Gangguan Somatisasi
Oleh :
Kiki Ekawati
15014101288
Masa KKM : 23 September 2019 – 20 Oktober 2019
Pembimbing :
dr. L. F. Joyce Kandou, Sp.KJ
“Gangguan Somatisasi”
Oleh:
Kiki Ekawati
15014101288
Masa KKM : 23 September 2019 – 20 Oktober 2019
Pembimbing :
A. Definisi ............................................................................................... 3
B. Epidemiologi ...................................................................................... 4
C. Etiologi ............................................................................................... 5
E. Diagnosis ............................................................................................ 10
F. Diagnosis Banding.............................................................................. 13
H. Penatalaksanaan .................................................................................. 19
i
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan somatisasi telah dikenal sejak jaman Mesir kuno. Nama awal
untuk gangguan somatisasi adalah histeria, suatu keadaan yang secara tidak tepat
bahasa Yunani untuk rahim, Hystera). Pada abad ke-17 Thomas Syndenham
somatisasi.1,2
banyaknya gejala dan sistem organ yang terlibat dan perjalanan penyakit yang
dinamakan Sindroma Briquet. Akan tetapi sejak tahun 1980 sejak diperkenalkan
DSM edisi ketiga (DSM III) istilah “Gangguan Somatisasi” menjadi standar di
Amerika Serikat untuk gangguan yang ditandai oleh banyak keluhan fisik yang
populasi Amerika, biasanya lebih sering muncul pada wanita, khususnya wanita
African American dan Hispanic dan pada pasien yang sedang menjalani
pengibatan medis. Prevalensi ini lebih tinggi pada beberapa negara di Amerika
Selatan dan di Puerto Rico. Gangguan somatisasi biasanya dimulai pada awal
masa dewasa.3,4
gejala fisik (contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan
1
penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius
gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan.1,5
banyaknya keluhan dan melibatkan sistem organ yang multipel (sebagai contoh,
ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun) dan disertai
somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas
atau penyakit medis. Ada dua gangguan yang termasuk dalam kelompok
bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya penyakit (hipokondriasis) atau
kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi,
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
sistem organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan
banyaknya keluhan dan melibatkaan sistem organ yang multiple (sebagai contoh,
ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun dan disertai
keluhan fisik, sehingga orang lain tidak akan mengerti jika individu tidak
dengan satu atau beberapa macam keluhan fisik akan tetapi secara medis tidak
mempunyai dasar yang jelas. Gangguan somatisasi ini juga disebut sebagai
mengeluh gejala medis pada tubuhnya namun tidak ada bukti medis.1,2
adalah suatu gangguan fisik kronis yang tidak dapat diterangkan secara medis dan
3
gangguan somatisasi tidak hanya mengeluh adanya gangguan fisik akan tetapi
tubuh atau soma untuk tujuan-tujuan psikologis dan pencapaian tujuan pribadi. 1,2
gejala-gejala fisik dan untuk meyakinkan orang lain bahwa dirinya sakit dengan
jalan individu mencari bantuan medis untuk dirinya. Hal ini senada dengan
dimanifestasikan dalam bentuk gejala fisik atau keluhan fisik akan tetapi tidak ada
bukti medis.3,4
B. Epidemiologi
wanita di populasi umum adalah 1-2 %. Rasio penderita wanita dibanding laki-
laki adalah 5 berbanding 1 dan biasanya gangguan mulai pada usia dewasa muda
4
kepribadian yang seringkali menyertai adalah yang ditandai oleh ciri
C. Etiologi
Kemungkinan yang lain adalah mereka memiliki sensasi fisik yang lebih kuat
menyatakan bahwa berbagai macam rasa sakit dan nyeri, rasa tidak nyaman, dan
sistem tubuh. Sejalan dengan pemikiran bahwa terdapat faktor kecemasan yang
tinggi, pasien penderita gangguan somatisasi memiliki kadar kortisol tinggi, suatu
yang dimiliki individu berpusat pada otot-otot perut, mengakibatkan rasa mual
atau muntah.1,5,6
masing susunan saraf pusat dan hipofisis. Sekresi kortisol dapat meningkat sampai
301 mg yang berguna mengatasi efek-efek stress, seperti radang, nyeri dan juga
sistem kekebalan tubuh sehingga respons terhadap stress jangan sampai terlampau
hebat.5 Bila keadaan stress berlangsung berlarut-larut dengan reaksi dari hormon
stress terlalu hebat, maka proses adaptasi tersebut tidak berhasil lagi. Proses
5
fisiologi mulai terganggu dan timbullah bermacam-macam keluhan, seperti sakit
diketahui secara pasti tetapi diduga terdapat faktor-faktor yang berperan terhadap
a. Faktor Psikososial
berasal dari rumah yang tidak stabil dan telah mengalami penyiksaan fisik.
Faktor sosial, kultural dan juga etnik mungkin juga terlibat dalam
b. Faktor Biologis
zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer nondominan. Selain itu diduga
6
corticofugal berkurang diencephalon dan batang otak rangsangan tubuh
depresi. Di satu sisi lain, jika neurotransmiter ini berlebih dapat menjadi
mood. 6,7
zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan. Selain itu diduga
7
beberapa gejala yang ditemukan pada gangguan somatisasi. Sitokin dapat
frontalis bilateral yang simetris dan lebih besar daripada kontrol normal
dan impairment yang lebih berat pada hemisfer dominan yang lebih besar
pada control dan subjek depresif. Disfungsi hemisfer non dominan juga
subjek skizofrenia.1,4
c. Faktor Genetika
8
Para kerabat laki-laki wanita dengan gangguan somatisasi
D. Gambaran Klinis
riwayat medis yang rumit dan panjang. Mual dan muntah (selain selama
kehamilan), kesulitan menelan, nyeri di lengan dan tungkai, nafas pendek tidak
adalah gejala yang paling lazim ditemui. Pasien sering meyakini bahwa mereka
sering sekali terdapat kecemasan dan depresi yang nyata sehingga memerlukan
dengan cara yang dramatik, emosional, dan berlebih-lebihan, dengan bahasa yang
9
gamblang dan bermacam-macam. Pasien wanita dengan gangguan somatisasi
pada diri sendiri, haus akan pujian atau sanjungan dan manipulatif. 8,9
E. Diagnosis
III)10,11
1) Ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya
2) Selalu tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter
keluhannya.
perilakunya.
(DSM) 10,11
seksual, dan 1 gejala pseudoneurologik, serta tak satu pun dapat dijelaskan
10
1) Riwayat banyak keluhan fisik, yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang
sepanjang kehamilan)
11
buta, tuli, bangkitan; gejala disosiatif seperti amnesia, hilang
Setelah penelusuran yang sesuai, tiap gejala pada kriteria b tak dapat
pengobatan)
Apabila terdapat konsisi medik umum yang terkait, keluhan fisik atau
laboratorium
1) Satu atau lebih gejala somatic kesukaran atau hasil dari gangguan
atau gejala-gejala.
12
Waktu dan energi berlebihan yang dicurahkan untuk gejala-gejala
F. Diagnosis Banding
miastenia gravis, lupus eritematosus sistemik kronis. Selain itu juga harus
terbatas pada satu atau dua system neurologis bukannya gejala gangguan
somatisasi yang sangat beragam. Gangguan nyeri terbatas pada satu atau dua
Pain Disorder
tidak mampu untuk bekerja dan menjadi tergantung dengan obat pereda rasa sakit.
Rasa nyeri yang timbul dapat berhubungan dengan konflik atau stress atau dapat
13
pula terjadi agar individu dapat terhindar dari kegiatan yang tidak menyenangkan
dan untuk mendapatkan perhatian dan simpati yang sebelumnya tidak didapat.12,13
cermin.12,13
Gangguan Hipokondrik
ketakutan memiliki penyakit yang serius di mana hal ini berlangsung berulang-
ulang meskipun dari kepastian medis menyatakan yang sebaliknya, bahwa ia baik-
baik saja. Gangguan ini biasanya dimulai pada awal masa remaja dan cenderung
terus berlanjut. Pasien yang mengalami hal ini biasanya merupakan konsumen
Conversion disorder
berkaitan dengan rusaknya sistem saraf, padahal organ tubuh dan sistem saraf
individu tersebut baik-baik saja. Istilah conversion, pada dasarnya berasal dari
Freud, dimana disebutkan bahwa energi dari instink yang di repress dialihkan
pada aspek sensori-motor dan mengganggu fungsi normal. Untuk itu, kecemasan
dan konflik psikologis diyakini dialihkan pada gejala fisik. Gejala conversion
biasanya berkembang pada masa remaja atau awal masa dewasa, dimana biasanya
14
muncul setelah adanya kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidup.
Prevalensi dari conversion disorder kurang dari 1%, dan biasanya banyak dialami
berkepanjangan.14,15
diperkirakan berlangsung 6-9 bulan dan dapat dipisahkan dari periode yang
kurang simtomatik yang berlangsung 9-12 bulan. Tetapi jarang seorang pasien
dengan gangguan somatisasi berjalan lebih dari satu tahun tanpa mencari suatu
nosiseptif.14,15
saraf eferen ke ganglion radiks dorsalis medula spinalis membentuk sinaps tempat
15
menghasilkan rasa nyeri. Persepsi nyeri melalui rangsang nosiseptor disebut
nosiseption.14,15
Ciri khas impuls nosiseptif yaitu stimulasi nosiseptor yang semakin intensif
diikuti kenaikan intensitas impuls yang meninggi pula, yang tidak didapatkan dari
stimulasi reseptor raba tekan dan temperatur. Pada tingkat medula spinalis
terutama pada radiks dorsalis terjadi modulasi baik eksitasi maupun inhibisi
korteks serebri sangat kompleks dan melibatkan banyak aspek. Melalui jalur
sistem saraf autonom yang disertai nyeri. Keadaan ini dapat menjelaskan
terjadinya gejala-gejala somatik multi sistem yang dapat menyertai nyeri atau
impuls nosiseptif juga pada pons dan midbrain bercabang pada perjalanan
16
dopamin, asetilkolin, asam amino aspartat dan glutamat menginhibisi nyeri pada
tingkat serebral. Gama Amino Butiryc Acid (GABA) menginhibisi terutama pada
Selain pengaturan aktivitas otak secara langsung oleh penjalaran sinyal saraf
yang spesifik dari region otak bagian bawah ke region kortikal, masih terdapat
mekanisme fisiologis yang lain yang sering digunakan untuk melakukan aktivitas
sering sekali menetap selama beberapa menit, atau beberapa jam dan dengan
beberapa area dan mengeksitasi pada area yang lain. Seperti yang diharapkan,
sistem ini memiliki efek yang berbeda-beda pada tingkat eksitabilitas di berbagai
basalis, dan sistem serotonin lebih ke struktur garis tengah (midline). 16,17
17
inhibitor di ganglia basalis, tetapi pada beberapa area otak yang lain,
Dibagian tengah pons dan medulla terdapat beberapa nuclei tipis yang
disebut nuclei rafe. Kebanyakan neuron pada nuclei ini menyekresikan serotonin.
korteks serebri. Dan serabut yang lain lagi turun ke medulla spinalis. Serotonin
yang disekresikan pada ujung saraf serabut medulla memiliki kemampuan untuk
menekan rasa nyeri. Serotonin yang dilepaskan dalam diensephalon dan serebrum
objektifnya dan seringkali pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan yang
bermakna. Penilaian status psikis pasien nyeri tidak hanya ditujukan untuk
membedakan antara nyeri organik dan nyeri psikogenik, tetapi bertujuan untuk
menilai pengaruh nyeri terhadap fungsi psikis pasien atau menilai efek aspek
Prognosis
18
yang baru diperkirakan berlangsung 6-9 bulan dan dapat dipisahkan dari periode
yang kurang simtomatik yang berlangsung 9-12 bulan. Tetapi jarang seorang
pasien dengan gangguan somatisasi berjalan lebih dari satu tahun tanpa mencari
menetap seumur hidup, dan gangguan ini dapat kambuh namun jarang dengan
remisi komplit. Gejala-gejala cenderung lebih semua pada dewasa dini tetapi
malam, dan biasanya diperlukan terapi sepanjang hidup. Pasien susah sembuh
walau sudah mengikuti pedoman pengobatan. Sering kali pada pasien wanita
H. Penatalaksanaan
primer harus memeriksa pasien selama kunjungan terjadwal yang teratur, biasanya
sebagai keluhan medis. Tetapi, pasien dengan gangguan somatisasi dapat juga
memiliki penyakit fisik, karena itu dokter harus mempertimbangkan gejala mana
19
Strategi luas yang baik bagi dokter perawatan primer adalah meningkatkan
yang nyata, gangguan anxietas. Medikasi harus dimonitor karena pasien dengan
dapat dipercaya. Obat anti depresi biasanya efektif untuk gejala-gejala somatik
akan sangat membantu terutama bila adanya dasar depresi dan kecemasan yang
terdapat pada pasien. Dalam berbagai literatur terkini, kombinasi terapi dengan
obat dan terapi secara psikologis atau psikoterapi membuahkan hasil yang lebih
a. Psikoterapi
20
membantu pasien mengatasi konflik tersebut. Dalam pandangan psikologis klasik
Kecemasan terjadi karena adanya dorongan impuls yang ditekan ke dalam alam
bawah sadar dan tidak terpuaskan. Pendekatan masa kini dari psikoterapi adalah
membantu pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan beradaptasi dengan
masalah tersebut dengan lebih baik lagi. Psikoterapi akan membantu pasien untuk
kehidupan yang tengah dihadapi. Pada akhirnya dengan psikoterapi, pasien akan
Terdapat beberapa pilihan psikoterapi untuk gangguan somatisasi, antara lain: 19,20
suatu sudut pandang positif terhadap stress, bahwa stress merupakan hal yang
biasa terjadi dalam kehidupan manusia yang dapat diatasi dan kita jangan menjadi
2. Terapi Eksistensial
Terapi ini difokuskan pada kebebasan pasien untuk menentukan hidupnya sendiri.
Terapis membantu pasien untuk melihat bahwa pasien adalah individu yang bebas
3. Terapi Gestalt
Terapi ini mengintegrasikan antara factor tubuh dan pikiran. Tujuan utamanya
21
tentang tanggung jawab personal, bagaimana menghadapi masalah, dan
positif. 19,20
4. Terapi Person-centered
5. Terapi Psikoanalitik
Terapi ini memandang bahwa tingkah laku seseorang dipengaruhi pikiran bawah
sadar dan kepercayaannya. Hal ini berarti bahwa tingkah laku seseorang
7. Terapi Realitas
meyakinkan kepada pasien bahwa pasien dapat merubah hidupnya sendiri ke arah
8. Terapi Transactional-analisis
Terapi ini difokuskan kepada fungsi kognitif dan behavior. Terapis membantu
22
9. Cognitive-behavioral therapy (CBT) untuk gangguan somatisasi memfokuskan
perubahan pola negatif dari isi pikir, perasaan dan tingkah laku yang ikut dalam
b. Medikasi
23
penurunan derajat kecemasan dan depresi pada akhir pengobatan. Adanya sifat
24
BAB III
PENUTUP
sistem organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan
diperkirakan 0,1 – 0,2 % dan biasanya gangguan mulai pada usia dewasa muda
yakni faktor psikososial, faktor biologis dan faktor genetic. Ciri utama gangguan
gangguan penyerta.
25
DAFTAR PUSTAKA
ONE. 2013;8(8):1-13.
6. Davil G. In: Hughes' Outline of Modern Psychiatry, 5th ed. United States:
5.
26
9. Nwokocha A, Chinawa J, Onukwuli V, et al. Somatization disorder among
2017;11(57):1-7.
11. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2001.
2016;17(3):165-173.
27
17. Obimakinde A, Ladipo M, Irabor A. Familial and socio-economic correlates
11.
Medicine Clinic In South West Nigeria. Ann Ibd. Pg. Med. 2014;12(2):96-
102.
28