Anda di halaman 1dari 18

FORMAT PENGKAJIAN

BIODATA PASIEN

1. Nama : An. S
2. Umur : 15 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. No. Register : 17-02-18
5. Alamat : Jln. Mangga Raya No. 45, Rt/Rw 06/002, Depok, Jawa Barat
6. Status Perkawinan : Belum Menikah
7. Keluarga terdekat : Orang Tua (Ibu)
8. Diagnosa Medis : CKD stadium 5

ANAMNESIS
A. Riwayat Keperawatan

1. Riwayat kesehatan sekarang :


a) Keluhan utama : Nyeri karena terdapat benjolan makin besar, pergelangan
tangan berdarah
b) Kronologis keluhan : Satu hari lalu klien mengeluh benjolan semakin
membesar dengan skala nyeri 8 dan berdarah didekat pergelangan tangan kiri
dengan riwayat post-op pintasan arteri vena untuk akses hemodialisis saat satu
bulan sebelumnya
• Faktor pencetus : hematoma
• Timbulnya keluhan : (O) mendadak ( ) bertahap
• Lamanya : 20 menit sekali
• Upaya mengatasi :-
2. Riwayat Kesehatan masa lalu
a) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
-
b) Riwayat kecelakaan
-
c) Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
satu bulan yang lalu, operasi pintasan arteri vena untuk akses hemodialisis, 5
hari
d) Riwayat pemakaian obat
-
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
-

B. Pemeriksaan Fisik Umum

1. Berat badan : 50 kg
2. Tinggi badan : 148 cm
3. Tekanan darah : 170/80 mmHg
4. Nadi : 89 x/menit
5. Frekuensi nafas : 28 x/menit
6. Suhu tubuh : 36,5 ◦C

C. Pemeriksaan Fisik sistem Pernafasan

1. Inspeksi
a. Bentuk torak: (O) Normal chest ( ) Pigeon chest/dada burung
( ) Funnel chest/sternum menonjol kedalam

( ) Barrel chest/dada tong

b. Bentuk dada: (O) simetris ( ) asimetris

c. Irama Nafas : ( ) teratur (O) tidak teratur

d. Jenis pernafasan :

( ) Eupnea/irama normal (O)Takipneu/nafas cepat

( ) Bradipnea/nafas lambat ( ) Apnea/henti nafas

( ) Chene Stokes(bertahap: dangkal-lebih cepat dan dalam-lambat-henti nafas)

( ) Biot’s / Kusmaul/cepat dan dalam

2. Perkusi
(O) sonor (normal) ( ) Hipersonor ( ) dullnes/pekak

3. Auskultasi
Suara nafas vesikuler

D. Pemeriksaan Fisik sistem Kardiovaskuler

Kardiomegali tidak disertai bendungan paru, irama sinus


E. Pemeriksaan Fisik sistem Neurobehaviour
1. Penilaian tingkat kesadaran

a. Penilaian Kualitatif
(O) Compos mentis ( ) Sopor

( ) Apatis ( ) Koma

( ) Somnolen ( ) Soporcoma

b. Penilaian Kuantitatif (GCS/Glasgow Coma Scale )


 Membuka mata (E)
Spontan : (4)

Dengan diajak bicara :3

Dengan rangsangan nyeri :2

Tidak membuka :1

 Respon Verbal (V)


Terdapat kesadaran dan orientasi : (5)

Berbicara tanpa kacau :4

Berkata tanpa arti :3

Hanya mengerang :2

Tidak ada suara :1

 Respon motorik (M)


Sesuai perintah

Terhadap rangsangan nyeri : (6)

1. Timbul gerakan normal :5

2. Fleksi cepat dan abduksi bahu :4

3. Fleksi lengan dengan adduksi bahu :3

4. Ekstensi lengan, adduksi, endorotasi

bahu, pronasi lengan bawah :2


5. Tidak ada gerakan :1

Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :

((Compos Mentis) / Apatis / Somnolen / Delirium / Sporo coma / Coma)

2. Pemeriksaan Status Mental – Emosional

a. Pembicaraan

( ) Cepat ( ) Keras ( ) Gagap ( ) Inkoheren

( ) Apatis ( ) Lambat (O) Membisu

( ) Tidak mampu memulai pembicaraan

b. Aktivitas Motorik
( ) Lesu ( ) Tegang (O) Gelisah ( ) Agitasi

( ) Tik ( ) Grimasen ( ) Tremor ( ) Kompulsif

c.Alam perasaan
(O) Sedih ( ) Ketakutan ( ) Putus asa

( ) Khawatir ( ) Gembira berlebihan

d. Afek
(O) Datar ( ) Tumpul ( ) Labil ( ) Tidak sesuai

e.Interaksi selama wawancara


( ) Bermusuhan ( ) Tidak kooperatif ( ) Mudah
tersinggung

(O) Kontak mata kurang ( ) Defensif ( ) Curiga

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Lab :
 PT 13 detik
 INR 1.09 deti
 APTT 31, 3 detik
 Hb 10,3 g/ dl
 Ht 31%
 Leukosit 17.300/mm3
 Trombosit 282.000/mm3
 Natrium 132 mEq/L
 Kalium 3,8 mEq/L
 Ureum 156 g/dl
 Kreatinin 3,4 g/dl
- Diagnostic
 Hasil rontgen toraks kardiomegali
 EKG : irama sinus

Jakarta,..................................

Mahasiswa

(....................................................)
ASUHAN KEPERAWATAN

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


 Klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri  Diagnose CKD stadium 5
 HD 2×/ minggu ( 5 jam)
8
 Perdarahan di dekat pergelangan tangan
 Klien mengeluh benjolan bertambah
kiri dengan riwayat post operasi pintasan
besar
 Klien mengatakan sedih dengan kondisi arteri vena untuk akses hemodialysis
 Massa hematoma 8×8×5 cm dengan bruit
saat ini karena harus membatasi minum
 KU kompos mentis
dan makan, tidak dapat bergaul bebas  TD 170/80 mmHg
seperti teman sebaya  N 89× /m
 Tampak sesak
 RR 28×/ m
Data tambahan:  Saturasi oksigen 98%
 Klien mengatakan sesak  PT 13 detik
 Klien mengatakan takut pada  INR 1.09 detik
 APTT 31, 3 detik
penyakitnya
 Hb 10,3 g/ Dl
 Ht 31%
 Leukosit 17.300/mm3
 Trombosit 282.000/mm3
 Natrium 132 mEq/L
 Kalium 3,8 mEq/L
 Ureum 156 g/Dl
 Kreatinin 3,4 g/Dl
 Hasil rontgen toraks kardiomegali
 EKG : irama iranus
 Klien tampak murung
 Klien sering menangis

Data tambahan:
 Perilaku distraksi
 Putus as
 Focus menyempit
 Bunyi napas tambahan
 Hepatomegaly
 Oliguria
 Penambahan berat badan dalam
waktu singkat
 Distensi vena juguralis
 Gelisah
 Ketakutan
 Anoreksia

ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah Keperawatan Etiologi

1 Ds: Nyeri Agen cedera biologis

 Klien mengeluh nyeri


dengan skala nyeri 8
 Klien mengeluh
benjolan bertambah
besar
Do:

 TD 170/80 mmHg
 N 89× /m
 Tampak sesak
 RR 28×/ m

2 Ds: Kelebihan volume cairan Gg mekanisme regulasi

 Klien mengeluh
benjolan bertambah
besar
Do:

 Hb 10,3 g/ Dl
 Ht 31%
 Leukosit 17.300/mm3
 Trombosit
282.000/mm3
 Natrium 132 mEq/L
 Kalium 3,8 mEq/L
 Ureum 156 g/Dl
 Kreatinin 3,4 g/Dl
 Hasil rontgen toraks
kardiomegali
 EKG : irama iranus
 N 89× /m
 Tampak sesak
 RR 28×/ m
DT:

 Penambahan berat
badan dalam waktu
singkat
 Distensi vena juguralis

3 Ds: (dt) Ansietas Ancaman kematian

 Klien mengatakan
sesak
 Klien mengatakan
takut pada
penyakitnya

Do:

TD 170/80 mmHg


N 89× /m
Tampak sesak
RR 28×/ m
Klien tampak
murung
 Klien sering
menangis
DT:

 Gelisah
 Ketakutan
 Anoreksia
RENCANA TINDAKAN

No Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri Akut Tujuan Umum : Manajemen Nyeri
Setelah diberikan askep selama 1 x Tindakan Mandiri
24 jam diharapkan nyeri teratasi. 1. Melakukan pengkajian
Tujuan Khusus : nyeri secara komprehensif
I. Mengontrol Nyeri, dengan (PQRST)
indicator 2. Memberikan informasi
Indicator Awal Tujuan mengenai nyeri, sperti
Mengenali penyebab nyeri, dan
kapan nyeri 2 4 berapa lama biasanya nyeri
terjadi dirasakan.
Menggambarkan
2 4 3. Menganjurkan pasien
factor penyebab
Melaporkan untuk memonitor nyeri
3 5
nyeri terkontrol dan menangani nyeri
Keterangan: dengan cepat.
 Nilai 1 : Tidak pernah
4. Menganjurkan pasien
menunjukan
 Nilai 2 : Jarang menunjukan untuk mempertahankan
 Nilai 3 : Kadang – kadang tirah baring dengan posisi
menunjukan kepala datar dan pantau
 Nilai 4 : Sering menunjukan
 Nilai 5 : Sering konsisten tanda vital sesuai indikasi
menunjukan untuk membantu
penurunan nyeri.
II. Tingkat Nyeri menurun, dengan
5. Mengajarkan klien Teknik
indicator
non farmakologis untuk
Indicator Awal Tujuan
Nyeri yang membantu mengurangi
2 4
dilaporkan nyeri
Mengerang dan 2 4  Relaksasi Napas Dalam
 Terapi Distraksi Musik
menangis 6. Pantau tanda vital, seperti
Ekspresi nyeri tekanan darah, frekuensi
2 4
wajah pernapasan, frekuensi nadi
Tidak bisa
2 4 7. Berikan waktu istiahat
beristirahat
Keterangan: antara aktivitas perawatan
 Nilai 1 : Berat dan batasi lamanya
 Nilai 2 : Cukup Berat
 Nilai 3 : Sedang tindakan tersebut.
 Nilai 4 : Ringan
 Nilai 5 : Tidak Ada
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
terapi analgesik

2. Kelebihan Tujuan Umum : 1. Manajemen cairan


Setelah dilakukan tindakan 1) Jaga intake /
volume
keperawatan 3x24 jam masalah asupan yang
cairan keperawatan kelebihan volume
akurat dan catat
cairan dapat teratasi.
Tujuan Khusus : output
1. Keseimbangan cairan
R: untuk memastikan bahwa
a. Keseimbangan intake dan
output obat diuretic yang diberikan
b. Pitting edema berkurang dapat berfungdsi untuk
(kapileri refil < 2 detik) keluaran cairan
c. Asites berkurang (lingkar 2) Monitor hasil lab
perut berkurang, bb yang relevan
menurun, Hb =14-16 g/dL) dengan retensi
2. Status jantung paru
cairan
a. Tekanan darah menurun
(120/80 mmHg). (peningkatan
b. Sesak nafas berkurang pada BUN, penurunan
saat istirahat ataupun Hb)
aktivitas ringan
R: peningkatan BUN dapat
3. Fungsi ginjal membuktikan adanya urea
1) Kreatinin serum dalam darah meningkat yang
diturunkan (0,6-1,2
disebabkan kegagalan fungsi
mg/dL)
2) Ureum diturunkan ginjal
menjadi 10-12 mg/dL Hb membuktikan adanya
gangguan fungsi ginjal dalam
pembentukan sel-sel darah dan
adanya kelebihan vol cairan
dalam tubuh
3) Monitor indikasi
kelebihan cairan /
retensi (edema,
asites, pitting
edema, sesak
napas)

R: adanya kelebihan cairan


yang berlebih dapat
menyebabkan seseorang sesak
napas karena ada tekanan pada
diafragma
2. Moitor tanda – tanda vital
1) Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan staus
pernafasan

R: tekanan darah yang normal


(120/80) membuktikan bahwa
jantung sudah tidak bekerja
terlalu berat, nadi membuktikan
bahwa pengisian darah dan
oksigen ke ateri tidak
terganggu, sesak nafas
berkurang memmbuktikan
bahwa efusi pleura sudah
berkurang.
2) monitor tekanan
darah, nadi dan
pernafasaan pada
saat dan sesudah
beraktivitas
R: untuk menentukan apakah
pasien dapat melakukan
aktivitas ringan
3. Manajemen pengobatan
1) Tentukan
pengobatan yang
diperulkan

R: diuretic: untuk mengurangi


dan membantu pengeluaran
cairan
Terapi hemodialisa: untuk
mengganti fungsi ginjal
membuang cairan, ureum, dan
kreatinin
2) Monitor
efektifitas
pemberian obat /
terapi (lingkar
perut, pitting
edema,
pernafasan,
kesadaran)

R: cairan di dalam perut


berkurang, edema di tubuh
berkuarng
Kreatinin dan ureum yang
meningkat menjadi menurun
setelah melakukan terapi
hemodialisa
3. Ansietas Tujuan Umum : Mandiri
Setelah diberikan asuhan
- Dorong klien untuk
keperawatan selama 3x24 jam mengekspresikan
perasaannya
diharapkan cemas dapat diatasi atau
- Diskusikan tanda dan
berkurang. gejala depresi
- Ajarkan pasien teknik
Tujuan Khusus :
 Klien terlihat tenang relaksasi
 Pasien menyatakan cemasnya - Biarkan pasien dan orang
terdekat mengungkapkan
berkurang
perasaan.
 Klien mau berpartisipasi dalam
- Berikan hubungan yang
program terapi mendukung
- Menemani pasien
- Berikan informasi yang
akurat dan jelas tentang
tindakan keperawatan.

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan bagi klien dalam
mengatasi gejala yang di alami (Mackenzie & Mac Callam, 2009). Menurut Matzo &
Sherman (2014) peran perawat dalam perawatan paliatif meliputi sebagai praktik di
klinik, pendidik, peneliti, bekerjasama (Collaborator), penasihat.
1. Perawat sebagai salah satu petugas praktik di klinik memiliki kemampuan untuk
memahami dan mengevaluasi nyeri beserta keluhan dari nyeri yang dialami pasien.
Perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam mengembangkan
dan menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif. Perawat mengidentifikasi
pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan dikembangkan sesuai dengan standar
rumah sakit sehingga dapat dipraktekkan sesuai denga aturan di rumah sakit.
2. Perawat pendidik, Perawat memfasilitasi filosofi yang komplek, etik dan diskusi
tentang penatalaksanaan keperawatan di klinik, mengkaji klien dan keluarganya serta
semua anggota tim menerima hasil yang positif. Perawat memperlihatkan dasar
keilmuan/pendidikannya yang meliputi mengatasi nyeri, berperan mengatasi konflik
profesi, mencegah dukacita, dann resiko kehilangan. Perawat pendidik dengan tim
lainnya seperti komite dan ahli farmasi, berdasarkan pedoman dari tim perawat paliatif
maka memberikan perawatan yang berbeda dan khusus dalam menggunakan obat-
obatan intravena untuk mengatasi nyeri yang tidak mudah diatasi.
3. Perawat sebagai peneliti menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui pertanyaan-
pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru yang ditujukan pada pertanyaan-
pertanyaan. Perawat dapat meneliti dan terintegrasi pada penelitian perawatan paliatif.
4. Perawat sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan akan bekerjasama (Collaborator)
melakukan pengkajian dalam mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual serta
penatalaksananya. Perawat membangun dan mempertahankan kolaborasi dengan tim
perawatan paliatif. Perawat memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam
pelayanan, perawat bekerjasama dengan tim perawatan paliatif dalam rangka
mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik.
5. Perawat sebagai penasihat ( concultant) akan bekerjasama dan berdiskusi dengan
dokter, tim perawatan paliatif dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang
tepat untuk menetukan tindakan dan memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya.

PROGRAM KESEHATAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH


“Cegah Dan Kendalikan Penyakit Ginjal Dengan Cerdik Dan Patuh”
Penyakit Ginjal kronis merupakan masalah kesehatan dunia dengan beban biaya
kesehatan yang tinggi. Padahal, penyakit dapat dicegah dengan melakukan upaya
pencegahan, pengendalian dan tatalaksana Hipertensi dan Diabetes Melitus sesuai standar.
Data Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kemenkes tahun 2016
menunjukkan adanya peningkatan beban biaya kesehatan untuk pelayanan penyakit
Katastropik. Pada tahun 2014 penyakit katastropik menghabiskan biaya kesehatan sebesar
8,2 triliun, tahun 2015 meningkat menjadi 13,1 triliun kemudian tahun 2016 sebanyak
13,3 triliun. Gagal Ginjal merupakan penyakit katastropik nomor 2 yang paling banyak
menghabiskan biaya kesehatan setelah penyakit jantung.
Kementerian Kesehatan sesungguhnya telah memiliki upaya pencegahan dan
pengendalian Penyakit Ginjal Kronis dengan perilaku ''CERDIK'', yaitu Cek kesehatan
secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin olahraga, Diet seimbang, Istirahat cukup dan
Kelola stres dan PATUH yaitu Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter,
Atasi penyakit dengan pengobatan yang tetap dan teratur, Tetap diet sehat dengan gizi
seimbang, Upayakan beraktivitas fisik dengan aman dan Hindari Rokok, alkohol dan zat
karsinogenik lainnya.
Selain itu pencegahan dan pengendalian penyakit Ginjal dilakukan dengan
meningkatkan pencegahan dan pengendalian Penyakit Ginjal Kronis berbasis masyarakat
dengan ''Self Awareness'' melalui pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan gula darah
secara rutin atau minimal 1 kali dalam setahun di Posbindu PTM. Pemerintah telah pula
meningkatkan akses ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP); optimalisasi sistem
rujukan; dan meningkatkan mutu pelayanan.

Penyakit Ginjal

Penyakit Ginjal adalah kelainan yang mengenai organ Ginjal. Penyakt ini timbul
akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau
degeneratif, dan lain-lain. Penyakit Ginjal kronis, biasanya timbul secara perlahan dan
sifatnya menahun.
Data Global Burden of Disease tahun 2010 menunjukkan, Penyakit Ginjal Kronis
merupakan penyebab kematian ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan
ke 18 pada tahun 2010. Lebih dari 2 juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan
dengan dialisis atau transplantasi Ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-benar
mengalami perawatan tersebut.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa
prevalensi penduduk Indonesia yang menderita Gagal Ginjal sebesar 0,2% atau 2 per 1000
penduduk dan prevalensi Batu Ginjal sebesar 0,6% atau 6 per 1000 penduduk. Prevalensi
Penyakit Gagal Ginjal tertinggi ada di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,5%.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi gagal Ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur
prevalensi tertinggi pada kategori usia di atas 75 tahun (0,6%), dimana mulai terjadi
peningkatan pada usia 35 tahun ke atas. Berdasarkan strata pendidikan, prevalensi gagal
Ginjal tertinggi pada masyarakat yang tidak sekolah (0,4%). Sementara Berdasarkan
masyarakat yang tinggal di pedesaan (0,3%) lebih tinggi prevalensinya dibandingkan di
perkotaan (0,2%).
Berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2016, sebanyak 98%
penderita gagal Ginjal menjalani terapi Hemodialisis dan 2% menjalani terapi Peritoneal
Dialisis (PD). Penyebab penyakit Ginjal kronis terbesar adalah nefropati diabetik (52%),
hipertensi (24%), kelainan bawaan (6%), asam urat (1%), penyakit lupus (1%) dan lain-
lain.
Jumlah pasien hemodialisis baik pasien baru maupun pasien aktif sejak tahun 2007
sampai 2016 mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2015 hingga 2016.
Berdasarkan usia, pasien hemodialisis terbanyak adalah kelompok usia 45 64 tahun, baik
pasien baru maupun pasien aktif.
Pada awalnya, penyakit Ginjal kronis tidak menunjukkan gejala yang khas
sehingga penyakit ini sering terlambat diketahui. Tanda dan gejala yang timbul karena
penyakit Ginjal sangat umum dan dapat ditemukan pada penyakit lain seperti tekanan
darah tinggi, perubahan frekuensi buang air kecil dalam sehari, adanya darah dalam urin,
mual dan muntah serta bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki.
Bila ditemukan tanda dan gejala penyakit Ginjal, maka yang harus dilakukan
adalah kontrol gula darah pada penderita diabetes, kontrol tekanan darah pada penderita
hipertensi, dan pengaturan pola makan yang sesuai dengan kondisi Ginjal.

Hari Ginjal Sedunia

Hari Ginjal Sedunia diperingati setiap tahunnya pada Kamis minggu kedua di
bulan Maret. Tahun ini jatuh pada tanggal 8 Maret 2018. Tema Hari Ginjal Sedunia pada
tahun 2018 ini adalah ''Kidneys and Womens Health : Include, Value, Empower''. Dengan
tema ini diharapkan semua pihak ikut mempromosikan akses yang terjangkau dan adil
terhadap pendidikan kesehatan, perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit Ginjal bagi
semua wanita dan anak perempuan di dunia.
Di Indonesia peringatan Hari Ginjal Sedunia diisi dengan rangkaian kegiatan
seperti: 1) melaksanakan sosialisasi dan diseminasi informasi tentang penyakit Ginjal
kronis melalui berbagai media dan 2) Bekerjasama dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, pelaku usaha dan organisasi masyarakat melalui kegiatan Forum
Diskusi Dialisis.
Secara khusus Kementerian Kesehatan mengimbau kepada pemerintah, swasta
maupun masyarakat untuk dapat berpartisipasi dan mendukung upaya pencegahan dan
pengendalian Penyakit Ginjal Kronis dengan meningkatkan upaya promotif dan preventif
dengan modifikasi gaya hidup untuk pencegahan penyakit Ginjal kronis, yaitu dengan 1)
Melakukan aktivitas fisik teratur; 2) Makan makanan sehat (rendah lemak, rendah garam,
tinggi serat); 3) Kontrol tekanan darah dan gula darah; 4) Monitor berat badan dan
mempertahankan berat badan normal; 5) Minum air putih minimal 2 liter per hari; 6)
Tidak konsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan; dan 7) Tidak merokok.
Selain itu, Kemenkes mendorong implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta mendorong kementerian dan
lintas sektor terkait lainnya untuk meningkatkan kerjasama dalam mengatasi masalah
kesehatan sehingga semua kebijakan yang ada berpihak pada kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Cegah Dan Kendalikan Penyakit
Ginjal Dengan Cerdik Dan Patuh. Diakses pada 10/9/2019 dari
http://www.depkes.go.id/print/18030700007/cegah-dan-kendalikan-penyakit-ginjal-
dengan-cerdik-dan-patuh.html

Anda mungkin juga menyukai