Anda di halaman 1dari 5

Abstrak

Geowisata merupakan wisata dengan memanfaatkan potensi suber daya alam. Melihat
potensi minat masyarakat terhadap wisata edukasi yang tinggi, penulis memiliki gagasan untuk
memperkenalkan geosite yang dikemas dalam paket wisata edukasi sekaligus memuat unsur
sosial dan ekonomi.

Penelitian dilakukan di Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.


Penelitian yang dilakukan berupa pengamatan dan obeservasi lapangan. Hasil didapat berupa
litologi batuan yang ada di sungai. Green Canyon socokangsi tampak lebih indah dikarenakan
di sekeliling lokasi masih terdapat popohonan yang tumbuh dengan asri.

Pendahuluan

Segala jenis batuan alam yang tersusun di lapisan kulit bumi dapat terbentuk karena
perpaduan beberapa zat yang sama yakni magma. Magma sendiri merupakan bentuk cairan
yang bersuhu sangat panas dan selalu bergerak didalam perut bumi. Secara intrusi atau ekstrusi
dan sangat banyak manfaat gunung api seperti salah satunya bebatuan yang dihasilkan.
Pergerakan tersebut membuat magma mengalir jauh dari sumber magma dan suhu tekanan
menjadi berubah sehingga mengalami proses kristalisasi kemudian menjadi batuan beku. Salah
satu contoh dari batuan beku adalah batu andesit. Batu andesit adalah batuan beku yang
tersusun atas butiran mineral yang haus (fine-grained). Batuan yang terdapat pada tebing Green
Canyon socokangsi merupakan salah satu contoh batuan beku, contoh lain batuan beku yang
berada di wilayah geowisata adalah batuan beku yang ada di Sungai Pusur, Polanharjo.

Daerah penelitian

Desa Socokangsi merupakan salah satu desa terbesar di Kabupaten Klaten yang
bertempat di Kecamatan Jatinom, desa ini memiliki 50 RT atau 24 RW. Wilayah Desa
Socokangsi merupakan daerah pegunungan yang berada pada 6˚51’46” sampai dengan
7˚11’47” LS dan 109˚40’19” sampai dengan 110˚03’06” BT. Batas wilayah Desa Socokangsi
adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Desa Pomah, Kec. Tulung, Kab. Klaten
Sebelah Barat : Desa Kayumas Kec. Jatinom, Kab. Klaten
Sebelah Selatan : Desa Bengking, Kec. Jatinom, Kab. Klaten
Sebelah Timur : Desa Glagah, Kec. Jatinom, Kab. Klaten

Luas wilayah Desa Socokangsi 281,3 Ha. Dari luas wilayah tersebut, diperuntukkan
untuk beberapa lahan diantaranya :
Lahan pertanian/perkebunan : 9,060 Ha
Pemukiman/perumahan : 54,2515 Ha
Pemakaman : 4,500 Ha
Kas Desa : 25,9276 Ha
Lain-lain : 187,56 Ha

GEOLOGI REGIONAL
Green Canyon Socokangsi
Green canyon mini ala Socokangsi terbentuk di aliran Sungai Gethuk yang airnya jernih
dan tanpa sampah. Dasar sungai berupa bebatuan seolah menjadi filter alami. Untuk menikmati
pesonanya, pengunjung tak perlu menggunakan perahu. Cukup berjalan kaki menyusuri sungai
tersebut. Sungai ini memiliki kedalaman beragam sehingga aktivitas rekreasi di tempat ini tak
melulu susur sungai, tapi juga bisa berenang atau sekadar berendam. Mulai dari penataan
taman, pemasangan tangga turun sungai, pembuatan mushola, kamar mandi, dan sejumlah
fasilitas lain, semua dibiayai pemerintah desa setempat.

Gambar 1.0 Green Canyon Socokangsi

Memasuki lokasi green canyon mini itu, di bagian pertama tepat di samping mushola
ada aliran Sungai Gethuk tempat pengunjung bisa berenang, melompat, dan sesekali
menyelam. Kedalaman di bagian pertama ini hanya sekitar 50 sentimeter.
Terlebih, ketinggian air terjun juga hanya sekitar empat meter. Dari lokasi pertama itu
pengunjung bisa menapaki bebatuan kali dan ngarai hijau Sungai Gethuk menyajikan
pemandangan yang menyejukkan mata. Guratan-guratan halus sepanjang tebing sungai
setinggi 5 meter itu seperti menyimpan kisah.
Guratan-guratan itu menggambarkan ukiran aliran air sungai di bebatuannya. Atraksi alam nan
hijau itu mengapit sepanjang sungai. Kelokannya menghadirkan sudut-sudut unik yang kian
menantang untuk dijelajahi.

METODE PENELITIAN
Observasi Lapangan
Metode ini dilakukan dengan mengunjungi lokasi secara langsung. Waktu pelaksanaan
pada 25-26 Mei 2019. Dalam kegiatan observasi lapangan diambil data berupa deskripsi
litologi, pengambilan sampel batuan dan dokumentasi.

Hasil pembahasan

Kondisi Sosial

Kondisi sosial masyarakat sekitar cenderung aman dan damai. Dengan kehidupan yang
sederhana warga masyarakat antusias dengan hal baru dan senang ketika kedatangan tamu.
Dengan ciri khas orang desa banyak yang suka bercerita, dapat menjadi sarana marketing
maupun guide dalam obek geowisata yang akan dibuka.
Dengan adanya geosite ini nantinya akan banyak foto diambil yang dapat dibagikan dengan
sanak saudara melalui berbagai media sosial.

Kondisi Ekonomi

Rata-rata kondisi ekonomi masyarakat terdiri dari golongan menengah ke bawah. Maka
dengan adanya objek wisata baru ini, diharapkan dapat meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat sekitar.
Di Desa Socokangsi masih terdapat tradisi turun temurun yang berusaha dilestarikan
oleh masyarakat yakni meminta hujan. Dalam tradisi tersebut menggunakan seekor kambing
jantan yang akhirnya disembelih. Awalnya pada pagi hari belasan warga socokangsi mengirab
seekor kambing jantan menuju sebuah sungai yang dikenal warga dengan sebutan Kali Gethuk.
Sampai di bibir sungai kambing tersebut dimandikan hingga bersih oleh dua orang warga, ini
menandai penyucian diri sebelum nantinya dipersembahkan kepada Tuhan. Setelah itu,
kambing kembali dikirab menuju pelataran yang dikenal dengan sebutan Goa Jepang. Meski
sudah dibuka untuk objek wisata tapi tempat tersebut memiliki arti penting bagi masyarakat
ketika hendak berbicara kepada Tuhan. Setelah kambing disembelih, kambing tersebut
dimasak secara bergotong-royong oleh warga dan akhirnya di nikmati bersama dengan warga
yang lainnya.

Gambar 3.0 Warga Desa Socokangsi Menyembelih Kambing Jantan


Dalam Tradisi Meminta Hujan.
Di kecamatan jatinom juga terkenal kuliner yang dapat dipasarkan, yaitu kue apem.
Kue ini biasanya dibuat pada setiap bulan Sapar dalam penanggalan Jawa atau Islam diadakan
"SEBARAN APEM" atau Yaqowiyyu. Tradisi ini dilaksanakan pada hari Jumat di
bulan Sapar yang berada di dekat masjid besar Jatinom. Orang Jatinom biasa menjadikan
momen ini sebagai ajang bersilahturahmi ke sanak saudara, sehingga dapat dikatakan
sebagai Lebarannya orang Jatinom. Pada saat itu, setiap rumah membuat kue apem, yang
nantinya disajikan kepada tamu yang datang. Tradisi ini konon bermula dari cerita tentang Ki
Ageng Gribig yang ingin memberikan kue apem kepada muridnya, tetapi jumlahnya hanya
sedikit sehingga agar adil maka kue apem tersebut dilemparkan ke muridnya untuk dibagi.

Gambar 2.0 Kue Apem Khas Jatinom


Gambar 3.0 Gunungan Apem untuk acara yaqowiyyu

Desain Geosite
Konsep yang ingin di angkat dalam wisata tersebut adalah suasana kembali ke alam.
Yang dimaksud adalah pengunjung bisa merasakan kembali keindahan alam yang asri dengan
udara yang masih begitu sejuk. Pengunjung juga akan merasakan perubahan yang terjadi, yakni
dapat merasakan kembali ketenangan dari keramaian yang ada di kota. Dilakukan
pembangunan fasilitas berupa tangga semen, mushola, toilet dan tempat berjualan guna
menunjang kebutuhan pengunjung lokasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai