Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT LEUKEMIA

Diajukan untuk memenuhi tugas prastase Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Pembimbing :

Popy Siti Aisyah, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh :

SYAHIDA NUR AL IDRUS

402019030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019-2020
A. Definisi

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-

sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum

tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel

darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan

infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen kedalam tubuh) dan

platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah)

(Yayan, 2010)

Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang

ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah

abnormal atau sel leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol

dari klon sel darah immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel

leukemik tersebut juga ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi

jaringan retikuloendotelial seperti limpa, hati dan kelenjar limfe (Rofinda, 2012).

B. Etiologi

Penyebab dasar leukemia tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa

faktor predisposisi genetik maupun faktor lingkungan berperan terhadap

kejadian leukemia, seperti insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung

anak-anak yang terserang. Pada kembar monozigot (identik) insiden meningkat

sampai 20%. Individu dengan kelainan kromosom, seperti sindrom Down

mempunyai insiden leukemia akut dua puluh kali lipat. Faktor lingkungan

berupa pajanan dengan radiasi pergion dosis tinggi disertai manifestasi leukemia

yang timbul bertahun-tahun kemudian serta zat-zat kimia (misalnya benzen,


arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen antineoplastik) berperan

terhadap kejadian leukemia (Sylvia & Lorraine, 2006).

Para ahli menemukan bahwa terdapat hubungan antara leukemia dengan

beberapa faktor risiko seperti faktor-faktor genetik, lingkungan (termasuk

ionization radiation), dan orang tua yang peminum alkohol atau perokok.

Pendapat lain mengemukakan bahwa lingkungan yang terpapar medan magnet

perlu diperhitungkan, tetapi belum terbukti sebagai faktor penyebab (Yenni,

2014).

C. Klasifikasi

Berdasarkan maturitas sel, leukemia dibedakan atas akut dan kronik. Jika sel

ganas tersebut sebagian besar immatur (blast) maka leukemia diklasifikasikan

akut, sedangkan jika yang dominan adalah sel matur maka diklasifikasikan

sebagai leukemia kronik. Berdasarkan turunan sel, leukemia diklasifikasikan

atas leukemia mieloid dan leukemia limfoid. Kelompok leukemia mieloid

meliputi granulositik, monositik, megakriositik dan eritrositik (Rofinda, 2012).

1. Leukimia Mielositik Akut (LMA) LMA disebut juga leukimia mielogenous

akut atau leukimia granulositik akut (LGA) yang di karakteristikkan oleh

produksi berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua usia,

tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang

dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya anemia,

pendarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai keterlibatan organ lain.

2. Leukimia Limfositik Akut (LLA) LLA sering menyerang pada masa anak-

anak dengan presentase 75%-80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh


sel limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan

infeksi (neutropenia). Limfoblast biasanya ditemukan dalam darah tepi dan

selalu ada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya limfadenopati,

splenomegali dan hepatomegali, tetapi 70% anak dengan leukimia limfatik

akut kini bisa disembuhkan.

3. Leukimia Limfositik Kronik (LLK) LLK terjadi pada manula dengan

limfadenopati generalisata dan peningkatan jumlah leukosit disertai

limfositosis. Perjalanan penyakit biasanya jinak dan indikasi pengobatan

adalah hanya jika timbul gejala.

4. Leukimia Mielositik Kronis (LMK) LMK sering disebut leukimia

granulositik kronik (LGK), gambaran yang menonjol adalah :

a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah kromosom

abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum tulang.

b. Krisis blast fase dikarakteristikkan oleh proliferasi tiba-tiba dari jumlah

besar mieloblast.

D. Tanda dan Gejala

Adapun gejala yang tampak pada penderita leukemia diantaranya (Corwin,

2009) :

1. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia.

2. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih.

3. Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi.


4. Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang menyebabkan

peningkatan tekanan dan kematian sel. Nyeri tulang yang berhubungan

dengan leukemia biasanya bersifat progresif.

5. Penurunan berat badan karena berkurangnya nafsu makan dan peningkatan

konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik.

6. Limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik

ke organ-organ limfoid dapat terjadi.

7. Gejala sistem saraf pusat dapat terjadi seperti sakit kepala hebat, muntah,
iritabilitas, letargi.
E. Patomekanisme
Proliferasi sel kanker

Sel kanker bersaing dengan sel normal


dalam mendapatkan nutrisi

infiltrasi

Sel normal digantikan dengan


sel kanker

Disfungsi sumsum tulang Sel kekurangan Infiltrasi SSP


makanan

Infiltrasi
Perubahana ekstramedular
Eritrosit leukosit Faktor
metabolisme tubuh
menurun pembekuan
darah Pembesaran
Resiko Anoreksia limfe, nodus
anemia infeksi , mual, limfe, hati,
pendarahan muntah tulang

Intoleransi
aktifitas Resiko Ketidakseimbangan Tulang
cedera nutrisi : kurang dari mengecil/le
kebutuhan tubuh mah

nyeri

F. Komplikasi

1. Gagal sumsum tulang

2. Infeksi

3. Perdarahan
4. Splenomegali

5. Hepatomegali (Asra, 2010)

G. Prosedur Diagnostic

1. Hitung Darah Lengkap (HDL), urinalisis, dan kimia darah diprogramkan

untuk mengkaji status kesehatan secara umum. Urinalisis 24 jam digunakan

untuk mendeteksi asam homovanilik, asam vanilimandelik, dan katekolamin

pada neuroblastoma.

2. Apusan darah perifer diambil untuk menentukan jenis sel dan maturitasnya.

3. Sinar–X dada diambil pada semua anak sebagai dasar atau untuk diagnosis.

4. Ultrasonografi sering digunakan sebagai alat untuk skrining.

5. Scan tulang merupakan metode yang sangat peka untuk mendeteksi lesi

tulang, tetapi tidak dapat membedakan antara keganasan dan inflamasi.

6. Aspirasi atau biopsi sumsum tulang dilakukan untuk penegakan diagnosis

definitif leukemia.

7. Pungsi lumbal dilakukan untuk analisis cairan serebrospinal (CSS)

kemungkinan adanya sel-sel leukemia, sel tumor otak, dan kanker lainnya

yang dapat bermetastasis ke medula spinalis dan otak.

8. Teknik pencitraan (CT scan, ultrasonografi, MRI) digunakan untuk

mendeteksi massa tumor padat.

9. Biopsi sangat kritis dalam menentukan klasifikasi dan tahap kanker

(Adilistya, 2017).
H. Penatalaksanaan Medis

1. Kemoterapi

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase

yang digunakan untuk semua orang.

a. Tahap 1 (Terapi Induksi)

Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian

besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi

kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang

karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam roses membunuh

sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombnasi yaitu

daunorubisin, vincristine, dan asparaginase

b. Tahap 2 (Terapi Konsolidasi/intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang

bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps

dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan

setelah 6 bulan kemudian.

c. Tahap 3 (Profilaksis SSP)

Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan

yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang rendah.

Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang

dikombinasikan dengan erapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki

otak dan SSP.


d. Tahap 4 (Pemeliharaan Jangka Panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini

biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.

2. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untukmembunuh sel-sel

leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukkan terhadap limpa atau bagian

lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energy ini bisa menjadi

gelombang atau partikel seperti proton, electron, x-ray dan sinar gamma.

Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan

karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

3. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang

yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak

dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,

transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang

rusak karena kanker.

4. Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan

penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misanya transfusi darah

untuk penderita leukemia dengankeluhan anemia, transfuse trombosit untuk

mengatasi perdarahan dan antibiotic untuk mengatasi infeksi (Sylvia &

Lorraine, 2006).
I. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas Klien

1) Nama
2) Usia
3) Jenis Kelamin
4) Status Perkawinan
5) Alamat
6) Pendidikan
7) Nomor Medrec
8) Tanggal Masuk RS
9) Tanggal Pengkajian
10) Diagnosa Medis
11) Asal suku bangsa
b. Penanggung Jawab Klien :
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Hubungan Dengan Klien
2. Pengkajian
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat,
sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
c. Riwayat penyakit Dahulu
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda
leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda
trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji
adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria,
hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar
monozigot.
e. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
f. Riwayat psikososial
1) Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit
yang diderita. Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
2) Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan
tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang
membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.

g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :
Kesadaran compos mentis s.d koma
Tekanan darah : hipotensi
Nadi : takikardi dan filiformis
Suhu : hipotermia s.d hiperpireksia
2) Sistem pernapasan
Takipnea sesak napas
3) Sistem kardiovaskular
Takikardi
4) Sistem pencernaan
Diare
5) Sistem endokrin
6) Sisitem perkemihan
7) Sistem reproduksi
8) Sistem muskuloletal
Nyeri tulang / terderness dan sendi
9) Sistem integument
Kulit dan membrane mukosa pucat
Ptekie
Purpura
10) Sistem saraf
Nyeri

h. Data Penunjang
No Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1  Hematologi
a. Hemoglobin 7,3 P = 13,5-18 g/dl
W = 12-16
b. Leukosit >15.000 4.400-11.000 /mmk
c. Hematokrit 31,7 40-50 %
d. Trombosit 100.000 150.000-400.000 mm3

i. Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
- Transfusi bila perlu
- Klorambusil

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis

Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang

aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung

jawab (NANDA, 2015-207)


a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
e. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.

4. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
(NOC)
1. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pantau suhu 1. untuk mendeteksi
berhubungan tindakan dengan teliti kemungkinan
dengan keperawatan (TTV) infeksi
menurunnya selama ……X24 2. Tempatkan 2. untuk
sistem jam klien dalam meminimalkan
pertahanan Pasien bebas dari ruangan khusus terpaparnya klien
tubuh infeksi dengan dari sumber infeksi
kriteria hasil : 3. untuk
a. Normotermia 3. Anjurkan semua meminimalkan
b. Hasil kultur pengunjung dan pajanan pada
negative staf rumah sakit organisme infektif
c. Peningkatan untuk
penyembuhan menggunakan
teknik mencuci
tangan dengan 4. untuk mencegah
baik kontaminasi
4. Gunakan teknik silang/menurunkan
aseptik yang resiko infeksi
cermat untuk
semua prosedur 5. untuk intervensi dini
invasive penanganan infeksi
5. Evaluasi
keadaan klien
terhadap
tempat-tempat
munculnya
infeksi seperti
tempat
penusukan 6. menambah energi
jarum, ulserasi untuk penyembuhan
mukosa, dan dan regenerasi
masalah gigi seluler
6. Berikan periode
istirahat tanpa
gangguan
2. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Evaluasi 1. menentukan
aktivitas tindakan laporan derajat dan efek
berhubungan keperawatan kelemahan, ketidakmampuan
dengan selama ……X24 perhatikan
kelemahan jam terjadi ketidakmampua
akibat anemia peningkatan n untuk
toleransi aktifitas berpartisipasi
dengan kriteria dala aktifitas
hasil : sehari-hari
a. klien tidak 2. Berikan 2. menghemat energi
pusing lingkungan untuk aktifitas dan
b. Klien tidak tenang dan regenerasi seluler
lemah perlu istirahat atau
c. HB 12 gr/% tanpa gangguan penyambungan
d. Leukosit jaringan
normal 3. Kaji 3. mengidentifikasi
e. Tidak anemis kemampuan kebutuhan
untuk individual dan
berpartisipasi membantu
pada aktifitas pemilihan
yang diinginkan intervensi
atau dibutuhkan
4. Berikan 4. memaksimalkan
bantuan dalam sediaan energi
aktifitas sehari- untuk tugas
hari dan perawatan diri
ambulasi
5. Kolaborasikan 5. transfusi darah
pemasangan dapat
tranfusi darah meningkatkan
kadar hemoglobin
di dalam darah
klien.
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Gunakan semua 1. karena perdarahan
terhadap cedera tindakan tindakan untuk memperberat
: perdarahan keperawatan mencegah kondisi dengan
yang selama ……X24 perdarahan adanya anemia
berhubungan jam klien tidak khususnya pada
dengan menunjukkan daerah ekimosis
penurunan bukti-bukti 2. Cegah ulserasi 2. karena kulit yang
jumlah perdarahan dengan oral dan rectal luka cenderung
trombosit kriteria hasil : untuk berdarah
a. HB 12gr/% 3. Gunakan jarum 3. untuk mencegah
b. Tidak anemis yang kecil pada perdarahan
saat melakukan
injeksi
4. Menggunakan 4. untuk mencegah
sikat gigi yang perdarahan
lunak dan
lembut
5. Laporkan setiap 5. untuk memberikan
tanda-tanda intervensi dini
perdarahan dalam mengatasi
(tekanan darah perdarahan
menurun,
denyut nadi
cepat, dan
pucat)
6. Hindari obat- 6. karena aspirin
obat yang mempengaruhi
mengandung fungsi trombosit
aspirin
7. Ajarkan orang 7. untuk mencegah
tua dan klien perdarahan
yang lebih besar
ntuk
mengontrol
perdarahan
hidung
4. Perubahan Setelah dilakukan 1. Dorong 1. jelaskan bahwa
nutrisi kurang tindakan klien untuk hilangnya nafsu
dari keperawatan tetap rileks saat makan adalah
kebutuhan selama ……X24 makan akibat langsung
tubuh yang jam pasien dari mual dan
berhubungan mendapat nutrisi muntah serta
dengan yang adekuat kemoterapi
anoreksia, dengan kriteria 2. Izinkan 2. untuk
malaise, mual hasil : klien memakan mempertahankan
dan muntah, a. klien tidak semua makanan nutrisi yang
efek samping pucat yang dapat optimal
kemoterapi b. Klien tidak ditoleransi,
dan atau anemis rencanakan
stomatitis c. Mukosa bibir unmtuk
lembab memperbaiki
d. Nafsu makan kualitas gizi
meningkat pada saat selera
e. BB meningkat makan klien
meningkat
3. Berikan 3. untuk
makanan yang memaksimalkan
disertai kualitas intake
suplemen nutrisi nutrisi
gizi, seperti susu
bubuk atau
suplemen yang
dijual bebas
4. Izinkan klien 4. untuk mendorong
untuk terlibat agar klien mau
dalam persiapan makan
dan pemilihan
makanan
5. Dorong 5. karena jumlah
masukan nutrisi yang kecil
dengan jumlah biasanya
sedikit tapi ditoleransi dengan
sering baik
6. Dorong klien 6. kebutuhan
untuk makan jaringan
diet tinggi kalori metabolik
kaya nutrient ditingkatkan
begitu juga cairan
untuk
menghilangkan
produk sisa
suplemen dapat
memainkan
peranan penting
dalam
mempertahankan
masukan kalori
dan protein yang
adekuat
7. Timbang BB, 7. membantu dalam
ukur TB dan mengidentifikasi
ketebalan malnutrisi protein
lipatan kulit kalori, khususnya
trisep bila BB kurang
Rasiona dari normal

5. Nyeri yang Setelah dilakukan 1. Mengkaji 1. informasi


berhubungan tindakan tingkat nyeri memberikan data
dengan efek keperawatan dengan skala 0 dasar untuk
fisiologis dari selama ……X24 sampai 5 mengevaluasi
leukemia jam klien tidak kebutuhan atau
mengalami nyeri keefektifan
atau nyeri menurun intervensi
sampai tingkat 2. Jika mungkin, 2. untuk
yang dapat diterima gunakan meminimalkan
klien dengan prosedur- rasa tidak aman
kriteria hasil : prosedur (misal
Skala nyeri pemantauan
menurun suhu non
invasif, alat
akses vena)
3. Evaluasi 3. untuk menentukan
efektifitas kebutuhan
penghilang perubahan dosis.
nyeri dengan Waktu pemberian
derajat atau obat
kesadaran dan 4. sebagai analgetik
sedasi tambahan
4. Lakukan teknik
pengurangan
nyeri non
farmakologis 5. untuk mencegah
yang tepat kambuhnya nyeri
5. Berikan obat-
obat anti nyeri
secara teratur
6. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Berikan 1. karena area ini
integritas kulit tindakan perawatan cenderung
berhubungan keperawatan kulit yang mengalami
dengan selama ……X24 cemat, ulserasi
pemberian jam klien mampu terutama di
agens mempertahankan dalam mulut
kemoterapi, integritas kulit dan daerah
radioterapi, Dengan kriteria perianal
imobilitas. hasil : 2. Ubah posisi 2. untuk merangsang
a. klien bersih dengan sering sirkulasi dan
b. Klien merasa mencegah
nyaman tekanan pada kulit
3. Mandikan 3. mempertahankan
dengan air kebersihan tanpa
hangat dan mengiritasi kulit
sabun ringan
4. Kaji kulit 4. efek kemerahan
yang kering atau kulit kering
terhadap efek dan pruritus,
samping terapi ulserasi dapat
kanker terjadi dalam area
radiasi pada
beberapa agen
kemoterapi
5. Anjurkan 5. membantu
pasien untuk mencegah friksi
tidak atau trauma kulit
menggaruk
dan menepuk
kulit yang
kering
6. Dorong 6. untuk mencegah
masukan keseimbangan
kalori protein nitrogen yang
yang adekuat negative
7. Anjurkan 7. untuk
memilih meminimalkan
pakaian yang iritasi tambahan
longgar dan
lembut diatas
area yang
teradiasi
DAFTAR PUSTAKA

Adilistya, T. (2017). Patofisiologi dan Diagnosis Infiltrasi Leukemia Limfoblastik


Akut ke Sistem Saraf Pusat. Jurnal Kedokteran Yarsi Volume 25 Nomor 2,
115-126.

Asra, D. (2010). Karakteristik Penderita Leukemia . Medan: USU.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

NANDA. (2015-207). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Rofinda, Z. D. (2012). KelainanKelainan Hemostasis pada Leukemia . Jurnal


Kesehatan Andalas Volume 1 Nomor 2, 68-74.

Sylvia, P., & Lorraine, W. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Yayan, I. (2010). Leukemia. Riau: FK Universitas Riau.

Yenni. (2014). REHABILITASI MEDIK PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA


LIMFOBLASTIK AKUT. Jurnal Biomedik (JBM) Volume 6 Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai