Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Metode Pencarian Literatur


Pencarian literatur dalam telaah jurnal ini dilakukan melalui Ear, Nose &
Throat Journal, yaitu pada address (htpp://journals.sagpub.com/home/ear). Kata
kunci yang digunakan untuk penelusuran jurnal yang akan di telaah ini adalah
“Pediatric Epistaxis and Its Correlation Between Air Pollutants in Beijing From
2014 to 2017”.

1.2 Abstrak

Latar Belakang: Epistaksis merupakan gejala umum pada anak-anak. Hal ini dapat
disebabkan oleh penyakit hidung atau penyakit sistemik. Dengan perkembangan
ekonomi, polutan udara semakin menjadi perhatian utama. Sebab polutan udara
sebagai pintu gerbang pertahanan pertama untuk pernapasan. Hidung merupakan
organ pertama yang bisa rusak oleh polutan udara.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan


hubungan antara epistaksis dan polutan udara diluar ruangan pada anak-anak di
Beijing pada tahun 2014-2017.

Metode Penelitian: Data dikumpulkan pada tahun 2014-2017 di Departemen


Otolaringologi Capital Institute of Pediatrics. Dengan kriteria yaitu anak yang
didiagnosis menderita epistaksis dan dibandingkan dengan konsentrasi polutan udara
di Beijing.

Hasil Penelitian: Insiden epistaksis rendah pada bayi, meningkat seiring

bertambahnya usia, epistaksis memuncak pada usia 4-5 tahun dan kemudian secara
1
bertahap menurun pada usia dewasa. Dalam kelompok usia yang berbeda epistaksis

pada laki-laki lebih banyak dari perempuan pada tahun 2014-2017 di Beijing. Materi

partikel berdiameter < 2,5 mm (PM2.5), materi partikel < 10 mm (PM10), Sulfur

Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2) dan Karbon Monoksida (CO)

menunjukkan konsentrasi polutan udara lebih rendah pada musim panas

dibandingkan pada ke-3 musim lainnya. Ozon (O3) secara signifikan lebih tinggi

pada tahun 2016-2017, menunjukkan peningkatan konsentrasi polutan udara di

musim panas. Insiden epistaksis berhubungan negatif dengan PM2.5, PM10, SO2,

NO2 dan CO. Dan berhubungan positif dengan O3.

Kesimpulan: Kejadian epistaksis pada anak-anak di Beijing berubah dengan

bertambahnya usia dan memiliki variasi musiman yang jelas. Ada beberapa

hubungan antara polusi udara dan kejadian epistaksis pada anak-anak.

Kata Kunci: Epistaksis, anak, polusi udara.

2
BAB II

DESKRIPSI JURNAL

2.1 Deskripsi Umum

Judul : Pediatric Epistaxis and Its Correlation Between Air

Pollutants in Beijing From 2014 to 2017

Penulis : Ying-Xia Lu, MS1 , Jie-Qiong Liang, MS1, Qing-Long Gu,

MS1 , Chong Pang, BA1 and Chun-Lei Huang, MS1.

Publikasi : Ear, Nose & Throat Journal 1–5 ª The Author(s) 2019

http://journals.sagepub.com/home/ear

Penelaah : Arie Franata 18360028

Astrida Agustina 18360029

Tanggal Telaah : 19 Oktober 2019

2.2 Deskripsi Konten

2.2.1 Latar Belakang

Epistaksis merupakan gejala umum pada anak-anak. Hal ini dapat disebabkan
oleh penyakit hidung atau penyakit sistemik. Dengan perkembangan ekonomi,
polutan udara semakin menjadi perhatian utama. Sebab polutan udara sebagai pintu
gerbang pertahanan pertama untuk pernapasan. Hidung merupakan organ pertama
yang bisa rusak oleh polutan udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik dan hubungan antara epistaksis dan polutan udara diluar ruangan pada
anak-anak di Beijing pada tahun 2014-2017.
3
2.2.2 Metode Penelitian

2.2.2.1 Subjek Penelitian

Dari pusat informasi Capital Institute of Pediatrics pengunjung Departemen


Otolaringologi Pediatrics affiliated Children’s Hospital pada tanggal 1 Januari
2014 sampai 31 Desember 2017 dengan diagnosis epistaksis. Merupakan
kunjungan berulang dalam 2 minggu untuk diagnosa anak yang sama dihitung
sebagai satu kasus. Dengan kriteria inklusi menurut klasifikasi internasional untuk
penyakit revisi ke-10 (R04.000 dan R04.001) dan kriteria eksklusi yaitu trauma,
tumor, penyakit sistem kardiovaskular, penyakit sistem darah atau penyakit
sistemik lainnya.

Data polusi udara pada periode yang sama diperoleh dari online platform
analisis pemantauan kualitas udara Tiongkok (https://www.
aqistudy.cn/historydata/index.php) berisi indeks kualitas udara, polutan udara
utama dan konsentrasi polutan. Konsentrasi polutan udara diantaranya materi
partikulat kurang dari 2,5 mm (PM2.5), partikel lebih kecil dari diameter 10 mm
(PM10), Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen Dioksida
(NO2), Karbon Monoksida (CO) dan Ozon (O3).

2.2.2.2 Analisis Statistik

Perbandingan polutan udara dilakukan dengan uji T-test dan analisis varians

1-arah (ANOVA), perbandingan tingkat adalah dilakukan dengan uji


Analisis korelasi dilakukan oleh Analisis korelasi Pearsondimana nilai P < .05
dianggap signifikan. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS
Windows versi 20.0.

2.2.3 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini laksakanan pada tahun 2014-2017 terdapat 27.508 kasus
anak yang terdiagnosis epistaksis oleh Departemen Otolaringologi Pediatrics
4
affiliated Children’s Hospital. Terdapat 18.268 (66,41%) berjenis kelamin laki-laki
dan 9.240 (33,59%) perempuan. Dari tahun 2014-2017 kunjungan tahunan epistaksis
mencapai 2 puncak pada bulan Mei-Juni dan Agustus-September.

Distribusi usia anak-anak dengan kejadian epistaksis ditahun 2014-2017


menunjukkan bahwa kejadian epistaksis pada bayi di bawah usia 1 tahun sangat
rendah, meningkat dari tahun ke tahun mencapai puncaknya antara usia 4-5 tahun dan
kemudian secara bertahap menurun dengan bertambahnya usia . Usia rata-rata adalah
5,5 tahun. Dalam kelompok usia yang berbeda, pasien laki-laki yang lebih banyak
dari pasien perempuan (P < .05).

Dalam penelitian ini, menemukan bahwa kunjungan tahunan epistaksis pada


anak-anak meningkat dari tahun ke tahun terutama ditahun 2017. Pada saat yang
sama PM2.5, PM10, SO2, NO2 dan CO menunjukkan penurunan secara keseluruhan
ditahun 2014-2017, sedikit lebih rendah di musim panas. Sedangkan, O3 secara
signifikan lebih tinggi pada tahun 2016-2017 dibandingkan 2 tahun sebelumnya dan
peningkatan yang signifikan di musim panas. Insiden epistaksis pada anak-anak
berkorelasi negatif dengan konsentrasi polutan udara PM2.5, PM10, NO2 dan CO.
Dan berkorelasi positif dengan konsentrasi polutan udara O3.

2.2.4 Kesimpulan

Epistaksis pada anak adalah masalah umum yang dihadapi oleh dokter spesialis
anak dan dokter spesialis THT. Kebanyakan epistaksis pada masa kanak-kanak
bersifat spontan, berjenis epistaksis anterior dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Hingga 60% dari anak-anak akan mengalami setidaknya satu sebagian besar kasus
terjadi karena memiliki kerapuhan pembuluh darah yang diperburuk oleh peradangan
lokal pada area little (kiesselbach) di septum nasal anterior. Penyebab lain termasuk
rinitis alergi, infeksi, trauma dan gangguan pendarahan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ada penyebab lain dari epistaksis berulang pada anak-anak yaitu
perdarahan area little secara idiopatik. Dalam penelitian ini menemukan bahwa

5
kejadian epistaksis pada bayi di bawah 1 tahun sangat rendah, secara bertahap
meningkat seiring bertambahnya usia, mencapai puncaknya pada usia 4-5 tahun, lalu
secara bertahap menurun seiring bertambahnya usia. Usia rata-rata adalah 5,5 tahun.
Pada pasien laki-laki lebih banyak kejadian epistaksis dibandingkan perempuan.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa kejadian epistaksis pada anak-anak di


Beijing memiliki variasi musiman yang jelas, yaitu kunjungan medis tahunan
menunjukkan kenaikan ganda pada bulan Mei-Juni dan Agustus-September. Hasil ini
sangat signifikan pada tahun 2017. Pada bulan Mei-Juni dan Agustus-September
2014-2017 jumlah kejadian epistaksis pada anak-anak di Beijing secara signifikan
lebih tinggi dari pada bulan-bulan lainnya. Sementara itu, pada bulan Mei-Juni dan
Agustus-September memiliki konsentrasi serbuk sari tertinggi di Beijing.

Dalam penelitian ini menemukan bahwa kunjungan tahunan epistaksis pada


anak-anak meningkat dari tahun ke tahun terutama ditahun 2017. Pada saat yang
sama PM2.5, PM10, SO2, NO2 dan CO menunjukkan penurunan secara keseluruhan
ditahun 2014-2017 sedikit lebih rendah di musim panas. Sedangkan, O3 secara
signifikan lebih tinggi pada tahun 2016-2017 dibandingkan 2 tahun sebelumnya dan
peningkatan yang signifikan di musim panas. Insiden epistaksis pada anak-anak
berkorelasi negatif dengan konsentrasi polutan udara PM2.5, PM10, NO2 dan CO.
Dan berkorelasi positif dengan konsentrasi polutan udara O3. Dengan semakin kuat
oksidasi dan karakteristik korosif, semakin meningkat konsentrasi O3 di dekat tanah
dapat merangsang mukosa hidungdan menyebabkan cedera akut. paparan O3
danPM10 akan meningkatkan risikodarurat kunjungan departemen untuk epistaksis.
peningkatan PM10. Oleh karena itu, dikombinasikan dengan hal di atas, dianggap
bahwa peningkatan konsentrasi O3 di musim panas dibeberapa tahun terakhir adalah
factor risiko penting untuk kunjungan mimisan anak-anak.

6
BAB III

PICO

Judul Jurnal : “Pediatric Epistaxis and Its Correlation Between Air Pollutants in
Beijing From 2014 to 2017”.

(P) Patient : Penelitian ini dilakukan pada pengunjung Departemen Otolaringologi


Pediatrics affiliated Children’s Hospital pada tanggal 1 Januari 2014 sampai 31
Desember 2017dengan diagnosis epistaksis berdasarkan umur, jenis kelamin dan data
polusi udara pada periode yang sama berisi indeks kualitas udara, polutan udara
utama dan konsentrasi polutan.

(I) Intervention : Data dikumpulkan pada tahun 2014-2017 di Departemen


Otolaringologi Capital Institute of Pediatrics. Dengan kriteria yaitu anak yang
didiagnosis menderita epistaksis berdasarkan umur, jenis kelamin dan dibandingkan
dengan konsentrasi polutan udara di Beijing.

(C) Comparison : Data polutan udara pada periode yang sama berisi indeks kualitas
udara, polutan udara utama dan konsentrasi polutan. Konsentrasi polutan udara
diantaranya materi partikulat kurang dari 2,5 mm (PM2.5), partikel lebih kecil dari
diameter 10 mm (PM10), Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen
Dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO) dan Ozon (O3).

(O) Outcome : Hasil menunjukkan insiden epistaksis rendah pada bayi, meningkat
seiring bertambahnya usia, epistaksis memuncak pada usia 4-5 tahun dan kemudian
secara bertahap menurun pada usia dewasa. Dalam kelompok usia yang berbeda
epistaksis pada laki-laki lebih banyak dari perempuan pada tahun 2014-2017 di
Beijing. Materi partikel berdiameter < 2,5 mm (PM2.5), materi partikel < 10 mm
(PM10), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2) dan Karbon Monoksida

7
(CO) menunjukkan konsentrasi polutan udara lebih rendah pada musim panas
dibandingkan pada ke-3 musim lainnya. Ozon (O3) secara signifikan lebih tinggi
pada tahun 2016-2017, menunjukkan peningkatan konsentrasi polutan udara di
musim panas. Insiden epistaksis berhubungan negatif dengan PM2.5, PM10, SO2,
NO2 dan CO. Dan berhubungan positif dengan O3.

Anda mungkin juga menyukai