Anda di halaman 1dari 5

HIKMAH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM PUASA

RAMADHAN
(Listyaningsih)
‫س اَل ُم اعلا ْي ُك ْم او ار ْح امةُ هللاِ اوبا ار اكاتُه‬
َّ ‫ال‬
‫س ُر ْو ِر أ ا ْنفُ ِسناا او ِم ْن ا‬
‫سيِئ ا ِة‬ ُ ‫ اوناعُ ْوذُ بِاهللِ ِم ْن‬،ُ‫ ن ْاح امدُهُ اونا ْست ا ِع ْينُهُ او نا ْست ا ْغ ِفي ُْره‬،‫إِنَّاْل اح ْمدا ِ َّّلِل‬
.‫ِي هلل‬‫ض ِل ْلهُ فا اَل اهد ا‬ ْ ُ‫ او ام ْن ي‬،‫ض َّل هلل‬ ِ ‫ ام ْن يا ْه ِد هللاُ فا اَل ُم‬،‫أ ا ْع اما ِلناا‬
ُ ‫ اوأ ا ْش اهدُ أ ا َّن ُم اح َّمدً اع ْبدُهُ او ار‬،ُ‫أ ْش اهدُ أ ا ْن اَل اِ الها ِإ ََّل هلل او ْحداهُ اَل ش ِاري اْك اله‬
ُ‫س ْولُه‬
‫ او اعلاى آ ِل ُم اح َّمد‬،‫س ِي ِدناا ُم اح َّمد‬ ‫أللَّ ُه َّم ا‬
‫ص ِلي اعلاى ا‬
: ‫آن ْال اك ِريْم‬
ِ ‫قاا ال هللُ ت ا اعلاى ِف ْي ْالقُ ْر‬
‫الر ِجي ِْم‬
َّ ‫ان‬
ِ ‫ط‬ ُ ‫أا‬
‫ع ْوذُ ِباهللِ ِمنا ال ا‬
‫ش ْي ا‬
‫ب اعلاى الَّذِينا ِم ْن قا ْب ِل ُك ْم لا اعلَّ ُك ْم تاتَّقُونا‬ ‫اَا أايُّ اها الَّذِينا آ امنُوا ُكتِ ا‬
ِ ‫ب اعلا ْي ُك ُم‬
‫الص ايا ُم اك اما ُك ِت ا‬
Ma’asyiral Muslimin Jamaah sholat Jum’at hafidhakumullah

puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan segala rahmat dan kenikmatan kepada kita
semua sehingga pada kesempatan siang hari ini kita masih dapat merasakan nikmatnya hidup,
nikmatnya beriman, dan nikmatnya beribadah kepada-Nya.

Sholawat beserta salam tak lupa senantiasa kita tujukan kepada nabi kita yakni Nabi Muhammad saw,
yang dengan gigihnya memperjuangkan agama islam dan yang selalu menjadi panutan kita serta yang
selalu kita nanti-natikan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah sholat Jum’at hafidhakumullah

Marilah kita terus berusaha untuk meningkatkan kualitas taqwa kita, diantaranya dengan berusaha
melaksanakan ibadah dengan sebaik – baiknya..

Pada kesempatan yang mulia ini saya akan menyampaikan sedikit ilmu tentang keutamaan – keutamaan
serta nilai – nilai pendidikan yang dapat di petik oleh seorang muslim yang berpuasa.

Kata puasa di dalam bahasa arab dan juga Al-Qur’an di sebut “‫( ”الصوم‬shoum) atau "‫( "الصيام‬shiyaam)
yang artinya menahan diri dari sesutau dan meninggalkan sesuatu atau disebut juga
mengendalikan diri.1

Menurut Al-Qurthubi: Di antara ketentuan syariat kita dalam berpuasa


adalah menahan diri dari berbicara buruk.2

1
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 276.
2
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Terj. Amir Hamzah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 263.
Istilah puasa dalam bahasa indonesia ialah terjemahan dari kata ‫ الصوم‬dari
bahasa arab. Maka secara etimologi, ‫ الصوم‬berarti menahan diri dari segala hal atau
meninggalkan sesuatu.
Sedangkan secara terminologi, banyak para ulama yang memberikan pengertian
dari puasa tersebut, diantaranya yang disampaikan oleh Abi Abdillah Muhammad bin
Qasim as-Syafi’i :

“Puasa menurut syara’ ialah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat
membatalkannya. Seperti keinginan untuk bersetubuh, dan keinginan perut
untuk makan semata – mata karena ta’at (patuh) kepada tuhan dengan niat
yang telah ditentukan seperti niat puasa ramadhan, puasa kifarat atau
puasa nadzar pada waktu siang hari mulai dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari sehingga puasanya dapat diterima kecuali pada hari
raya, hari – hari tasyrik dan hari syak, dan dilakukan oleh seorang muslim
yang berakal (tamyiz), suci dari haid, nifas, suci dari wiladah (melahirkan)
serta tidak ayan dan mabuk.3”
Dalam kitab al – ibadah fil islam Yusuf Qardawi mengungkapkan adanya lima
keutamaan dari berpuasa yang juga mengandung nilai – nilai pendidikan bagi siapapun
yang melaksanakannya, diantaranya:
a. Menguatkan jiwa
Dalam diri seorang hamba tentunya tak luput dari hawa dan nafsu, dan tak jarang
manusia seringkali menuruti hawa nafsu tersebut meskipun hawa nafsu atau keinginan
tersebut merupakan sesuatu yang bathil serta dapat mengganggu dan merugikan orang
lain. Maka dari itu, dalam islam diperintahkan untuk memerangi hawa nafsu dalam
artian seseorang hamba haruslah dapat mengendalikan hawa nafsunya.
b. Mendidik kemauan
Dengan berpuasa maka akan dapat mendidik seorang hamba untuk
memiliki kemauan atau tekad yang bersungguh – sungguh dalam kebaikan,
walaupun untuk dapat melakukan kebaikan itu harus melewati berbagai kendala
dan rintangan. Ibadah puasa yang baik akan membuat seorang hamba senantiasa
mempertahankan keinginan baiknya,
c. Menyehatkan badan
Disamping kesehatan ruhani, puasa juga akan memberi pengaruh positif
bagi kesehatan jasmani seseorang. Hal tersebut tak hanya dinyatakan oleh
Rasulullah saw, namun para dokter dan ahli kesehatan dunia telah membuktikan
hal tersebut. Para ahli kesehatan menyatakan bahwa pada saat tertentu perut
memnag perut harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk
seperti halnya juga mesin yang juga butuh waktu istirahat.
d. Mengenal nilai – nilai kenikmatan yang telah di berikan oleh Allah swt
Dalam berpuasa maka seorang hamba juga disuruh untuk memperhatikan
serta merenungin tentang kenikmatan yang telah ia peroleh. Bahwa sungguh telah
banyak sekali kenikmatan yang telah Allah berikan kepada hamba – hamba – Nya.
Nikmat ini akan sangat terasa ketika seorang hamba menikmati nikmatnya dapat

3
Abi Abdillah Muhammad bin Qasim as-Syafi`i, Tausyah a’la Fath al-Qariib al-Mujib, (Dar al-Kutub al-
Islamiah, t.th.), hlm. 110.
berbuka setelah seharian penuh menahan lapar dan dahaga.disinilah terletak
sebuah pendidikan bagi seorang hamba untuk selalu mensyukuri nikmat Allah swt.

e. Ikut merasakan penderitaan orang lain.


Saat berpuasa maka seorang hamba harus menahan diri dari haus dan lapar. Dan ini
berarti mengajarkan kita untuk ikut merasakan bagaimana seorang yang tidak
seberuntung kita. Maka dengan begitu akan dapat memunculkan perasaan empati
dalam diri kita, sehingga dapat menjadikan kita memiliki rasa solidaritas yakni
menumbuhkan kemauan untuk saling berbagai dengan sesama yang membutuhkan.
Selain terdapat banyak keutamaan, dalam tafsir al misbah juga di sebutkan beberapa nilai – nilai
pendidikan yang dapat kita peroleh, diantaranya:

1. puasa merupakan pendidikan ketaqwaaan.

‫ب اعلاى الَّذِينا ِم ْن قا ْب ِل ُك ْم لا اعلَّ ُك ْم تاتَّقُونا‬ ‫ايا أايُّ اها الَّذِينا آ امنُوا ُكتِ ا‬
ِ ‫ب اعلا ْي ُك ُم‬
‫الص ايا ُم اك اما ُك ِت ا‬
Artinya : “ hai orang – otrang yang beriman diwajibkan atas kamu semua berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang – orang sebelum kamu, agar kamu semua bertaqwa” (QS. Al – Baqarah :183)

Taqqwa ialah menjalankan segala perintah – Nya dan menjauhi segala larangan – Nya. Dalam berpuasa
letak ketaqwaan dapat dirasakan ketika kita sedang menjalankan ibadah puasa, karena ketika sedang
berpuasa seseorang diwajibkan untuk mematuhi norma – norma dalam beribadah puasa.

Puasa mendidik ketaqwaan dan menambah ketaqwaan seseorang kepada Allah swt. Derajat taqwa ini
dapat diperoleh jika seseorang melaksanakan ibadah puasanya dengan sungguh -sungguh.

2. puasa merupakan pendidikan menahan syahwat.

Salah satu hikmah puasa adalah menahan hawa nafsu dan syahwat. Bukan hawa nafsu makan dan
minum, melainkan juga nafsu – nafsu lainnya yang memang Allah telah melarangnya.

Untuk menahan hawa nafsu, seseorang hamba diajarkan untuk berpuasa. Karena dalam ibadah puasa
sesuatu yang hukumnya halal menjadi haram untuk sementara, misalnya ialah makanan dan minuman.

3. puasa memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Dengan berpuasa akan mengajarkan seorang hamba untuk bisa menumuhkan rasa sayang kepada
sesama. Sebab dalam puasa itu seorang yang kaya atau berkecukupan dipaksa untuk merasakan
bagaimana tidak enaknya menjadi orang yang tidak punya.

4. puasa melatih seorang hamba untuk bersikap jujur.

Rasulullah s.a.w dalam sebuah riwayat bersabda :

“ kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu membimbing ke
surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur disisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan
menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa
berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah”

Jika dikaitkan dengan puasa, maka letak kejujuran yang semestinya yaitu ketika pada pelaksanaannya.
Seseorang yang berpuasa itu menahan segala yang membatalkan, namun jika dilain waktu seseorangitu
tidak jujur, imannya lemah dan ada kesempatan bisa saja dia minum, makan bahkan berzina karena
tidak ada yang mengetahuinya.
‫‪5. puasa melatih kesabaran.‬‬

‫‪Tidak sedikit seseorang hamba yang tidak besabar dalam menahan kelaparan dan juga dalam menahan‬‬
‫‪hawa nafsu, namun dengan berpuasa maka kesabaran itu akan tewrlatih sedikit demi sedikit bahakan‬‬
‫‪kesabaran seseorang dapat tumbuh dengan perlahan.‬‬

‫‪6. puasa melatih kedisiplinan.‬‬

‫‪Puasa menghendaki seseorang yang melaksanakannya mempunyai disiplin yang tinggi. Sebagai mana‬‬
‫‪hadits berikut :‬‬

‫‪“berpuasalah kalian dengan melihatnya (hilal) dan berbukalah dengan melihatnya pula. Apabila kalian terhalang‬‬
‫‪oleh awan maka sempurnakanlah jumlah bilangan hari bulan sya’ban menjadi tiga puluh”.‬‬

‫‪Dalam hadits tersebut mengisyaratkan bahwa puasa memberi pelajaran kepada umatnya untuk bersikap‬‬
‫‪disiplin.selain disiplin dalam menjaga waktu pelaksanaannya, juga harus disiplin terhadap hal – hal-‬‬
‫‪yang tidak boleh dilakukan ketika sedang berpuasa.‬‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin Jamaah sholat Jum’at hafidhakumullah‬‬

‫‪Masih banyak lagi hikmah dan nilai pendidikan yang terdapat dalam ibadah puasa yang tidak sempat‬‬
‫‪dijelaskan disini. Demikianlah, kiranya cukup khutbah pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita‬‬
‫‪sekalian.‬‬

‫لى ت ا ْوفِ ْي ِق ِه اوا ِْمتِناانِ ِه‪ .‬اوأ ا ْش اهدُ أ ا ْن َلا اِلاها إَِلَّ هللاُ اوهللاُ او ْحداهُ‬
‫ش ْك ُر لاهُ اع ا‬‫سانِ ِه اوال ُّ‬ ‫ا ا ْل اح ْمدُ هللِ اع ا‬
‫لى إِ ْح ا‬
‫ص ِل اعلاى‬ ‫إلى ِرض اْوانِ ِه‪ .‬الل ُه َّم ا‬ ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى ا‬ ‫ع ْبدُهُ او ار ُ‬ ‫سيِداناا ُم اح َّمدًا ا‬
‫أن ا‬‫َلا ش ِاري اْك لاهُ اوأ ا ْش اهدُ َّ‬
‫س ِل ْم ت ا ْس ِل ْي ًما ِكثي ًْرا‬ ‫سيِ ِدناا ُم اح َّم ٍد ِو اعلاى ا ا ِل ِه اوأ ا ْ‬
‫ص احابِ ِه او ا‬ ‫ا‬

‫اس اِتَّقُوا هللاا فِ ْي اما أ ا ام ار اوا ْنت ا ُه ْوا اع َّما نا اهى اوا ْعلا ُم ْوا أ ا َّن هللاا أ ا ام ار ُك ْم ِبأ ا ْم ٍر باداأ ا‬ ‫أ ا َّما با ْعدُ فايا ا اايُّ اها النَّ ُ‬
‫لى النَّبِى يآ اايُّ اها‬ ‫صلُّ ْونا اع ا‬ ‫فِ ْي ِه بِنا ْف ِس ِه اوثاـناى بِ امآل ئِ اكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه اوقاا ال تاعاالاى إِ َّن هللاا او امآلئِ اكتاهُ يُ ا‬
‫س ِل ْم‬‫صلَّى هللاُ اعلا ْي ِه او ا‬ ‫س ِي ِدناا ُم اح َّم ٍد ا‬ ‫ص ِل اعلاى ا‬ ‫صلُّ ْوا اعلا ْي ِه او ا‬
‫س ِل ُم ْوا ت ا ْس ِل ْي ًما‪ .‬الل ُه َّم ا‬ ‫الَّ ِذيْنا آ امنُ ْوا ا‬
‫اء‬ ‫ع ِن اْل ُخلافا ِ‬ ‫ض الل ُه َّم ا‬ ‫ار ا‬ ‫س ِل اك او امآلئِ اك ِة اْل ُمقا َّربِيْنا او ْ‬
‫سيِدِنا ا ُم اح َّم ٍد او اعلاى ا ا ْنبِيآئِ اك او ُر ُ‬ ‫او اعلاى آ ِل ا‬
‫ص احا اب ِة اوالتَّابِ ِعيْنا اوتاا ِب ِعي التَّا ِب ِع ْينا‬ ‫عثْ امان او اع ِلى او ا‬
‫ع ْن اب ِقيَّ ِة ال َّ‬ ‫ع امر او ُ‬ ‫الرا ِش ِديْنا أ ا ِبى اب ْك ٍر او ُ‬ ‫َّ‬
‫اح ِميْنا‬ ‫عنَّا ام اع ُه ْم بِ ار ْح امتِ اك ياا أ ا ْر اح ام َّ‬
‫الر ِ‬ ‫ض ا‬ ‫ار ا‬ ‫الدي ِْن او ْ‬‫ان اِلاىيا ْو ِم ِ‬ ‫س ٍ‬ ‫لا ُه ْم ِبا ِْح ا‬

‫ت الل ُه َّم أ ا ِع َّز‬ ‫ت ااَلا ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم اواَْلا ْم اوا ِ‬ ‫ت اواْل ُم ْس ِل ِميْنا اواْل ُم ْس ِل اما ِ‬ ‫االل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنا اواْل ُمؤْ ِمناا ِ‬
‫ص ْر ام ْن نا ا‬
‫ص ار‬ ‫ص ْر ِعباادا اك اْل ُم او ِح ِديَّةا اوا ْن ُ‬ ‫اْ ِإل ْسَلا ام اواْل ُم ْس ِل ِميْنا اوأ ا ِذ َّل الش ِْر اك اواْل ُم ْش ِر ِكيْنا اوا ْن ُ‬
‫الدي ِْن اوا ْع ِل اك ِل اماتِ اك ِإلاى اي ْو ام ِ‬
‫الدي ِْن‪ .‬الل ُه َّم‬ ‫اخذُ ْل ام ْن اخذا ال اْل ُم ْس ِل ِميْنا او دا ِم ْر أ ا ْعداا اء ِ‬ ‫الديْنا او ْ‬ ‫ِ‬
‫طنا‬ ‫س ْو اء اْل ِفتْنا ِة اواْ ِلم احنا اما ا‬
‫ظ اه ار ِم ْن اها او اما با ا‬ ‫الزَلا ِز ال اواْ ِلم احنا او ُ‬ ‫عنَّا اْلباَلا اء اواْ الوباا اء او َّ‬ ‫ا ْدفا ْع ا‬
‫ان اْل ُم ْس ِل ِميْنا عآ َّمةً ايا اربَّ اْل اعالا ِميْنا ‪ .‬اربَّناا آ ِتنا ا ِفى‬ ‫سا ِئ ِر اْلبُ ْلدا ِ‬
‫صةً او ا‬ ‫اع ْن ابلا ِدناا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا خآ َّ‬
‫اإن لا ْم ت ا ْغ ِف ْر لاناا‬
‫سناا او ْ‬ ‫ظلا ْمناا ا ا ْنفُ ا‬
‫ار‪ .‬اربَّناا ا‬ ‫سناةً اوقِناا اعذا ا‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫آلخ ارةِ اح ا‬ ‫سناةً اوفِى اْ ِ‬ ‫الدُّ ْنياا اح ا‬
‫ْتآء ِذي‬ ‫ان او ِإي ِ‬ ‫س ِ‬‫اوت ا ْر اح ْمناا لانا ُك ْون َّان ِمنا اْلخاا ِس ِريْنا ‪ِ .‬ع اباداهللاِ ! ِإ َّن هللاا ايأ ْ ُم ُر ِباْل اع ْد ِل اواْ ِإل ْح ا‬
‫ظ ُك ْم لا اعلَّ ُك ْم تاذا َّك ُر ْونا اوا ْذ ُك ُروا هللاا اْل اع ِظي اْم‬ ‫شآء اواْل ُم ْن اك ِر اواْلبا ْغي يا ِع ُ‬ ‫بى اويا ْن اهى اع ِن اْلفا ْح ِ‬ ‫اْلقُ ْر ا‬
‫لى ِن اع ِم ِه اي ِز ْد ُك ْم اولا ِذ ْك ُر هللاِ أ ا ْك اب ْر‬
‫اي ْذ ُك ْر ُك ْم اوا ْش ُك ُر ْوهُ اع ا‬

Anda mungkin juga menyukai