Anda di halaman 1dari 16

1

1. Peta Konsep
Etiologi
Pseudomonas aeruginosa.
Basic Science Faktor risiko
- Anatomi telinga luar  Piercing atau tindik
- Histologi telinga luar  Luka bekas operasi
- Fisiologi telinga luar
 Trauma

Patofisiologi
Infeksi daun telinga menyebar ke
perikondrium pinna menjadi merah dan nyeri
 abses sub perikondrial dan nekrosis tulang
Tanda dan gejala : rawan sehingga terbentuk cauliflower ears
- Nyeri pada daun telinga
- Kemerahan pada daun
telinga
- Bengkak pada daun telinga
Diagnosis Banding
- Perikondritis
- Erisepelas
Pemeriksaan
Penunjang :
- Biopsi Diagnosis Kerja : Perikondritis
-kultur bakteri - Perikondritis
-uji sensitivitas - Erisepelas
-darah rutin

Penatalaksanaan Komplikasi
- Nonfarmakologi : deformitas yang disebut dengan
Kompres dengan air hangat telinga lisut (cauliflower ears).
- Farmakologi :
Golongan aminoglikosida
Golongan penisilin
Golongan sefalosporin

Prognosis
- Quo ad Vitam : Ad bonam
- Quo ad Functionam : Dubia ad bonam

BHP
- Medical indication - Quality of life
- Patient preference - Contextual Feature
2

2. Definisi
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu
trauma atau radang menyebabkan efusi pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga
luar. Yang ditandai dengan daun telinga yang membengkak, merah, panas, terasa nyeri, jika
ditekan terasa sakit. Pembengkakan daun telinga itu menjalar ke bagian belakang daun telinga
sehingga sangat menonjol.1,2

3. Anatomi Telinga
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga sampai membran
timpani.1
Daun Telinga
Aurikula terdiri atas lempeng tulang rawan elastik tipis yang ditutupi kulit. Pada tepi
posterosuperior luar telinga terdapat helix yang membentuk geometri cekung dan kurva sedikit
ke dalam menuju meatus akustik eksternal. Antihelix terletak di anterior heliks berbentuk cekung
dan melengkung keluar dari concha. Antara heliks dan antihelix terdapat skafoid fossa.3
Di permukaan posterior daun telinga terdapat juga tonjolan dan cekungan yang namanya
sesuai dengan anatomi yang membentuknya yaitu sulkus heliks, sulkus krus heliks, fosa
antiheliks, eminensia konka, dan eminensia scafa. Rangka tulang rawan daun telinga dibentuk
oleh lempengan fibrokartilago elastik. Tulang rawan daun telinga ini ditutupi oleh kulit dan
dihubungkan dengan sekitarnya oleh ligamentum dan otot – otot. Tulang rawan daun telinga
berhubungan dengan tulang rawan liang telinga melalui bagian yang disebut isthmus pada
permukaan posterior perlekatannya tidak terlalu erat karena terdapat lapisan lemak subdermis
yang tipis. Kulit daun telinga ditutupi oleh rambut – rambut halus yang mempunyai kelenjar
sebasea. Kelenjar ini banyak terdapat di konka dan fosa scafa.3

Gambar 1. Aurikula
3

Aurikula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik. Otot ekstrinsik terdiri dari muskulus
aurikularis anterior, muskulus aurikularis superior, muskulus aurikularis posterior. Otot – otot ini
menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot – otot ini bersifat
rudimenter, tetapi ada beberapa orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk
menggerakkan daun telinganya ke atas dan ke bawah dengan menggerakkan otot – otot ini. Otot
instrinsik terdiri dari muskulus helicis mayor, musculus helicis minor, musculus tragicus,
musculus antitragus, musculus obliqus auricularis, dan musculus transpersus auricularis. Otot –
otot ini berhubungan dengan bagian – bagian daun telinga.4,5

Gambar 2. Otot-otot Daun Telinga

Persarafan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus cervicalis yaitu nervus
auricularis magnus bersama dengan cabang cutaneus nervus fasialis mempersarafi permukaan
posterior dan anterior serta bagian posterior. Nervus occipitalis mempersarafi bagian
ataspermukaan posterior daun telinga. Nervus auriculotemporalis merupakan cabang nervus
mandibularis yang mempersarafi bagian tragus, crus heliks, dan bagian atas heliks. Cabang
nervus auricularis ke konka, anteheliks, dan eminensia konka. Cabang nervus fasialis ada yang
menuju dasar konka serta saraf daun telinga.3
4

Liang Telinga
Liang telinga luar atau meatus acusticus externus, merupakan suatu struktur berbentuk
huruf S yang berfungsi menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke mebran timpani. Pada
orang dewasa panjang nya ± 1 inci (2,5 cm). Liang telinga membentang dari konka telinga
sampai membran timpani. Disebabkan kedudukan membran timpani miring menyebabkan liang
telinga bagian belakang atas lebih pendek kira – kira 6 mm dari dinding anterior inferior. Bagian
lateral liang telinga adalah tulang rawan yang luasnya kira – kira ½ panjang liang telinga, sedikit
lebih panjang bagian tulang dalamnya yang merupakan terowongan langsung ke tulang
temporal.5
Bagian tulang rawan liang telinga luar sedikit mengarah ke atas dan ke belakang dan
sedikit bagian ke bawah dan ke depan. Penarikan daun telinga ke arah belakang atas luar, akan
membuat liang telinga cenderung lurus sehingga memungkinkan terlihatnya membran timpani
pada liang telinga.
Dinding depan, dasar dan sebagian dinding belakang dari liang telinga dibentuk oleh
tulang rawan yang mana terbentuk penyempitan depan bawah, bila meluas ke media. Ujung
sebelah dalam dari jalur ini melekat erat permukaan luar yang kasar dari bagian tulang liang
telinga. Bagian superior dan posterior dibentuk oleh jaringan ikat padat yang mana berlanjut
dengan periosteum dari bagian tulang liang telinga. Liang telinga bagian tulang rawan adalah
sangat lentur dan fleksibel sebagian akibat adanya dua atau tiga celah tegak lurus daru santorini
pada dinding tulang rawan.4,5
Bentuk dari daun telinga dan liang telinga luar menyebabkan benda asing seperti
serangga dan air sulit untuk memasuki liang telinga bagian tulang dan mencapai membran
timpani orifisium dan liang telinga luar yang kecil dari tumpang tindih antara tragus dan
antitragus yang merupakan garis pertahanan pertama terhadap kontaminasi dari liang telinga dan
trauma membran timpani. Garis pertahanan kedua dibentuk oleh tumpukan masa serumen yang
menolak air, yang mengisi sebagian liang telinga bagian tulang rawan tepat di medial orifisium
liang telinga. Garis pertahanan ketiga oleh tulang rawan dan bagian tulang liang telinga, hal ini
sering lebih terbentuk oleh dinding liang telinga yang cembung. Penyempitan ini membuat
sulitnya serumen menumpuk atau benda asing memasuki lumen liang telinga bagian tulang dan
membran timpani. Suplai saraf sensoris ke kulit pelapisnya, berasal dari N. Aurikulo temporalis
dan cabang N. Vagus.5
5

Gambar 4. Anatomi Telinga


Vaskularisasi Telinga
Arteri – arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang temporal
superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal. Permukaan anterior telinga dan
bagian luar liang telinga diperdarahi oleh cabang aurikular anterior dari arteri temporalis
superfisial. Cabang dari arteri aurikular posterior memperdarahi permukaan posterior telinga.
Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang – cabang dari arteri ini. Perdarahan ke bagian
lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan luar membrana timpani adalah dari cabang
aurikular dalam arteri maksilaris interna.7
Vena telinga bagian anterior, posterior, dan bagian dalam umumnya bermuara ke vena
jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir ke dalam vena
temporalis superfisial dan vena aurikularis posterior.5
Beberapa cabang yang lebih kecil dari arteri dan vena menembus jaringan ikat padat yang
menjembatani bagian yang kurang tulang rawannya. Sebagian cabang lainnya melewati fissura
santorini pada dinding tulang rawan anterior dan jaringan ikat fibrosa yang mempersatukan
tulang rawan dengan bagian tulang liang telinga. Pembuluh – pembuluh darah ini kemudian
bercabang dan beranastomosis pada selaput membran liang telinga dan membentuk jaringan
vascular cutaneus dalam, dbagian dalam perikondrium.
6

Sejumlah besar cabang – cabang arteri menaik tegak lurus ke papilla dermis ke dalam daerah
cabang arteri dari lekukan kapiler. Lekukan – lekukan ini mengalir ke dalam pleksus venosus
dan selanjutnya ke dalam jaringan venosus di atas perikondrium. Satu arteriol tunggal
memperdarahi tubulus sekretorius dan kebanyakn saluran kelenjar apokrin, selanjutnya
memisahkan diri menjadi kapiler yang sangat banyak, yang bergabung ke dalam dua atau lebih
ke dalam venula.4,5

Gambar 5. Vaskularisasi Telinga


Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi antara saraf – saraf cutaneus dan cranial. Cabang
auricular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus (N.V) mempersarafi permukaan
anterolateral permukaan telinga, dinding anterior, dan superior liang telinga dan segmen depan
membran timpani. Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafi oleh pleksus
cervicalis saraf auricularis mayor. Cabang auricularis dari saraf fasialis (N.VII), glossofaringeus
(N.IX), dan vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan cabang – cabang saraf ini mempersarafi
dinding posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior serta inferior membran timpani.
7

Gambar 6. Persarafan Telinga


Sistem Limfatik
Pembuluh-pembuluh limfe berasal dari papila dermis dari sekeliling folikel rambut dan
kelenjar sebasea seperti anyaman berbentuk bintang menghubungkan lakuna. Pengaliran dari
pembuluh-pembuluh tersebut kedalam kelenjar pre dan postaurikular. Sistim limfe liang telinga
luar berhubungan erat dengan sistim limfe prosesus mastoideus dan kelenjar parotis. Pada infeksi
tertentu dari liang telinga kelenjar-kelenjar limfe yang berdekatan dengan liang telinga menjadi
membesar sistim limfatik dan bagian anterior dan superior liang telinga, tragus dan kulitnya
berdekatan ke daerah temporal bermuara kedalam kelenjar preaurikular yang terletak diatas
kelenjar parotis. Saluran eferen kelenjar parotis menuju kelenjar servikal dalam bagian superior
lalu dari lobulus, heliks dan dinding inferor liang telinga mengalir kedalam kelenjar infra
aurikular keinferior telinga dan posterior sudut ruang bawah.5
4. Histologi Telinga Luar
Lapisan pada telinga luar memiliki lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit pada bagian
tubuh lainnya yaitu dilapisi oleh epitel squamosa. Kulit liang telinga merupakan lanjutan kulit
daun telinga dan ke dalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani.6 Lapisan kulit liang
telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan daripada bagian tulang. Pada liang telinga
bagian tulang rawan tebalnya 0,5 – 1 mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya,
dermis, dan subkutan melekat dengan perikondrium.6
8

Lapisan kulit telinga bagian tulang lebih tipis, tebalnya kira – kira 0,2 mm, tidak
mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi
lapisan luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani dan tulang skuama
kulit yang tidak mengandung kelenjar dan rambut. Epidermis dari liang telinga bagian tulang
rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler, dan lapisan tanduk.
Pada meatus akustikus eksternus juga terdapat folikel rambut. Folikel rambut banyak terdapat
pada 1/3 bagian luar liang telinga tetapi pendek tersebar secara tidak teratur dan tidak begitu
banyak pada 2/3 liang telinga bagian tulang rawan. Pada liang telinga bagian tulang, rambut-
rambutnya halus dan kadang-kadang terdapat kelenjar pada dinding posterior dan superior.
Dinding luar folikel rambut dibentuk oleh invaginasi epidermis yang mana menipis ketika
mencapai dasar polikel, dinding sebelah dalam folikel adalah rambut sendiri. Ruang potensial
yang terbentuk disebut kanalis folikularis. Kelenjar sebasea atau kelenjar lemak banyak terdapat
pada liang telinga dan hamper semuanya bermuara ke folikel rambut.3
Kelenjar sebasea pada telinga berkembang baik pada daerah konka, ukuran diameternya 0,5-
2,2 mm. Kelenjar ini banyak terdapat pada liang telinga luar bagian tulang rawan, dimana
kelenjar ini berhubungan dengan rambut. Pada bagian luar liang telnga bagian tulang rawan,
kelenjar sebasea menjadi lebih kecil, berkurang jumlahnya dan lebih jarang atau tidak ada sama
sekali pada kulit liang telinga bagian tulang.Kelenjar sebasea terletak secara berkelompok pada
bagian superficial kulit.3
Kelenjar apokrin terutama terletak pada dinding liang telinga superior dan inferior. Kelenjar-
kelenjar ini terletak pada sepertiga tengah dan bawah dari kulit dan ukurannya berkisar 0,5 - 2,0
mm. seperti kelenjar sebasea, kelenjar apokrin terbentuk dari local dari pembungkus luar akar
folikel rambut. kelenjar –kelenjar ini dapat dibagi kedalam 3 bagian, yaitu bagian sekresi, saluran
sekresi di dalam kulit dan saluran termilal atau komponen saluran epidermal.3
Bagian saluran yang melingkar adalah struktur tubular dimana jarang bercabang dan terdiri
dari lapisan epitel sebelah dalam, lapisan mioepitel ditengah dan membrane proria disebalah luar.
Disekeliling tabular adalah jaringan ikat padat. Epitelnya berupa lapisan tunggal bervariasi dari
bentuk silinder hingga kuboidal sangat gepeng (pipih). Di dalam sitoplasma, biasanya terletak
supranuklear terlihat sebagai granul lipid dan pigmen dalam ukuran yang berpariasi. Lapisan
mioepitelium yang tebalnya satu lapis sel berbentuk pipih dan mengandung otot polos
membentuk pembungkus berkesinambungan disekeliling bagian melingkar dari kelenjar, dan
9

apabila berkontraksi akan menekan lumen tubuli sehingga sekret akan keluar. Apabila sampai
dipermukaan epidermis, sekret ini sebagian masuk folikel rambut dan sebagian lagi kepermukaan
bebas liang telinga, secara perlahan-lahan akan mengering dan berbentuk setengah padat dan
berwarna menjadi lebih gelap. Saluran sekresi relatif panjang dan berbelok-belok dan
mempunyai diameter yang bervariasi, berbatas tegas dari bagian sekresi kelenjar.7
5. Fisiologi telinga luar
Telinga luar secara umum dianggap sebagai suatu salurang yang berfungsi mengumpulkan
suara, sehingga dapat meningkatkan seluruh sensitivitas pendengaran. Aurikula atau juga
memiliki fungsi untuk menentukan arah lokasi suara
6. Etiologi
Bakteri penyebab Perikondritis pada umumnya adalah Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram-negatif yang bersifat aerob dan motil.
Pseudimonas aeruginosa banyak terdapat di tanah, air, tanaman, dan hewan. Bakter ini juga
merupakan flora normal pada usus dan kulit manusia namun dalam jumlah kecil. Pseudimonas
aeruginosa palinga banyak ditemukan lasa tempat yang lembab. Bakteri tersebut membentuk
koloni yang bersifat saprofit, pada manusia sehat, tetapi menyebabkan penyakit pada manusia
dengan pertahanan tubuh yang kurang baik.8
Morfologi
Pseudimonas aeruginosa merupakan bakteri berbentuk batang dan motil, berukuran
sekitar 0,6 x 2 mikrometer. Bakteri ini bersifat gram-negatif dan tampak dalam bentuk tunggal,
berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai pendek. Pseudimonas aeruginosa tumbuh
dengan baik pada suhu 37-42°C. Kemampuannya untuk tumbuh pada suhu 42°C membantu
membedakannya dari spesies Pseudomonas lain dari grul fluoresens. Bakteri tersebut bersifat
oksidase-positif8
7. Faktor risiko15
 Piercing atau tindik
 Luka bekas operasi
Setiap kasus infeksi yang memerlukan tindakan pembedahan (endaural) tidak boleh
mengenai tulang rawan daun telinga. Kesalahan yang paling sering dilakukan adalah
membuat insisi meatal terlalu jauh ke arah lateral sehingga terlali dekat dengan heliks.
 Trauma
10

Trauma yang dapat menyebabkan terbentuknya laserasi dan hematom dapat menjadi
tempat masuknya bakteri yang dapat menginfeksi perikondrium
8. Patofisiologi dan Komplikasi

Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar lebih dalam ke perikondrium,
keadaan ini disebut stadium dini. Pada stadium dini, pinna menjadi merah dan nyeri akibat reaksi
inflamasi. Reaksi inflamasi menyebabkan terbentuknya abses sub perikondrial. Abses sub perikondrial
menyebabkan nekrosis tulang rawan karena terganggunya perfusi nutrisi dari pembuluh darah
perikondrium. Hal ini menyebabkan teradinya jaringan parut yang berlekuk-lekuk yang akan
mengakibatkan terjadinya deformitas yang disebut dengan telinga lisut (cauliflower ears).11

9. Pemeriksaan Penunjang
 Biopsi pada lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar untuk dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi.12 Pada pemeriksaan biopsi di dapatkan hasil sebagai berikut :
11

Gambar 1. Spesimen biopsi telinga


 Kultur bakteri untuk mengetahui etiologi secara pasti13
 Uji sensitivitas untuk pemberian tatalaksana antiobiotik yang sesuai dengan bakteri
penyebabnya.13
 Darah rutin: salah satu penelitian menyatakan bahwa perikondritits menyebabkaan rata-
rata nilai leukosit 10.700 sel/mm3 pada P. aeruginosa (penyebab tersering) dan 9.800
sel/mm3 oleh organisme penyebab yang lain. Hasil pemeriksaan CRP pada P. Aeruginosa
53,7 mg/dl dan 32 mg/dl oleh organisme penyebab yang lain.14
10. Penatalaksanaan

Apabila timbul perikondritis, diperlukan pengobatan segera. Aurikula dapat dikompres


hangat dan lembab. Obat antibiotik yang dapat diberikan adalah golongan aminoglikosida
yang dikombinasikan dengan penisilin, yaitu Tobramisin. Golongab penisilin seperti
piperasilin juga dapat dikombinasikan dengan aminoglikosida. Golongan sefalosporin yang
dapat digunakan yaitu sefoperason dan seftasidim.15
11. Pencegahan
1. Hindari menindik daun telinga bagian kartilago (High piercing).15
2. Pemberikan terapi profilaksis bagi seseorang yang terkena luka bakar pada daerah
telinga.13
3. Hindari pembedahan sekitar telinga (iatrogenic trauma).13
4. hindari tindakan akupuntur daerah kartilago telinga.14
12

5. hindari garukan pada daerah telinga yang mengalami laserasi.15


6. apabila terdapat vesikel di daerah telinga (pada pasien herpes zoster) rawat vesikel
agar tidak pecah dan menjadi tempat masuknya bakteri. 14
12. Epidemiologi

Mikroorganisme penyebab perikondritis dari yang tersering P.aeruginosa (69%), S.aureus


(8%), Streptococcus group A (4%), Streptococcus beta-hemolytic non-group A (3%), E.
faecalis (3%), Streptococcus group G (2,7%), Klepsiella pneumoniae (2,5%), Candida.spp
(1,3%), Pseudomonas non-aeruginosa (1,3%), dan Polymicrobial infection(5,2%).13

Kejadian perikondritis meningkat pada pasien yang menindik daun telinga di kartilago
(High piercing), Riwayat operasi daerah temporal seperti pada tindakan endaural, trauma
tumpul/tajam seperti riwayat terjatuh atau akupuntur, terapi selulitis atau terapi erisipelas
yang inadekuat, luka bakar, dan frost bite.15

13. Prognosis
QAV : Ad Bonam
QAF : Dubia ad bonam

14. Aspek Bioetika


a. berdasarkan kaidah dasar moral
1. Beneficence : Menegakkan diagnosis perikondritis secara tepat dilihat dari tipenya
dan pemberian terapi antibiotik yang tepat (melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang).
2. Non-maleficence: Dokter diharapkan mampu menilai prognosis dan kemungkinan-
kemungkinan komplikasi seperti cauliflower ear.
3. Autonomy: Menghargai hak sehat pasien untuk mengetahui mengenai penyakitnya,
melakukan informed consent untuk semua tindakan yang akan dilakukan, dan
mengambil keputusan dalam pemberian terapi pada pasien yang berkompeten.
4. Justice: Memahami keragaman sosial budaya, seperti pekerjaan dapat memengaruhi
keputusan pasien dalam melakukan pengobatan
13

b. berdasarkan metode fourbox

1. MEDICAL INDICATION

No. PERTANYAAN ETIK ANALISA

Apakah masalah medis pasien? Apakah Masalah medis: Peradangan pada


masalah tersebut akut ? Kronik ? Kritis ? perikondrium daun telinga sehingga
1. Reversibel ? Gawat darurat ? Kondisi serum cairan darah terkumpul di lapisan
Penyakit yang Terminal ? subperikondrial. Merupakan keadaan
akut yang dapat berjalan kronik.
Apakah tujuan akhir pengobatannya ? Tujuan utama adalah mengeradikasi
infeksi. Apabila diperlukan tindakan
2. operatif, tujuannya untuk
mengembalikan bentuk daun telinga ke
bentuk asal (kosmetik).
Pada keadaan apa pengobatan atau
3. Tidak ada
penatalaksanaan tidak diindikasikan ?
Berapa besar kemungkinan keberhasilannya Keberhasilan terapi sangat baik, apabila
4 dari beberapa pilihan terapi? segera dilakukan pengobatan secara tepat
dan tuntas.
Adakah rencana lain bila terapi gagal ? Ada, apabila infeksi menyebar hingga ke
jaringan lunak regional dan kelenjar
limfe, pasien harus dirawat dan diberikan
antibiotika intravena hingga keadaan
klinis yang stabil tercapai. Sedangkan
5
bila infeksi sudah berjalan subakut
ataupun kronis dan terdapat kerusakan
pada kartilago, maka tindakan intervensi
operasi diperlukan dengan pemantauan
tanda vital.
Bagaimana pasien ini diuntungkan dengan Pasien diuntungkan apabila mendapatkan
perawatan medis, dan bagaimana kerugian obat dengan dosis yang tepat sesuai
6 dari pengobatan dapat dihindari ? dengan penyakitnya. Kerugian dapat
dihindari dengan montoring terhadap
pasien secara intens.
14

2. Quality of life

No. Pertanyaan Etik Analisa

1. Bagaimana prospek, dengan atau tanpa Dengan pengobatan, dapat mencegah


pengobatan untuk kembali ke kehidupan kartilago mengalami nekrosis dan
normal, dan apakah ada gangguan dari meminimalisir terjadinya deformitas
fisik, mental ,dan sosial bila pengobatan bentuk daun telinga. Tanpa pengobatan
berhasil? infeksi dapat menyebar hingga ke jaringan
lunak regional dan kelenjar limfe. bentuk
daun telinga pasien juga akan berubah dari
bentuk asal (kosmetik).
2. Apakah ada bias dalam penilaian dokter
mengenai kualitas hidup pasien ? Tidak ada bias.

3. Isu Etik apa yang muncul terkait dalam Informed consent mengenai pernyakit
peningkatan kualitas hidup pasien ? pasien mencakup penjelasan mengenai
penyakit hingga persetujuan pemberian
terapi pada pasien yang kompeten.
4. Bagaimana kondisi pasien sekarang atau Kondisi pasien sekarang sedang
masa depan, apakah kehidupan pasien mengalami inflamasi akut.
selanjutnya dapat dinilai seperti yang Jika terapi yang tepat tidak segera
diharapkan ? dilaksanakan, kondisi pasien akan semakin
memburuk.
5. Apakah penilaian kualitas hidup
menimbulkan pertanyaan berkaitan dengan
perubahan rencana penatalaksanaannya Tidak.
seperti untuk pengobatan yang bersifat
pendukung saja?

5. Apakah ada rencana alasan rasional untuk Ada, dengan kontrol rutin untuk
pengobatan selanjutnya ? mengevaluasi terapi yang tealh diberikan.

6. Apakah ada rencana untuk kenyamanan


Tidak ada
dan perawatan paliatif ?
15

3. Patient preferences

No. Pertanyaan Etik Analisa

1. Apakah pasien telah diinformasikan


mengenai keuntungan dan risikonya,
Tidak, penjelasan dan informasi diberikan
mengerti atau tidak terhadap informasi
kepada keluarga.
yang diberikan dan memberikan
persetujuan?

2. Apakah pasien secara mental mampu dan (syarat pasien yang kompeten diatur dalam
kompeten secara legal? apakah ada Permenkes No. 290 Th.2008 tentang
keadaan yang menimbulkan persetujuan tindakan kedokteran: pasal 1
ketidakmampuan ? ayat 7)

3. Bila berkompeten, apa yang pasien


katakan mengenai pilihan pengobatannya -
?

4. Bila tidak kompeten apakah ada ungkapan


-
pilihan pasien sebelumnya ?

5. Bila tidak berkompeten, siapa yang dapat


(syarat pasien yang kompeten diatur dalam
menggantikanya, apakah orang yang
Permenkes No. 290 Th.2008 tentang
berkompeten tersebut menggunakan
persetujuan tindakan kedokteran: pasal 1
standar yang sesuai dalam pengambilan
ayat 1 dan 2)
keputusan ?

6. Apakah pasien tersebut telah menunjukkan


-
sesuatu yang lebih disukainya ?

6. Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak


mampu untuk bekerja sama dengan
-
pengobatan yang diberikan ? bila iya,
mengapa ?

7. Sebagai tambahan, apakah hak pasien


untuk memilih untuk dihormati tanpa Ya.
memandang etnis dan agama?
16

4. Contextual features

No. Pertanyaan Etik Analisa

1. Apakah ada masalah kepentingan professional,


interprofesional ,yang mungkin menimbulkan
Tidak ada
konflik kepentingan dalam penatalaksanaan
pasien?
Apakah ada masalah keluarga yang mungkin
2. -
pengambilan keputusan pengobatan?
Apakah ada masalah dari dokter yang mungkin
2. mempengaruhi pengambilan keputusan -
pengobatan?
3. Apakah ada masalah faktor keuangan dan
-
ekonomi?
4. Apakah ada faktor religi dan budaya?
-

5. Apakah ada batasan kepercayaan?


-

6. Apakah ada masalah alokasi sumber daya?


-

Bagaiamana hukum mempengaruhi pengambilan Dokter memberikan obat yang


keputusan pengobatan? sesuai agar pengobatan tidak
7. mempengaruhi kondisi ataupun
memberikan kerugian.
8. Apakah penelitian klinik atau pembelajaran
-
terlibat?
9. Apakah konflik kepentingan didalam bagian
-
pengambilan keputusan didalam suatu institusi?

Anda mungkin juga menyukai

  • PDF Document
    PDF Document
    Dokumen1 halaman
    PDF Document
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Tifoid
    Tifoid
    Dokumen10 halaman
    Tifoid
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • @judesukacustom Pricelist
    @judesukacustom Pricelist
    Dokumen18 halaman
    @judesukacustom Pricelist
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Makalah OE LVA
    Makalah OE LVA
    Dokumen35 halaman
    Makalah OE LVA
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Psoriasis
    Psoriasis
    Dokumen75 halaman
    Psoriasis
    Wulansari Jude Anwar
    0% (1)
  • Kusta
    Kusta
    Dokumen24 halaman
    Kusta
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Depresi Berat Aweu
    Lapsus Depresi Berat Aweu
    Dokumen34 halaman
    Lapsus Depresi Berat Aweu
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Polip Rekti Wulan
    Polip Rekti Wulan
    Dokumen38 halaman
    Polip Rekti Wulan
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Appendisitis
    Lapsus Appendisitis
    Dokumen31 halaman
    Lapsus Appendisitis
    Wulansari Jude Anwar
    Belum ada peringkat