Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AGUSTINA JUNIA JAVIA NAHAK

NIM : 210710023

KELAS : 13F1/SOSIOLOGI KOMUNIKASI

INOVASI TEKNOLOGI DALAM PERTANIAN

Inovasi secara umum diartikan sebagai proses pengembangan terhadap keadaan yang
ada di dalam masyarkat. Perihal pengembangan ini ditandai dengan adanya penemuan-
penemuan baru seperti gagasan, ide, yang dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan
masyarakat. Kabupaten Malaka yang letaknya berada di provinsi NTT merupakan salah satu
daerah yang masyarakatnya hampir keseluruhan merupakan petani (masyarakat agraris).
Masyarakat Malaka Memanfaatkan alam sebagai tempat atau sumber untuk menghasilkan
kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Malaka hidup dengan memanfaatkan hasil dari alam
Seperti mengelola sawah, menanam jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian, sayur-mayur
dan juga beternak.

Melihat bahwa masyarakat Malaka merupakan masyarakat yang agraris, mantan


bupati Malaka Dr. Stefanus Bria Seran dan rekan-rekannya menghasilkan sebuah ide yang
cemerlang yang bertujuan untuk membantu meringankan pekerjaan para petani agar petani di
Malaka bisa mengerjakan pekerjaannya dengan mudah. Ide tersebut berupa pembelian
teknologi (mesin) pertanian yang bertujuan untuk meringankan pekerjaan petani. Mesin-
mesin tersebut berupa mesin penanaman dan pemotongan padi, dan juga mesin untuk
membalik tanah dalam berkebun. Sebelum mesin-mesin tersebut diberikan kepada
masyarakat, kebanyakan pwtani menganggap bahwa mesin-mesin tersebut tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan bagi para petani. Menurut para petani yang pada
dasarnya tidak bergantung akan teknologi, mendengar bahwa akan ada mesin untuk menanam
dan memotong padi merupakan suatu argumen yang buruk. Karena para petani menganggap
bahwa tidak mungkin di NTT memiliki mesin-mesin canggih tersebut. Dan jika mesin-mesin
canggih tersebut benar-benar ada, lantas hanya dipergunakan oleh keluarga para pejabat.
Berarti para petani menganggap bahwa dengan adanya teknologi jenius tersebut hanya akan
dipergunakan oleh orang-orang terdekat para pejabat. Namun bupati segera turun langsung ke
masyarakat dengan membawa mesin-mesin tersebut untuk meyakinkan para petani bahwa
mesin-mesin canggih tersebut benar-benar ada, dan dapat memberikan keringanan bagi
pekerjaan mereka. Tidak lupa bapak Dr. Stefanus meyakinkan kepada seluruh masyarakat
bahwa mesin-mesin canggih tersebut dibeli untuk memenuhi kebutuhan bertani masyarakat
Malaka bukan untuk orang-orang terdekat bapak Dr. Stefanus. Dr. Stefanus juga
memperlihatkan kepada masyarakat bagaimana mesin-mesin canggih tersebut bekerja dengan
baik layaknya yang dikerjakan para petani. Dari situlah proses persuasi terjadi. Disini kita
bisa menyimpulkan bahwa bapak Dr. Stefanus mempersuasi masyarakat malaka
menggunakan teori Aristoteles mengenai Retorika dengan pendekatan tradisional. Mesin-
mesin tersebut kemudian diserahkan kepada orang-orang kepercayaannya bapak Stefanus
untuk mengelola mesin (teknologi) tersebut dengan baik dan adil.

Keberadaan mesin bertani tersebut, memberikan dampak yang positif bagi masyarakat
Malaka. Masyarakat Malaka merasa pekerjaannya mendapatkan keringanan dengan adanya
bantuan mesin-mesin tersebut. Masyarakat Malaka tidak lagi susah payah mencangkul tanah
untuk menanam jagung dan kacang-kacangan dan tidak susah lagi dalam menanam dan
memotong padi. Namun keberadaan mesin ini memberikan satu komentar dari masyarakat
Malaka karena ketika menggunakan mesin tersebut harus menunggu waktu yang lumayan
lama karena mesin-mesin tersebut memiliki jumlah yang terbatas.

Anda mungkin juga menyukai