Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (354-361)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI


RENDAH LANSIA DI KABUPATEN BUNGO

Dewi Narullita
Akademi Keperawatan Setih Setio Muara Bungo, Muara Bungo 37214, Indonesia
dewi_narullita@yahoo.co.id

Submitted :13-05-2017, Reviewed:01-07-2017, Accepted:20-07-2017


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v2i3.2037

ABSTRACT
The elderly population continues to increase, with the Life Expectancy Age in Indonesia from 70.1 years
(2010-2015) to 72.2 years (2020-2035). Along with age, elderly changes occur as a result of aging
process that has the potential to cause physical and psychosocial problems. Psychosocial problem in
elderly one of them is low self-esteem. Many factors to the cause low self-esteem in elderly, if not
handled can make elderly have experiencing depression, withdrawal, violent behavior and suicide. This
study aims to determine the factors that cause low self-esteem in elderly. The design used in this study
is quantitative analytics. The population of this study is elderly in District Bungo’s Nursing Home
totaled 163 peoples. Sampling is done by total sampling technique. Technique of collecting data on
primary and secondary data and processed by univariat and bivariat. The result showed that most of
the elderly women were 103 (63,2%) peoples, mostly elderly marital status as widow / widower 88
(54,0%) peoples and most of elderly had low self esteem 111 (68,1%) peoples. Based on data
processing, there is a significant relationship between sex (p-value = 0,001) and marital status (p-value
= 0,003) with low self esteem in elderly.

Keywords : Low self-esteem; Elderly

ABSTRAK
Populasi lansia terus meningkat, dimana Umur Harapan Hidup lansia di Indonesia dari 70,1 tahun
(tahun 2010-2015) menjadi 72,2 tahun (tahun 2020-2035). Seiring dengan bertambahnya usia, lansia
terjadi perubahan sebagai akibat proses menua yang berpotensi menimbulkan masalah fisik dan
psikososial. Masalah psikososial pada lansia salah satunya adalah harga diri rendah. Banyak faktor yang
menyebabkan harga diri rendah pada lansia, jika tidak ditangani maka mengakibatkan lansia mengalami
depresi, menarik diri, perilaku kekerasan dan bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan harga diri rendah pada lansia. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analitik kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah lansia di PSTW Kab. Bungo berjumlah 163
orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Teknik pengumpulan data pada
data primer dan sekunder serta diolah secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa
sebagian besar lansia berjenis kelamin perempuan 103 (63,2%) orang, sebagian besar lansia status
perkawinannya sebagai janda/duda 88 (54,0%) orang dan sebagian besar lansia mengalami harga diri
rendah 111 (68,1%). Berdasarkan pengolahan data didapatkan ada hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin (p-value = 0,001) dan status perkawinan (p-value = 0,003) dengan terjadinya harga diri
rendah pada lansia.

Kata kunci : Harga diri rendah; Lansia

penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih


PENDAHULUAN
dalam populasi dunia meningkat dari 800
Menua merupakan suatu proses yang
juta penduduk menjadi 2 milyar penduduk
terjadi secara alami dan tidak dapat
lansia atau mengalami lonjakan dari 10%
dihindari oleh setiap orang. Dalam empat
dekade mendatang, proporsi jumlah

Kopertis Wilayah X 354


Dewi Narullita – Faktor-faktor Yang Mempengaruhi… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (354-361)

hingga 22% (World Health Organization, sebagai akibat adanya interaksi dan
2012). penilaian orang lain terhadap dirinya.
Di Indonesia proporsi penduduk lansia Harga diri merupakan evaluasi diri
terus meningkat. Indonesia termasuk lima individu yang mengekspresikan perilaku
besar negara dengan jumlah penduduk setuju atau tidak setuju dan
lansia terbanyak di dunia yakni mencapai mengindikasikan tingkat individu dalam
18,1 juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6 % meyakini dirinya mampu, berarti, berhasil
dari jumlah penduduk. Penduduk lansia ini dan berharga (Meridean Mass et al, 2011).
diproyeksikan menjadi 28,8 juta (11, 34 %) Harga diri pada lansia dapat mengalami
dari total penduduk Indonesia pada tahun perubahan dimana seringkali akan muncul
2020, atau menurut proyeksi Bappenas, perasaan tidak berguna dan tidak berharga.
jumlah penduduk lansia 60 tahun akan Perasaan tidak berguna dan tidak berharga
menjadi dua kali lipat (36 juta) pada tahun tersebut disebut dengan harga diri rendah.
2025. Sementara itu, Umur Harapan Hidup Harga diri rendah adalah suatu evaluasi
(UHH) penduduk Indonesia (laki-laki dan diri yang negatif dan berhubungan dengan
perempuan) semakin meningkat dari 70,1 perasaan yang lemah, tak berdaya,
tahun 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada ketakutan, tidak berharga, dan tidak
periode 2020-2035 (Badan Pusat Statistik memadai (World, 2008). Berdasarkan hasil
Indonesia 2013). penelitian Potter (2002) di Amerika Serikat,
Meningkatnya populasi penduduk ditemukan bahwa sebanyak 26 % orang
lansia membutuhkan perhatian dan tindak yang berusia 60-80 tahun keatas mengalami
lanjut. Seiring dengan bertambahnya usia, harga diri rendah. Hasil penelitian lain
lansia akan mengalami perubahan- menurut Nanthamongkolchai,
perubahan sebagai akibat proses menua Tuntichaivanit, Munsawaengsub, &
(aging process) yang berpotensi Charupoonphol (2009) di Propinsi Nakhon
menimbulkan masalah fisik dan psikososial Sawan menunjukkan bahwa 19,3 % lansia
pada lansia. Hal ini mengakibatkan mengalami harga diri rendah.
terjadinya kemunduran dalam berbagai Menurut Syam’ani (2011), lansia yang
fungsi dan kemampuan yang dimiliki mengalami harga diri rendah memiliki
lansia. Kemunduran fungsi tubuh dan peran perasaan malu, kurang percaya diri, minder,
akan sangat berpengaruh pada kemandirian tidak berguna, rendah diri, tidak mampu,
lansia (Irawan, 2013). tidak sempurna, menyalahkan diri, menarik
Menurut Nugroho (2008), lansia akan diri dan keinginan yang tidak tercapai,
mengalami banyak perubahan dan seperti keinginan untuk kembali berkumpul
penurunan fungsi fisik dan psikologis. Hal dengan teman-teman dan keinginan untuk
tersebut dapat menimbulkan berbagai dapat melakukan aktivitas yang
masalah pada lansia yang akan berpengaruh sebelumnya dapat dilakukan.
dalam menilai dirinya sendiri. Hal tersebut Banyak dampak yang terjadi akibat
juga didukung oleh Potter dan Perry (2005), harga diri rendah pada lansia. Menurut
bahwa harga diri menjadi hal yang sangat Yosep (2010), jika harga diri rendah tidak
penting bagi lansia karena harga diri adalah ditangani, maka akan mengakibatkan lansia
rasa dihormati, diterima, diakui dan bernilai beresiko mengalami depresi sehingga
bagi lansia yang didapatkan dari orang lain. menarik diri dan kemudian berlanjut ke
Perasaan tersebut menetap pada diri lansia perilaku kekerasan dan resiko bunuh diri.

Kopertis Wilayah X 355


Dewi Narullita – Faktor-faktor Yang Mempengaruhi… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (354-361)

Menurut Glaesmer H., et al (2011), depresi 1. Analisa Univariat


sering terjadi pada lansia. Sementara itu,
hasil penelitian Victor el al (2000) di Tabel 1 Distribusi Frekuensi Jenis
Amerika menemukan bahwa 20 % dari Kelamin Lansia di PSTW Kab.Bungo
lansia mengalami isolasi sosial. Menurut NO Jenis Frekuensi Persentase
The National Institute of Mental Health Kelamin (n) (%)
(NIMH, 2009) dalam Townsend (2011), 1 Laki-Laki 60 36,8
menunjukkan bahwa sekitar 16 % kasus 2 Perempuan 103 63,2
bunuh diri dilakukan oleh lansia. Dari data Total 163 100
diatas, menunjukkan bahwa harga diri Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat
rendah pada lansia mengakibatkan bahwa sebagian besar responden di PSTW
terjadinya depresi, menarik diri, resiko Kab.Bungo berjenis kelamin perempuan
perilaku kekerasan dan resiko bunuh diri. yaitu sebanyak 103 (63,2%) orang.
Berdasarkan fenomena diatas, maka
peneliti tertarik ingin melakukan penelitian Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status
Perkawinan Lansia di PSTW Kab.
yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Bungo
Mempengaruhi Harga Diri Rendah Pada N Status Frekuens Persentas
Lansia di PSTW Kab.Bungo Jambi. O Perkawina i i
n (n) (%)
METODE PENELITIAN 1 Tidak 13 8,0
Kawin
Jenis penelitian ini adalah penelitian 2 Kawin 62 38,0
analitik kuantitatif dengan rancangan 3 Janda/Duda 88 54,0
penelitian cross sectional. Populasi dalam Total 163 100
penelitian ini adalah seluruh lansia yang Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat
mengalami harga diri rendah di Panti Sosial bahwa sebagian besar responden status
Tresna Werdha yang ada di Kabupaten perkawinannya sebagai janda/duda yaitu
Bungo yang berjumlah 163 orang dan sebanyak 88 (54,0%) orang.
teknik pengambilan sampel secara total
sampling. Variabel yang diukur dalam Tabel 3 Distribusi Frekuensi Harga Diri
penelitian ini adalah variabel independen Rendah Pada Lansia di PSTW
Kab.Bungo
(jenis kelamin dan status perkawinan) dan NO Harga Frekuensi Persentase
variabel dependen (harga diri rendah pada Diri (n) (%)
lansia). Analisis data dilakukan dengan Rendah
analisis univariat dan bivariat. 1 Tidak 52 31,9
Harga Diri
Rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN 2 Harga Diri 111 68,1
Rendah
Hasil penelitian merupakan hal yang
Total 163 100
penting bagi penelitian ilmiah yang dapat
dijelaskan dan disajikan dalam bentuk tabel Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat
distribusi frekuensi. bahwa sebagian besar responden
mengalami harga diri rendah yaitu
sebanyak 111 (68,1%) orang.

Kopertis Wilayah X 356


Dewi Narullita – Faktor-faktor Yang Mempengaruhi… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (354-361)

2. Analisis Bivariat mengalami harga diri rendah sebanyak 7


(58,3%) orang sedangkan yang tidak
Tabel 4 Hubungan Jenis Kelamin mengalami harga diri rendah sebanyak 5
dengan Harga Diri Rendah pada Lansia (41,7%) orang. Sedangkan dari 62 (%)
di PSTW Kab.Bungo
Jenis Harga Diri Rendah Total p-
orang responden yang status perkawinanya
Kelamin Tidak HDR valu kawin yang mengalami harga diri rendah
HDR e
n % N % n %
sebanyak 52 (83,9%) sedangkan yang tidak
Laki- 2 48, 31 51, 60 36, 0,00 mengalami harga diri rendah sebanyak 10
Laki 9 3 7 8 1
Perempu 2 22, 80 77, 10 63,
(16,1%) orang. Sebanyak 89 (54,6%) orang
an 3 3 7 3 2 responden yang status perkawinannya
Total 5 31, 11 68, 16 10
2 9 1 1 3 0
sebagai janda/duda yang mengalami harga
Berdasarkan hasil pada tabel 4 diri rendah sebanyak 52 (58,4%) sedangkan
dapat dilihat bahwa dari 163 responden yang tidak mengalami harga diri rendah
terdapat 60 (36,8%) responden yang sebanyak 37 (41,6%).
berjenis kelamin laki-laki dimana yang Hasil uji statistik diperoleh nilai p-
mengalami harga diri rendah sebanyak 31 value = 0,003 (< 0,05) berarti ada hubungan
(51,7%) orang dan yang tidak mengalami yang bermakna antara status perkawinan
harga diri rendah 29 (48,3%) orang. dengan terjadinya harga diri rendah pada
Responden yang berjenis kelamin lansia.
perempuan sebanyak 103 (63,2%) dimana
yang mengalami harga diri rendah 1. Hubungan Jenis Kelamin dengan
sebanyak 80 (77,7%) orang dan yang tidak Harga diri Rendah Pada Lansia
mengalami harga diri rendah sebanyak 23 Berdasarkan hasil penelitian yang
(22,3%) orang. dilakukan di PSTW Kab.Bungo Propinsi
Hasil uji statistik diperoleh nilai p Jambididapatkan bahwa berdasarkan jenis
value = 0,001 (< 0,005) berarti ada kelamin lansia dengan terjadinya harga diri
hubungan yang bermakna antara jenis rendah pada 163 lansia terdapat 60 (36,8%)
kelamin dengan harga diri rendah pada orang lansia yang berjenis kelamin laki-laki
lansia. sebagian mengalami harga diri rendah 31
Tabel 5 Hubungan Status Perkawinan (51,7%) orang. Sedangkan lansia yang
dengan Harga Diri Rendah pada Lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 103
di PSTW Kab.Bungo (63,2%) dimana hampir seluruhnya yaitu
Jenis Harga Diri Rendah Total p-
Kelamin Tidak HDR valu
mengalami harga diri rendah sebanyak 80
HDR e (77,7%) orang.
n % n % N %
Tidak 5 41, 7 58, 12 7,4 0,00
Berdasarkan pengolahan data antara
Kawin 7 3 3 hubungan jenis kelamin dengan terjadinya
Kawin 1 16, 52 83, 62 38,
0 1 9 0 harga diri rendah didapatkan nilai p value =
Janda/Du 3 41, 52 58, 89 54, 0,001 (< 0,005) berarti ada hubungan yang
da 7 6 4 6
Total 5 31, 11 68, 16 10 antara jenis kelamin dengan harga diri
2 9 1 1 3 0 rendah pada lansia.
Berdasarkan tabel 5 diatas, diketahui Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa dari 163 responden, terdapat 12 (7,4) penelitian Prasetya, Hamid, & Susanti
orang responden yang status (2008), bahwa persentasi jumlah lansia
perkawinannya tidak kawin yang sebagian besar adalah perempuan (28,9%).

Kopertis Wilayah X 357


Dewi Narullita – Faktor-faktor Yang Mempengaruhi… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (354-361)

Penelitian lain yang juga sejalan dengan 2. Hubungan Status Perkawinan


penelitian ini adalah penelitian menurut dengan Harga Diri Rendah Pada
Sholihah (2011) dengan persentase jumlah Lansia
lansia lebih banyak berjenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian diketahui
perempuan (56,7 %). Hasil penelitian ini bahwa dari 163 lansia, terdapat 12 (7,4%)
juga sesuai dengan data menurut Badan orang lansia yang status perkawinannya
Pusat Statistik (2014), bahwa penduduk tidak kawin sebagian besar mengalami
lansia perempuan lebih besar dari pada laki- harga diri rendah yaitu sebanyak 7 (58,3%).
laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan Sedangkan dari 62 (38,0%) orang lansia
dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki. yang status perkawinannya kawin hampir
Berdasarkan hasil perhitungan seluruhnya mengalami harga rendah yaitu
jumlah proporsi lansia yang mengalami sebanyak 52 (83,9%) orang. Sebanyak 89
harga diri rendah, didapatkan hampir (54,6%) orang responden yang status
seluruh lansia yang berjenis kelamin perkawinannya sebagai janda/duda hampir
perempuan mengalami harga diri rendah seluruhnya mengalami harga diri rendah
(77,7%), sedangkan lansia yang berjenis yaitu sebanyak 52 (58,4%) orang.
kelamin laki-laki hanya sebagian Berdasarkan pengolahan data antara
mengalami harga diri rendah (51,3%). hubungan status perkawinan dengan
Menurut peneliti, hampir seluruh terjadinya harga diri rendah didapatkan
(77,7%) lansia yang mengalami harga diri nilai p-value = 0,003 (< 0,05) berarti ada
rendah disebabkan karena perempuan hubungan antara status perkawinan dengan
mempunyai perasaan yang lebih sensitif terjadinya harga diri rendah pada lansia.
jika dibandingkan laki-laki, seperti Hampir seluruh lansia di PSTW
perasaan ingin dicintai, disayangi, Kab.Bungo yang status perkawinanya
diperhatikan oleh pasangan hidup dan kawin mengalami harga diri rendah, hal ini
keluarganya terutama disaat ia merasa apa disebabkan karena adanya masalah
yang diharapkannya tidak sesuai dengan ekonomi, dimana lansia tidak memiliki
kenyataan. Hal ini dapat menyebabkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
lansia tersebut mengalami harga diri rumah tangganya. Sehingga membuat
rendah. Lansia juga mengalami perubahan- lansia merasa tidak berguna dan tidak
perubahan akibat dari proses menua (aging berdaya.
process) yang salah satunya adalah Sebagian besar lansia memiliki status
penurunan produksi hormon estrogen dan sebagai janda/duda. Penyebab lansia
progesteron. Penurunan hormon estrogen tersebut berstatus janda/duda bervariasi
dan progesteron akan mempengaruhi kerja yaitu istri/suaminya telah meninggal dunia
neurotransmitter di dalam tubuh, seperti dan ada yang bercerai dengan istri atau
neuroendokrin dan sistem srikardian yang suaminya. Lansia yang berstatus janda/
terlibat dalam gangguan suasana perasaan, duda tersebut lebih banyak menerima dan
sehingga lansia akan mengalami perubahan mengenang pasangan hidupnya tanpa
suasana hati, seperti : merasa sedih, adanya keinginan untuk menikah kembali.
ketidakberdayaaan, rasa tidak berarti, tidak Data mengenai status perkawinan penting
berguna, dan lain sebagainya. dalam penelitian ini, karena pasangan hidup
dapat menjadi salah satu sumber adanya

Kopertis Wilayah X 358


Dewi Narullita – Faktor-faktor Yang Mempengaruhi… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (354-361)

dukungan sosial bagi lansia yang akan masalah psikologis salah satunya harga diri
mempengaruhi harga dirinya. rendah dengan salah satu stresornya adalah
Menurut Duval dan Miller (1995 kehilangan pasangan hidup.
dalam Stanley 2006); Burnside (1979), Berdasarkan penelitian McMullin dan
Havighurat (1953 dalam Potter & Perry Cairney (2004), penuaan ada efeknya pada
2009), salah satu tugas perkembangan harga diri rendah. Hal ini disebabkan
lansia adalah mampu beradaptasi terhadap karena salah satu faktor penyebab kematian
kehilangan pasangan hidupnya. Stuart dan pasangan, penyakit fisik, perubahan pola
Sundeen (2007) menyatakan bahwa hidup, proses penuaan dan kurangnya
individu yang mengalami perceraian atau dukungan (Nauli, Ismalinda, & Dewi,
tidak memiliki pasangan termasuk 2014; Rho,et.al (2006). Harga diri rendah
kelompok resiko tinggi mengalami masalah pada lansia juga bisa disebabkan karena
psikologis. merasa kehilangan teman hidupnya (Yosep,
Menurut asumsi peneliti, kehilangan 2010). Stuart (2014) juga mengatakan
pasangan hidup membuat lansia kurang bahwa lansia yang pensiun, kehilangan
dukungan sosial dari orang terdekat serta pasangan dan ketidakmampuan fisik dapat
adanya perasaan kesepian yang akan menyebabkan harga diri rendah. Penurunan
menyebabkan terjadinya harga diri rendah. harga diri tersebut dapat menyebabkan
Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa masalah seperti depresi,
penelitian bahwa dukungan sosial akan kecemasan, ketidakpedulian dan perasaan
mempengaruhi kesehatan mental lansia kesepian (Shahbazzadeghan, et al (2010).
(Amelia et al. 2010). Sementara itu, Moh Sholeh (2006), juga
Pernyataan tersebut diperkuat oleh mengatakan bahwa apabila seseorang yang
pernyataan Gunarsa (2009) bahwa mempunyai pandangan negatif tentang
seseorang yang merasa kesepian memiliki dirinya, dunia dan masa depan tidak akan
afek ini negatif, karena ia merasa dirinya mudah keluar dari situasi yang penuh
diabaikan oleh orang lain, tidak dipedulikan tekanan yang akan membuatnya mengalami
oleh orang lain dan tidak bermakna bagi depresi.
orang lain. Stuart (2013) juga menyatakan Hasil penelitian ini semakin
bahwa masalah-masalah harga diri mendukung tingkat harga diri rendah pada
meningkat pada lansia karena adanya lansia tersebut diatas yaitu harga diri rendah
tantangan baru yang salah satunya adalah dapat dialami lansia, dimana lansia
kehilangan pasangan. Pandangan negatif menghadapi berbagai perubahan baik fisik
terhadap dirinya akan menyebabkan dan psikososial. Pengalaman yang ditemui
penurunan harga diri pada lansia. peneliti terhadap lansia yang mengalamani
Pernyataan-pernyataan diatas harga diri rendah di PSTW Kab.Bungo,
menunjukkan adanya pasangan hidup yang ditandai dengan adanya pikiran-pikiran
masih bisa mendampingi lansia, negatif terhadap dirinya (harga diri rendah),
memungkinkan lansia untuk meringankan seperti : merasa tidak puas dengan dirinya
masalah psikologisnya dan lansia harus sendiri (50,0 %), merasa dirinya tidak baik
bisa menyesuaikan diri mengenai (70,0%), merasa tidak mempunyai
kehilangan pasangan hidupnya. Sehingga kemampuan yang baik (37,5%), merasa
dapat disimpulkan bahwa lansia yang tidak mampu melakukan segala sesuatu
tinggal di panti werdha akan mengalami dengan baik sebagaimana orang lain

Kopertis Wilayah X 359


Dewi Narullita – Faktor-faktor Yang Mempengaruhi… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (354-361)

mampu melakukannya (50,0%), merasa yang tinggal di panti wreda wening


tidak mempunyai banyak hal untuk wardoyo jawa tengah,” no. Ayat 3.
dibanggakan (92,5%), merasa tidak
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013.
berguna (85,0%), merasa tidak berharga
Proyeksi Penduduk Indonesia
tidak seperti orang lain (70,0%), tidak Indonesia Population Projection
menghargai dirinya sendiri (100%), merasa 2010-2035. Badan Pusat Statistik
banyak mengalami kegagalan dalam hidup Indonesia.
(85,0%), dan tidak memiliki sikap positif
dalam dirinya (32,5%). Nanthamongkolchai, Sutham, Chutigai
Tuntichaivanit, Chokchai
Munsawaengsub, and Phitaya
SIMPULAN
Charupoonphol. 2009. “Factors
Berdasarkan hasil penelitian yang Influencing Life Happiness among
telah dilakukan dilakukan di PSTW Elderly Female in Rayong Province,
Kab.Bungo Propinsi Jambi diambil Thailand.” Journal of the Medical
kesimpulan sekaligus menjawab tujuan Association of Thailand = Chotmaihet
Thangphaet 92 Suppl 7: 8–12.
peneliti untuk mengatahui hubungan antara
jenis kelamin dan status perkawinan Kemenkes.RI.(2013). Buletin Jendela Data
dengan terjadinya harga diri rendah pada dan Informasi Kesehatan Gambaran
lansia. Sebagian besar lansia berjenis Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.
kelamin perempuan 103 (63,2%) orang, ISSN 2088-270X.
sebagian besar lansia status perkawinannya www.depkes.go.id/download.php?fil
sebagai janda/duda 88 (54,0%) orang dan e=download/pusdatin/...lansia.pdf
diperoleh tanggal 15 Februari 2016.
sebagian besar lansia mengalami harga diri
rendah 111 (68,1%). Ada hubungan yang McMullin,J., & Cairney,J. (2004). Self-
signifikan antara jenis kelamin dan status Esteem and The Intersersection of
perkawinan dengan terjadinya harga diri Age, Class, and Gender. Journal of
rendah pada lansia di PSTW Kab.Bungo. Aging Studies, 18 (1), 75-90.

Mitchell,S.F. (2009). Life Review Therapy :


UCAPAN TERIMAKASIH A Prevention Program For Elderly
Ucapan terima kasih yang sebesar- Who Are Experiencing Life
besarnya kepada kepala pimpinan PSTW Transitions. Proquest Dissertation &
Bedaro dan Al-Madinah Kabupaten Bungo Theses (PQDT).
http//proquest.umi.com, diperoleh 20
serta semua pihak terkait yang telah
Desember 2012.
membantu dan mendukung peneliti dalam
proses pelaksanaan penelitian sehingga Nugroho.(2008). Keperawatan gerontik &
tulisan ilmiah ini dapat diselesaikan. Geriatrik. Edisi 3. Jakarta :EGC

DAFTAR PUSTAKA Nauli, Fathra Annis, Wan Ismalinda, and


Ari Pristiana Dewi. 2014. “Hubungan
Amelia, meta, widya saputri, endang sri
Keberadaan Pasangan Hidup Dengan
indrawati, kesejahteraan rakyat,
Harga Diri Pada Lansia 1 1,3” 2 (1).
kedeputian di bidang, and undang-
undang republik indonesia nomor.
Potter & Perry. (2009). Fundamental
2010. “hubungan antara dukungan
Keperawatan. Edisi 7 Buku 1 dan 2
sosial dengan depresi pada lanjut usia

Kopertis Wilayah X 360


Dewi Narullita – Faktor-faktor Yang Mempengaruhi… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (354-361)

Jakarta : Salemba Medika

Prasetya, Anton Surya, Achir Yani S


Hamid, and Herni Susanti. 2008.
“Penurunan Tingkat Depresi Klien
Lansia Dengan Terapi Kognitif Dan
Senam Latih Otak Di Panti Wredha.”

Sholihah. 2011. “Pengaruh life review


therapy terhadap tingkat harga diri
pada lansia di.”

Stuart, G. W. (2009). Principles and


Practise of Psychiatric Nursing. (9th
ed), St. Louis. Mosby Company.
. (2013). Prinsip dan Praktik
Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Edisi Bahasa Indonesia Pertama.
Buku 1 dan 2. Singapore : Elsevier

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk


Penelitian. Bandung : Penerbit
Alpabeta.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk


keperawatan. Jakarta : EGC.

Suyanta, E.E.(2012). Pengalaman Emosi


dan Mekanisme Koping Lansia Yang
Mengalami Penyakiy Kronis, Jurnal
Psikologi.39 (2), 208-221.

Stanley. (2006). Buku ajar Keperawatan


Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Syam’ani. 2011. “Studi fenomenologi


tentang pengalaman menghadapi
perubahan konsep diri : harga diri
rendah pada lansia di kecamatan.”

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric


Mental Health Nursing Concepts Of
Care In Evidance-Based Practice.
Philadephia: F.A Davis Company.

Videbeck, S.L. (2008). Psychiatric Mental


Health Nursing. (3rd edition).
Philadhelpia : Lippincott. Williams &
Wilkins.

Kopertis Wilayah X 361

Anda mungkin juga menyukai