Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putri Maharani

NIM : 2187201021

Jurusab/kelas : Pendidikan Sejarah/A

Semester : Dua (II)

Sejarah dan Mitos Yang Ada di Desa Kalikuning

Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan

Desa Kalikuning bermula dengan adanya dua orang pengembara yang datang dari arah timur
dengan berpakaian warok yang mesanggrah ke Desa Kalikuning “ sekarang “ disebut dengan
nama Ki Landang dan Kaki Dembleng, setibanya di Desa Kalikuning “ sekarang “ salah seorang
pengembara tersebut yaitu Ki Landang menemukan Wasiat / Jimat GEMBOL JATI,  namun
Kaki Dembleng melihat Ki Landang mendapatkan jimat tersebut merasa iri dan ingin
memilikinya jimat Gembol Jati itu, tentu saja Ki Landang tidak mau memberikannya pada Kaki
Dembleng karena Ki Landang merasa barang tersebut bukan barang curaian. Tidak lama
kemudian pertengkaran mulut anatara kedua pengembara tersebut terjadi, karena saling tidak
bisa mengendalikan diri akhirnya perangpun berlangsung dengan menggunakan otot / kekuatan /
kesaktian mereka berdua untuk merebutkan jimat Gembol Jati tersebut sampai beberapa hari,
minggu bahkan bulan mungkin tahun sebab tempat atau lokasi dari perkelaian “ okol “ tersebut
menjadikan lapangan atau lokasi persawahan yang luas atau Ombo sehingga masyarakat Desa
Kalikuning “ sekarang “  mengenal dengan sebutan Kedok Ombo yaitu yang dijadikan sebagai
Tanah Bengkok Kepala Desa Desa Kalikuning “ sekarang “ ini.

Ditengah – tengah perkelaian atau okol kedua Pengembara “ Ki Landang dan Kaki Dembleng “
tersebut tiba – tiba ada seseorang yang datang yang bernama Pendeto Lelono , kemudian Pendito
Lelono tersebut mendekati kedua pengembara yang sedang bertarung tersebut dan menanyakan
mengapa sebabnya mereka berkelahi, dijawab Ki Landang, “ bahwa saya mendapatkan jimat
Gembol Jati, namun Kaki Dembleng meminta jimat tersebut dari saya tentu saja saya tidak boleh
“.

Kemudian Pendeto Lelono mengatakan, “ kalian berdua tidak akan kuat membawa atau memiliki
jimat tersebut untuk itu biar saya saja yang menyimpan benda / jimat tersebut “. Kemudian Ki
Landang menyerahkan jimat Gembol Jati tersebut pada Pendeto Lelono. Setelah diberikan itulah
pertarungan atau okol antara Ki Landang dan Kaki Dembleng berakhir dengan tidak ada
kemenangan.
Lalu kemudian Pendito Lelonopun meninggalkan mereka berdua dan berjalan kearah selatan
kurang lebih 300 m dari lokasi atau tempat perkelaian tersebut tiba – tiba Pendito Lelono
menemukan sumber atau mata air yang jernih setelah didekati dan diamati warna sumber atau
mata air tersebut kelihatan warna airnya kuning keemasan. Dari sinilah asal usul nama Desa
Kalikuning diambil yaitu dari sumber air yang berwarna Kuning.

Desa Kalikuning telah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda namun ada saat itu kondisi Desa
Kalikuning belum menentu dikarenakan rasa tercekam dan tertekan akan kekuasaan penjajah,
namun demikian masyarakat Desa Kalikuning telah ada pemimpin yang disebut lurah yaitu
seorang yang sangat berpengaruh pada saat itu yang ditunjuk oleh tentara Belanda untuk
memimpin desa.

Mitos Telaga Sono yang tidak pernah mengering

 Telaga Sono juga merupakan image Desa Kalikuning yang terdapat di dusun Sono terletak di
bagian barat desa. Awalnya telaga ini dulunya sebenarnya telogo Bedog yang berada di dusun
Bedog karena para wali dulunya para wali ketika mau membuat membuat (mencetak) telaga di
Bedog tapi ketahuan oleh gadis Bedog Supit (gadis yang di hindari para wali karena mengurangi
kesaktian) yang sedang menyapu.

Wilyah tersebut berada di Bedog tepatnya di sebelah barat rumah kepala dusun (Mbah Sahrun).
Sekarang di sana bekas telaga yang tidak jadi di buat teloga terdapat sumber yang besar dan situ
ada batu yang sangat besar yang sebenarnya mau di buka oleh para wali. Batunya sampai
sekarang masih ada di sekitar sungai. Akhirnya pindah ke Sono sekarang keberadaan telaga saat
itu di pelihara oleh Mbah Jokerjo seorang yang bertinggal di dusun Sono, dia juga hanya makan
klepon. Dahulunya airnya mengalir ke daerah timur dan ke barat. Namun sekarang mengalir ke
sebelah barat saja.

Di sebelah selatan dusun Sono di sungai ada tetenger (makam) Mbah Jokerjo yang berupa
cungkup, kayunya di makam di bakar oleh pemuda tidak mempan atau tidak membekas.
Sekarang di sebelah selatan Kasun Sono yang sekarang ada tanah yang bentuknya oro oro dan di
bawahnya terdapat batu yang besar dan di yakini batu tersebut bekas batu yang terdapat di
Telaga yang di buka oleh wali sehingga membuat telaga tidak dapat di garap sebagai lahan
pertanian.

Batu batuan tersebut merupakan batu bedah telaga baru dari telogo Sono yang di angkat untuk
menahan agar tanahnya tidak longsor ke telaga. Pemeliharaan telaga oleh Mbah Jokerto untuk
telaga ini dengan cara menebang pohon pohon di sebuah daerah cekungan untuk menutup rongga
atau sela sela bukit. Ketika hujan turun yang lebat maka cekungan tersebut terisi air sampai
penuh sampai sekarang. jika dulu ketika tidak ada bedah tologo yang di pelihara (wiyoro) Mbah
Jokerjo mungkin tidak ada cerita di Sono tentang mengolah persawahan.
Air di telaga dari dulu sampai sekarang debit air dan luasnya tidak mengalami perubahan.
Dulunya terdapat wangkong (tanah mengambang yang terdapat rumput di atasnya) itu tidak ada
putusnya dari ujung satu ke ujung lain, bahkan ternak pun bisa naik di atas wangkong.
Wangkong terbuat dari daun daun busuk dan dahan dahan serta akar akar walau giyang goyang
yang tebalnya hampir 1 meter. Bahkan ada cerita wangkong di iris diris buat berlayar di tengah
telaga. Bahkan dulunya bisa memancing ikannya. Bulan Agustus misalnya di pinggir telaga yang
biasanya di buat sawah sehingga tergenang air. Air telaga tidak dapat di nikmati oleh masyarakat
Sono tetapi di manfaatkan oleh desa yang berada di bawah telaga misalnya desa Gegeran. Telaga
ini di kelilingi oleh 2 bukit yang sisi sebelah barat berbatu dan sebelah timur bertanah.

Menurut Mbah Sahrun bukit yang sebelah barat hampir semua bukitnya berbatu karena saat
membuat telaga ini galian yang berwujud batu di letakkan di sebelah barat dan galian yang
berwujud tanah di letakkan di sebelah timur. Sekarang masyarakat menyebut bukit yang berbatu
dengan gunung tipis.

Anda mungkin juga menyukai