Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sekarayu Putri

Kelas : AKP 5A
Mata kuliah : Perencanaan dan Penganggaran Sektor Publik

1. Apakah yayasan dikenakan pajak?


Menurut UU PPh, Yayasan adalah subjek pajak. Yayasan menjadi wajib pajak jika menerima
atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak. Namun, meskipun tidak menerima
atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak, Yyasan tetap menjadi wajib pajak
jika memenuhi kriteria sebagai pemotong pajak. Sebagai contoh, Yayasan bertindak sebagai
pemotong PPh pasal 21 atas penghasilan berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan yang
dibayarkan kepada karyawan/peserta kegiatan/pihak lain. Secara umum pelaksanaan hak dan
kewajiban Yayasan sama dengan bentuk usaha lain, kecuali hal-hal khusus yang diatur tersendiri.

2. Apakah hubungan yayasan dan Pemda?

Pemerintah dapat mengambil alih suatu Yayasan dalam hal kepengurusan suatu kegiatan
Yayasan tersebut mengalami permasalahan yang berkaitan dengan izin usaha atau permasalah
internal pengurus dan Pembina yang dapat mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Hal ini
dilakukan oleh Pemerintah demi kemajuan dan kelangsungan Yayasan serta kepentingan umum.
Meskipun Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004
tentang Yayasan (UU Yayasan) sendiri tidak mengatur mengenai tata cara dan prosedur
pengambil alihan suatu Yayasan oleh Pemerintah.
3. Apa perbedaan antara Yayasan dengan LSM?
Yayasan:
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU
16/2001”), Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.
Peneliti Senior Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) Eryanto Nugroho
mendefinisikan yayasan berupa sekumpulan aset dan kekayaan yang disisihkan oleh pendiri
untuk kegiatan sosial dan non profit. Artinya, saat yayasan didirikan pertama kali, para pendiri
memisahkan sejumlah kekayaan pribadinya, baik uang atau barang, untuk dijadikan kekayaan
awal yayasan.
Lebih lanjut dalam yayasan, tidak ada sistem keanggotaan. Organ yang ada dalam yayasan
hanyalah pembina, pengurus, dan pengawas. Yayasan dapat melakukan kegiatan yang
menghasilkan keuntungan. Namun keuntungan tersebut hanya dapat digunakan untuk kegiatan
operasional yayasan dan tidak boleh dibagikan kepada pendiri yayasan. Karakter inilah yang
membedakan yayasan dengan perseroan terbatas.
Untuk berkembang dan mencari pendapatan, yayasan dapat mendirikan badan usaha
dan/atau ikut serta (penyertaan saham) dalam suatu badan usaha yang biasanya berupa PT
(Perseroan Terbatas) dengan batasan tertentu. Badan usaha dimaksud harus melakukan kegiatan
usaha yang sejalan dengan maksud dan tujuan yayasan.
Selain itu, organ yayasan juga dilarang merangkap jabatan sebagai Direksi/Pengurus atau
Komisaris/Pengawas dari badan usaha tersebut. Selain dari mendirikan badan usaha, yayasan
juga dapat memperoleh kekayaan dari:
1. Hibah;
2. Hibah wasiat;
3. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;
4. Wakaf; dan
5. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar Yayasan dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lebih lanjut, terkait kekayaannya baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain, yayasan
tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium,
atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
Pengurus Yayasan bisa menerima gaji, upah atau honorarium jika dalam anggaran dasar/akta
pendirian Yayasan disebutkan demikian serta memenuhi syarat:
1. Pengurus bukanlah pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan
Pengawas Yayasan; dan
2. Melakukan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh.
Untuk operasional hariannya, Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang
dikeluarkan oleh organ Yayasan saat menjalankan tugas Yayasan dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab. Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab, dalam UU 16/2001 juga diatur
mengenai laporan keuangan tahunan yayasan dan kepailitan.
Sebagai bentuk perlindungan Pemerintah, yayasan diberikan status badan hukum (persona
standi in juditio) melalui penerbitan Surat Keputusan Kementerian Hukum dan HAM (“SK
Kemenhukham”) yang dapat diajukan setelah akta pendirian yayasan dibuat. Artinya, di mata
hukum, yayasan dipandang sama seperti manusia sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan
kewajiban, sehingga yayasan Saudara dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan. Dalam
hal yayasan membuat perjanjian, maka perikatan yang lahir dari perjanjian pada dasarnya
mengikat kepada yayasan sebagai badan hukum, bukan kepada perseorangan organ yayasan.
Setelah adanya akta pendirian dan SK Kemenhukham, yayasan dapat memproses dan
memperoleh dokumen legalitas lainnya seperti SKDP (Surat Keterangan Domisili Perusahaan),
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), Tanda Daftar Yayasan, dan Izin Operasional. Dengan
demikian, akan lebih mudah jika Saudara hendak mengikatkan yayasan dengan pihak ketiga,
misalnya saat mengajukan hibah.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Jeff Atkinson dan Martin Scurrah dalam bukunya Globalizing Social Justice; The Role of
Non-Governmental Organizations in Bringing about Social Change memberikan pengertian LSM
sebagai suatu sekelompok masyarakat (perhimpunan) yang secara formal terorganisir dan
merupakan lembaga yang umumnya self-governing, privat, dan non profit (tidak berorientasi
pada profit). Dari definisi tersebut dapat kita lihat bahwa LSM adalah suatu organisasi sosial.
Istilah LSM sendiri tidak dikenal dalam kerangka hukum positif saat ini.
Namun Rizky Argama dalam artikel Prosedur Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat
menyebutkan dari segi kerangka hukum, pengaturan mengenai organisasi sosial di Indonesia
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Organisasi tanpa anggota, sehingga dekat definisinya dengan Yayasan.
b. Organisasi berdasarkan keanggotaan, sehingga dekat definisinya dengan Perkumpulan.

4. Apakah nama organisasi yang menaungi seluruh Yayasan di Indonesia?

5. jelaskan pola pertanggungjawaban vertikal dan horizontal Yayasan?


Dalam yayasan, pengelola ( pengurus dan pengawas) bertanggungjawab kepada Pembina
yang disampaikan dalam Rapat Pembina yang diadakan (minimal) setahun sekali.
Pola pertanggungjawaban yayasan bersifat vertikal dan horisontal . Pertanggungjawaban
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
sebagai pertanggungjawaban yayasan kepada Pembina.
Pertanggungjawaban horisontal adalah pertanggungjawaban yayasan kepada masyarakt luas
secara umum, dan kepada stakeholder yang dilayaninya. kedua pertanggungjawaban tersebut
merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.
Pertanggungjawaban manajerial merupakan bagian terpenting dari kredibilitas manajemen di
yayasan. Tidak terpenuhinya prinsip pertanggungjawaban tersebut dapat menimbulkan implikasi
yang serius.

6. Renstra mengacu pada apa? Berapa jangka waktu renstra Yayasan?


Jangka waktu rensta untuk yayasan sama dengan LSM yaitu 3 tahun

Anda mungkin juga menyukai