Anda di halaman 1dari 13

Analisis Dampak Lingkungan Terhadap Penambangan Oleh PT.

Newmont Nusa
Tenggara Di Pulau Sumbawa

Nama : Cindy Yulita Virginia

NIM: 20150520086

Kelas : B

BAB I
PENDAHULUAN
Jika di lihat pada saat ini jumlah populasi manusia terus menerus mengalami
peningkatan yang sangat signifikan, dimana dapat dikatakan dengan adanya
peningkatan jumlah populasi tersebut maka akan berpengaruh terhadap lingkungan
alam sekitar. Karena dengan meningkatnya jumlah populasi manusia tentunya ikut
mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada karena hal tersebut termasuk sebagai
penunjang kebutuhan manusia, pertumbuhan ekonomi ini sendiri juga bergantung
terhadap sumber daya alam yang tersedia. Sehingga semakin hari semakin di carinya
tempat-tempat yang di rasa sebagai tempat bernilai ekonomi tinggi atau tempat dengan
sumber daya alam yang melimpah sehingga dapat digunakan sebagai penunjang dalam
pertumbuhan ekonomi.
Seringkali tempat-tempat seperti hutan, gunung, laut atau tempat-tempat yang
belum terjamah biasanya dijadikan sebagai lahan untuk mencari sumber daya alam
yang dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi contohnya seperti lahan pertambangan.
Salah satu contoh lahan pertambangan yaitu PT. Newmont Minahasa Raya merupakan
sebuah perusahaan pertambangan yang bekerja sama dengan pemerintah Republik
Indonesia, yang memiliki lokasi di beberapa tempat salah satunya berada di sebelah
barat daya pulau Sumbawa, Kecamata Sengkokang Nusa Tenggara Barat. Dengan
adanya eksploitasi lahan pertambangan tersebut, tentunya akan membawa dampak bagi
lingkungan baik berupa dampak positif maupun dampak negatifnya juga.
Dampak positif yang dirasakan yaitu seperti memberikan pemasukan pada
negara atau daerah, membuka lapangan pekerjaan, dan sebagainya. Namun, terdapat
juga dampak negatif dari adanya penambangan tersebut seperti kesenjangan sosial dan
ekonomi dengan masyarakat setempat, hilangnya mata pencaharian yang biasa
dilakukan masyarakat dengan cara tradisional, serta yang paling mengganggu adalah
pencemaran atau kerusakan lingkungan yang biasanya akan berimbas juga terhadap
kesehatan masyarakat yang tinggal disekitaran daerah tersebut. Kerusakan lingkungan
tersebut terjadi biasanya karena dengan dibangunnya lokasi penambangan atau
pengeboran yang nantinya otomatis akan menggunakan zat-zat berbahaya dimana zat-
zat tersebut tentu akan berdampak terhadap pencemaran lingkungan. Selain itu
kerusakan yang terjadi disebabkan oleh pembangunan lahan penambangan tersebut
yaitu rusaknya hutan disekitaran lokasi penambangan akibat pembukaan lahan.
Menurut Jeffrey D. Sachs dalam bukunya yang berjudul The Age Of Suistanable
Development mengatakan bahwa planet bumi ini memiliki batas-batasnya atau dapat
dikatakan sebagai keterbatasan planet sebagai langkah awal pertanggung jawaban
terhadap planet bumi ini atau dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Namun
pada pembangunan penambangan di PT. Newmont Nusa Tenggara ini dapat dikatakan
tidak memperhatikan batas-batas dari planet kita ini, karena masih berdampak buruk
terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Seharusnya pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan dapat menjadi
sebuah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidup, ilmu yang
mempelajari hubungan tersebut disebut sebagai ilmu ekologi. Selain itu dalam
mendukung hubungan antara manusia dengan lingkungannya yaitu dapat melalui
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan tentang pelaksanaan rencana kegiatan yang nantinya akan berdampak
terhadap lingkungan hidup (Anakotta et al., 2012).
Sehingga latar belakang saya menulis paper yang berjudul “ Analisis Dampak
Lingkungan Akibat Penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara” ini adalah untuk
menganalisis dampak lingkungan akibat penambangan yang dilakukan PT. Newmont
Nusa Tenggara apakah peran pemerintah atau peran dari pihak PT. Newmont Nusa
Tenggara dalam mengatasi pencemaran atau kerusakan lingkungan yang terjadi akibat
eksploitasi penambangan yang dilakukan oleh PT. Newmont sudah sesuai dengan
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sesuai atau masih belum terlaksana.
BAB II
PEMBAHASAN

PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) merupakan perusahaan patungan


Indonesia yang pada awalnya PTNNT menemukan cebakan tembaga porfiri pada 1990,
setelah penemuan tersebut kemudian dilakukan pengkajian teknis dan lingkungan
selama enam tahun yang kemudian disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan menjadi
dasar dimulainya pembangunan proyek pertambangan Batu hijau. Tambang batu hijau
merupakan tambang terbuka yang dilengkapi dengan saranan pengolahan dan
pendukung, produknya berupa konsentrat tembaga yang mengandung sejumlah kecil
emas, yang nantinya akan dikirimkan ke berbagai pabrik peleburan yang berada di
Indonesia maupun luar negeri(Andini, 2014).

Tambang batu hijau adalah operasi eksploitasi penambangan secara terbuka


dimana semua mineral berharga (tembaga, emas, dan perak) ditambang dari permukaan
tanah dengan menggunakan berbagai peralatan tambang seperti alat muat (shovel) dan
truk pengangkut. Penambangan di batu hijau diawali dengan kegiatan pengeboran dan
peledakan untuk memudahkan pengambilan bijih(Seftyana, 2017). Walaupun dengan
adanya penambangan yang di lakukan PT. Newmont Nusa Tenggara ini dapat
dikatakan mendukung peningkatan pendapatan negara atau pendapatan daerah, serta
membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal atau dengan kata lain turut ikut
membantu mensejahterakan daerah atau negara atau turut mendatangkan keuntungan
ekonomis. Namun tidak dapat dipungkiri dengan adanya eksploitasi penambangan yang
dilakukan PT. Newmont Nusa Tenggara juga mendatangkan dampak negatif lainnya.

Dengan adanya aktivitas penambangan tersebut tentu tidak akan serta merta
memberikan dampak positif saja tetapi juga akan mendatangkan dampak buruk bagi
lingkungan alam tempat eksploitasi itu berlangsung hingga lingkungan sekitarnya
dimana selanjutnya masyarakat sekitaran lokasi penambangan juga akan merasakan
dampak yang dihasilkan dari adanya proses penambangan tersebut. Kerusakan pertama
yang dapat terlihat yaitu kerusakan hutan disekitaran lokasi penambangan PT.
Newmont Nusa Tenggara. Karena dengan dibangunnya lokasi penambangan maka
tentunya perlu pembukaan lahan, dimana pembukaan lahan tersebut dilakukan atau
diawali dengan merusak atau melakukan pembabatan hutan dilokasi tersebut untuk
pembukaan lahan bagi kepentingan PT. Newmont Nusa Tenggara dalam mendukung
pembangunan lokasi penambangan tersebut.

Sekitar 70% kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh


adanya operasi pertambangan, yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mencari
keuntungan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ditemukannya. Demikian
juga yang terjadi pada area hutan, setidaknya sekitar 3,97 juta hektar kawasan lindung
tak luput juga keaneka ragaman hayati yang berada di dalamanya ikut terancam atau
terkena dampak dari adanya eksploitasi pembangunan lahan penambangan. Selain itu
dapat dikatakan juga semakin meningkatnya pemanfaatan terhadap jasa lingkungan dan
keanekaragaman biotik global juga merupakan penyebab perubahan penggunaan lahan
hutan, selain itu juga globalisasi ekonomi secara signifikkan memberikan pengaruh
terhadap perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam pada
penggunaan lahan lokal (Eko Priyo Purnomo, Achmad Nurmandi, Tunjung Sulaksono,
Mega Hidayati, Rijal Ramdani, 2016).

Tak hanya hutan, sungai pun tak luput dari dampak yang dihasilkan dari operasi
eksploitasi penambangan yang dilakukan, selain itu kawasan lainnya yang
menmungkin ikut terkena dampaknya adalah kawasan laut dan pesisir pantai yang juga
tak luput dari eksploitasi, dimana kawasan tersebut biasanya dijadikan sebagai titik
terakhir pembuangan limbah dari hasil olahan penambangan yang dilakukan oleh PT
Newmont.

Dampak kerusakan yang diakibatkan dari eksploitasi penambangan yang


dilakukan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara maupun perusahaan yang melakukan
proses penambangan lainnya, tentunya tidak dirasakan hanya sementara. Tetapi
kerusakan yang terjadi akan terus menerus dirasakan baik mulai dari pasca eksploitasi
pertambangan, dan selama kegiatan pertambangan itu berlangsung hingga setelah
proses pertambangan di lokasi tersebut sudah berenti atau tidak dipakai lagi,
kerusakannya atau dampak dari adanya eksploitasi pertambangan tersebut akan tetap
dirasakan baik dari segi lingkungan maupun masyarakat yang tinggal di sekitaran lokasi
penambangan tersebut.

Secara umum kerusakan lahan yang terjadi akibat aktivitas pertambangan antara
lain (Savitrie, 2013) :
1. Perubahan Vegetasi Penutup
Proses land clearing pada saat memulai atau membuka lahan
untuk memulai eksploitasi pertambangan menghasilkan dampak
terhadap lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi
alami. Apalagi jika kegiatan pertambangan yang dilakukan berlokasi di
sekitaran kawasan hutan lindung. Selain itu tanpa vegetasi lahan
menjadi terbuka dan akan memperbesar erosi dan sedimentasi pada saat
musim hujan karena lahan tidak memiliki daya serap lagi, hilangnya
tempat bagi keanekaragaman hayati dan habitat satwa.
2. Perubahan Topografi
Pembukaan tanah atas dapat mengakibatkan perubahan
topografi, hal tersebut biasanya terjadi pada daerah yang dijadikan area
lokasi pertambangan. Sedangkan untuk kondisi bentang alam/ topografi
membutuhkan waktu lama dalam proses pembentukannya, namun
dengan gampangnya dapat berubah akibat aktivitas dari proses
pertambangan dan kondisi tersebut tidak serta merta dapat kembali
kedalam kondisi semula.
3. Perubahan Pola Hidrologi
Hilangnya vegetasi yang menjadi kunci penting dalam siklus
hidrologi dapat menyebabkan kondisi hidrologi di areaa pertambangan
mengalami perubahan. Dimana setelah tambang tersebut tidak
beropersi, aktivitas sumur-sumur bor yang pernah digunakan pun
diberhentikan sehingga tinggi dari muka air tanah ikut berubah dimana
hal tersebut mengidentifikasikan pengurangan cadangan air tanah dan
juga berpotensi terjadinya pencemaran air akibat dari tersingkapnya
batuan yang mengandung sulfida sehingga kualitas air pun menurun.
4. Kerusakan Tubuh Tanah
Kerusakan pada tanah dapat terjadi diakibatkan dari adanya
pencampuran tubuh tanah secara tidak teratur yang biasanya terjadi saat
pembukaan dan penimbunan kembali pada tanah pucuk, sehingga hal
tersebut menganggu kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Hal
tersebut tentunya berpengaruh terhadap tanah yang seharusnya sebagai
media tumbuh tidak dapat berfungsi dengan baik bagi tumbuhan
nantinya, dimana tanpa adanya vegetasi penutup maka akan membuat
tanah pun rentan terhadap erosi baik pada musim hujan maupun angin
kencang.

Beberapa dampak negatif baik kerusakan lingkungan hingga dampak yang


dirasakan oleh masyarakat sekitaran lokasi penambangan, akibat dari proses eksploitasi
penambangan yang dilakukan PT. Newmont Nusa Tenggara yang terletak di Pulau
Sumbawa adalah perubahan dari struktur tanah akibat dari seluruh lapisan tanah yang
berada diatas deposit bahan tambang disingkirkan, karena pembangunan lokasi
penambangan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara diawali dengan pembersihan lahan
dan pengelupasan tanah penutup (top soil). Dimana hal tersebut tentunya menjadi
pengaruh berubahnya bentuk topografi dari suatu lahan baik dari lahan yang berbukit
yang kemudian menjadi datar akibat dari adanya pembukaan lahan tersebut sehingga
membentuk lubang yang besar dan dalam. Dari hasil pengelupasan yang dilakukan oleh
PT. Newmont Nusa Tenggara menghasilkan lubang pit sedalam 240 mdpl, dimana
lubang tersebut merupakan tempat pengeboran dan peledakan. Erosi pun tidak dapat di
hindari karena wilayah area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara yang sudah
terkikis, akibat adanya pembangunan lokasi penambangan.

Selain itu dampak lainnya yang disebabkan dari adanya aktifitas eksploitasi
penambangan yang dilakukan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara yang berlokasi di
wilayah Kabupaten Sumbawa Barat ini telah menyebabkan degradasi hutan. Degradasi
hutan ini sendiri merupakan kerusakan yang terjadi pada hutan, manusia bisa menjadi
salah satu faktor terjadinya degradasi hutan. Dalam kasus PT. Newmont Nusa Tenggara
ini degradasi hutan dapat terjadi akibat pembukaan lahan yang dilakukan untuk
memenuhi kepentingan dari PT. Newmont Nusa Tenggara ini sehingga harus ikut
merusak hutan-hutan yang dekat dengan sumber daya alam yang ingin di eksploitasi.
Selain itu dari adanya degradasi hutan ini dapat menyebabkan timbulnya lahan kritis
ataupun lahan terlantar yang tidak produktif lagi. Lahan kritis sendiri merupakan lahan
yang berada di dalam atau di luar kawasan hutan yang sudah tidak dapat berfungsi lagi
sehingga tidak adanya lagi media pengatur tata air dan lahan tersebut tidak lagi memiliki
unsur produktifitas, yang kemudian menjadi salah satu yang menyebabkan
terganggunya ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS).

PT. Newmont Nusa Tenggara di Pulau Sumbawa melakukan sebagian operasi


eksploitasi penambangannya di dalam kawasan hutan lindung yang menjadi area
operasional perusahaan. Hal tersebut berdasarkan apa yang tertera di dalam kontrak
karya PT. Newmont Nusa Tenggara. Dimana dengan penggunaan kawasan hutan
lindung sebagai kawasan operasional perusaahan, tentunya menjadi salah satu faktor
rusaknya hutan maupun lingkungan alam sekitarnya. Dengan digunakannya kawasan
hutan lindung sebagai kawasan operasional perusahaan PT. Newmont Nusa Tenggara
dapat menyebabkan berkurangnya mata air dan dapat menyebabkan pencemaran
terhadap sumber mata air.

Hal tersebut tentunya akan berdampak pula ke masyarakat yang tinggal di


daerah yang dengan dengan area pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara. Dampak
dari pencemaran air tersebut yang dirasakan masyarakat dapat seperti berkurangnya
sumber mata air bersih, selain itu dari air yang tercemar tersebut jika digunakan oleh
masyarakat maka penyakit pun tak dapat dihiraukan, Selain itu pencemaran lainnya
juga dapat terjadi di laut dan pesisir pantai, yang nantinya akan berdampak terhadap
biota laut tersebut, lalu nantinya juga akan berimbas terhadap masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai nelayan dimana hasil mata pencaharian mereka dapat berkurang
secara berkala akibat dari pencemaran laut yang disebabkan oleh pembuangan limbah
PT. Newmont Nusa Tenggara.

Sehingga untuk meminimalisir atau mengurangi kerusakan lingkungan yang


dapat terjadi akibat adanya proses penambangan, peran pemerintah dan peran dari pihak
PT. Newmont serta masyarakat disini sangat dibutuhkan untuk menjaga lingkungan
sekitar lokasi penambangan. Serta dibutuhkannya juga Analasis Dampak Lingkungan
(AMDAL) terhadap adanya eksploitasi penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara di
Pulau Sumbawa.

Dalam meminimalisir atau mengurangi maupun memperbaiki kerusakan yang


sudah terjadi atau dampak yang dihasilkan akibat dari proses eksploitasi penambangan
yang dilakukan. PT. Newmont Nusa Tenggara dalam operasionalnya dapat
membuktikan bahwa kegiatan eksploitasi proses penambangan yang dilakukan
perusahaan yang berlokasi di pulau sumbawa tersebut sudah sesuai dengan kaedah-
kaedah penambangan yang baik dan benar. Berikut beberapa bukti yang dimiliki oleh
pihak PT. Newmont Nusa Tenggara yang membuktikan bahwa PT. Newmont Nusa
Tenggara sudah memenuhi kaedah-kaedah penambangan yang baik
(Http://proper.menlh.go.id/portal/filebox/131228121253PT.%20Newmont%20Nusa%
20Tenggara.pdf, n.d.) :

a. Dokumen lingkungan/ izin lingkungan


PT. Newmont Nusa Tenggara dalam menjalankan kegiatan eksploitasi
penambangannya telah didukung oleh dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan lingkungan dan fasilitas penunjanganya yang
sesuai dengan peraturan yang ada. Selain itu memiliki dokumen
perijinan lainnya meliputi izin pembuangan air limbah, izin TPS limbah
B3 dan izin pengoperasian incinerator.
b. Pengendalian pencemaran air
Kebijakan yang diambil oleh perusaahan PT. Newmont Nusa Tenggara
pada saat ini dalam pengendalian pencemaran air yang terjadi yaitu
langkah awalnya mempersiapkan terlebih dahulu fasilitas untuk
pengolahan air limbah dan kemudian dilanjutkan dengan meminta izin
pembuangan air limbah ke Menteri Lingkungan Hidup dan Bupati.
Langkah selanjutnya setelah semua fasilitas dan izin diperoleh,
kemudian barulah fasilitas yang tersedia dioperasikan sebagai sarana
dalam pengolahan air limbah (IPAL).
c. Pengendalian pencemaran udara
Pencemaran udara dapat terjadi karena aktivitas penambangan maupun
aktivitas yang menunjang proses eksploitasi penambangan. Upaya
pengendalian pencemaran udara dilakukan dengan melakukan
penyiraman jalan-jalan area lokasi pertambangang secara terus menerus
untuk mengurangi polusi debu akibat dari aktivitas penambangan yang
dilakukan PT. Newmont Nusa Tenggara.
d. Pengelolaan limbah B3
Sebagai perusahaan penambangan tembaga dan emas, PT. Newmont
Nusa Tenggara dalam operasi eksploitasi penambangan yang dilakukan
tentunya akan menghasilkan berbagai jenis limbah dari proses
penambangannya. Jenis limbah tersebut baik itu merupakan limbah
domestik maupun yang termasuk kedalam limbah bahan yang berbahaya
dan beracun (B3). Dimana dalam pengelolahan limbah B3 tersebut
pihak PT. Newmont Nusa Tenggara melakukan beberapa kegiatan
dalam mengelola limbah B3, yaitu dengan penyimpanan sementara
limbah B3, memanfaatkan minyak pelumas bekas dan abu batubara,
penimbunan abu batubara, pengolahan limbah B3 medical di insinerator,
serta pembuangan/dumpling tailing.

Sehingga dapat dikatakan eksploitasi penambangan yang dilakukan oleh PT.


Newmont Nusa Tenggara yang berlokasi di Pulau Sumbawa, sadar akan dampak
terhadap lingkungan yang akan dihasilkan dari aktifitas penambangan. Hal tersebut
dilakukan dengan cara menyiapkan analisis dampak lingkungan untuk meminimalisir
kerusakan lingkungan yang disebabkan dari aktifitas penambangan dan juga memiliki
alternatif lain dalam mengurangi pencemaran serta pengolahan limbah yang disebabkan
dari adanya aktifitas eksploitasi penambangan yang dilakukan oleh perusahaan
penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara agar eksploitasi penambangan yang
dilakukan dapat sesuai dengan kaedah-kaedah penambangan yang baik dan benar.

Namun walaupun PT. Newmont Nusa Tenggara sudah memiliki berbagai


macam izin serta alternatif cara-cara dalam meminimalisir kerusakan lingkungan yang
terjadi, tetapi dapat dikatakan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktifitas
penambangan tersebut tidak dapat dihindari.

Selain itu juga pemerintah maupun masyarakat yang tinggal di sekitaran lokasi
eksploitasi penambangan, menuntut PT. Newmont Nusa tenggara untuk lebih
bertanggung jawab lagi baik dari segi lingkungan maupun sosial. Tanggung jawab
persuhaan pertambangan terhadap lingkungan pasca atau selama pengelolaan
berlangsung, dapat ditunjukan dengan cara melakukan pendekatan langsung kepada
masyarakat yang berada disekitaran lokasi pertambangan, turut memprioritaskan
kembalinya fungsi dan kualitas lingkungan yang rusak atau mengalami pencemaran
akibat dari aktifitas eksploitasi penambangan yang dilakukan perusahaan tersebut.
Selain itu perusahaan juga dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk
bersama-sama mensejahterakan masyarakat sebagai pendukung pembangunan
berkelanjutan. Corporate Social Responbility (CSR) merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan sebuah perusahaan dalam mengelola proses bisnis dimana nantinya
bertujuan untuk memberikan dampak positif kepada masyarakat, ekonomi, dan
lingkungan. Keterlibatan perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR merupakan
tuntutan sebagai tanggung jawab yang dialami masyarakat khususnya pada kerusakan
lingkungan (Eko Priyo Purnomo, AL Muhajir Haris, 2016).

Data ekonomi dari PT. Newmont Batu Hijau menunjukkan angka kontribusi
sekitar 35,90 juta dolar AS setiap tahunnya kepada pemerintah Indonesia baik dalam
bentuk pajak, non pajak serta royalty. Sementara setiap tahunnya PT. Newmont Nusa
Tenggara membelanjakan sebanyak ratusan juta dolar AS yang digunakan untuk
pembelian barang, pembayaran gaji karyawan nasional, serta untuk program
pengembangan masyarakat. Khusus untuk wilayah yang berada disekitaran area lokasi
pertambangan, PT. Newmont Nusa Tenggara setiap tahun sedikitnya menghabiskan
lebih dari 2 juta dolar AS untuk membeli barang-barang dan jasa dari pemasok lokal di
desa-desa yang berada di sekitaran lingkar lokasi pertambangan (Burhanudin, Ni Ketut
Surasni, Santi Nururly, 2013).

Selain itu, PT. Newmont Nusa tenggara juga membantu masyarakat yang
tinggal di sekitar tambang melalui program tanggung jawab sosial (Corporate Social
Responbility). Dalam hal tersebut PT. Newmont Nusa Tenggara memiliki program
Community Development (ComDev), empat program yang merupakan bagian dari
Community Development (ComDev) yang dapat membuktikan adanya tinggal
kepudilian dari pihak PT. Newmont Nusa Tenggara yaitu dalam membangun
masyarakat desa yang berada di sekitaran lokasi penambangan. Dimana empat program
tersebut terdiri dari pembangunan infrastruktur, kesehatan masyarakat, pendidikan serta
pertanian, dan pengembangan usaha berskala kecil. Dalam sistem pelaksanaan program
ComDev oleh PT. Newmont Nusa Tenggara menggunakan mekanisme pelibatan pihak
ketiga dalam hal ini yaitu LSM mitra sebagai pelaksana kegiatan, sedangkan untuk
bidang ekonomi PTNNT mengunakan Yayasan Pembangunan Ekonomi Sumbawa
Barat (YPESB) dan Yayasan Olat Perigi (YOP). Dimana yayasan-yayasan tersebut
dibentuk oleh PT. Newmont Nusa Tenggara untuk mendukung dalam pelaksanaan dari
kegiatan Community Development (ComDev), Comdev PTNNT juga menempatkan staf
program pada yayasan untuk membantu manajemen dari program-program yang sudah
ditetapkan (Burhanudin, Ni Ketut Surasni, Santi Nururly, 2013).
BAB III

KESIMPULAN

PT. Newmont Nusa Tenggara merupakan perusahaan penambangan yang


terletak di pulau Sumbawa, dapat dikatakan dengan adanya eksploitasi yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut memiliki dampak baik maupun buruk bagi ekonomi,
lingkungan hingga masyarakat. Dampak buruk bagi lingkungan yang nantinya juga
akan berdampak terhadap masyarakat sekitar tidak dapat dihiraukan, akan tetapi dari
pihak perusahaan PT. Newmont Nusa Tenggara sendiri memiliki alternatif lainnya
berdasarkan analisis dampak lingkungan yang ada untuk meminimalisir kerusakan
ligkungan yang terjadi, selain itu PTNNT juga tetap memperhatikan tanggung
jawabnya kepada masyarakat sekitar yang terkena dampak dari adanya kegiatan
eksploitasi penambangan yang dilakukan. Namun tetap saja planet kita mempunyai
batasan-batasannya sehingga PTNNT diharapakan tetap mendukung terjaganya
keberlangsungan ekosistem untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Sachs, J. D. (2015). The age of sustainable development. Columbia University Press.

PURNOMO, EKO PRIYO, NURMANDI, ACHMAD, SULAKSONO, TUNJUNG ,HIDAYATI,


MEGA RAMDANI, RIJAL, AGUSTIYARA, AGUSTIYARA. (2013). Ekologi Pemerintahan.
LP3M UMY

Savitrie, Ken. (2013). Faktor Penyebab Munculnya Persoalan Lingkungan Di Kabupaten


Sumbawa Barat Akibat Operasi PT. Newmont Nusa Tenggara. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

SEFTYANA, D. A. (2017). Strategi Penanganan Masalah Lingkungan Hidup di Kabupaten


Sumbawa Barat Melalui Environment Sustainability Program oleh PT. Newmont Nusa
Tenggara (Doctoral dissertation).

Haris, A. M., & Purnomo, E. P. (2017). IMPLEMENTASI CSR (CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY) PT. AGUNG PERDANA DALAM MENGURANGI DAMPAK
KERUSAKAN LINGKUNGAN. Journal of Governance and Public Policy, 3(2), 203-225.

Timisela, Izack. (2012). Peran Masyarakat Dalam Lingkungan Hidup. Jurnal Bhakti, Vol. 1.

Burhanudin, Ni Ketut Surasni, Santi Nururly, Bq. Nurul Suryawati. (2013). IMPLEMENTASI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT. NEWMONT NUSA TENGGARA.
Implementasi Corporate Social Responsibility. Edisi Ke XXXIII Vol 2.

D. Andini. (2014). PT. Newmont Nusa Tenggara. Di akses melalui


https://www.scribd.com/doc/213062982/PT-Newmont-Nusa-Tenggara

http://proper.menlh.go.id/portal/filebox/131228121253PT.%20Newmont%20Nusa%20Tenggara.p
df

Anda mungkin juga menyukai