Dewi Narullita
Akademi Keperawatan Setih Setio Muara Bungo, Muara Bungo 37214, Indonesia
dewi_narullita@yahoo.co.id
ABSTRACT
The elderly population continues to increase, with the Life Expectancy Age in Indonesia from 70.1 years
(2010-2015) to 72.2 years (2020-2035). Along with age, elderly changes occur as a result of aging
process that has the potential to cause physical and psychosocial problems. Psychosocial problem in
elderly one of them is low self-esteem. Many factors to the cause low self-esteem in elderly, if not
handled can make elderly have experiencing depression, withdrawal, violent behavior and suicide. This
study aims to determine the factors that cause low self-esteem in elderly. The design used in this study
is quantitative analytics. The population of this study is elderly in District Bungo’s Nursing Home
totaled 163 peoples. Sampling is done by total sampling technique. Technique of collecting data on
primary and secondary data and processed by univariat and bivariat. The result showed that most of
the elderly women were 103 (63,2%) peoples, mostly elderly marital status as widow / widower 88
(54,0%) peoples and most of elderly had low self esteem 111 (68,1%) peoples. Based on data
processing, there is a significant relationship between sex (p-value = 0,001) and marital status (p-value
= 0,003) with low self esteem in elderly.
ABSTRAK
Populasi lansia terus meningkat, dimana Umur Harapan Hidup lansia di Indonesia dari 70,1 tahun
(tahun 2010-2015) menjadi 72,2 tahun (tahun 2020-2035). Seiring dengan bertambahnya usia, lansia
terjadi perubahan sebagai akibat proses menua yang berpotensi menimbulkan masalah fisik dan
psikososial. Masalah psikososial pada lansia salah satunya adalah harga diri rendah. Banyak faktor yang
menyebabkan harga diri rendah pada lansia, jika tidak ditangani maka mengakibatkan lansia mengalami
depresi, menarik diri, perilaku kekerasan dan bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan harga diri rendah pada lansia. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analitik kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah lansia di PSTW Kab. Bungo berjumlah 163
orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Teknik pengumpulan data pada
data primer dan sekunder serta diolah secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa
sebagian besar lansia berjenis kelamin perempuan 103 (63,2%) orang, sebagian besar lansia status
perkawinannya sebagai janda/duda 88 (54,0%) orang dan sebagian besar lansia mengalami harga diri
rendah 111 (68,1%). Berdasarkan pengolahan data didapatkan ada hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin (p-value = 0,001) dan status perkawinan (p-value = 0,003) dengan terjadinya harga diri
rendah pada lansia.
hingga 22% (World Health Organization, sebagai akibat adanya interaksi dan
2012). penilaian orang lain terhadap dirinya.
Di Indonesia proporsi penduduk lansia Harga diri merupakan evaluasi diri
terus meningkat. Indonesia termasuk lima individu yang mengekspresikan perilaku
besar negara dengan jumlah penduduk setuju atau tidak setuju dan
lansia terbanyak di dunia yakni mencapai mengindikasikan tingkat individu dalam
18,1 juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6 % meyakini dirinya mampu, berarti, berhasil
dari jumlah penduduk. Penduduk lansia ini dan berharga (Meridean Mass et al, 2011).
diproyeksikan menjadi 28,8 juta (11, 34 %) Harga diri pada lansia dapat mengalami
dari total penduduk Indonesia pada tahun perubahan dimana seringkali akan muncul
2020, atau menurut proyeksi Bappenas, perasaan tidak berguna dan tidak berharga.
jumlah penduduk lansia 60 tahun akan Perasaan tidak berguna dan tidak berharga
menjadi dua kali lipat (36 juta) pada tahun tersebut disebut dengan harga diri rendah.
2025. Sementara itu, Umur Harapan Hidup Harga diri rendah adalah suatu evaluasi
(UHH) penduduk Indonesia (laki-laki dan diri yang negatif dan berhubungan dengan
perempuan) semakin meningkat dari 70,1 perasaan yang lemah, tak berdaya,
tahun 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada ketakutan, tidak berharga, dan tidak
periode 2020-2035 (Badan Pusat Statistik memadai (World, 2008). Berdasarkan hasil
Indonesia 2013). penelitian Potter (2002) di Amerika Serikat,
Meningkatnya populasi penduduk ditemukan bahwa sebanyak 26 % orang
lansia membutuhkan perhatian dan tindak yang berusia 60-80 tahun keatas mengalami
lanjut. Seiring dengan bertambahnya usia, harga diri rendah. Hasil penelitian lain
lansia akan mengalami perubahan- menurut Nanthamongkolchai,
perubahan sebagai akibat proses menua Tuntichaivanit, Munsawaengsub, &
(aging process) yang berpotensi Charupoonphol (2009) di Propinsi Nakhon
menimbulkan masalah fisik dan psikososial Sawan menunjukkan bahwa 19,3 % lansia
pada lansia. Hal ini mengakibatkan mengalami harga diri rendah.
terjadinya kemunduran dalam berbagai Menurut Syam’ani (2011), lansia yang
fungsi dan kemampuan yang dimiliki mengalami harga diri rendah memiliki
lansia. Kemunduran fungsi tubuh dan peran perasaan malu, kurang percaya diri, minder,
akan sangat berpengaruh pada kemandirian tidak berguna, rendah diri, tidak mampu,
lansia (Irawan, 2013). tidak sempurna, menyalahkan diri, menarik
Menurut Nugroho (2008), lansia akan diri dan keinginan yang tidak tercapai,
mengalami banyak perubahan dan seperti keinginan untuk kembali berkumpul
penurunan fungsi fisik dan psikologis. Hal dengan teman-teman dan keinginan untuk
tersebut dapat menimbulkan berbagai dapat melakukan aktivitas yang
masalah pada lansia yang akan berpengaruh sebelumnya dapat dilakukan.
dalam menilai dirinya sendiri. Hal tersebut Banyak dampak yang terjadi akibat
juga didukung oleh Potter dan Perry (2005), harga diri rendah pada lansia. Menurut
bahwa harga diri menjadi hal yang sangat Yosep (2010), jika harga diri rendah tidak
penting bagi lansia karena harga diri adalah ditangani, maka akan mengakibatkan lansia
rasa dihormati, diterima, diakui dan bernilai beresiko mengalami depresi sehingga
bagi lansia yang didapatkan dari orang lain. menarik diri dan kemudian berlanjut ke
Perasaan tersebut menetap pada diri lansia perilaku kekerasan dan resiko bunuh diri.
dukungan sosial bagi lansia yang akan masalah psikologis salah satunya harga diri
mempengaruhi harga dirinya. rendah dengan salah satu stresornya adalah
Menurut Duval dan Miller (1995 kehilangan pasangan hidup.
dalam Stanley 2006); Burnside (1979), Berdasarkan penelitian McMullin dan
Havighurat (1953 dalam Potter & Perry Cairney (2004), penuaan ada efeknya pada
2009), salah satu tugas perkembangan harga diri rendah. Hal ini disebabkan
lansia adalah mampu beradaptasi terhadap karena salah satu faktor penyebab kematian
kehilangan pasangan hidupnya. Stuart dan pasangan, penyakit fisik, perubahan pola
Sundeen (2007) menyatakan bahwa hidup, proses penuaan dan kurangnya
individu yang mengalami perceraian atau dukungan (Nauli, Ismalinda, & Dewi,
tidak memiliki pasangan termasuk 2014; Rho,et.al (2006). Harga diri rendah
kelompok resiko tinggi mengalami masalah pada lansia juga bisa disebabkan karena
psikologis. merasa kehilangan teman hidupnya (Yosep,
Menurut asumsi peneliti, kehilangan 2010). Stuart (2014) juga mengatakan
pasangan hidup membuat lansia kurang bahwa lansia yang pensiun, kehilangan
dukungan sosial dari orang terdekat serta pasangan dan ketidakmampuan fisik dapat
adanya perasaan kesepian yang akan menyebabkan harga diri rendah. Penurunan
menyebabkan terjadinya harga diri rendah. harga diri tersebut dapat menyebabkan
Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa masalah seperti depresi,
penelitian bahwa dukungan sosial akan kecemasan, ketidakpedulian dan perasaan
mempengaruhi kesehatan mental lansia kesepian (Shahbazzadeghan, et al (2010).
(Amelia et al. 2010). Sementara itu, Moh Sholeh (2006), juga
Pernyataan tersebut diperkuat oleh mengatakan bahwa apabila seseorang yang
pernyataan Gunarsa (2009) bahwa mempunyai pandangan negatif tentang
seseorang yang merasa kesepian memiliki dirinya, dunia dan masa depan tidak akan
afek ini negatif, karena ia merasa dirinya mudah keluar dari situasi yang penuh
diabaikan oleh orang lain, tidak dipedulikan tekanan yang akan membuatnya mengalami
oleh orang lain dan tidak bermakna bagi depresi.
orang lain. Stuart (2013) juga menyatakan Hasil penelitian ini semakin
bahwa masalah-masalah harga diri mendukung tingkat harga diri rendah pada
meningkat pada lansia karena adanya lansia tersebut diatas yaitu harga diri rendah
tantangan baru yang salah satunya adalah dapat dialami lansia, dimana lansia
kehilangan pasangan. Pandangan negatif menghadapi berbagai perubahan baik fisik
terhadap dirinya akan menyebabkan dan psikososial. Pengalaman yang ditemui
penurunan harga diri pada lansia. peneliti terhadap lansia yang mengalamani
Pernyataan-pernyataan diatas harga diri rendah di PSTW Kab.Bungo,
menunjukkan adanya pasangan hidup yang ditandai dengan adanya pikiran-pikiran
masih bisa mendampingi lansia, negatif terhadap dirinya (harga diri rendah),
memungkinkan lansia untuk meringankan seperti : merasa tidak puas dengan dirinya
masalah psikologisnya dan lansia harus sendiri (50,0 %), merasa dirinya tidak baik
bisa menyesuaikan diri mengenai (70,0%), merasa tidak mempunyai
kehilangan pasangan hidupnya. Sehingga kemampuan yang baik (37,5%), merasa
dapat disimpulkan bahwa lansia yang tidak mampu melakukan segala sesuatu
tinggal di panti werdha akan mengalami dengan baik sebagaimana orang lain