Anda di halaman 1dari 15

BASIC SCIENCE

Anatomi Telinga

Telinga Tengah
Telinga tengah disebut juga kavum timpani, yang terdiri dari membran timpani, tuba
eustachius, tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, incus dan stapes, dan antrum mastoid.
Membran timpani dan tuba eustachius selain menjadi bagian dari telinga tengah juga sebagai
batas lateral yang memisahkan dengan telinga luar dan batas anterior yang memisahkan
telinga tengah dengan nasofaring. Tulang-tulang pendengaran merupakan tiga tulang kecil
yang tersusun atas rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membran
timpani menuju rongga telinga dalam. Ketiga tulang tersebut adalah maleus, incus dan stapes.
Processus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada incus, dan
incus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan
koklea.1

Gambar 1. Anatomi Telinga

Membaran timpani

Membran timpani merupakan dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang
telinga luar dari kavum timpani. Diameter rata-rata membran timpani sekitar 1cm. Letak
membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga, tetapi miring dengan membentuk
sudut 45º terhadap potongan sagital dan horizontal. Membran timpani merupakan struktur
yang terus tumbuh sehingga memungkinkannya menutup bila terjadi perforasi.2

Membran timpani terbagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo (bagian puncak
dari membrana timpani yang menonjol kearah kavum timpani) sehingga didapatkan bagian
atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak
perforasi membran timpani.2

Gambar 2. Membran timpani


Secara anatomis membran timpani terbagi dalam 2 bagian, yaitu:

a. Pars Tensa.

Bagian ini adalah bagian terbesar dari membran timpani. Pars tensa merupakan
suatu permukaan yang tegang dan bergetar dengan sekelilingnya yang menebal dan
melekat di anulus timpanikus pada sulkus timpanikus di tulang temporal.
b. Pars Flaksida (membran Shrapnell)

Terletak di bagian atas depan dan lebih tipis dari pars tensa. Pars falksida dibatasi
oleh 2 lipatan yaitu plika maleolaris anterior (lipatan depan) dan plika maleolaris
posterior belakang.

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa tulang temporal dan berbentuk
bikonkaf. Kavum timpani merupakan sebuah rongga yang di sebelah lateral dibatasi
oleh membran timpani, di sebelah medial oleh promontorium.
Berdasarkan ketinggian batas superior dan inferior membrana timpani, kavum timpani dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
a. Epitimpanum.
Berada dibagian atas membran timpani, dan merupakan bagian superior kavum timpani,
disebut juga atik karena terletak diatas membran timpani. Atik menyempit di daerah posterior
menjadi jalan masuk ke antrum mastoid, disebut aditus ad antrum.
b. Mesotimpanum
Merupakan ruang antara batas atas dan batas bawah membran timpani. Dinding anterior
mesotimpani terdapat orifisium timpani dan pada bagian superior terdapat tuba eustachius.
c. Hipotimpanum atau resesus hipotimpanikus
Terletak dibawah membrana timpani, berhubungan dengan bulbus jugulare.
Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu :

1. Atap kavum timpani.

Dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut tegmen timpani. Tegmen timpani
memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. Bagian ini juga
dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura
petroskuama.
Pada anak-anak, penulangan dari sutura petroskuamosa belum terbentuk pada daerah tegmen
timpani, sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran infeksi dari kavum timpani ke
meningen dari fosa kranial media. Pada orang dewasa vena-vena dari telinga tengah
menembus sutura ini dan berakhir pada sinus petroskuamosa dan sinus petrosal superior
dimana hal ini dapat menyebabkan penyebaran infeksi dari telinga tengah secara langsung
ke sinus-sinus venosus kranial.
2. Lantai kavum timpani
Memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus jugularis. Bagian ini dibentuk oleh tulang yang
tipis atau bahkan tidak ada tulang sama sekali, sehingga infeksi dari kavum timpani mudah
menjalar ke bulbus vena jugularis.
3. Dinding medial.
Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam sekaligus sebagai dinding
lateral dari telinga dalam. Dinding ini pada mesotimpanum menonjol kearah kavum timpani,
disebut promontorium. Tonjolan ini oleh karena didalamnya terdapat koklea. Dibelakang dan
bagian atas promontorium terdapat fenestra vestibuli atau foramen ovale (oval windows).
Tempat jalannya nervus fasialis berada diatas fenestra vestibuli.
Fenestra koklea atau foramen rotundum ( round windows) ditutupi oleh suatu membran yang
tipis, yaitu membran timpani sekunder yang terletak dibelakang bawah. Kedua lekukan dari
foramen ovale dan rotundum berhubungan satu sama lain pada batas posterior mesotimpanum
melalui suatu fosa yang dalam yaitu sinus timpanikus. Area lain yang secara klinis sangat
penting ialah sinus posterior atau resesus fasial yang terdapat disebelah lateral kanalis fasial
dan prosesus piramidal. Resesus fasialis tidak bertambah semenjak lahir. Resesus fasialis ini
penting karena berfungsi sebagai pembatas antara kavum timpani dengan kavum mastoid,
sehingga bila aditus as antrum tertutup karena suatu sebab maka resesus fasialis bisa dibuka
untuk menghubungkan kavum timpani dengan kavum mastoid.
4. Dinding posterior
Dinding posterior mempunyai satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum
timpani dengan atrum mastoid melalui epitimpanum. Sel - sel udara dapat meluas kearah
posterior seperti yang dilaporkan Anson dan Donaldson (1981), bahwa apabila diukur dari
ujung piramid, sinus dapat meluas sepanjang 9 mm kearah tulang mastoid.
1. Dinding anterior: Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba
eustachius
2. Dinding lateral: Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran.
Bagian tulang berada diatas dan bawah membran timpani.

Vaskularisasi Kavum Timpani

Pembuluh-pembuluh darah yang memberikan vaskularisasi kavum timpani adalah


arteri-arteri kecil yang melewati tulang yang tebal. Sebagian besar pembuluh darah yang
menuju kavum timpani berasal dari cabang arteri karotis eksterna.2
Pada daerah anterior mendapat vaskularisasi dari arteri timpanika anterior, yang
merupakan cabang dari arteri maksilaris interna yang masuk ke telinga tengah melalui fisura
petrotimpanika.2
Pada daerah posterior mendapat vaskularisasi dari arteri timpanika posterior, yang
merupakan cabang dari arteri mastoidea yaitu arteri stilomastoidea. Pada daerah superior
mendapat perdarahan dari cabang arteri meningea media juga arteri petrosa superior, arteri
timpanika superior dan ramus inkudomalei.2
Pembuluh vena kavum timpani berjalan bersama-sama dengan pembuluh arteri
menuju pleksus venosus pterigoid atau sinus petrosus superior. Pembuluh getah bening
kavum timpani masuk ke dalam pembuluh getah bening retrofaring atau ke nodulus
limfatikus parotis.
Tuba Eustachius

Gambar 3. Tuba eustachius

Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya
seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan
nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm, dimana tuba ini berjalan ke arah
bawah, depan dan medial dari telinga tengah. Sedangkan pada anak dibawah 9 bulan panjang
tuba adalah sekitar 17,5 mm.2
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kira-kira 2-2,5
cm, lebih tinggi dibandingkan dengan ujung dari muara tuba pada bagian nasofaring.
Sedangkan pada anak-anak, tuba pendek, lebar dan letaknya mendatar. Akibatnya infeksi
akan lebih mudah untuk menjalar dari nasofaring ke telinga tengah.

Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga, yaitu menjaga agar tekanan
udara dalam kavum timpani selalu sama dengan tekanan udara luar,
drainase sekret dari kavum timpani ke nasofaring akan menghalangi masuknya sekret dari
nasofaring ke kavum timpani. (Djaafar ZA, 2007).

Nervus Fascialis
Sel tubuh untuk nervus facialis dikelompokkan dalam area-area anatomis yang disebut
nukleus atau ganglia. Badan sel saraf aferen untuk ditemukan dalam ganglion geniculate untuk
sensasi rasa. Badan sel saraf eferen untuk otot ditemukan dalam inti motorik wajah sedangkan
badan sel saraf untuk eferen parasimpatik yang ditemukan dalam inti salivatory superior.8

Inti motorik nervus VII terletak di pons. Serabutnya mengitari nervus VI, dan keluar
di bagian lateral pons. Nervus intermedius keluar di permukaan lateral pons di antara nervus
VII dan nervus VIII. Ketiga nervus ini bersama-sama memasuki meatus akustikus internus.
Di dalam meatus ini, saraf fasialis dan intermediet berpisah dari saraf VIII dan terus ke lateral
dalam kanalis fasialis, kemudian ke atas ke tingkat ganglion genikulatum. Pada ujung akhir
kanalis , saraf fasialis meninggalkan kranium melalui foramen stilomastoideus. Dari titik ini,
serat motorik menyebar di atas wajah. Dalam melakukan penyebaran itu, beberapa melubangi
glandula parotis.6,7

Sewaktu meninggalkan pons, nervus fasialis beserta nervus intermedius dan nervus
VIII masuk ke dalam tulang temporal melalui porus akustikus internus. Dalam perjalanan di
dalam tulang temporal, nervus VII dibagi dalam 3 segmen, yaitu segmen labirin, segman
timpani dan segmen mastoid.1

Segmen labirin terletak antara akhir kanal akustik internus dan ganglion genikulatum
. panjang segmen ini 2-4 milimeter.1

Segmen timpani (segmen vertikal), terletak di antara bagian distal ganglion


genikulatum dan berjalan ke arah posterior telinga tengah , kemudian naik ke arah tingkap
lonjong (venestra ovalis) dan stapes, lalu turun kemudian terletak sejajar dengan kanal
semisirkularis horizontal. Panjang segmen ini kira-kira 12 milimeter.1
Gambar 5. saraf facialis, korda timpani, dan fleksus timpanikus

Segmen mastoid ( segmen vertikal) mulai dari dinding medial dan superior kavum
timpani . perubahan posisi dari segman timpani menjadi segmen mastoid, disebut segman
piramidal atau genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling posterior dari nervus VII,
sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi. Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah
kaudal menuju segmen stilomaoid . panjang segmen ini 15-20 milimeter.1

Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan yang
mengarahkan gerakan ekspresi emosional pada otot-otot wajah. Juga ada hubungan dengan
gangglion basalis. Jika bagian ini atau bagian lain dari sistem piramidal menderita penyakit
penyakit, mungkin terdapat penurunan atau hilangnya ekspresi wajah (hipomimia atau
amimi).7
Gambar 6. Percabangan fungsi nervus fasialis

1.4 Fungsi Nervus Fasialis

a. Eferen
Fungsi utamanya adalah motor kontrol dari sebagian besar otot-otot ekspresi wajah. Hal
ini juga innervates perut posterior otot digastric, otot stylohyoid, dan otot stapedius dari
telinga tengah. Semua otot ini adalah otot lurik asal branchiomeric berkembang dari
lengkung faring kedua.8
Wajah juga memasok serat parasimpatis ke kelenjar submandibular dan kelenjar
sublingual melalui Korda timpani. Persarafan parasimpatik berfungsi untuk meningkatkan
aliran air liur dari kelenjar ini. Ini juga memasok persarafan parasimpatis pada mukosa
hidung dan kelenjar lakrimal melalui ganglion pterygopalatine. Nervus facialis juga
berfungsi sebagai tungkai eferen dari refleks kornea.8
b. Aferen
Selain itu, ia menerima sensasi rasa dari anterior dua pertiga dari lidah melalui Korda
timpani, sensasi rasa dikirim ke bagian gustatory dari inti soliter. Sensasi umum dari
anterior dua pertiga lidah dipasok oleh serat aferen dari divisi ketiga dari saraf kranial
kelima (V-3). Ini (VII) sensorik (V-3) dan rasa serat perjalanan bersama sebagai nervus
lingualis sebentar sebelum Korda timpani meninggalkan saraf lingual untuk memasuki
rongga timpani (telinga tengah) melalui fisura petrotympanic. Dengan demikian
bergabung dengan sisa nervus facialis melalui canaliculus untuk chorda timpani. Saraf
wajah kemudian bertemu ganglion geniculate (ganglion sensoris dari serat rasa chorda
timpani dan jalur rasa lainnya). Dari ganglion geniculate serat rasa terus sebagai saraf
perantara yang pergi ke kuadran anterior atas fundus dari meatus akustik internal bersama
dengan akar motor saraf wajah. saraf intermediate mencapai fosa kranial posterior melalui
meatus akustik internal sebelum bersinaps di nukleus soliter. Badan sel dari timpani
Chorda berada di ganglion geniculate, dan serat ini parasimpatis sinaps di ganglion
submandibula, melekat pada nervus lingualis.
Nervus facialis juga memasok sejumlah kecil persarafan aferen ke orofaring bawah
tonsil palatina. Ada juga sejumlah kecil sensasi kulit yang dibawa oleh nervus intermedius
dari kulit di dalam dan sekitar daun telinga (daun telinga).

Telinga Dalam
Telinga dalam terletak di dalam pars petrosus os temporale dan terdiri atas organ pendengaran
dan organ keseimbangan. Struktur telinga dalam terdiri atas labirintus osseus dan labirintus
membranosus.

Labirintus osseus merupakan serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan yang disebut
perilimfe. Bagian ini terdiri dari:
a. Vestibulum, Yaitu ruangan kecil yang berhubungan dengan koklea pada sisi anterior,
dengan telinga tengah pada sisi lateral melalui fenestra ovale dan fenestra rotundum, dan
dengan kanalis semisirkularis pada sisi posterior.
b. Koklea, yang berbentuk seperti rumah siput. Bagian dalam tulang koklea, tabung
membranosa berjalan dari dasar apeks dan ke arah bawah kembali. Tabung yang mengarah ke
atas dimulai dari fenestra rotundum dan disebut skala vestibuli. Sedangkan tabung yang
mengarah ke bawah disebut skala timpani dan berakhir pada fenestra rotundum. Diantara dua
skala tersebut adalah skala media yang merupakan tabung berisi endolimf. Di dalam koklea
terdapat organ korti yaitu struktur yang berjalan secara spiral kearah atas pada koklea, dan
dalam perjalanannya disokong oleh pilar sentralis yang melekat pada membrana basalis.
c. Kanalis semisirkularis, merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri dari tiga
saluran, yang satu dengan lainnya membentuk sudut 90 derajat, yaitu kanalis semisirkularis
superior, kanalis semisirkularis posterior, dan kanalis semisirkularis lateralis.

2. Labirintus membranosus, terdiri dari:


a. Utrikulus, berbentuk seperti kantong lonjong dan agak gepeng, terpaut pada tempatnya
oleh jaringan ikat, di sini terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagian depan, dan sampingnya
ada daerah yang lonjong disebut macula akustika. Pada dinding belakang utrikulus, ada muara
dari duktus semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus disebut utrikulosa
sirkularis, saluran yang menghubungkan utrikulus dan sakulus.
b. Sakulus, berbentuk agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan
dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat, dimana terdapat nervus
akustikus. Pada bagian depan sakulus ditemukan serabut- serabut halus cabang nervus
akustikus berakhir pada macula akustika sakuli. Pada permukaan bawah sakulus ada ductus
reunien yang menghubungkan sakulus dengan ductus koklearis, dibagian sudut sakulus ada
saluran halus, disebut ductus endolimfatikus yang berjalan melalui aquaduktus vetibularis
menuju permukaan bagian bawah tulang temporalis berakhir sebagai kantong buntu yang
disebut sakus endolimfatikus, yang terletak tepat di lapisan otak durameter.
c. Duktus semisirkularis, terdiri dari tiga tabung selaput semisirkularis yang berjalan
dalam kanalis semisirkularis (superior, posterior dan lateralis). Bagian duktus yang melebar
disebut ampula selaput. Setiap ampula mengandung satu celah sulkus ampularis yang
merupakan tempat masuknya cabang ampula nervus akustikus, sebelah dalam ada Krista
ampularis yang terlihat menonjol ke dalam yang menerima ujung-ujung saraf.
d. Duktus koklearis, merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga seolah-olah
membuat batas pada koklea timpani, atap duktus koklearis terdapat membrane vestibularis,
pada alasnya terdapat membrane basilaris. Duktus koklearis mulai dari kantong buntu dan
berakhir tepat diseberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu.21
Vaskularisasi telinga dalam
Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirinti cabang A. Cerebelaris
anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis. Arteri ini masuk ke meatus
akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis
yang bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A. Vestibularis
anterior memperdarahi N. Vestibularis,
urtikulus dan sebagian duktus semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus
daerah putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang kohlea.
Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis semisirkularis dan ujung
basal kohlea. Cabang kohlea memperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus
dan ligamen spiralis. A. Kohlearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus
internus dan di dalam kohlea mengitari modiolus.
Vena dialirkan ke V.Labirinti yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau sinus
sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke sinus
petrosus superior dan inferior.6-8

Persarafan telinga dalam


N.Vestibulokohlearis (N.akustikus) yang dibentuk oleh bagian koklear dan vestibular,
di dalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis dan masuk batang
otak antara pons dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis dipersarafi oleh N.Koklearis dengan
ganglion vestibularis (scarpa) terletak di dasar dari meatus akustikus internus. Sel-sel sensoris
pendengaran dipersarafi N.Koklearis dengan ganglion spiralis corti terletak di modiolus.7

Histologi Telinga

Telinga Tengah
Telinga tengah mengandung rongga timpani yang terisi udara, suatu ruang ireguler
yang berada di dalam os temporale di antara membran timpani dan permukaan tulang telinga
dalam. Di sebelah anterior, ruang ini berhubungan dengan faring melalui tuba auditorius dan
disebelah posterior, berhubungan dengan rongga mastoid yang berisikan udara pada os
temporale. Rongga timpani terutama dilapisi oleh selapis epitel kuboid yang berada di lamina
propria yang sangat melekat pada periosteum. Di dekat tuba auditorius, epitel selapis ini secara
berangsur berubah menjadi epitel bertingkat silindris bersilia yang melapisi tuba tersebut.3
Membran timpani berhubungan dengan tingkap lonjong melalui sederetan tiga tulang
kecil, ossicula auditus, yang menghantarkan getaran mekanis membran timpani ke telinga
dalam. Ossicula dinamai malleus, incus, stapes. Malleus menempel pada jaringan ikat
membran timpani dan stapes melekat pada jaringan ikat membran di tingkap lonjong. Tulang-
tulang ini berartikulasi di sendi sinovial yang bersama-sama periosteum sepenuhnya dilapisi
epitel selapis gepeng.3
Fisiologi
Fisiologi tuba eustachius
Tuba eustachius memiliki tiga fungsi fisiologis terhadap telinga tengah yaitu fungsi
ventilasi untuk mengatur agar tekanan telinga tengah terhadap tekanan telinga tengah sama
dengan telinga luar, fungsi proteksi untuk melindungi telinga tengah terhadap tekanan suara
dan sekret nasofaring, dan fungsi drainase untuk mengalirkan sekret yang diproduksi mukosa
telinga tengah ke arah nasofaring.4
Tuba eustachius memiliki fungsi untuk mengatur tekanan telinga tengah karena tekanan
udara di telinga tengah kurang lebih sama dengan tekanan di luar telinga. Pada saat istirahat
tuba eustachius akan tertutup secara pasif, namun pada keadaan normal akan terjadi pembukaan
tuba saat menelan, menguap dan bersin yang secara aktif adalah akibat dari kontraksi otot
tensor veli palatini, sehingga dapat mempertahankan tekanan di telinga tengah sama dengan
tekanan di telinga luar.4

Fisiologi sekret mukosa telinga tengah


Telinga tengah secara terus menerus menghasilkan sekret mukus yang ditransportasi
oleh silia melewati mukosa telinga tengah menuju tuba eustachius yang kemudian mukus
tersebut akan tertelan. Aliran mukus ini dipertahankan dengan tujuan mencegah bakteri dari
daerah nasofaring masuk ke daerah telinga tengah. Mukus ini juga berfungsi sebagai pelindung
untuk mencegah adesi bakteri ke epitel mukosa, namun apabila perlindungan ini gagal, mukosa
telinga tengah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sekret mukus yang mengandung
immunoglobulin, lysozyme, lactoferrin dan komponen komplemen sebagai pertahanan
terakhir.4

Anda mungkin juga menyukai

  • PDF Document
    PDF Document
    Dokumen1 halaman
    PDF Document
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Tifoid
    Tifoid
    Dokumen10 halaman
    Tifoid
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • @judesukacustom Pricelist
    @judesukacustom Pricelist
    Dokumen18 halaman
    @judesukacustom Pricelist
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Makalah OE LVA
    Makalah OE LVA
    Dokumen35 halaman
    Makalah OE LVA
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Psoriasis
    Psoriasis
    Dokumen75 halaman
    Psoriasis
    Wulansari Jude Anwar
    0% (1)
  • Kusta
    Kusta
    Dokumen24 halaman
    Kusta
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Depresi Berat Aweu
    Lapsus Depresi Berat Aweu
    Dokumen34 halaman
    Lapsus Depresi Berat Aweu
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Polip Rekti Wulan
    Polip Rekti Wulan
    Dokumen38 halaman
    Polip Rekti Wulan
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Appendisitis
    Lapsus Appendisitis
    Dokumen31 halaman
    Lapsus Appendisitis
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat