Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan merubah


bunyi berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan diteruskan ke
otak untuk disadari serta dimengerti. Sebagai sistem organ pendengaran, telinga
dibagi menjadi sistem organ pendengaran sentral dan perifer. Gangguan pendengaran
mengakibatkan seseorang kesulitan mendengar pembicaraan sehingga terjadi
gangguan komunikasi yang dapat berdampak negatif terhadap pekerjaan, pendidikan
dan hubungan social, hal tersebut dapat menimbulkan depresi.
Otitis eksterna (swimmer’s ear) adalah peradangan atau infeksi pada saluran
pendengaran bagian luar, baik akut maupun kronis. Penyakit ini merupakan penyakit
umum yang dapat ditemukan pada semua kelompok usia. Otitis eksterna (OE)
biasanya merupakan infeksi bakteri akut kulit pada saluran telinga (paling sering
disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus, tetapi juga dapat
disebabkan oleh bakteri lain, virus atau infeksi jamur).
Selama periode penelitian November 2012-Januari 2013 di Poliklinik THT
BLU Prof Dr. R. D. Kandou didapatkan 20 pasien otitis eksterna yang terdiri dari
kelompok usia 0-12 tahun 6 orang (30%), 13-17 tahun 2 orang (10%), 18-59 tahun 10
orang (50%), ≥60 tahun 2 orang (10%). Pada tahun 2009 mendapatkan hasil yang
hampir sama yaitu 318 pasien otitis eksterna dengan kelompok usia 18-59 tahun
sebanyak 208 orang (65,41%) dan kelompok usia 31-40 tahun (68 orang). Pada tahun
2011 yang mendapatkan pasien perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki,
dengan hasil 255 perempuan (57,96%) dan 185 laki-laki (42,04%).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga


Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan merubah
bunyi berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan diteruskan ke
otak untuk disadari serta dimengerti. Organ pendengaran dan keseimbangan dibagi
menjadi komponen sentral dan komponen perifer.
Telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam serta saraf vestibulokoklearis
termasuk dalam komponen perifer. Komponen dipisahkan secara klinis dari
komponen sentral oleh porus akustikus internus. Setelah memasuki batang otak,
serabut-serabut perifer berakhir di saraf koklearis atau saraf vestibularis di medula
oblongata. Komponen sentral pendengaran dibentuk oleh jaras pendengaran serta
serta korteks primer dan sekunder pendengaran.

Gambar 2.1 Antaomi telinga manusia.

2.2 Otitis Eksterna


Otitis eksterna (swimmer’s ear) adalah peradangan atau infeksi pada saluran
pendengaran bagian luar, baik akut maupun kronis. Penyakit ini merupakan penyakit

2
umum yang dapat ditemukan pada semua kelompok usia. Otitis eksterna (OE)
biasanya merupakan infeksi bakteri akut kulit pada saluran telinga (paling sering
disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus, tetapi juga dapat
disebabkan oleh bakteri lain, virus atau infeksi jamur).

2.2.1 Etiologi
Otitis ekterna paling sering disebabkan oleh bakteri patogen. Varietasnya antara
lain otitis eksterna oleh jamur (Otomycosis). Dalam sebuah penelitian 91% kasus
otitis eksterna disebabkan oleh karena bakteri. Dan penelitian lainnya juga
menemukan bahwa sebanyak 40% kasus otitis eksterna tidak memiliki
mikroorganisme primer sebagai agen penyebab. Bakteri penyebab yang paling umum
adalah Pseudomonas (38% dari semua kasus), Staphylococcus, anaerob dan
organisme gram negatif.

2.2.2 Faktor Resiko


Faktor resiko pada otitis eksterna antara lain:
1. Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds, ujung
jari atau alat lainnya.
2. Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis eksterna.
3. Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan
merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri.
4. Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut
yang bisa membuat iritasi, yang memungkinkan bakteri dan jamur untuk
masuk.
5. Kanal telinga sempit.
6. Infeksi telinga tengah.
7. Diabetes melitus.

2.2.3 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas

3
telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit
mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga
diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan
diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika
mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi
lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi
menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa tidak nyaman
dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar
dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.

2.2.4 Manifestasi Klinis


Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia). Gejala dan
tanda pasien otitis eksterna selengkapnya:
1. Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit
sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan
gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,
sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga
bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan

4
yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan
dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh
penderita otitis eksterna.
2. Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga.
3. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta.
4. Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.
Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang
digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara.

2.2.5 Klasifikasi
1. Otitis Eksterna Akut
a. Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkel/ bisul)
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel
rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan
menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada
seseorang yang menderita diabetes. Gejala klinis otitis eksterna
sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari ringan sampai berat, dapat
sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah makanan).
Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga. Rasa
sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau
abses pada 1/3 luar liang telinga.

5
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta:
1) Lokal: pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan
10% ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium
abses dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
2) Sistemik: Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid,
eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
3) Analgetik: Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid
(dewasa). Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor
sistemik yaitu adanya penyakit diabetes melitus.
b. Otitis Eksterna Difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas.
Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan
sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya
tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala
otitis eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul). Kandang-kadang kita
temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin).
Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita
temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon
yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang
baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan
obat antibiotika sistemik.
2. Otitis Eksterna Kronik
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks
menyebabkan liang telinga menyempit.

6
2.2.6 Komplikasi

1. Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma
atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium
dan kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat
kerusakan yang tidak disengajakan pada pembedahan telinga. Adakalanya
perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage
awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh
pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus
terkumpul di antara perikondrium dan tulang rawan dibawahnya
2. Selulitis
Peradangan pada kulit dan jaringan subkutan yang dihasilkan dari infeksi
umum, biasanya dengan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Hal ini
dapat terjadi sebagai akibat dari trauma kulit atau infeksi bakteri sekunder dari
luka terbuka, seperti luka tekanan, atau mungkin terkait dengan trauma kulit.
Hal ini paling sering terjadi pada ekstremitas, terutama kaki bagian bawah.

2.2.7 Prognosis
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan
faktor pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes yang
menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor pencetus
dengan baik.

7
BAB III
KESIMPULAN

Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan merubah


bunyi berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan diteruskan ke
otak untuk disadari serta dimengerti. Sebagai sistem organ pendengaran, telinga
dibagi menjadi sistem organ pendengaran sentral dan perifer. Gangguan pendengaran
mengakibatkan seseorang kesulitan mendengar pembicaraan sehingga terjadi
gangguan komunikasi yang dapat berdampak negatif terhadap pekerjaan, pendidikan
dan hubungan social, hal tersebut dapat menimbulkan depresi.
Otitis eksterna (swimmer’s ear) adalah peradangan atau infeksi pada saluran
pendengaran bagian luar, baik akut maupun kronis. Penyakit ini merupakan penyakit
umum yang dapat ditemukan pada semua kelompok usia. Otitis eksterna (OE)
biasanya merupakan infeksi bakteri akut kulit pada saluran telinga (paling sering
disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus, tetapi juga dapat
disebabkan oleh bakteri lain, virus atau infeksi jamur).
Selama periode penelitian November 2012-Januari 2013 di Poliklinik THT
BLU Prof Dr. R. D. Kandou didapatkan 20 pasien otitis eksterna yang terdiri dari
kelompok usia 0-12 tahun 6 orang (30%), 13-17 tahun 2 orang (10%), 18-59 tahun 10
orang (50%), ≥60 tahun 2 orang (10%). Pada tahun 2009 mendapatkan hasil yang
hampir sama yaitu 318 pasien otitis eksterna dengan kelompok usia 18-59 tahun
sebanyak 208 orang (65,41%) dan kelompok usia 31-40 tahun (68 orang). Pada tahun
2011 yang mendapatkan pasien perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki,
dengan hasil 255 perempuan (57,96%) dan 185 laki-laki (42,04%).
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan
faktor pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes yang
menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor pencetus
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai