Anda di halaman 1dari 26

BAB 6 KOROSI LOGAM

Korosi : menjadi rusaknya bahan karena pengaruh lingkungan


(atmosfer, air, tanah ) , sehingga daya guna berkurang
-Bahan logam / non logam - rusak akibat interaksi dengan
lingkungan.
-Polimer alam/buatan  rusak karena sinar matahari/panas atau
lingkungan .
-Bahan yg tahan korosi : platina , gelas.
-Karat : korosi pada besi.
-Korosi tidak bisa dicegah , tetapi dapat dikurangi /ditekan se
minimal mungkin  perlu memahami dasar korosi dan
penyebab terjadinya korosi.
Kondisi lingkungan : - korosi basah : lembab, air/cairan
- - Korosi kering : uap/gas, terjadi diatas titik embun .
korosi umum/uniform attack : permukaan luas
Bentuk korosi
korosi setempat/terlokalisir : korosi celah , korosi tegangan.

Faktor yg berpengaruh pada ketahanan terhadap korosi :


• Termodinamika : arah reaksi spontan  secara teori korosi akan terjadi/tidak
• Elektrokimia : potensial elektroda, kinetika elektroda
• Metalurgi : struktur mikro logam (diatur utk mengurangi kecepatan korosi)
• Kimia Fisika : mekanisme reaksi korosi , kondisi permukaan logam dan konsep
basis yg lain.
• Korosi merupakan fenomena yg kompleks :
• - terjadinya secara berurutan /bersamaan
• - penyebab & bentuk : bermacam-macam.
6.1 Potensial Elektroda
• M Mn+ + n e OKSIDASI
logam valensi n elektron

• Reaksi menghasilkan potensial listrik - potensial elektroda


• Reaksi melepaskan e : oksidasi pada anoda
• Reaksi menangkap e : reduksi pada katoda
• Potensial elektroda = potensial oksidasi – reduksi
• Sel elektrokimia : anoda & katoda
• Logam lebih mudah melepas elektron dari pada H : logam lebih anodik

Reaksi setengah sel : M Mn+ + n e


nH+ + n e n/2 H2

Logam lebih anodik : n/2 H2 n H+ + n e

Mn+ + n e M
• Tabel 9.1. Potensial Elektroda standar (250C, larutan 1 mol)
• Besarnya potensial elektroda tergantung : - jenis logam
• - jenis & kondisi larutan
• Persamaan Nernst :
• Potensial Elektroda E = E0 + (k T/ n F ) ln C
• Pada keadaan standard ( 250C , larutan 1 mol : E0 )
• E = E0 + 0,059/n log C
• n = valensi logam , C = konsentrasi logam
• Sel Galvanik Zn – Cu :
Zn Zn2+ + 2 e ( Oksidasi , Eoks = - 0,76 V )
Cu Cu2+ + 2 e ( Oksidasi , Eoks = + 0,34 V )
Zn lebih anodik dari pada Cu --- bila digabung :
Zn Zn2+ + 2 e (oksidasi , anoda )
Cu2+ + 2 e Cu ( reduksi , katoda )
e mengalir dari anoda

Potensial sel : Esel = E katoda - E anoda


E sel = + 0,34 V - (- 0,76 V ) = + 1,10 V
Gambar sel galvanik Zn - Cu
• Korosi terjadi pada salah satu pasangan galvanik : ANODA
• Harga Esel = kecenderungan korosinya
• Korosi logam mudah terjadi pada logam yg anodik
• Syarat reaksi spontan : Δ Energi Gibbs harus negatip
• Δ G = - n FE ---- E harus positip

• 6.2 Reaksi Katodik


• Reaksi katodik terjadi kalau ada reaksi anodik (terjadi e )
• Pelapisan elektro : Mn+ + n e M
• Generasi Hidrogen : 2 H+ + 2 e H2
• Dekomposisi air : 2 H2O + 2 e H2 + 2 (OH)-
• ( tanpa O2 ) ( ada S )
• Pembentukan Hidroksil : O2 + 2 H2O + 4 e 4 (OH)-
• ( ada O2 lingkungan netral )
• Pembentukan air : O2 + 4 H+ + 4 e 2 H2O
• ( ada O2 lingkungan asam )
6.3 Karat
• Reaksi pembentukan karat :
Anoda : Fe Fe3+ + 3 e
Katoda : 3/2 H2O + 3/4 O2 + 3 e 3 (OH)-
Pengendapan : Fe3+ + 3 (OH)- Fe(OH)3

Hasil akhir Fe(OH)3 tidak larut dalam air (mengendap) sbg


karat. Karat akan terbentuk pd besi dlm udara yg lembab
Fe Fe2+ + 2 e
Fe2+ Fe3+ + e
Fe Fe3+ + 3 e
Pembentukan karat pada besi : pada udara lembab
6.4 Sel Galvanik

logam- logam tidak sejenis


Korosi galvanik
logam tunggal : skala kecil
Sel galvanik : - terjadi reaksi redoks spontan (E positip)
- korosi terjadi pd daerah yg lebih mudah terjadi
oksidasi
Sel korosi galvanik : a. Sel komposisi
b. Sel tegangan
c. Sel Konsentrasi
Sel korosi galvanik : ada bagian yg bertindak sebagai anoda &
katoda
a. Sel komposisi : terdapat kontak antara 2 jenis logam
yg berbeda

• Contoh :
- Sekrup dari bahan yg tdk sejenis dengan bahan alat/mesin
- Solder ( timah patri) sekitar bahan jenis berbeda .
- Poros baling-baling dalam bantalan dari bahan jenis berbeda
• Lembaran besi/Fe yang dilapisi :
a. lapis Zn lebih anodik dari pd Fe
Permukaan Fe tertutup rapat dgn Zn dan ada bagian
terbuka / cacat
b. Lapis timah putih : Fe lebih anodik dari pada Sn
- permukaan Fe : tertutup rapat dgn Sn -Fe tdk terkorosi
- ada cacat -- Fe korosi cepat karena
perlu e utk permukaan Sn yg luas --
korosi celah.
b. Sel tegangan

1. Korosi batas butir : atom 2 pd batas butir mempunyai energi>


dalam butir -- dianggap mempunya tegangan - anoda
Korosi intergranular terjadi bila terdapat impuritis pada batas
butir , misal : karbida besi dlm baja (Fe3C katodik thd ferit )
2. Peluluhan selektif( selective leaching/ dealloying/
demetalification ) : pengosongan salah satu unsur paduan
pada daerah batas butir
- Terjadi pada daerah permukaan - bentuk keseluruhan tetap
- banyak paduan yg hilang - berpori-pori - kekuatan
mekanik <<<
- Terjadi setempat - terjadi lobang
• Contoh : dalam air tawar / air laut
• Kuningan (katup , kran , pipa , skrup, mur baut ) dalam air 
dezincification ( hilangnya Zn yg lebih mudah teroksidir dari pada
Cu )
• Besi tuang abu-abu : Fe & grafit
- Grafitisasi , proses lambat : Fe lebih anodik dari pada grafit
Fe --- karat -- sifat logam hilang ( kekuatan << ,
dimensi tdk berubah -- berbahaya
- lingkungan penyebab korosi cepat tdk terjadi grafitisasi , tetapi
terjadi korosi umum ( uniform attack)
3. Korosi tegangan ( sel tegangan )
Bagian logam yg mengalami deformasi plastik : mempunyai energi >
( daerah bertegangan ) - anoda
Bagian yg tdk mengalami perubahan bentuk -- katoda .
c. Sel konsentrasi jenis oksidasi/ sel oksidasi

• Pers . Nerst : E = Eo + 0,059/n log C , elektrolit encer = anoda ;


elektrolit pekat = katoda
• Sel konsentrasi mempercepat korosi didaerah konsentrasi rendah 
fenomena utk menjelaskan terjadinya sel konsentrsi jenis oksidasi  sel
oksidasi .
• Bila O2 dlm udara bersentuhan dgn permk. Logam yg lembab  korosi
terjadi pd bag. Yg kekurangan O2 .
• Pers. Reaksi katoda :
2 H2O + O2 + 4 e -------- 4 (OH)-
- daerah yg banyak O2 : terjadi reduksi --- katoda
-daerah yg kurang O2 ----- anoda
Korosi dimulai dari : retak, celah , daerah tertutup kotoran .
Penumpukan karat ---- lobang setempat ( pitting)
Gambar sel oksidasi , tempat yg tdk terjangkau
(konsentrasi O2 rendah) menjadi anoda
6.4 Korosi Erosi

• Korosi Erosi : terjadi percepatan kerusakan /serangan thd


logam karena gerakan relatif antar fluida korosiv dng permukn
logam.
• Pd umumnya gerakannya cepat shg terjadi abrasi atau efek
kerusakan mekanik.
• Karakteristik dari korosi erosi antara dalam bentuk celah,
lekukan , gelombang, lubang bulat atau lembah.
• Contoh : korosi erosi yg terjadi pd impeller pompa baja.
6.5 Korosi Biologi
• Korosi Biologi : bukan bentuk korosi , melainkan merupakan rusaknya logam
karena proses korosi secara langsung atau tdk langsung merupakan akibat
aktivitas organisme hidup- bakteri atau jamur ( makro)

• Organisme bisa hidup pada pH = 0 – 11; T = 30 - 180oF; P < 15000 psi.


• Mikroorganisme yg proses metabolisme nya memerlukan O2 : aerobik, sedang yg
tdk memerlukan O2 : anaerobik .
• Bakteri anaerobik berpengaruh thd perilaku korosi baja dlm tanah : tipe bakteri
pereduksi sulfat. Sulfat direduksi menjadi sulfida , reaksi sbb:
SO42- + 4 H2 S2- + 4 H2O
Adanya H2 berasal dari reaksi korosi, atau dari selulose/bhn organik lain yg ada
didlm tanah.
• Hasil korosi pereduksi sulfat : besi sulfida yg mengendap bila ion sulfida kontak
dgn ion besi.
• Bakteri aerobik : pengoksidasi Sulfur , reaksi terjadi :
2 S + 3 O2 + 2 H2O --- 2 H2SO4
Organisme ini perlu S dlm bentuk unsur atau kombinasi , terdpt dlm ladang
S/minyak.
• Bakteri pereduksi sulfat : tumbuh cepat pd musim hujan , sedang bakteri
pengoksidasi sulfur tumbuh cepat pd musim kering .
6 .7 Laju Korosi
• Rangkaian terbuka antara anoda besi dan katoda hidrogen  pd keadan
standart menghasilkan perbedaan potensial -0,44 volt (tabel deret volta)
 menghasilkan arus.
• Potensial sel dpt dpandang sbg kemampuan memasok arus, bila arus
mulai mengalir kemampuan memasok arus makin berkurang 
termodinamka : menunjukkan kecenderungan
sistem mengalami korosi ( pd reaksi korosi terjadi arus yg mengalir -
perlu dikaji laju korosi.

a. Rapat arus
Dari percobaan ternyata pd permulaan ketika kedua elektroda
dihubungkan langsung R= 0 , maka rapat arus i = 2 amper/ m, rapat arus
ini disebut : rapat arus korosi = iko .
Bila R(tahanan ) diatur  beda potensial berbeda , hub. Rapat arus dan
pot. Elektroda (dilihat dr gambar)
utk pasangan elektroda berbeda  diperoleh nila yg berbeda.
Pd umumnya kurve anoda dan katoda berpotongan pd rapat arus lebih
tinggi - i > --> Δ q >
b. Polarisasi
• Kecepatan reaksi elektrokimia : dibatasi faktor fisika dan kimia ; reaksi
elektrokima dipolarisasi/ diperlambat oleh faktor lingkungan.
• Bila terdapat arus , maka ion-ion akan mengalir kepermukaan elektroda
dengan kecepatan sesuai dgn arus korosi. Asumsi ini berlaku utk anoda :
ion yg terkorosi larut dlm lart. Encer, tetapi ion H+ , O2 yg larut atau
pereaksi lainnya disekitar anoda dpt berkurang, ada elektron yg tdk
digunakan - reaksi katoda diperlambat  disebut polarisasi katodik.
Yang mengakibatkan arus korosi /iko berkurang.

C. Pasivasi
• Elektrolit biasanya lebih encer dari pada produk anoda  polarisasi
anodik tdk terjadi, anoda mungkin terisolir dari elektrolit oleh reaksi
bukan korosi . Reaksi ini sangat penting utk pengendalan korosi karena dpt
memperkecil laju korosi.
• Pasivasi : hilangnya reaktivitas kimia suatu logam (alloy) dlm lingkungan
tertentu.
• Misal besi diganti dg baja tahan karat ( mengandung Krom) , krom
mempunyai daya tarik thd O2  membentuk lapisan oksida pada
permukaan anoda  merupakan lapisan pelindung , sehingga anoda
terisolir dari elektrolit. Rapat arus anoda menyimpang dari nilai semula 
sehingga rapat arus berkurang  gejala pasivasi. Pengaruh laju korosi
sangat besar iko dpt berkurang beberapa kali.(lihat gambar )
• Utk Al ( Al2O3 ) dan Ti (Ti O2) : lapsan pelindung yg sangat baik iko = 0
• Proses komersial yg membuat lapisan oksida pelindung pada permukaan
Al : anodisasi.
• Bila lapisan oksida rusak laju korosi meningkat dengan cepat dari laju
korosi dgn pasivasi ke tanpa pasivasi.
Gambar : Pasivasi pada logam atau alloy nya
d. Perhitungan laju korosi
• Laju korosi dpt dinyatakan dlm beberapa cara antara lain :
% kehilangan berat : mgram/cm2hari , gram/ m2 hari dll.
• Kecepatan penetrasi (tipis suatu keping)  dapat dipakai peramalan umur suatu
barang .
• Laju korosi secara umum dapat dinyatakan dlm : mils per year (mpy).
• Mpy : dihitung dari kehilangan berat suatu spesimen logam selama dilakukan tes
korosi, melalui persamaan :
mpy = 534 W/DAT
dimana : W = kehilangan berat , mgram
D = densitas spesimen , gram/cm3
A = uas spesimen , in2
T = waktu , jam
• Konversi : 1 mpy = 0,0254 mm/th = 25,4 μm/th = 2,9 nm/jam=0,805pm/detik
• 1 mikro meter = 1 μm = 10-6 m ; 1 pm = 1 pikometer= 10-12m ;
• 1 nano meter = 1 nm = 10-9 m
• Laju korosi bahan yang bisa digunakan : 1 – 200 mpy
• Mpy> - laju lorosi >  lebih mudah terkorosi
• Untuk bentuk- bentuk korosi tertentu, seperti korosi rengkahan atau
korosi sumuran , metode pengukuran ini tdk menyatakan keadaan yg
sesungguhnya , disini korosi berlangsung sangat cepat dan menusuk cukup
dalam pd luas permukaan kecil sekali dibanding luas permukaan
keseluruhan.
• Contoh :
1. laju korosi 2 mm/th = dalam 1 tahun logam akan terkorosi seluruh
permukaannya yg terbuka sedalam 2mm.
2. Suatu bahan mempunyai laju korosi 10 mpy , umur bahan 8 tahun,
hitung faktor korosi (c) ?
c = 10 mpy x 0,0254 mm/th x 8 th x 1 in/25,4 mm = 0,08 in .

Anda mungkin juga menyukai