Anda di halaman 1dari 3

Nama : Bayu Agus Prastyau (8)

Kelas : 12 IPA 1
Cerita Fiksi

Di Kota Cilegon, terdapat sebuah daerah bernama Kubang Sari.Inilah asal usul
namanya. Dahulu kala terdapat sebuah kerajaan bernama Jaya Abadi. Disana
hiduplah sepasang suami istri. Mereka bernama Raja Prabu dan Ratu Laras. Mereka
mempunyai sifat dan sikap yang baik terhadap kerajaan dan juga terhadap
rakyatnya. Sang Raja mempunyai sifat arif dan bijaksana. Sang Ratu gemar
menolong dan ramah. Sehingga tidak heran mereka memimpin kerajaan Maju
Sejahtera menjadi kerajaan yang maju dan juga makmur.
Mereka berdua dikaruniai dua anak yaitu Syah dan Syeh. Mereka disebut pangeran
Syah dan Pangeran Syeh. Satu Pangeran bersifat baik, sedangkan satunya bersifat
jahat. Sang Pangeran jahat berniat merebut tanah kekuasaan dari Pangeran baik.
Sampai akhirnya mereka terlibat dalam pertempuran berdarah. Pertempuran
berlangsung sengit, sehingga menimbulkan luka-luka pada kedua Pangeran tersebut
Pertempuran dilakukan di dekat taman bunga yang indah . Sampai akhirnya, kedua
Pangeran meninggal secara bersamaan. Darah dari kedua Pangeran tersebut
mengalir menjadi satu membentuk suatu kubangan. Kubangan dari campuran
keduanya lama kelamaan menjadi suatu kubangan yang indah. Inilah asal muasal
nama daerah Kubang Sari
Cerita Non Fiksi

Kota Cilegon dikenal sebagai Kota Baja, setelah berdirinya PT Krakatau Steel (KS)
sebagai sebuah perusahaan baja internasional sejak 1970. Namun, sebelumnya
daerah di ujung barat Provinsi Banten ini lebih dikenal sebagai daerah rawa. Kata
CILEGON, berasal dari kata "CI" atau "Cai" dalam bahasa sunda berarti AIR dan
kata "LEGON" atau "MELEGON" yang berarti LENGKUNGAN (H.M.A. Tihami).
CILEGON bisa diartikan sebagai kubangan air atau rawa-rawa. Hal ini sesuai
dengan banyaknya nama tempat di Cilegon yang menggunakan nama KUBANG.
Seperti: Kubang Sepat, Kubang Lele, Kubang Welut, Kubang Welingi, Kubang
Lampit, Kubang Lampung, Kubang Menyawak, Kubang Bale, Kubang Lesung,
Kubang Kutu, Kubang Wates, Kubang Sari, dan yang lainnya. Sepintas penyebutan
kata LEGON mirip dengan kata "LAGUNA" atau "LAGOON" dalam bahasa Inggris
yang berarti danau kecil atau tasik yg dikelilingi oleh karang atau pasir yg menutup
pesisir atau muara sungai.
Cilegon pada Abad-16 merupakan sebuah kampung kecil yang dikelilingi rawa-rawa
atau kubang-kubang yang berubah dan berkembang menjadi area persawahan dan
pemukiman. Situ Rawa Arum merupakan satu-satunya danau di Kota Cilegon.
Namun sayang, keberadaannya tidak terlalu dikenal masyarakat secara umum.
Padahal, danau tersebut memiliki panorama yang indah, letaknya pun cukup
strategis lantaran berada di antara jalur Cilegon-Pulomerak. Danau yang letaknya
hanya tiga kilometer dari Pintu Tol Pulomerak selama ini hanya dikunjungi oleh para
pemancing lokal. Namun, di balik ketidakpopuleran danau tanpa mata air tersebut,
terdapat sebuah legenda cukup menarik untuk diikuti. Sawiri (57), sesepuh di
Lingkungan Tegal Wangi, Kelurahan Rawa Arum, mengisahkan asal usul
terbentuknya Situ Rawa Arum. Legenda ini bermulai ketika Ki Ageng Ireng, seorang
tokoh besar di daerah itu, memimpin sebuah desa bernama Desa Telaga. “Dulu,
daerah ini disebut Desa Telaga, itu ketika masih pada zaman Kesultanan Banten,
Desa itu cukup makmur, masyarakat tidak pernah kekurangan pangan lantaran
memiliki persawahan yang luas.“Dulu, daerah ini disebut Desa Telaga, itu ketika
masih pada zaman Kesultanan Banten, Desa itu cukup makmur, masyarakat tidak
pernah kekurangan pangan lantaran memiliki persawahan yang luas. Desa tersebut
juga terletak tidak jauh dari perairan Selat Sunda sehingga masyarakat bisa pergi ke
laut untuk menangkap ikan. “Memiliki daerah persawahan yang luas serta dekat
dengan laut, membuat masyarakat Desa Telaga menjadi sejahtera,” katanya.
Namun, desa tersebut mengalami bencana besar ketika Gunung Krakatau meletus
pada 1883. Letusan gunung dengan efek 130.000 kali bom atom Hiroshima dan
Nagasaki, Jepang, telah menyebabkan tsunami besar dan meluluhlantakkan Desa
Telaga. “Warga berhasil lari ke daerah perbukitan sekitar Pulomerak sebelum
tsunami menenggelamkan seluruh daratan di pesisir Selat Sunda, termasuk Desa
Telaga,” katanya. Ki Ageng Ireng kemudian memerintahkan warga Desa Telaga
kembali dari pengungsian menuju desa beberapa minggu berlalu setelah tsunami.
Namun, betapa kagetnya, desa mereka telah hilang dari permukaan bumi. Desa
yang sebelumnya menjadi tempat tinggal mereka tertutup air laut. Tampaknya,
gempa bumi dari letusan vulkanik Gunung Krakatau membuat Desa Telaga amblas
dan kemudian terisi air laut yang terbawa oleh tsunami sehingga membentuk kolam
besar.“Warga Desa Telaga mengalami kesedihan yang mendalam karena desa
mereka tenggelam oleh air laut. Melihat kondisi ini, Ki Ageng Ireng meminta seluruh
warga tinggal di pinggiran kolam besar itu,” kata Sawiri. Warga Desa Telaga pun
akhirnya tinggal di pinggiran danau, sambil berharap air laut yang membanjiri desa
mereka surut. Sayangnya, harapan tersebut tidak pernah terjadi lantaran air tersebut
tidak pernah surut. “Setelah beberapa bulan berlalu, Ki Ageng Ireng keheranan
karena air tidak pernah kering. Bahkan, rasa air yang sebelumnya asin berubah
menjadi tawar. Mungkin karena sering terguyur hujan,” terang Sawiri. Desa Telaga
akhirnya tenggelam dan berubah menjadi sebuah danau akibat letusan Gunung
Krakatau. Seiring waktu, tumbuh ratusan bunga teratai putih di tengah-tengah danau
dan menyebarkan wangi harum kepada para penduduk Desa Telaga yang tinggal di
sekitar danau. “Melihat perubahan alam yang terjadi, Ki Ageng Ireng akhirnya
memberi nama danau tersebut Situ Rawa Arum. Ia pun membawa sejumlah bibit
ikan yang disebarkan di sekitar danau agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakatnya.
Begitulah asal usul Situ Rawa Arum,” ujar Sawiri. Legenda asal usul Situ Rawa
Arum tidak begitu diketahui oleh masyarakat secara umum, hanya segelintir orang
saja yang mengetahui cerita rakyat itu. Meski begitu, sejumlah tokoh pemuda
setempat mencoba mengelola dan menjaga kelestarian danau tersebut. “Danau ini
memiliki potensi wisata yang tinggi. Apabila dikelola dengan baik serta didukung
oleh pemerintah pada segi promosi dan penataan lokasi, tempat ini akan mampu
menjadi danau wisata kebanggaan Cilegon,” ujar Husein Saidan, pengelola Situ
Rawa Arum. Camat Grogol Hayati Nufus juga meyakini, Situ Rawa Arum merupakan
potensi wisata yang terpendam di Kota Cilegon. Bahkan, Pemkot Cilegon pun
berencana menyulap Situ Rawa Arum menjadi sebuah tempat wisata keluarga. “Pak
Walikota (Walikota Cilegon Tb Iman Ariyadi) telah melihat begitu tingginya potensi
wisata Situ Rawa Arum. Saya apresiasi keinginan Pak Wali untuk mengembangkan
danau itu menjadi sebuah objek wisata unggulan Cilegon,” katanya. Hal tersebut
dibenarkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemkot Cilegon
Bukhori. Dinasnya bahu-membahu dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan
(DKP) akan melakukan penataan di danau tersebut. “Disbudpar akan memberikan
sejumlah sarana dan prasarana, sementara DKP membuat danau tersebut menjadi
lebih indah melalui program RTH (ruang terbuka hijau),” katanya. Bukhori pun
meyakini, Situ Rawa Arum akan menjadi objek wisata terkenal di Kota Cilegon. Hal
tersebut dapat terwujud atas kerja sama berbagai pihak, baik masyarakat setempat,
pemerintah, juga industri. “Jika dilakukan secara bersama, apa pun bisa terwujud.
Saya yakin Situ Rawa Arum juga bisa membuat Cilegon harum,” katanya.

Anda mungkin juga menyukai