ABSTRAK
Kata Kunci: Pemanfaatan sumber informasi, saluran interpersonal dan media masa
39
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
baik efektif dan efisien, sehingga petani pengelolaan usahataninya masih sangat terbatas
membutuhkan informasi mengenai masalah- dalam pemanfaatan sumber informasi, sehingga
masalah yang dihadapi dalam berusahatani dari petani harus berusaha mencari informasi untuk
sumber-sumber informasi. mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam
Kebutuhan informasi untuk mendukung berusahatani. Dari uraian tersebut di atas maka
keberhasilan usahatani sayuran sangat masalah yang diangkat dalam penelitian ini
diperlukan. Untuk itu upaya-upaya dalam adalah:
penyediaan informasi pertanian bagi petani 1. Sejauhmana tingkat pemanfaatan sumber
sayuran di Desa Waiheru sangat dibutuhkan informasi pada usahatani sayuran di Desa
untuk memungkinkan mereka dalam mengambil Waiheru.
keputusan yang rasional dalam mencari solusi 2. Informasi apa saja dibutuhkan oleh petani
terhadap permasalahan mereka. Pemilihan sayuran di Desa Waiheru.
saluran komunikasi menjadi hal penting di saat
petani membutuhkan berbagai informasi untuk 1.3. Tujuan penelitian
menjalankan usahataninya dengan lebih baik. Sesuai dengan permasalahan yang telah
Petani yang terbuka pada arus informasi tidak dirumuskan, tujuan penelitian yang hendak
akan cukup dengan satu saluran komunikasi saja dicapai adalah sebagai berikut:
namun mencari informasi lain dari pihak lain atau 1. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
dari berbagai media yang ada. berbagai sumber informasi pada usahatani
Petani di Desa Waiheru masih terbatas sayuran di Desa Waiheru.
dengan informasi sehingga cara bercocok tanam 3. Untuk mengetahui informasi apa saja yang
hanya mengikuti pengalaman pribadi masing- dibutuhkan oleh petani sayuran di Desa
masing. Hal ini mempengaruhi mereka dalam Waiheru
memahami informasi usahatani sayuran. Sumber
daya yang dimiliki seseorang untuk II. METODE PENELITIAN
menggunakan sumber-sumber informasi dapat 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
ditujukan oleh karakteristik petani. Petani di Desa Penelitian ini dilakukan di Desa Waiheru
Waiheru yang masih terbatas dengan sumber Kecamatan Baguala Kota Ambon, yang
informasi media massa, lebih menggunakan merupakan salah satu sentra produksi sayuran di
sumber informasi dalam bentuk komunikasi Kota Ambon. Penelitian ini berlangsung dari
interpersonal. Selain itu, pola usahatani bulan Maret-April 2011.
tradisional yang dilakukan oleh petani sulit
diubah, karena kurangnya intensitas penyuluhan 2.2 Populasi dan Sampel
dan bimbingan untuk meningkatkan keterampilan Populasi penelitian ini adalah kelompok
serta memotivasi petani dalam melakukan tani yang berada di Desa Waiheru yang
kegiatan usahatani sayuran. berjumlah tiga kelompok tani dan Pemilihan
Fenomena ini merupakan tantangan dan kelompok tani dan anggota kelompok tani
sekaligus peluang bagi pengembangan sektor dilakukan secara “simple random sampling”.
hortikultura terutama sayuran agar tetap bertahan. Pengambilan sampel dan anggota populasi
Guna meraih peluang sekaligus tantangan dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
diperlukan pengelola usahatani sayuran yang strata (tingkatan) dalam populasi tersebut.
mampu menyesuaikan diri dan dapat menangkap Pemilihan anggota kelompok tani dilakukan
berbagai peluang melalui informasi-informasi secara acak dengan mengambil paling sedikit
tentang usahatani dari sumber-sumber informasi sepuluh orang anggota kelompok tani dari tiap
yang dapat dipercaya dalam pengembangan kelompok dengan ketentuan sekurang kurangnya
usahatani sayuran. Berdasarkan berbagai kendala dua orang pengurus kelompok dan yang lainnya
yang dihadapi dalam pengembangan usahatani adalah anggota kelompok, sehingga jumlah
tanaman sayuran di Desa Waiheru, maka penulis sampel adalah 30 orang petani.
tertarik untuk meneliti dan menulis tentang:
“Pemanfaatan Sumber Informasi Usahatani oleh 2.3 Metode Pengumpulan Data
Petani Sayuran Di Desa Waiheru”. Data yang dikumpulkan terdiri dari dua
sumber, yaitu data primer dan data sekunder.
1.2 Perumusan Masalah Data primer yaitu data yang diperoleh dari
Usahatani sayuran di Desa Waiheru telah responden berupa hasil wawancara langsung
lama berlangsung, namun seringkali petani dalam dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
40
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
untuk pengumpulan data dan pengamatan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Umur
langsung di lokasi penelitian. Sementara data sangat berpengaruh terhadap kemajuan kerja
sekunder diperoleh dari kantor desa dan instansi petani. Menurut Kartosapoetra (1988), makin
terkait berupa data keadaan alam, kendisi sosial muda umur petani biasanya mempunyai
ekonomi dan sektor pertanian di Desa Waiheru. semangat untuk tahu apa yang belum mereka
ketahui, walaupun belum berpengalaman.
2.4 Analisis Data Berdasarkan hasil penelitian Tabel 1,
Untuk menjawab tujuan pertama dan menunjukkan bahwa struktur umur tidak terlalu
kedua digunakan analisis statistik deskriptif memberikan dampak pada wilayah kajian karena
(Sugiyono, 2006) berupa penjumlahan, dari hasil penelitian umur menunjukkan bahwa
persentase, rataan, rataan skor dan tabulasi struktur umur sedang lebih dominan daripada
sederhana. umur muda dengan persentasi (50 %). Hal ini
memberikan gambaran bahwa kategori sedang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
sangat produktif memahami informasi dari
3.1 Karakterstik Petani
sumber informasi sehingga daya tangkap inilah
Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau
memberikan kontribusi terhadap lahan
sifat-sifat yang dimiliki seorang petani yang
pertaniannya, dengan kisaran umur 36-51 tahun,
ditampilkan melalui pola pikir, sikap dan pola
diikuti dengan kategori muda umur dengan
tindakan terhadap lingkungannya Soekartawi,
kisaran antara 20-35 tahun (36,67 %) dari kajian
2005). Karakteristik petani dalam penelitian ini
ini dapat dilihat pula bahwa umur muda juga
terdiri atas umur, pendidikan dan pengalaman.
dapat memahami informasi dari sumber
Kategori responden (petani) dari masing-masing
informasi yang memberikan kontribusi terhadap
indikator dilakukan dengan teknik analisis
lahan pertaniannya, tetapi mereka lebih dinamis
deskriptif. Analisis deskriptif diharapkan dapat
dalam hal ini mereka lebih mengembangkan
mampu menggambarkan karakteristik petani
potensi-potensi yang ada pada dirinya untuk
yang melakukan kegiatan usahatani tanaman
mengerjakan sesuatu pekerjaan kemudian untuk
sayuran di Desa Waiheru Kecamatan Baguala.
kategori umur tua dengan kisaran 52-65 tahun
Tabel 1, menyajikan distribusi responden
(13,33 %) biasanya lebih berpengalaman. Pada
berdasarkan karakteristik petani di Desa
wilayah kajian umur tua tidak terlalu respon
Waiheru.
terhadap apa yang diberikan oleh sumber
3.1.1 Umur
informasi yang akhirnya dampaknya pada
Umur adalah salah satu faktor sosial yang
kontribusi pertanian yang kurang produktif.
berpengaruh terhadap aktivitas manusia dalam
Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Petani di Desa Waiheru tahun 2011.
Jumlah Persentase
Karakteristik Petani Kategori
Responden (%)
Muda (20-35) 11 36,67
Sedang (36-51) 15 50
Umur (tahun) Tua (52-67) 4 13,33
Total 30 100
Rendah (Tidak tamat SD dan tamat SD) 14 46,67
Sedang (SMP) 9 30
Tingkat pendidikan Tinggi (SMA dan D1) 7 23,33
Total 30 100
Rendah (2-11) 12 40
Pengalaman berusahatani Sedang (12-21) 13 43,33
(tahun) Tinggi (22-31) 5 16,67
Total 30 100
Luas (0,5 Ha) 19 63,33
Sempit (0,25 Ha) 10 33,33
Luas lahan usaha (Ha) Sangat sempit (25 x 25 m) 1 3,33
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2011
41
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
3.1.2 Tingkat Pendidikan Formal dalam hal ini akan semakin mahir atau mudahnya
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
seseorang, maka semakin luas ilmu Hasil penelitian wilayah kajian dapat
pengetahuannya, sehingga menimbulkan cara dilihat pada Tabel 1 menunjukkan sebagian besar
berpikir serta perubahan perilaku yang lebih baik. 43,33 persen petani memiliki pengalaman
Dan apabila seseorang yang mempunyai tingkat berusahatani di antara 12-21 tahun atau kategori
pendidikan yang tinggi umumnya lebih sedang. Artinya bahwa sebagian petani telah
menyadari kebutuhan akan suatu informasi, lama melakukan kegiatan berusahatani sejak usia
sehingga akan lebih menggunakan sumber- muda kemudian kategori rendah 40 persen atau
sumber informasi yang ada. pengalaman berusahatani 2-11 tahun. Hal ini
Tingkat pendidikan tidak terlalu menunjukkan bahwa petani tersebut merupakan
mempengaruhi dalam wilayah kajian karena dari petani yang telah lama melakukan kegiatan
hasil penelitian pada Tabel 1, menunjukkan berusahatani yang telah berumah tangga dan
bahwa tingkat pendidikan petani sebagian besar berusahatani sendiri diikuti kategori tinggi 16,67
berada pada kategori rendah yaitu 46,67 persen persen atau pengalaman berusahatani 22-31
adalah tidak tamat SD sampai tamatan SD tahun. Petani yang mempunyai pengalaman
memiliki tingkat pendapatan yang tinggi dari berusahatani tinggi, disebabkan karena sebagian
tingkat pendidikan diatasnya dengan asumsi besar petani yang sudah melakukan kegiatan
bahwa tingkat pendidikan tidak selalu menjadi usahatani semenjak usia muda sehingga
ukuran dalam mengelolah lahan pertaniannya, dampaknya pada produktivitasnya juga tinggi
karena hal ini tergantung dari semangat bekerja dalam hal ini produksi usahatani juga meningkat.
serta merubah kebutuhan hidupnya. Hal ini Responden yang berada pada pengalaman
menunjukkan bahwa sebagian besar petani berusahatani yang tinggi, terdiri dari orang-orang
melakukan kegiatan bertani hanya untuk yang putus sekolah karena kurangnya biaya
memenuhi kebutuhan hidupnya diikuti dengan sekolah yang cukup mahal sedangkan pendapatan
tingkat pendidikan petani yang berada pada rendah sehingga sulit untuk melanjutkan
kategori sedang yaitu 30 persen adalah tamatan kejenjang yang lebih tinggi
SMP. Hal ini disebabkan karena kurangnya biaya 3.1.4 Luas Lahan Usaha
serta biaya kebutuhan sehari-hari menyebabkan Lahan merupakan salah satu faktor
mereka putus sekolah dan memilih untuk tidak produksi yang dapat memproduksi hasil-hasil
lanjut ke jenjang berikutnya. Untuk responden pertanian. Luas lahan merupakan asset yang
yang berpendidikan SMA dan diploma satu dimiliki petani, dapat mempengaruhi total
tergolong kategori pendidikan tinggi sebanyak produksi dan akhirnya mempengaruhi total
23,33 persen memiliki tingkat pendapatan rendah pendapatan. Luas lahan yang dikelola atau yang
dibandingkan dengan tingkat pendidikan SD, diusahakan oleh petani responden hanya berkisar
dapat diasumsikan bahwa tingkat pendidikan antara 0,5 Ha sampai 25 x 25 meter.
tidak selalu mejadi ukuran produktivitas lahan Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1,
pertanian. Hal lain juga disebabkan karena, terlihat bahwa responden yang luas lahan
responden tidak mau melanjutkan pendidikan jumlahnya sangat dominan yaitu sebanyak 19
yang lebih tinggi lagi kerana keterbatasan biaya, orang atau 63,33 persen dengan luas penggunaan
sehingga mereka beranggapan bahwa lebih baik lahan 0,5 Ha. Dengan penggunaan lahan yang
melakukan kegiatan bercocok tanam untuk luas pada usahatani tanaman sayuran dapat
membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. memberikan pendapatan yang cukup besar.
3.1.3 Pengalaman berusahatani Selain itu, petani dengan luas lahan sempit (0,25
Pengalaman berusahatani menunjukkan Ha) lebih besar daripada penggunaan luas lahan
lamanya para petani bekerja sebagai petani. sangat sempit yakni (3,33 %) hal ini dapat
Kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan berpengaruh pada pendapatan keluarga petani. Di
dan terjadi secara berulang-ulang serta dapat samping itu juga, luas lahan cenderung semakin
mengambil pelajaran dari pengalaman yang telah kecil akibat dari sistem warisan yang berlaku di
dilaluinya, dapat membuat petani menjadi masyarakat pedesaan, dan tingkat pertumbuhan
mandiri. Menggeluti setiap pekerjaan, apakah itu penduduk yang relalif makin besar.
hanya sebatas pekerjaan sampingan ataupun
pekerjaan pokok, jika pekerjaan tersebut telaha
lama dilakoni maka akan memberikan dampak
42
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
3.2 Sumber Informasi yang digunakan Oleh strategis untuk menyampaikan pesan (informasi)
Petani baik dari media massa (televisi, surat kabar dan
Sumber informasi dapat berupa individu majalah pertanian) maupun saluran interpersonal
atau lembaga yang menciptakan informasi (teman, petugas penyuluh pertanian dan
sebagai pesan dalam proses komunikasi. Sumber pedagang). Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 2.
informasi juga merupakan suatu media yang
Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Sumber Informasi (Media massa) yang digunakan Oleh
Petani.
Media Massa Kategori Jumlah Responden Persentase (%)
Surat Kabar (Sinar Tani) Rendah (1-2 kali/bln) 28 93,33
Sedang (3-4 kali/bln) 2 6,67
Tinggi (5 kali/bln) 0 0
Total 30 100
Televisi (TVRI, Sinar
Pelangi) Rendah (1-2 kali/bln) 27 90
Sedang (3-4 kali/bln) 3 10
Tinggi (5 kali/bln) 0 0
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2011
43
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
tentang diri kita dan orang lain yang Hasil penelitian terhadap responden,
berkomunikasi dengan kita. selengkapnya dapat menunjukkan bahwa frekuensi responden yang
dilihat pada Tabel 3. menerima informasi dari penyuluh sebesar 86,67
a. Petani dengan PPL persen atau 26 orang (kategori rendah). Hal ini
Dalam mencapai tingkat penyuluhan yang disebabkan karena petani lebih banyak
efektif dan efisien sangat ditentukan oleh mengandalkan pengetahuan dan pengalaman
intensitas interaksi positif antara petani dan para serta mereka beranggapan bahwa tidak ada
penyuluh, di mana interaksi merupakan syarat bedanya kalau mengikuti penyuluhan berkali-kali
mutlak agar para petani dapat mengadopsi karena tidak berdampak pada wilayah kajiannya
inovasi yang diberikan (Puspadi, 2002). yang mana akan memberikan kontribusi pada
Penyuluhan yang dilaksanakan oleh para laha pertaniannya. Untuk kategori sedang 13,33
penyuluh pertanian sudah dijalankan sesuai persen atau 4 orang. Hal ini disebabkan karena
program, namun ada penyuluh yang tidak datang petani memiliki kesibukan lain, di luar usahatani
untuk memberikan penyuluhan bagi para petani untuk mendapatkan penghasilan tambahan seperti
karena ada kendala-kendala yang dihadapi seperti berjualan, ojek dan sebagainya. Di samping itu,
biaya operasional (biaya penyusunan materi kurangnya variasi dalam penyampaian materi
penyuluhan), sehingga mereka tidak sempat penyuluhan sehingga membuat petani merasa
untuk memberikan bimbingan lanjut bagi para kurang tertarik mengikuti kegiatan penyuluhan.
petani.
b. Petani dengan Sesama petani di luar Desa dengan pekerjaannya sehari-hari di kebun.
Kehidupan sehari-hari petani tidak terlepas Kemudian pada kategori sedang 10 persen atau
dari lingkungannya, terutama dengan sesama 30 orang. Hal ini disebabkan karena petani
petani. Tetapi petani lebih memilih petani di luar masing-masing memiliki kelompok tersendiri
desa untuk mendapatkan informasi kerena pada (keluarga) dalam komunikasi. Di samping itu
umumnya petani sulit untuk membagi informasi juga, karena informasi teknologi tentang
dengan sesama petani di dalam kelompok usahatani sayuran yang bersumber dari sesama
sehingga petani lebih memilih untuk berinteraksi petani di luar desa tidak ada sesuatu yang baru,
dengan sesama petani lain di luar desa. sehingga petani lebih memilih bekerja sesuai
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa dengan pengetahuan dan pengalamannya
frekuensi komunikasi interpersonal dengan dibandingkan dengan mendengar informasi dari
sesama petani di luar desa, berada pada kategori petani lain di luar desa.
rendah 90 persen atau 27 orang. Hal ini c. Petani dengan Pedagang
disebabkan karena, petani tidak ada waktu untuk Hasil penelitian menunjukkan, petani lebih
mengunjungi petani di luar desa dan petani sibuk cenderung mendengar informasi dari pedagang
44
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
dengan kategori tinggi sebesar 50 persen atau 15 memanfaatkannya. Hal ini tentunya tergantung
orang. Hal ini menunjukkan bahwa harga hasil pada kondisi waktu, tempat dan jenis komoditi
produksi sangat penting bagi petani karena yang diusahakan. Informasi yang diperoleh dari
menyangkut hasil produksi tanaman sayuran ketiga sumber informasi tersebut, secara garis
mereka, apakah jenis tanaman sayuran yang besar terdapat tiga jenis perlakuan atas informasi
mereka usahakan dan memiliki nilai pasar yang yang mereka peroleh dengan tujuan untuk
baik dan menguntungkan untuk diusahakan menambah pengetahuan lalu dicoba dan
secara terus-menerus. kemudian disampaikan kepada petani atau teman
Dari hasil kajian diatas pada wilayah lainnya. Perlakuan lainnya adalah menambah
kajian Tabel 3, terlihat bahwa petani cenderung pengetahuan dan dicoba namun tidak
mendengar informasi dari pedagang, karena memberitahukan kepada teman atau petani
semakin banyak informasi yang diterima maka lainnya. Adapula informasi yang dimanfaatkan
petani lebih mengetahui harga pasar secara untuk menambah pengetahuan tetapi tidak
faktual. Sehingga semakin besar permintaan dicoba dan tidak pula disampaikan kepada teman
pedagang maka semakin banyak produksi yang atau petani lainnya. Berikut ini, disajikan
dihasilkan dengan asumsi ada semangat untuk Tabel 4.
bekerja karena produk pertanian cenderung Tabel 4 memperlihatkan bahwa sebagian
membusuk sehingga apabila tidak secara cepat besar informasi yang diperoleh melalui saluran
dipasarkan maka kualitasnya dapat berkurang, interpersonal dimanfaatkan hanya untuk
sehingga mengurangi nilai kuantitas. menambah pengetahuan, dan mencoba disusul
hanya sekedar menambah pengetahuan. Berbeda
3.3 Perilaku Pemanfaatan Sumber Informasi dengan perlakuan terhadap informasi yang
Perilaku pemanfaatan sumber informasi diperoleh melalui media massa. Bahwa perlakuan
diartikan sebagai tindakan, ucapan maupun pemanfaatan informasi yang paling banyak
perbuatan seorang petani dalam mencari, adalah untuk sekedar menambah pengetahuan.
menerapkan, memanfaatkan, dan menyebarkan Kemudian untuk menambah pengetahuan dan
informasi pertanian yang ditunjukkan oleh mencoba paling sedikit, yaitu hanya 3,33 persen.
jumlah petani yang menggunakan sumber Hal ini menunjukkan bahwa responden tersebut
informasi dan jenis sumber informasi yang memiliki keinginan untuk tahu dalam
tersedia (Slamet, 2003). memperoleh informasi sehingga dari informasi
Pemanfaatan berbagai sumber informasi oleh yang diperoleh timbul keinginan serta dorongan
masyarakat luas dan tidak terkecuali petani, dalam dirinya untuk bertindak atau melakukan
memiliki aneka ragam yang mendorong sehingga sesuatu.
mereka mau memilih dan menggunakan atau
45
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2 (Oktober 2011)
pemeliharaan tanaman kemudian harga hasil produksi. Hal ini menunjukkan bahwa
memilih/menggunakan alat/mesin, waktu dan harga hasil produksi sangat penting bagi petani
cara memanen. Disusul informasi yang karena menyangkut kelanjutan produksi tanaman
dibutuhkan pada subsistem budidaya adalah sayuran mereka. Apakah jenis tanaman sayuran
memilih dan menggunakan bibit, memilih dan yang mereka usahakan memiliki nilai pasar baik
menggunakan lahan. Informasi subsistem hilir dan menguntungkan untuk diusahakan secara
yang sangat dibutuhkan adalah informasi tentang terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
46