Anda di halaman 1dari 6

Gua Jatijajar

Salah satu sudut di dalam Gua Jatijajar


Gua Jatijajar adalah sebuah situs geologi yang terbentuk dari proses alamiah, yang
terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Gua yang keseluruhannya terbentuk dari
kapur, ini memiliki panjang 250 meter, dari pintu masuk sampai keluar dengan.lebar
rata-rata 15 meter, dan tinggi rata-rata 12 meter. Lokasi gua ini berada 50 meter di atas
permukaan laut. Gua Jatijajar merupakan salah satu objek pariwisata andalan di
Kabupaten Kebumen, selain Waduk Sempor.[1]

Sejarah
Gua ini ditemukan pada tahun 1802 oleh seorang petani bernama Jayamenawi yang
memiliki lahan pertanian di atas gua tersebut. Pada suatu ketika Jayamenawi sedang
mengambil rumput, kemudian jatuh kesebuah lubang yang ternyata lobang itu adalah
sebuah ventilasi yang ada di langit-langit gua tersebut. Lobang ini mempunyai garis
tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter. Setelah
Jayamenawi menemukan gua, tak lama kemudian Bupati Ambal, salah satu penguasa
Kebumen waktu itu, meninjau lokasi tersebut. Saat mendatangi goa, dia menjumpai dua
pohon jati tumbuh berdampingan dan sejajar pada tepi mulut gua. Dari kisah itulah asalmuasal penamaan Gua Jatijajar. Pada mulanya pintu-pintu Gua masih tertutup oleh
tanah. Maka setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang, ditemukanlah pintu
gua yang sekarang menjadi pintu masuk.[2][3]

Sungai dan mitos


Di dalam Gua Jatijajar terdapat 7 (tujuh) sungai atau sendang, tetapi yang data dicapai
dengan mudah hanya 4 (empat) sungai yaitu:
1. Sungai Puser Bumi
2. Sungai Jombor

3. Sungai Mawar
4. Sungai Kantil
Untuk sungai Puser Bumi dan Jombor konon airnya mempunyai khasiat dapat
digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing.
Sedangkan Sungai Mawar konon airnya jika untuk mandi atau mencuci muka,
mempunyai khasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kantil jika airnya untuk cuci
muka atau mandi, maka niat/cita-citanya akan mudah tercapai.[4]
Pada saat ini yang telah dibangun baru Sendang Mawar dan Sendang Kantil, Sedangkan
Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi masih alami dan masih belum ada
penerangan serta licin.
Obyek wisata

Pada tahun 1975 Gua Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan menjadi Objek
Wisata. Adapun yang mempunyai ide untuk mengembangkan atau membangun Gua
Jatijajar yaitu Bapak Suparjo Rustam sewaktu menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sedang
pada waktu itu yang menjadi Bupati Kebumen adalah Bapak Supeno Suryodiprojo.[5]
Untuk melancarkan dan melaksanakan pengembangan Gua Jatijajar ditunjuk langsung
oleh Bapak Suparjo Rustam cv.AIS dari Yogyakarta, sebagai pimpinan dari cv.AIS
adalah Bapak Saptoto, seorang seniman deorama yang terkenal di Indonesia. Sebelum
Pemda Kebumen melaksanakan pembagunan Gua Jatijajar, terlebih dahulu Pemda
Kebumen telah mengganti rugi tanah penduduk yang terkena lokasi pembangunan
Objek Wisata Gua Jatijajar Seluas 5,5 hektare.
Setelah Gua Jatijajar dibangun maka pengelolanya dikelola oleh Pemda Kebumen.
Sejak Gua Jatijajar dibangun, di dalam Gua Jatijajar sudah ditambah dengan bangunanbangunan seni antara lain: pemasangan lampu listrik sebagai penerangan, trap-trap
beton untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Gua
Jatijajar serta pemasangan patung-patung atau deorama.[6]
Batuan

Di dalam Gua Jatijajar banyak terdapat Stalagmit dan juga Pilar atau Tiang Kapur, yaitu
pertemuan antara Stalagtit dengan Stalagmit. Kesemuanya ini terbentuk dari endapan
tetesan air hujan yang sudah bereaksi dengan batu-batu kapur yang ditembusnya.
Menurut penelitian para ahli, untuk pembentukan Stalagtit itu membutuhkan waktu
yang sangat lama. Dalam satu tahun terbentuknya Stalagtit paling tebal hanya setebal 1
(satu) cm saja. Oleh sebab itu Gua Jatijajar merupakan gua Kapur yang sudah tua
sekali.[7]
Batu-batuan yang ada di Gua Jatijajar merupakan batuan yang sudah tua sekali. Karena
umur yang sudah tua sekali itu, maka di muka Gua Jatijajar dibangun sebuah patung
Binatang Purba Dino Saurus sebagai simbol dari Objek Wisata Gua Jatijajar, dari mulut

patung itu keluar air dari Sendang Kantil dan sendang Mawar, yang sepanjang tahun
belum pernah kering. Sedangkan air yang keluar dari patung Dino Saurus tersebut
dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai pengairan sawah desa Jatijajar dan
sekitarnya.[8]

Gua Petruk

Gua Petruk merupakan salah Obyek wisata di Kabupaten Kebumen. Obwis (obyek dan
Pantai Logending, dimana lokasinya berada di dukuh Mandayana Desa Candirenggo
Kecamatan Ayah, kabupaten Kebumen, atau sekitar 4,5 km dari Jatijajar menuju ke arah
selatan.
Mendengar nama Petruk, orang tentu akan teringat nama Ponokawan anak Ki Semar
yang berbadan tinggi, namun hidungnya sangat mancung. Konon, dalam cerita
pewayangan, Petruk ini anak dari lelembut Banaspati yang kemudian diambil anak oleh
Ki
Semar
dan
Petruk
ini
dikenal
mempunyai
banyak
akal.
Sayangnya orang telah banyak mendengar Goa Petruk, tetapi masih enggan untuk

mengunjungi obwis tersebut. Cukup beralasan barang kali, memang karena untuk
masuk Goa Petruk ini diperlukan persiapan yang cukup. Lagi pula, percuma kalau
datang ke Goa Petruk ini hanya mengintip dari mulut Goa Petruk ini hanya mengintip
dari
mulut
Goa
yang
menganga
cukup
lebar.
Perlu diketahui, bahwa di dalam Goa yang mungkin terlihat cukup menakutkan, karena
tak ada pijaran atau nyala lampu seperti di Goa Jatijajar, atau Goa lain yang ada di
Indonesia. Namun Goa Petruk ini menurut catatan Doktor Koo, seorang pakar Goa dari
luar negeri mengatakan, bahwa Goa Petruk ini merupakan Goa terindah di seantero
Nusantara.
Untuk itu, pakar Goa ini meminta pada Pemda Kebumen, agar Gua tersebut tetap dijaga
kealamiannnya. Bahkan, untuk diterangi dengan listrik, juga tak diperkenankan. Namun
pengunjung jangan khawatir, di sini tersedia Guide atau pemandu yang selalu siap
mengantar
disertai
dengan
peralatan
lampu
yang
memadai.
Tiga Goa Goa Petruk ini sebetulnya terbagimenjadi tiga bagian. Bagian pertama atau di
lantai I hanya terdapat kelelawar dengan bau kurang sedap dan beterbangan ke sana
kemari. Sedang untuk Goa kedua dalam lokasi tersebut diberi nama Goa Semar.
Dalam Goa inilah kita akan disuguhi dengan pemandangan dari bebatuan yang cukup
indah dan mempesona. Bahkan ada yang mengatakan, masuk Gua Petruk laksana
melihat alam yang tiada taranya karena terdapat batu stalaktit dan stalagmit yang
mempesona
dan
menyerupai
berbagai
bentuk.
Sedang gua yang terakhir, disebut Goa Petruk, karena dalam Goa tersebutlah sebetulnya
terdapat batu yang mempunyai ujud seperti hidungnya Petruk. Sayang, karena ulah
Belanda yang waktu itu melakukan penambangan phosfat, hidung Petruk yang
merupakan Logo dari Goa tersebut putus dan kini sudah tak kelihatan lagi.
Tapi bukan itu sebetulnya yang ditawarkan oleh goa tersebut, di mana keindahan goa
tersebut bukan dari hidung Petruk yang sangat mancung, tetapi panoramanya yang
memang cukup indah. Untuk itu tidak ada salahnya kalau wisatawan bahkan
memerlukan waktu berjam-jam berada di Goa Petruk ini.

Pantai Ayah

Pantai Ayah, atau juga dikenal sebagai Pantai Logending, adalah


salah satu obyek wisata pantai yang terletak di Kebumen, Jawa
Tengah. Objek wisata ini cukup terkenal karena menggabungkan
antara wisata hutan dengan wisata bahari, yakni Hutan Wisata
Logending dan Pantai Ayah. Nama Logending itu sendiri berasal dari
kata "Lo" dan "Gending", di mana "Lo" adalah nama sebuah pohon
yang kayunya dapat dicampur ke dalam alat musik dalam bahasa
Jawa yang disebut Java Gending, kedua kata tersebut digabungkan
sehingga menjadi kata Logending.
Hutan Wisata Logending merupakan hutan jati Selatan milik Perum
Perhutani dekat pantai Kedu. Konon menurut cerita pada Zaman
dahulu, hutan Pantai Logending digunakan sebagai pengawasan dan
pos penjagaan oleh tentara Belanda dan Jepang selama menduduki
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan warisan benteng yang terletak di
pantai atau di pegunungan Logending. Pada tahun-tahun 1948-1950,

ketika terjadi revolusi di Indonesia, hutan Logending juga telah


digunakan sebagai tempat persembunyian para pejuang militer
dalam mempertahankan wilayah tersebut.
Pantai yang berjarak sekitar 8 km dari obyek wisata Gua Jatijajar ini,
memiliki pemandangan alam yang indah dengan air yang jernih, serta
hamparan pasir luas dan landai. Dalam kawasan wisata ini,
pengunjung dapat menghirup udara segar sambil berjalan menyusuri
pantai. Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa bermain sepakbola, voli
pantai, serta duduk santai di atas hamparan pasir.
Setelah puas menikmati pantai, pengunjung dapat menuju kawasan
hutan Logending yang terletak puluhan meter dari pantai. Di hutan ini
ada berbagai macam tanaman yang merupakan tanaman lokal yang
langka. Salah satu tanaman langka yang dapat ditemukan di hutan ini
adalah kayu mahoni Afrika. Tanaman ini jarang ditemukan di hutan
lain di Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu kawasan hutan juga
dijadikan sebagai tempat penelitian tanaman langka serta
pengembangan mahoni Afrika.
daya tarik lain yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Pantai
indah muara ayah Bodo, yaitu sungai yang memisahkan wilayah
Kabupaten Kebumen dan Cilacap. Untuk menikmati pemandangan
sungai ini, wisatawan dapat berkeliling dengan menyewa perahu
nelayan setempat. Sepanjang sungai, pengunjung dapat melihat air
tenang Bodo, pohon tebal payau di tepi sungai, dan properti Perum
Perhutani yang tampak rapi dan hijau.

Anda mungkin juga menyukai