Anda di halaman 1dari 7

Nama : Agustina Junia Javia Nahak

Nim : 210710023
Kelas : 13f3 Komunikasi Pariwisata
Tugas : Assessment 1

Potensi Wisata Pantai Motadikin Dan Makanan Khas Daerah Dalam


Mendukung Perkembangan Pariwisata Kabupaten Malaka NTT

Di bumi pertiwi ini dikenal dengan negara yang memiliki beragam suku, bangsa,
kebudayaan bahkan kekayaan alam. Indonesia sudah menjadi salah satu perhatian public
sejak masa penjajahan. Kekayaan alam, suku dan budaya yang dimiliki tanah air menjadi
daya tarik para turis untuk menjadikan objec tempat berwisata. Daya tarik utama datangnya
para turis untuk berkunjung di tanah air yaitu objec wisata yang beragam. Di Indonesia
terlebih pariwisata sekarang ini sudah banyak difasilitasi oleh pemerintah. Mulai dari proses
pembangunan bahkan keamanan di lokasi wisata. Wisata dikenal dengan istilah suatu
perjalanan yang dilakukan oleh sebagian atau bahkan lebih orang dengan mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan tujuan berlibur seperti bersenang-senang serta mempelajari
keunikan dari tempat wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu yang pendek (Sucipto dan
Libeng, 2017). Berbicara mengenai wisata bukan hanya berbicara mengenai wisata cagar
alam melainkan ada beberapa juga wisata yang perlu kita ketahui seperti wisata kuliner,
wisata konvensi, wisata buru, wisata budaya dan yang terakhir yaitu wisata maritim atau
bahari. Beberapa jenis wisata ini akan ditemukan di berbagai daerah di tanah air.
Terkhususnya daratan Timur NTT atau yang biasa dikenal dengan istilah ”surganya dunia”
dengan ribuan destinasi pariwisata.

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi di Indonesia bagian
Timur. Dilansir dari sumber Localise SDGs mengatakan bahwa Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi yang terletak di sebelah tenggara Indonesia yang
berbatasan dengan Laut Flores di sebelah Utara, Samudera Hindia di sebelah Selatan, Timor
Leste di sebelah Timur dan provinsi Nusa Tenggara Barat di sebelah Barat. di NTT sendiri
memiliki 1.192 pulau yang sebagian besar tidak berpenghuni. Namun terdapat Lima pulau
besar yang sangat terkenal diseluruh Indonesia yang dikenal dengan istilah ‘Flobamorata’
yang terdiri dari Pulau Flores, Sumba, Timur, Alor dan Lembata.

Di pulau Timur, khususnya kota Kupang terdapat satu Kabupaten baru yang memiliki
keindahan alam, suku dan budaya yang tidak kalah indah dari pulau-pulau besar yang ada di
daratan Timur NTT. Kabupaten Malaka, Kabupaten yang baru diresmikan menjadi satu
kabupaten baru ini merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran Kabupaten Belu yang
dibentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013. Beragam
Kekayaan yang dimiliki kabupaten malaka masih banyak yang belum diketahui oleh para
wisatawan. Apakah terdapat surga yang tersembunyi di kabupaten Malaka tersebut? Untuk
menjawab pertanyaan di atas, dilansir dari sumber Republikwisata terdapat Enam lokasi
wisata pantai, Satu wisata air terjun, Satu teluk yang dikenal dengan Teluk Maubesi, Dusun
Tamkesi, dan yang terakhir yaitu Gua Maria. Sebagai salah satu masyarakat yang berasal dari
kabupaten Malaka, Penulis menyatakan bahwa setelah ditelusuri lebih mendalam ternyata
masih banyak objek wisata yang belum diketahui oleh para wisatawan. Seperti wisata kuliner
dan masih banyak beberapa objek wisata lainnya.

Masyarakat Malaka pada dasarnya memiliki suatu kearifan lokal yang diwariskan
nenek moyang sejak jaman dahulu. Kearifan lokal dapat dimengerti sebagai krisalisasi dari
pengalaman terbaik, yang dapat diulang manusia setempat untuk bertahan hidup dalam
interaksi dengan sesama dan lingkungan sekitarnya. Masyarakat malaka memiliki kearifan
lokal seperti ’lulik’, hakneter haktaek (sopan santun). Salah satu tradisi yang paling terkenal
di Malaka yaitu tradisi makan sirih pinang. Tradisi ini dilakukan di saat ada acara adat dan
lain sebagainya. Makan sirih pinang sudah menjadi kebiasaan masyarakat malaka mulai dari
orang tua bahkan anak-anak. Selain memiliki manfaat bagi kesehatan, sirih pinang digunakan
oleh masyarakat malaka untuk menyambut para tamu yang berkunjung ke rumah sebagai
tanda ucapan ’selamat datang’. Ketika berwisata ke Malaka, ibu pemilik rumah akan
menyajikan sebuah kotak yang berisi sirih, kapur dan pinang. Ini merupakan tradisi
masyarakat malaka. Berwisata ke Malaka dan tidak makan sirih pinang tidak akan terasa
lengkap.

Kawasan Wisata Pantai Motadikin

Disini penulis akan mengajak para pembaca untuk berwisata melalui karya tulis ini.
Kita akan membahas mengenai objec wisata Bahari Pantai Motadikin dengan pemandangan
pantai yang indah, yang mampu memanjakan mata, hati dan pikiran para wisatawan. Pantai
Motadikin, salah satu pantai yang begitu terkenal dikalangan masyarakat Malaka. Pantai yang
memiliki pemandangan yang asri, pohon-pohon cendana yang tumbuh menghiasi pesisir
pantai motadikin memberikan kesan yang hangat bagi para wisatawan yang berkunjung ke
pantai Motadikin yang berbatasan langsung dengan Negara Australia. Pantai Motadikin
berlokasi di desa Fahiluka-Bolan, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka. Kawasan
ini merupakan salah satu tujuan favorit yang ramai dikunjungi oleh masyarakat setempat.
Bukan hanya masyarakat Malaka, para wisatawan dari berbagai penjuru pun ikut berwisata di
pantai Motadikin. Sebelum memasuki kawasan Pantai, para wisatawan akan menyaksikan
kampung adat Maneken, di desa Fahiluka yang terletak 150 meter dari ruas jalan menuju
pantai motadikin. Ketika akan memasuki kawasan pantai, para wisatawan akan melihat
sebuah gapura yang bertuliskan kalimat ucapan ”Selamat datang di pantai Wisata
Motadikin”. Sekitar 10 meter dari gapura, terdapat tulisan lagi di sisi kiri jalan, ”Kawasan
Cagar Alam Maubesi”. Setelah memasuki kawasan pantai motadikin, para wisatawan akan
disambut oleh pemandagan pohon-pohon cemara yang tumbuh di pesisir pantai motadikin
beserta pemandangan indah dari Pantai Motadikin yang memiliki panjang garis pantai 10 km
tersebut. Sepanjang bibir pantai Motadikin, dihuni sekitar 220 keluarga. Mereka adalah
petani-nelayan lokal dan beberapa warga dari luar. Di sekitaran pantai terdapat rumah atau
pondok yang disediakan bagi para wisatawan.

Ketika melihat ratusan perahu nelayan yang berjajar rapi di sepanjang garis pantai,
saat itu kita bisa mengetahui bahwa cuaca saat itu tidak mendukung bagi para nelayan untuk
berlayar mencari nafkah. Ketika cuaca mendukung bagi para nelayan untuk berlayar, para
wisatawan akan menikmati hasil dari para nelayan dengan sangat puas. Para nelayan yang
ramah menjadikan Kawasan Pantai Motadikin semakin ramai untuk dikunjungi. Para nelayan
yang berpenghuni di bibir pantai begitu ramah. Mereka menyapa setiap para wisatawan
dengan sapaan ”Maun” yang berarti ”Saudara atau Teman”

Kawasan pantai motadikin tidak begitu terawat. Akan tetapi kebersihan di lingkungan
wisata tersebut masih terjamin bersih. Pantai Motadikin setelah bencana alam banjir tahun
2021 lalu, kini beranak pulau-pulau kecil yang nampak jelas terlihat disekitar kawasan pantai
motadikin. Pulau-pulau kecil tersebut memunculkan daya tarik yang kuat bagi para
wisatawan khususnya masyarakat setempat. Akan tetapi, keamanan di sekitaran pantai
Motadikin masih relatif rendah. Pembangunan-pembangunan seperti pondok-pondok kecil
bagi fasilitas para wisatawan masih belum terpenuhi. Harapan penulis kepada Dinas
Pariwisata Kabupaten Malaka, untuk segera bertindak memfasilitasi kawasan pantai
Motadikin untuk memberi kenyamanan bagi para wisatawan yang berwisata di kawasan
pantai Motadikin.

Kawasan pantai Motadikin sering dijadikan tempat untuk beberapa acara seperti
Festival, pelantikan bagi para pejabat dan masih banyak lagi acara-acara yang tidak bisa
penulis sebut satu per satu. Mari kita berpindah untuk melihat makanan khas dari masyarakat
Malaka. Akan terasa kurang ketika kita berwisata tanpa menikmati makanan khas dari tempat
wisata yang dikunjungi.

Makanan khas Kabupaten Malaka

Bukan hanya Wisata Bahari yang bisa memanjakan mata para wisatawan. Kabupaten
Malaka yang dikenal dengan makanan khasnya yang berbahan dasar sagu ini, tidak kalah
dalam menarik hati para wisatawan. Aka Bilan-Forewen, sebutan nama bagi makanan khas
tersebut. Pada umumnya, para wisatawan datang ke Malaka untuk melihat kampung-
kampung yang memiliki objek wisata. Namun, akan terasa kurang ketika berwisata ke
Kabupaten Malaka tidak sempat untuk menikmati makanan khasnya.

Aka Bilan yang terbuat dari bahan dasar sagu ini sudah menjadi makanan khas
masyarakat Malaka yang diwarisi oleh nenek moyang sejak jaman dulu. Proses dalam
menyajikan Aka Bilan ini masih sangat tradisional. Untuk mendapatkan bahan pokok sagu ini
harus memulai dari beberapa tahap yang memakan waktu yang lama. Mulai dari
mengumpulkan sagu dari batang pohonnya hingga proses memasak dan mengeringkan sagu.
Aka Bilan disajikan tanpa tambahan apapun, namun untuk mendapatkan rasa yang nikmat,
kita bisa menambahkan toping kacang hijau rebus dan gula sebagai penyedapnya sehingga
dikenal lah dengan istilah sebutan Aka Bilan-Forewen. Aka Bilan yang berarti sagu dan Bilan
yang berarti bolak-balik sedangkan Forewen berarti kacang hijau rebus. Aka Bilan-Forewen
sangat nikmat disantap ketika masih panas sambil meminum teh atau kopi. Ketika berwisata
di Kabupaten Malaka, kita bisa menemukan makanan khas ini yang dijual di pasaran dengan
harga yang terjangkau.

Di era modern saat ini, makanan khas Malaka Aka Bilan-Forewen ini sudah jarang
sekali ditemukan di lingkungan masyarakat setempat. Melihat dari pohon sagu yang sudah
hampir tidak ditemukan di Malaka, menjadikan anak muda jaman sekarang tidak mengetahui
akan makanan khas dari malaka sendiri. Namun, masih terdapat beberapa masyarakat yang
selalu berjualan makanan khas tersebut di pasar sehingga satu warisan dari nenek moyang
tidak dilupakan oleh anak cucu.

Kita bisa menemukan makanan khas Malaka Aka Bilan-Forewen ini di pasar Alas
yang buka setiap hari kamis yang terletak di kampung Alas, Kecamatan Malaka Timur.
Ketika memasuki sekitaran pasar, kita akan disambut oleh aroma khas Aka Bilan dari sagu
khas Malaka yang disajikan oleh para penjual. Tepung sagu ini bisa kita menemukan di
berbagai daerah. Salah satunya yaitu Papua. Di Papua, sagu diolah menjadi Papeda namun di
Malaka sagu diolah menjadi Aka Bilan.

Pada jaman nenek moyang masyarakat Malaka, sagu dijadikan sebagai bahan dasar
makanan pokok, jauh sebelum mengenal Umbi-umbian dan jagung. Warisan mulia yang
diberikan oleh nenek moyang ini masih dipertahankan hingga saat ini. Sehingga menjadi
suatu identitas bagi masyarakat malaka. Ketika berbicara mengenai Aka Bilan dengan sontak
orang-orang akan menyatakan bahwa itu merupakan makanan khas dari Malaka.

Malaka terletak di bagian selatan Timur Barat yang berbatasan langsung dengan
negara baru Timor Leste dan Australia. Pada umumnya wilayah-wilayah perbatasan tidak
begitu mendapat perhatian dalam pembangunan dan pemerintahan pusat cenderung
mengedepankan kebijakan ’keamanan’ untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dari pada pendekatan kesejahteraan. Diharapkan paradigma wilayah
perbatasan semacam ini secara perlahan bisa berubah dan pemerintah dapat melihat Malaka
sebagai wilayah yang potensial untuk dibangun karena ia menjadi wajah Indonesia bagi
negara-negara tetangga tersebut.

Mengembangkan suatu Potensi untuk meningkatkan pariwisata di kabupaten Malaka


merupakan suatu inovasi sosial yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Malaka
terkhususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Malaka. Mengingat kembali kabupaten Malaka
diapit oleh dua negara yaitu Negara Maju Australia dan Negara Berkembang Timor Leste,
memberikan banyak peluang bagi dinas pariwisata untuk membuka suatu tempat wisata baru
dan bekerja sama dengan bagian keuangan negara untuk membuka peluang investasi dan
bekerja sama dengan kedua negara tersebut. Masyarakat setempat bisa memanfaatkan
peluang tersebut untuk menglobalisasikan suatu keaslian atau identitas dari masyarakat
Malaka. Misalnya seperti memperkenalkan kebudayaan dan makanan khas Malaka ke kedua
negara tersebut. Malaka harus mampu berkiprah pada era global saat ini berbasis pada
kondisi objektif wilayahnya.

Untuk menindak lanjuti pernyataan di atas, para pejabat Malaka harus bisa lebih
memperhatikan kawasan pantai motadikin dengan baik. Seperti memulai dengan investor-
investor. Mulai dari perbaikan jalur transportasi, Pembangunan-pembangunan seperti
pondok untuk para wisatawan, wc umum, serta menyediakan petugas kebersihan dan
keamanan untuk menjaga dan memfasilitasi kawasan pantai Motadikin. Untuk tetap
mempertahankan kekhasan dari suatu identitas masyarakat Malaka, seperti makanan khas
Aka Bilan-Forewen, Bupati kabupaten Malaka harus bisa memberikan peluang bagi
masyarakat malaka misalnya seperti membuka satu lahan khusus untuk menanam pohon sagu
dan mengerjakan masyarakat malaka yang pada dasarnya adalah pekerja tani untuk merawat
pohon sagu tersebut. Kemudian menyediakan bagi para masyarakat untuk mempelajari
bagaimana proses pembuatan Aka Bilan tersebut. Dengan begitu warisan dari nenek moyang
tidak bisa dilupakan seiring berkembangnya jaman.
Daftar Pustaka

Bria, Emanuel dan Arnoldus Klau Berek, Herman Seran. 2015. ”Membangun Indonesia Dari
Pinggiran”. Jawa Barat. Kandil Semesta.

https://m.liputan6.com/regional/read/4287623/selamat-datang-di-ntt-surga-dunia-dengan-
ribuan-destinasi-wisata-super-prioritas

https://news.detik.com/berita/d-5303671/aka-bilan-sagu-khas-malaka-yang-jadi-tradisi-
nenek-moyang

https://travel.kompas.com/read/2017/05/29/100700727/
maubesi.dan.motadikin.yang.menggoda?
page=all&jxconn=1*18p9z51*other_jxampid*bl91S1VaOWxwem5RaUZaS29JWWJUTUto
QUZOSl91bjJnWWtncXFNY3NWb0RSd3gwRnlTMjQ5Q19nbTV4TVFUcA..#page2

https://republikwisata.com/tempat-wisata-di-malaka/

https://ntt.bpk.go.id/kabupaten-malaka/#:~:text=Malaka%20merupakan%20daerah
%20otonom%20baru,pusat%20pemerintahan%20berada%20di%20Betun

https://ntt.bpk.go.id/kabupaten-malaka/#:~:text=Malaka%20merupakan%20daerah
%20otonom%20baru,pusat%20pemerintahan%20berada%20di%20Betun

Anda mungkin juga menyukai