Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“DESA WISATA BOKESAN, SLEMAN, YOGYAKARTA”


Disusun sebagai Tugas
Mata Kuliah Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas
Dosen Pengampu: Prof. Dr. M. Baiquni, MA

OLEH
RANTI RUSTIKA (373167)

MAGISTER PASCASARJANA
KAJIAN PARIWISATA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
DESA WISATA BOKESAN
Nama : DESA WISATA BOKESAN
Alamat : Bokesan, Sindumartani, Ngemplak, Sleman
Kecamatan : Turi

Cerita yang berkembang secara turun temurun, cikal bakal pendiri dusun yaitu Ki
Probokeso, sehingga nama dusun diambil dari nama pendirinya menjadi dusun Bokesan. Cerita
yang berkembang, bahwa sejak turun temurun masyarakat dusun ini sudah memelihara ikan di
kolam-kolam pekarangan rumah, karena potensi air yang berlimpah. Kegiatan ini akhirnya
berkembang menjadi usaha pembibitan ikan. Berawal pada tahun 1989, dusun Bokesan dijadikan
tempat PKL (Praktek Kerja Lapangan) oleh Sekolah Umum Perikanan dari kota Bogor yang
memperkenalkan cara-cara budidaya ikan lele. Dari hasil pelatihan ini ternyata memberikan
peluang usaha yang menguntungkan dan berkembang dengan baik sampai sekarang. Kemudian
dari petani-petani ikan yang ada mendirikan kelompok tani dengan nama “Mino Ngremboko”.
Pada tahun 2001 kelompok tani ini mendapat juara I tingkat Nasional untuk INPERAK yaitu
Intensifikasi Pembenihan Rakyat.

 GEOGRAFIS

Dusun Bokesan terletak di wilayah kecamatan Ngemplak, alamat tepatnya berada di


dusun Bokesan desa Sindumartani, kecamatan Ngemplak, kabupaten Sleman, Daerah istimewa
Yogyakarta.

Batas-batas wilayah dusun:


Orbitasi :
Jarak ke Ibukota Kecamatan : 3 km
Jarak ke Ibukota Kabupaten : 25 km
Jarak ke desa : 2 km
Waktu tempuh Ke Ibukota Kecamatan : 10 menit
Waktu tempuh ke Ibukota Kabupaten : 30 menit
Kondisi geografi dusun Bokesan berupa dataran rendah, di selatan lereng Merapi,
sebagian besar berupa tanah persawahan yang subur dengan sumber air yang berlimpah. Luas
pedukuhan Bokesan adalah 34, 200 ha, dengan sumber air yang berlimpah dari sungai Opak,
sebagaian besar penduduk memiliki usaha kolam ikan di samping tanah sawah.
Kondisi ekonomi masyarakatnya relatif baik, terlihat dari keadaan bangunan rumah
penduduk yang 90 % berupa rumah tembok dengan kondisi baik.

 AKSESIBILITAS

Jarak tempuh ke dusun Bokesan dari Ibukota kecamatan Ngemplak sekitar 4 km dengan waktu
tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 15 menit. Sedangkan jarak dari ibukota
kabupaten Sleman sekitar 25 km, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit menggunakan
kendaraan bermotor.
Kondisi jalan menuju dusun berupa jalan beraspal sepanjang 200 m, cor conblock
sepanjang 600 m dan jalan tanah 200 m dengan keadaan cukup baik dan dapat ditempuh dengan
kendaraan bermotor. Di dusun Bokesan, hampir 95 % masyarakatnya memiliki kolam ikan,
dengan budidaya berbagai jenis ikan air tawar, antara lain gurami, lele, ikan mas, nila merah,
grasscrap dll. Dari komunitas penduduk yang memiliki ikan, terbentuk kelompok petani ikan
dengan nama “Mino Ngremboko“ dengan Bapak Saptono sebagai Ketua. Dengan adanya
aktifitas masyarakat ini merupakan potensi wisata yang bagus dan wisatawan dapat menikmati
suasana alam pedesaan sambil melihat berbagai jenis kolam dengan aneka ikan dan belajar cara-
cara pembudidayaan ikan. Wisatawan juga dapat membeli bibit ikan untuk dicoba dibudidayakan
di rumah.

 UPACARA DAUR HIDUP

Masyarakat dusun Bokesan masih menjalankan berbagai upacara tradisi yang berkaitan dengan
daur hidup atau live circle, diantaranya adalah :

1. Upacara Mitoni, yaitu selamatan pada saat usia kehamilan mencapai genap tujuh bulan.
2. Upacara puputan, yaitu upacara selamatan pada saat tali pusar bayi sudah lepas/ mengering.
3. Jagongan, yaitu acara wungon ( tidak tidur semalam suntuk ) atau bertandang di rumah
keluarga yang baru melahirkan bayi pada malam hari selama kurang lebih 7 malam ( satu
minggu ).
4. Selapanan, yaitu acara kenduri atau Selamatan bertepatan dengan usia bayi 35 ( tiga puluh
lima hari ) sebagai ungkapan rasa syukur .
5. Upacara kematian, dari surtanah, upacara kenduri tiga hari, tujuh hari, 40 hari, setahun, dua
tahun sampai 1000 hari.
6. Upacara khitanan, yaitu tanda bahwa anak lelaki sudah mulai menginjak aqil balig berangkat
menjadi laki-laki dewasa .
7. Upacara pernikahan, dengan berbagai urutan pernak pernik tradisi jawa, seperti siraman,
midodareni, ijab, panggih dan resepsi.
Dalam pelaksanaannya berbagai upacara tradisi di atas disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing yang punya hajat.

 SARANA PENDUKUNG
Prasarana pendukung yang tersedia di dusun Bokesan antara lain berupa :
a. alat penyeteril air bersih, merupakan bantuan dari BPPT pusat, karena sumber air yang ada
sudah tercemar limbah dari kolam ikan.
b. Rumah-rumah yang siap menerima wisatawan ( home stay ) dengan kondisi yang cukup baik.

Sumber: (http://tourismsleman.com/dir_detail_2.php?id=129&kat=15) diakses tanggal 21 April


2015

(http://yogyakarta.panduanwisata.id/daerah-istimewa-yogyakarta/pembudidayaan-ikan-
dan-melihat-tradisi-desa-wisata-bokesan/) diakses tanggal 21 April 2015
WAWANCARA DESA WISATA
NAMA : IBU TARMINI (081227930084)
DESA WISATA : BOKESAN
ORGANISASI : KELOMPOK PEMBUDIDAYAAN IKAN MINOREMBOKO
ALAMAT : BOKESAN, SINDUMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN
PEWAWANCARA : RANTI RUSTIKA (373167)

Ibu Tarmini merupakan salah satu warga desa Bokesan yang menjadi motivator dalam
membuat desa wisata Bokesan. Ibu Tarmini merupakan pensiunan dari Polda DIY yang
berinisiatif untuk membuat desa Bokesan menjadi Desa Wisata. Menurut Ibu Tarmini, desa
Bokesan telah lama dikenal sebagai desa yang kaya akan perikanan dimana menjadi desa terbaik
ditingkat Nasional dalam perikanan. Para pengunjung telah berdatangan di desa ini untuk
memancing, edukasi bagi anak-anak sekolah dan juga sebagai informasi inspirasi bisnis yang
juga sebagai faktor yang membedakan dengan desa wisata lainnya. Atraksi yang ada di desa
Bokesan berupa edukasi outdoor study,memancing ikan, menguras kolam yang berisi banyak
ikan, memberi makan ikan-ikan yang berada dikolam-kolam warga dan terdapat pelatihan dan
pertunjukan gamelan. Terdapat berbagai macam jenis ikan di kolam tersebut seperti nila, lele,
dan gurameh. Produk lain yang dimiliki desa Bokesan adalah kerajinan kulit dan makanan sego
gudel (sego kucing berukuran besar). Retribusi untuk memasuki desa wisata ini sebesar Rp
6.000, dimana Rp 4.000 digunakan untuk pemasukan dan Rp 2.000 digunakan untuk membeli
bibit ikan.
Desa wisata Bokesan masih sangat baru yaitu didirikan pada tahun 2015 ini dan masih
dikenal sebagai desa perikanan. Ibu Tarmini ingin menjadikan desa Bokesan menjadi desa wisata
karena desa ini memiliki potensi yang besar sebagai tempat wisata karena sebelumnya telah
banyak pengunjung yang datang dan tertarik karena suasana alam dan atraksi-atraksi yang unik
di bidang perikanan. Namun kelemahan dari desa ini adalah masih kurangnya sumber daya
manusia yang membuat persiapan desa wisata Bokesan belum maksimal. Akses menuju desa ini
sudah bagus dan mudah namun belum terdapat plang-plang karena Ibu Tarmini belum berani
untuk membuka secara luas desa wisata ini karena faktor SDM tersebut. Promosi yang dilakukan
juga belum begitu banyak dan masih bersifat tradisional yaitu dengan cara informasi lisan saja.
Promosi menggunakan media sosial dan website telah dilakukan namun belum maksimal karena
belum adanya pengurus yang khusus mengurus bidang promise. Kerjasama terhadap pihak lain
juga belum dilakukan dan bahkan belum adanya bantuan dari pemerintah karena desa wisata
Bokesan adalah desa wisata yang sangat baru. Meskipun demikian, desa wisata ini telah siap
dalam membuka homestay karena warganya telah biasa menerima pengunjung untuk menginap
dirumahnya karena sebelumnya desa Bokesan telah digunakan sebagai pusat pelatihan mandiri
perikanan dan kelautan yang dilakukan oleh kementerian kelautan dan perikanan sehingga rumah
warga digunakan sebagai penginapan peserta pelatihan. Masyarakat desa Bokesan telah
mendukung dibangunnya desa mereka menjadi desa wisata, namun masyarakat belum proaktif
dalam keterlibatan pembangunan desa wisata tersebut sehingga Ibu Tarmini masih belum berani
mempromosikan desa Bokesan sebagai desa wisata. Karena masih baru, fasilitas-fasilitas
pendukung masih dalam tahap pembangunan seperti toilet, tempat parkir, dan warung makan.
Harapan Ibu Tarmini dalam menjadikan desa Bokesan menjadi desa wisata adalah untuk
menjadikan desanya lebih dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi desa yang memberikan
sumber inspirasi bisnis terutama dalam bidang perikanan yang menjadi sumber kekuatan terbesar
di desa Bokesan. Strategi yang dilakukan Ibu Tarmini dalam membangun desa wisata Bokesan
dengan mencari SDM yang baik dengan cara menyiapkan masyarakatnya untuk melakukan
pelatihan-pelatihan serta membuat program kerja guna menciptakan desa wisata yang maju dan
dikenal masyarakat luas.
REFLEKSI DAN KRITIS DESA WISATA BOKESAN
Desa wisata Bokesan masih sangat baru didirikan yaitu pada tahun 2015 ini. Konsep desa
wisata sendiri belum sepenuhnya sesuai dengan desa wisata yang telah lama berkembang. Ibu
Tarmini yang merupakan salah satu masyarakat Bokesan sekaligus promotor dalam
mengembangkan desanya menjadi desa wisata memiliki banyak kesulitan dalam hal
pengembangan. Meskipun masyarakat mendukung desa Bokesan menjadi desa wisata, namun
peranan dari masing-masing masyarakat belum terlihat. Hal ini dikarenakan oleh kesibukan dari
masing-masing masyarakat. Selain itu, menurut bu Tarmini sendiri, kendala terbesar dalam
mengembangkan desa wisata ini adalah belum adanya sumber daya manusia yang memadai di
desa Bokesan. Padahal, potensi yang terdapat di desa Bokesan termasuk memiliki potensi yang
cukup banyak dan berbeda dari desa wisata lain yaitu mengembangkan desa wisata dengan
konsep perikanan. Hal ini juga dikarenakan desa Bokesan terkenal akan perikanannya yang maju
dan berkembang. Ide-ide dari bu Tarmini dalam mengembangkan desa wisata sangat banyak dan
telah diperhitungkan secara matang yaitu membuat desa wisata Bokesan menjadi tempat untuk
mencari inspirasi bisnis dan menjadi tempat edukasi dan menyenangkan disemua kalangan.
Lokasi dari desa wisata Bokesan sendiri sangat strategis yaitu dekat dengan obyek wisata yang
terkenal, Candi Prambanan. Akses menuju desa Bokesan juga bisa dikatakan baik dan mudah.
Bahkan bu Tarmini telah memikirkan kuliner khas desa Bokesan yang tidak bisa ditemukan di
desa wisata lainnya yaitu sego Gudel (nasi kucing berukuran besar). Bu Tarmini sangat
mengharapkan partisipasi dan kekompakan yang besar dari seluruh masyarakat Bokesan agar
dalam pengembangan desa wisata dapat berjalan lancar dan mudah serta dengan dijadikannya
desa Bokesan menjadi desa wisata membuat kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat dan
masyarakat dapat menjadi mandiri serta memiliki keahlian yang bisa berguna bagi kesejahteraan
masyarakat Bokesan.

Anda mungkin juga menyukai