria dan film). Efektivitas aplikasi hanya

1-2 jam. (BKKBN, 2010)

e. Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen dan Progesteron)

1) Pil kombinasi
Pengguanaannya harus diminum setiap hari pada bulan-bulan

pertama dan dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak

hamil, efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak

berbahaya dan segera akan hilang.


Cara kerjanya menekan ovulasi, menncegah implantasi, lendir

serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan

tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan

terganggu pula.
Efek samping yang dapat timbul antara lain amenore (tidak ada

perdarahan, spotting), mual, pusing, mutah (akibat reaksi anafilatik),

perdarahan per vaginam spotting. (BKKBN, 2010)


2) Suntikan kombinasi
Meurupakan jenis suntikan kombinasi 25 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang

diberikan injeksi secara IM sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg

Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan

injeksi IM sebulan sekali.


Cara kerjanya dengan menekan ovulasi, membuat lendir

serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu,


101

perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu,

penghambatan transportasi gamet oleh tuba.


Efek samping yang dapat timbul antara lain amenore (tidak ada

perdarahan, spotting), mual, pusing, mutah (akibat reaksi anafilatik),

perdarahan per vaginam spotting. (BKKBN, 2010)


3) Kontrasepsi Progestin
Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya

megandung progestin yaitu Depo Medroksi Progesteron Asetat

(DMPA) (Depoprovera, mengandung 150 mg DMPA yang diberikan

setiap tiga bulan dengan cara disuntik IM didaerah bokong. Kedua

ada Depo Nerotisteron Enantat (Deponoristera, yang mengandung

200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik IM.
Cara kerjanya dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir

serviks, selaput lendir rahim tipis dan atrofi, menghambat

transportasi gamet oleh tuba.


Efek samping yang dapat timbul antara lain amenore (tidak ada

perdarahan, spotting), perdarahan per vaginam spotting,

meningaktnya atau menurunnya berat badan. (BKKBN, 2010)

4) Kontrasepsi pil progestin (mini pil)


Terdiri dari kemasan dengan isi 35 pil yaitu 300 µg

Levonorgestrol atau 350 µg loretindron, dengan isi 28 pil yaitu 75 µg

Desogestrol.
Cara kerja mini pil yaitu dengan menekan sekresi gonadotropin

dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat), endometrium

mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit,


102

mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma,

mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

Efek sampingnya amenore (tidak ada perdarahan, spotting),

perdarahan per vaginam spotting. (BKKBN, 2010)


5) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.

Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut. Jenisnya antara

lain Norplant : Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

sepanjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg

Lenovorgastrel dan lama kerjanya 5 tahun, Implanon: Terdiri dari 1

batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2

mm yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel lama kerjanya 3

tahun, Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan

75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.


Cara kerjanya dengan mengentalkan lendir serviks,

menggganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, menekan

ovulasi. Efek samping yang dapat timbul antara lain amenore,

perdarahan bercak atau spotting ringan, ekspulsi, infeksi pada daerah

insersi, berat badan naik atau turun. (BKKBN, 2010)


6) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR dengan progestin merupakan jenis AKDR yang

mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang mengandung

Progesteron dari Mirena yang mengandung Levonorgestrel. Cara

kerjanya yaitu endometrium mengalami transformasi yang ireguler,

epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi, mencegah terjadinya


103

pembuahan dengan mengeblok bersatunya telur ovum dengan

sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi,

menginaktifkan sperma. Efek sampingnya yaitu amenorea, kram,

perdarahan yang tidak teratur dan banyak, benang hilang, cairan

vagina/dugaan penyakit radang panggul. (BKKBN, 2010)

f. Kontrapsi Mantap

1) Tubektomi
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas

(kesuburan) seorang perempuan. Jenis antara lain minilaparotomi,

laparoskopi. Mekanisme kerjanya dengan mengoklusi tuba fallopi

(mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma

tidak dapat bertemu dengan ovum. (BKKBN, 2010)

2) Vasektomi
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia

sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi

(penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.


Indikasi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas

dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan

terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan

ketahanan dan kualitas keluarga. (BKKBN, 2010)

J. Teori Manejemen Keluarga Berencana

Standar Asuhan Kebidanan menurut KEPMENKES Nomor

938/Menkes/SK/VIII/2007 antara lain sebagai berikut:

1. Standar I: Pengkajian
104

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

a. Data tepat, akurat dan lengkap

b. Terdiri dari data subyektif

1) Identitas atau biodata (suami-istri)

Nama pasien : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan

sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan

penanganan.
Umur : Dicatat dalam tahun.
Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien.
Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,

sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya.
Suku/Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan

sehari-hari yang terjadi.


Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi

dalam gizi pasien tersebut.


Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah

bila diperlukan.
(Ambarwati,2010)

2) Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan.


3) Riwayat menstruasi: Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi,

lamanya menstruasi, banyaknya darah, siklus, keluhan-keluhan yang

dirasakan, dismenorea. (Hartanto, 2010)


4) Riwayat perkawinan : Untuk mengetahui status perkawinan, lama

perkawinan, syah atau tidak, sudah berapa kali menikah, berapa jumlah
105

anaknya. (Hartanto, 2010)


5) Riwayat Obstetri : Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah

pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong

persalinan, dan keadaan nifas yang lalu. (Ambarwati, 2010)

6) Riwayat KB : Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi. (Ambarwati, 2010)


7) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan lalu : Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat atau penyakit seperti: Jantung (dada

berdebar-debar), DM (banyak makan, minum, dan kencing pada

malam hari), Hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg),

Asma (sering sesak nafas), Hepatitis .


Riwayat kesehatan sekarang : Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini.


Riwayat kesehatan keluarga : Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan

penyakit pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya. (Ambarwati, 2010)


8) Pola Kebutuhan Sehari-Hari
Pola Nutrisi : Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan

pantangan makanan. Makan dengan diet seimbang,

cukup karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan


Eliminasi
mineral. Minum sedikitnya ± 3 liter setiap hari.

Pola Istirahat
Hygiene
106

: Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu

Seksualitas kebiasaan BAB meliputi frekuensi, jumlah,

konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil

meliputi frekuensi, warna dan jumlah.

: Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien.

: Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu

Menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah

genetalia

: Menggambarkan pola aktivitas passien sehari-hari.

Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual

klien dengan suami, dan adakah keluhan selama

berhubungan seksual. (Suherni, 2009)


9) Psikologis : Dengan menggunakan pendekatan psikologis

kesehatan maka akan diketahui gaya hidup orang

tersebut dan pengaruh psikologi kesehatan terhadap

gangguan kesehatan. (Farrer, 2011)

c. Data obyektif adalah data sesungguhnya yang dapat diobservasi dan

dilihat oleh tenaga kesehatan.


107

1) KU pasien : Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien,

seperti, composmentis, apatis, somnolen, koma.


Vital sign
TD : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau

hipotensi dengan satuannya mmHg. Tekanan darah

normal adalah 120/80 mmHg.


Suhu : Suhu normal 36,5 oC - 37,5 oC.
Nadi : Nadi normal 60-80 kali/menit. (Ambarwati, 2010)
2) Pemeriksaan fisik meliputi

Kepala : Warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak


Telinga : Kebersihan, gangguan pendengaran.
Mata : Warna konjungtiva, sklera, kebersihan, terdapat

gangguan pengelihatan atau tidak.


Hidung : Kebersihan, terdapat benjolan atau tidak.
Mulut : Warna bibir, kelembaban, kebersihan lidah, warna

lidah, kebersihan gigi, caries atau tidak, terdapat

stomatitis atau tidak.


Leher : Pembesran kelenjar limfe, tyroid dan vena

jugularis.

Dada : Simetris atau tidak, terdapat benjolan yang

abnormal atau tidak, detak jantung, gangguan

pernafasan.
Perut : Kembung atau tidak, ada masa atau tidak, terdapat

bekas luka operasi atau tidak.


Ekstremitas : Terdapat kelainan atau tidak, edema atau tidak,

varises atau tidak.


Genetalia : Kebersihan, pengeluaran pervaginam
Anus : Terdapat hemeroid atau tidak.
Data penunjang: Laboratorium misal, kadar Hb, hematokrit, kadar
108

leukosit, golongan darah. (Arum, 2009)


2. Standar II: Perumusan Diagnosis atau Masalah Kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa

dan masalah kebidanan yang tepat.

a. Diagnosis sesuai dengan nomenklatur kebidanan : Pada langkah ini data

dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi masalah atau

diagnosa kebidanan yang sudah diidentifikasi. Keduannya digunakan

karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa,

tetapi membutuhkan penanganan. (Ambarwati, 2010)

Data Dasar:

Data Subyektif: Ibu mengatakan...

Data Obyektif: Keadaan umum...

b. Masalah : Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa sesuai dengan

keaadaan pasien.

Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

c. Mengidentifikasi diagnosa yang akan mungkin terjadi berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang membutuhkan antisipasi dan

pencegahan.

d. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi

dan rujukan.

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.

Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau


109

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama sesuai dengan

kondisi pasien. (Saifuddin, 2009)

3. Standar III: Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang ditegakkan

a. Beritahu hasil pemeriksaan.

b. Periksa tanda-tanda vital.

c. Beri konseling macam-macam KB.

d. Anjurkan ibu untuk merencanakan kunjungan ulang.

4. Standar IV: Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komrehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidense based kepada klien/pasien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

a. Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik.

b. Memeriksa tanda-tanda vital.

c. Memberikan konseling tentang KB.

d. Menganjurkan ibu untuk merencanakan kunjungan ulang.

5. Standar V : Evaluasi
110

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai dengan

perubahan perkembangan kondisi klien.

a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital sudah dilakukan.

c. Ibu sudah mengerti dan faham tentang konseling yang diberikan oleh

petugas

d. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang

6. Standar VI: Metode Pendokumentasian dan Perkembangan

Pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan dalam asuhan

kebidanan SOAP:

S (Subyektif) : Data yang diambil dari anamnesis. Catatan ini

berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien,

yaitu apa yang dikatakan dan dirasakan klien yang

diperoleh melalui anamnesis. (Ambarwati, 2010)


O (Obyektif) : Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta

yang berhubungan dengan diagnosa yaitu apa yang

dilihat dan dirasakan oleh bidan pada saat

pemeriksaan fisik dan observasi, hasil laboratorium,


111

tes diagnostik dll. Misalnya pemeriksaan Hb, pap

smear dan secret vagina. (Setyawati, 2010)


A (Analisis) : Adalah masalah atau diagnosis yang ditegakkan

berdasarkan data atau informasi subyektif maupun

obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Hasil

analisis dan interpretasi data subyektif dan obyektif

dibuat dalam suatu kesimpulan.


P (Penatalaksanaan): Membuat rencana tindakan saat ini atau yang akan

datang, untuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien yang mungkin atau mempertahankan

kesejahteraannya. Evaluasi didalamnya termasuk

asuhan mandiri, kolaborasi, konseling, follow up.


K. Kewenangan Bidan

Sebagai seorang bidan mempunyai batas kewenangan dalam

melaksanakan asuhas kebidanan sesuai Permenkes RI Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tantang izin dan penyeleggaraan praktik yaitu

sebagai berikut :

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak,

dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud diatas diberikan pada

masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan

masa antara dua kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana yang

dimaksud meliputi pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelayanan

antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayan ibu


112

nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan konseling pada masa

antara dua kehamilan.

Bidan dalam memberikan pelayanan berwenang untuk melakukan

episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan kegawat-

garuratan, dianjurkan dengan perujukan, pemberian tablet Fe pada ibu hamil,

pemberian vitamin A pada ibu nifas, fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini

dan promosi ASI eksklusif, pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala

III postpartum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada kelompok ibu

hamil, pemberian surat keterangan kematian, dan pemberian surat keterangan

cuti bersalin.

Pelayanan kesehatan anak sebagaimana yang dimaksud bidan

berwenang untuk melakukan asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir,

bayi, anak balita dan anak pra sekolah yaitu melakukan asuhan bayi baru lahir

normal termasuk resusitai, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini,

injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari),

perawatan tali pusat, penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera

merujuk, penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan rujukan, pemberian

imunisasi rutin sesuai program pemerintah, pemantauan tumbuh kembang

bayi, anak balita dan anak pra sekolah, pemberian konseling dan penyuluhan,

pemberian surat keterangan kelahiran, pemberian surat keterangan kematian.

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud berwenang untuk

memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan


113

keluarga berencana, memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Selain itu

bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan

pelayanan kesehatan sebagai berikut : pemberian alat kontrasepsi suntikan,

alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit. Asuhan antenatal

terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan

dibawah supervisi dokter. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai

pedoman yang ditetapkan. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat

dibidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan

penyehatan lingkungan. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak

pra sekolah dan anak sekolah. Melaksanakan pelayanan kebidanan

komunitas, melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan

terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan

penyakit lainnya.

Pencatatan dan pelaporan diatur dalam pasal 20 yaitu dalam melakukan

tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan

pelayanan yang diberikan. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditujukan ke Puskesmas wilayah tempat praktik. Dikecualikan dari ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang bekerja di fasilitas

pelayanan kesehatan.
114

L. Diagram Teori

Berdasarkan kajian teori tentang masa hamil, bersalin, nifas, dan bayi
baru lahir maka peneliti dapat menyusun diagram teori sebagai berikut :

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa dan atau
Ibu Hamil Masalah Kebidanan 1. Kesehatan ibu
3. Perencanaan sesuai dengan teori 2. Kesehatan
TM III
4. Implementasi Janin
5. Evaluasi
6. Pencatatan Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah
Ibu Kebidanan 1. Kesehatan ibu
Bersalin 2. Kesehatan Bayi
3. Perencanaan sesuai dengan teori
dan BBL 4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Pencatatan Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa atau Masalah 1. Kesehatan ibu
Ibu Nifas Kebidanan 2. Kesehatan Bayi
3. Perencanaan sesuai dengan teori
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Pencatatan Asuhan Kebidanan
115

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa dan atau 1. Kesehatan ibu
Keluarga Masalah Kebidanan
Berencana 3. Perencanaan sesuai dengan teori 2. Kesehatan Bayi
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Pencatatan Asuhan Kebidanan

Gambar 2.6: Diagram toeri asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, dan nifas (Sumber : Kepmenkes Nomer 938/Menkes/SK/VIII/2007)

Anda mungkin juga menyukai