Dengan berkembangnya teknologi informasi dan multimedia yang begitu cepat maka
akan berdampak pada peningkatan terhadap kualitas sumber daya tenaga penyuluh. Penyuluh
pertanian dituntut untuk memahami teknologi informasi dan komunikasi selain dari ilmu-
ilmu mengenai pertanian. Oleh sebab itu para penyuluh juga harus mampu mengaplikasikan
teknologi informasi sebelum mereka melakukan penyuluhan-penyuluhan. Sehingga pada
akhirnya penyuluhan berfungsi untuk menjembatani kesenjangan antara praktek yang harus
atau biasa dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang
yang menjadi kebutuhan petani tersebut. Penyuluh pertanian akan membimbing petani
dengan pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang untuk diterapkan kepada petani
dalam usaha taninya. Sebaliknya jika petani mempunyai masalah yang memerlukan
pemecahan para ahli, seperti kegagalan panen akibat serangan hama/keadaan tanahnya dapat
disampaikan kepada para ahli melalui penyuluh (Fardi, 2014).
Sistem pertanian yang tangguh harus didukung oleh sistim layanan penyuluhan
pertanian yang baik. Layanan tersebut sangat diperlukan untuk membantu petani mengatasi
berbagai persoalan yang dihadapi dalam menjalankan usaha taninya dan memperbaiki tingkat
ekonomi keluarga maupun kondisi kehidupannya (Fukuda, 2005). Penyuluhan dapat menjadi
sarana kebijaksanaaan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi
petani tidak mampu mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan.
Sebagai sarana kebijakan penyuluhan, hanya jika sejalan dengan kepentingan pemerintah
atau organisasi yang mendanai jasa penyuluhan guna mencapai tujuan petani tersebut. Lebih
dari 500.000 agen penyuluhan pertanian di dunia harus memainkan peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan kompetensi petani. Mereka juga diharapkan memainkan
peranan baru, seperti memperkenalkan pertanian yang berkelanjutan yang menuntut
ketrampilan-ketrampilan baru (Van Den Ban,1999).
Produk dan jasa yang dihasilkan petani adalah produk atau jasa yang dibutuhkan
oleh pasar dan sesuai selera dan harapan konsumennya, karena pihak swasta berperan
menggali dan menyampaikan informasi pasar ke petani serta me masarkan produk atau jasa
yang sesuai dengan selera dan kebutuhan masyarakat. Kebijakan pengaturan di bidang
pertanian dala m arti luas kondusif bagi upaya pengembangan produktivitas pertanian secara
optimal dan menghasilkan manfaat yang maksimal baik bagi pela ku utama (petani), pelaku
usaha (swasta), maupun konsumen. Demikian juga peran dinas terkait harus proaktif
melayani kebutuhan pembangunan pertanian, sehingga tidak sampai terjadi kesenjangan
pupuk, obat-obatan dan sarana produksi dan pemasaran lainnya. Interface yang
dimaksud adalah keterpaduan dala m peran kelembagaan utama dan kelembagaan
pendukung dala m sistem agribisnis.
KPU/USO merupakan peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak
atau kementerian untuk mendukung kepentingannya mewujudkan tujuan kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu mencerdaskan, mensejahterakan dan memberdayakan untuk
hidup secara adil dan beradab, yaitu hidup sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat.
Penelitian Sumardjo dan Mulyandari (2011) dalam pengembangan sayuran telah merumus
bagaimana mekanisme sistem informasi cyber extension untuk pemberdayaan petani, dapat
dilihat pada Gambar 2.
V. Penutup
Keadaan semacam ini dapat menjadi lebih parah, manakala birokrasi pemerintahan
terperangkap pada nuansa dominasi kepentingan kapitalis yang mendominasi keberpihakan
elite pemerintah di berbagai level birokrasi pemerintahan terhadap keputusan-
keputusan penting pembangunan. Disini pentingnya pemberdayaan masyarakat sehingga
secara personal maupun sosi al masyarakat mampu bermitra sinergis dan berkolaborasi
dalam pengelolaan sumberdaya alam yang seimbang antara aspek bisnis, kesejahteraan
komunitas dan kelestarian lingkungan. Ketiga aspek ini kemudian dikenal dengan istilah
Triple Bottom Line, yaitu profite, peole and planet (Elkington, 1994).
Anonim 2. 2014. Peranan Internet di Bidang Pertanian. Diakses tanggal 22 Desember 2014.
Elkington, John. 1994. Triple Bottom Line. It Consists of three Ps: profit, people and planet.
Nov 2009. Diunduh 17 Januari 2012.
Fardi, I. 2014. Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap Bidang Pertanian.
http://liejasa.dosen.narotama.ac.id/files/2014/10/4.-Manfaat-TIK-Terhadap-Bidang-
Pertanian.pdf>. diakses tanggal 22 Desember 2014.
Sumardjo. 2012. Review dan Refleksi Model Penyuluhan dan Inovasi Penyuluhan Masa Depan.
Makalah utama dalam Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan
Indonesia (PAPPI) tanggal 22 Februari 2012 di IPB Bogor.
Sumardjo dan Retno S Mulyandari, 2011. Pengembangan Sistem Informasi Untuk Meningkatkan
Keberdayaan Petani Sayuran Dalam Proses Pengambilan Keputusan Usaha tani.
Kerjasama Badan Litbang Pertanian Kementan dengan Care IPB, melalui project
KKP3T. Bogor.
Van Den Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta