Anda di halaman 1dari 5

1.

Pemeriksaan HBA1C
Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan kelompok DM dengan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. Kecurigaan adanya
DM perlu mendapatkan perhatian bila ada keluhan klasik DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia dan terjadi penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya. DM tipe 2 sering tidak dapat dirasakan
gejalanya pada stadium awal dan tetap tidak terdiagnosis dalam waktu
lama sampai terjadi berbagai komplikasi.1
HbA1C merupakan ikatan molekul glukosa pada hemoglobin
secara non-enzimatik melalui proses glikasi post translasi, hemoglobin
yang terglikasi terlihat dalam beberapa asam amino HbA yang terdiri
dari HbA1a, HbA1b, dan HbA1C. komponen yang terpenting dari
glikasi hemoglobin tersebut dalam penyakit DM adalah HbA1C,
parameter ini digunakan sebagai patokan utama untuk pengendalian
penyakit Diabetes Melitus karena HbA1C dapat menggambarkan kadar
gula darah dalam rentang waktu 1–3 bulan karena usia sel darah merah
yang terikat oleh molekul glukosa adalah 120 hari.1
Telah dilakukan studi penelitian oleh united kindom prospective
Diabetes Mellitus study (UKPDS) mengungkapkan bahwa semakin
tinggi nilai HbA1C pada penderita DM maka semakin tinggi potensial
terjadinya komplikasi pada pasien, kadar HbA1C dapat terkontro dengan
cara menjaga kestabilan glukosa dalam darah agar tetap normal. 1
Tabel 1 Gambaran hasil pemeriksaan HbA1C pada penderita DM tipe 2.

Hemoglobin A1c atau HbA1C adalah komponen minor dari hemoglobin


yang berkaitan dengan glukosa, HbA1C juga kadag-kadang disebut sebagai
glikosilasi atau hemoglobin glikosilasi atau pada pasien diabetes, dimana
pemeriksaan ini juga berfungsi sebagai indikator jangka panjang kontrol glukosa
darah, bisa juga digunakan untuk memonitor efek dapat digunakan untuk
memantau kadar glukosa darah per hari atau tes rutin gula darah.Parameter
HbA1C umumnya digunakan sebagai penanda untuk penilaian kontrol glikemik
yang digunakan secara rutin dalam menejemen diabetes. HbA1C merupakan
ikatan molekul glukosa pada hemoglobin.secara non-enzimatik melalui proses
glikasi post translasi, hemoglobin yang terglikasi terlihat dalam beberapa asam
amino HbA yang terdiri dari HbA1a, HbA1b, HbA1C. HbA1C merupakan
salah satu pemeriksaan yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosis,
pemeriksaan HbA1C ini dapat memudahkan dokter untuk mengetahui kontrol
glukosa pada pasien.1

Tabel menurut WHO pemeriksaan HbA1C dapat digolongkan beberapa


kategori yaitu sebagai berikut.1

Tabel nilai normal pemeriksaan HbA1C berdasarkan umur dan jenis


kelamin yaitu sebagai berikut.1

Tabel kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis daibetes dan


prediabetes.2

Pada pemeriksaan HbA1C dapat digolongkan menjadi tiga bagian pasien


tanpa diabetes yaitu 3.5 % - 5.0%, pasien pradiabetes yaitu antara 5.7%- 6.4%,
dan penderita diabetes melitus yaitu diatas 6.5%. 2

2. Pemeriksaan GFR atau LFG


Glomerulo filtration rate (GFR) atau laju filtrasi gromerulus (LFG)
yaitu tes untuk melihat kemampuan ginjal dalam menyaring zat sisa
metabolisme dari dalam tubuh The National Kidney Foundation me-
rekomendasi bahwa estimated GFR (eGFR) dapat diperhitungkan sesuai
dengan kreatinin serum. Perhitungan GFR berdasarkan kreatinin serum,
usia, ukuran tubuh, jenis kelamin, dan ras tanpa membutuhkan kadar
kreatinin urin menggunakan persamaan Cockcroft and Gault.3
Rumus Cockroft-Gault :

Keterangan :
KK : Klirens kreatinin (bersihan kreatinin) dalam ml/menit.
U : Umur dalam tahun.
BB : Berat badan dalam kilogram.
Cr : Nilai kreatinin serum (darah) dalam mg/dL.
Konstanta : Laki-laki = 1.
Perempuan = 0,85.

Tabel 1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik atas dasar derajat


penyakit.3
3. Infus
Infus NaCl diberikan dengan indikasi penggantian cairan plasma
isotonik yang hilang. Kebutuhan terapi cairan pasien diabetes bertujuan
untuk perluasan volume intravaskuler, interstisial, dan intraseluler yanng
mengalami penurunan pada kondisi krisis hiperglikemik dan restorasi
dari perfusi renal. Pemberian resusitasi cairan dengan NaCl 0,9%
intravena dengan kecepatan 15-20 ml/KgBB/jam atau 1- 1,5 L/jam harus
dimulai secepatnya dengan pemantauan status hidrasi setiap jam.1
Terapi cairan berikutnya tergantung dari tanda hemodinamik, status
hidrasi, serum elektrolit, dan volume urin.3 Secara umum, 0,45% NaCl
diberikan 250-500 ml/jam bila serum natrium yang terkoreksi normal
atau meningkat; sebaliknya, 0,9% NaCl diberikan dengan kecepatan yang
sama bila serum natrium yang terkoreksi rendah. 4

Anda mungkin juga menyukai