SINOPSIS
Mama Halosina, tinggal di sebuah Kampung Anjelma yang menawarkan sejuta
keindahan alam adalah seorang perempuan yang sekarang tinggal bersama 4 orang
anaknya. Dia sudah bercerai dengan suaminya karena suaminya sudah menikah lagi
dengan perempuan lain karena tidak mau di madu lalu Mama Halosina memilih untuk
bercerai dengan suaminya itu. Kehidupan Mama Halosina semakin berat karena ia
terkena sanksi adat. Anak-anaknya yang kelaparan mendorongnya untuk mengambil
ubi dari lading adik iparnya. Namun, anak-anaknya pula yang membuatnya menjadi
kuat menghadapi segala cobaan. Kemanapun Mama Halosina pergi, celotehan anak-
anaknya menjadi penghibur tersendiri. Tanpa mengenal tempat, dengan kasih seorang
Ibu, ia menyusui si anak bungsu. Bahkan saat menemui ke tetua adat untuk meminta
ampunan, ia tetap menyusui si anak bungsu bahkan sepanjang perjalanan juga.
1. Kehidupan Tokoh
Dalam ulasan tersebut terdapat cuplikan dari film “Balada Ibu Perkasa Papua”
yang menceritakan kisah seorang perempuan yang sering dipanggil Mama Halosina,
dia sudah bercerai dengan suaminya karena suaminya sudah menikah lagi dengan
perempuan lain karena tidak mau di madu lalu Mama Halosina memilih untuk bercerai
dengan suaminya itu. Dari hasil perkawinannya mereka dikaruniai 4 orang anak yang
tergolong masih kecil-kecil.
2. Kehidupan Masyarakat
3. Tata Musik
Dalam ulasan film “Balada ibu Perkasa Papua” membahas sedikit tentang tata
musik dalam film tersebut. Alunan melodi dalam film merupakan hasil rekaman asli
sehingga dapat dibayangkan dalam film tersebut akan menghasilkan suasana yang
alami.
“Lagu-lagu tentang perempuan Wawena yang biasa bekerja menjadi latar yang pas
untuk film ini. Semua lagu direkam pada saat riset dan pengambilan gambar ketika para
pekerja berkumpul di Honai dan menyanyi bersama para lelaki. Dengan begitu, lagi
tidak terasa sebagi penghias gambar, tetapi bagian dari narasi kehidupan”
Dalam ulasan film “Balada ibu Perkasa Papua” dijelaskan pula bebera proses
pembuatan film tersebut. Astrida Elisabeth, sutradara dan penulis film ini, awalnya
megikuti sebuah workshop Yayasan Kalyana Shira Foundation yang didirikan oleh Nia
Dinata. Sebelum melakukan syuting film ini, terlebih dulu dilakukan riset lebih dari satu
tahun. Sehingga Astrida sudah mengenal akrab Mama Halosina.
Proses pembuatan film ini pun dilakukan secara natural tanpa adanya
wawancara bisa dibilang ini seperti film dokumenter namun kadang justru
membosankan. Dan pembuatannya pun dilakukan secara langsung dengan merekam
secara langsung kegiatan yang dilakukan Mama Halosina dan masyarakat Papua
lainnya dalam sehari harinya.
Dalam ulasan dapat disimpulkan bahwa latar dalam film sebuah Kampung
Anjelma yang terdapat di Papua. Dengan beberapa pemandangan yang indah di tanah
Papua yang masih alami.
6. Amanat Film
Ulasan film ini juga condong kepada pemikiran kita untuk mengetahui kehidupan
di Indonesia, khususnya Papua. Dari film ini didapatkan beberapa nilai supaya kita
dapat mengembangkan dan memajukan potensi dan alam Indonesia. Dari film ini dapat
diketahui bahwa Indonesia belum dapat meratakan kesejahteraan rakyat.
III. TANGGAPAN
Oleh :
XI PMIIA 3