Anda di halaman 1dari 88

Buku Ajar

ELEKTRONIKA DAYA
DAFTAR ISI

PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA ................................................................................ 1

A. Pendahuluan ............................................................................................................ 1

B. Karakteristik Semikonduktor Daya ............................................................................. 3

C. Prinsip Dasar Rangkaian Elektronika Daya ................................................................. 10

D. Pertanyaan ............................................................................................................. 12

BAB II PENYEARAH DAYA ...................................................................................... 13

A. Pendahuluan .......................................................................................................... 13

B. Penyearah Satu Fasa .............................................................................................. 14

C. Penyearah Tiga Fasa .............................................................................................. 20

D. Pertanyaan ........................................................................................................... 24

BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI .................................................... 27

A. Pendahuluan ......................................................................................................... 27

B. Rangkaian Pemicu ................................................................................................. 28

C. Rangkaian Komutasi .............................................................................................. 32

D. Pertanyaan ........................................................................................................... 34

BAB IV PENYEARAH TERKENDALI (KONVERTER) ................................................ 36

A. Pendahuluan .......................................................................................................... 36

B. Konverter Satu Fasa ............................................................................................... 37

C. Konverter Tiga Fasa ............................................................................................... 43

D. Pertanyaan ........................................................................................................... 49
BAB V PENGATUR TEGANGAN BOLAK-BALIK (AC REGULATOR)......................... 51

A. Pendahuluan ......................................................................................................... 51

B. AC Regulator Satu Fasa .......................................................................................... 52

C. AC Regulator Tiga Fasa .......................................................................................... 54

D. Cycloconverter Satu Fasa ...................................................................................... 59

E. Cycloconverter Tiga Fasa menjadi Satu Fasa ........................................................... 60

F. Pertanyaan ........................................................................................................... 62

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) .......................................................................... 65

A. Pendahuluan ......................................................................................................... 65

B. Chopper Penurun Tegangan ................................................................................... 65

C. Chopper Penaik Tegangan ..................................................................................... 67

D. Chopper Penaik-penurun Tegangan ....................................................................... 68

E. Pertanyaan ........................................................................................................... 69

BAB VII INVERTER ............................................................................................... 70

A. Pendahuluan ........................................................................................................ 70

B. Inverter Satu Fasa ................................................................................................ 71

C. Inverter Tiga Fasa ................................................................................................ 74

D. Pertanyaan .......................................................................................................... 75
PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA

A. Pengantar
Elektronika Daya merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari dan
membahas aplikasi elektronika yang berkaitan dengan peralatan listrik yang berdaya
cukup besar. Sehingga, elektronika daya berkaitan dengan pengolahan atau pemrosesan
energi listrik, yakni mengubah daya listrik dari satu bentuk kebentuk lainnya dengan
mengendalikan atau memodifikasi bentuk tegangan atau arusnya menggunakan peranti
elektronik.

Berbagai macam peralatan dan aplikasi nyata di industri yang menggunakan


sumber listrik memiliki kapasitas daya yang sangat besar seperti motor listrik, pemanas,
pendingin, fun, kompresor, pompa, conveyor dan aplikasi-aplikasi lainnya. Elektronika
daya mulai populer setelah berbagai pengaturan secara konvensional kurang dapat
memenuhi kebutuhan industri. Pengaturan berbagai aplikasi di industri secara
konvensional tidak efektif dan menimbulkan rugi-rugi yang cukup besar sehingga
diperlukan mekanisme pengaturan yang lebih baik. Salah satu pilihan adalah dengan
menggunakan perangkat elektronika.

Untuk dapat melakukan pengaturan berbagai macam peralatan di industri


diperlukan peralatan kontrol yang mampu beroperasi pada tegangan dan arus yang cukup
besar. Elektronika Daya memberikan solusi terhadap permasalahan di dunia industri
untuk dapat melakukan pengaturan peralatan-peralatan dengan menggunakan rangkaian
yang dapat bekerja dengan arus dan tegangan yang besar. Beberapa aplikasi di industry
bekerja pada arus yang mencapai ratusan bahkan ribuan amper dan tegangan yang tinggi
220 V, 380 V, 600 V, 3,8 KV bahkan ada yang lebih tinggi lagi. Pengaturan peralatan
yang berdaya besar ini tidak mungkin dilakukan dengan rangkaian elektronika yang
berdaya kecil seperti peralatan rumah tangga yang arusnya kurang dari 5 Ampere dan
tegangannya kurang dari 60 V.

B. Ruang Lingkup
Bidang ilmu Elektronika Daya mencakup berbagai bidang ilmu yang mendasari
perkembangan ilmu ini. Beberapa bidang ilmu yang terkait dengan Elektronika daya
diantaranya adalah: 1) Elektronika, 2) Teori rangkaian, Sistem control, Elektromagnetika,
Mesin-mesin listrik, Sistem Tenaga Listrik, Komponen semikonduktor dan computer.
Secara lengkap, ruang lingkup materi bahasan Elektronika Daya seperti pada gambar di
bawah ini.

Gambar 1. Ruang lingkup elektronika daya

1. Sistem Elektronika
Sistem elektronika merupakan dasar utama pada aplikasi elektronika daya. Sistem
elektronika akan membahas tentang peralatan elektronika yang terdiri dari semikonduktor
dan komponen lainnya dalam suatu rangkaian elektronika. Untuk mempelejari
elektronika daya diperlukan pemahaman terhadap materi rangkaian elektronika baik
analog maupun digital.

Gambar 2. Sistem Elektronika

2. Sistem Tenaga Listrik


Objek utama dalam apliksasi elektronika daya adalah peralatan dan sistem yang
memiliki daya (tegangan dan arus) listrik yang cukup besar. Oleh karena itu untuk lebih
memahami elektronika daya diperlukan pemahaman yang baik terhadap sistem tenaga
listrik. Besaran-besaran listrik baik AC maupun DC perlu difahami dengan baik. Besaran
listrik seperti tegangan (V), arus listrik (I), daya listrik (P), faktor daya listrik (Cos pi),
Efisiensi, harmonik dan besaran-besaran listrik lainnya.

Gambar 3. Sistem konveyor yang digerakkan oleh listrik

3. Sistem Kontrol
Aplikasi elektronika daya pada umumnya untuk melakukan pengontrolan aplikasi
di industri. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang baik terhadap teknik dan sistem
kontrol berbagai peralatan yang digunakan di industri. Contoh pengaturan yang paling
sering ditemui adalah pengaturan kecepatan putar motor listrik, pengaturan torsi motor
listrik, pengaturan kecepatan aliran (flow) minyak, gas, pengaturan temperature,
pengaturan tekanan, pengaturan kecepatan conveyor, pengaturan gerakan peralatan di
industri dan pengaturan-pengaturan parameter lainnya.

Gambar 4. Contoh kontrol proses di industri


4. Sistem Komputer
Aplikasi industri sekarang ini kebanyakan sudah terintegrasi dengan sistem
komputer. Untuk melakukan pengaturan berbagai peralatan di industri dilakukan secara
remote dan hasilnya dapat dimonitor dengan tampilan yang terintegrasi dengan database
yang dioleh dalam komputer.

Gambar 5. Sistem kontrol berbasis komputer

C. Definisi Elektronika Daya


Elektronika Daya (Power Electronics) didefinisikan sebagai sebuah aplikasi
elektronika yang menitikberatkan pada pengaturan peralatan listrik yang berdaya besar
dengan cara melakukan pengubahan parameter-parameter listrik (arus, tegangan, daya
listrik). Aplikasi elektronika disini dimaksudkan rangkaian yang menggunakan peralatan
elektronika terutama semikonduktor yang difungsikan sebagai saklar (switching) untuk
melakukan pengaturan dengan cara melakukan pengubahan tipe sumber dari listrik AC
menjadi AC (AC Regulator), perubahan listrik AC menjadi DC (Konverter), pengubahan
listrik DC menjadi DC (DC Converter) dan pengubahan listrik DC menjadi AC (Inverter).
Peralatan semikonduktor yang digunakan adalah solid-state electronics untuk melakukan
pengaturan yang lebih efesien pada sistem yang mempunyai daya dan energy yang besar.

Aplikasi elektronika daya memiliki karakteristik sebagai berikut:


1. Elektronika daya merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu yaitu Teknik Tenaga
Listrik, Elektronika dan teknologi sistem kontrol.

2. Elektronika daya menggunakan komponen elektronika daya (solid-state) untuk


mengontrol dan mengkonversi tenaga listrik
3. Rangkaian elektronika daya terdiri dari input dan beban (load).
4. Rangkaian elektronika daya dapat terdiri dari satu atau lebih converter untuk melakukan
perubahan parameter listrik.
Secara umum, aplikasi elektronika daya dapat dijelaskan dengan diagram skematik
sebagai berikut:

Gambar 6. Sistem Elektronika Daya

D. Fungsi Peralatan Semikonduktor


Peralatan semikonduktor pada sistem elektronika daya mempunyai fungsi utama
sebagai berikut:

1. Switching
Fungsi utama semikonduktor pada aplikasi elektronika daya adalah sebagai saklar
atau switching. Proses switching merupakan dasar dari materi pada elektronika daya
sehingga perlu difahami dengan baik. Switching dilakukan secara elektronik dengan
kecepatan tinggi yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 7. Switching dengan lebar pulsa 50 dan 12,5 %


2. Converting
Fungsi yang kedua dari peralatan semikonduktor elektronika daya adalah untuk
melakukan pengubahan atau converting dari tipe sumber. Konversi dapat dilakukan
dari AC ke DC, AC ke AC, DC ke DC maupun dari DC ke AC. Proses pengubahan
besaran meliputi pengubahab bentuk gelombang arus, tegangan maupun besaran
lainnya.

Konversi AC ke DC

Konversi AC Konversi DC

~ Konversi DC ke AC

Gambar 8. Konversi parameter listrik dalam elektronika daya

Mengapa energi (daya) elektrik perlu dikonversikan?


 Hampir semua peralatan listrik bekerja kurang efisien atau tidak bisa bekerja pada
sumber energi (daya) elektrik yang tersedia.
 Banyak pembangkit energi (daya) elektrik nonkonvensional mempunyai bentuk
yang tidak kompatibel dengan sumber energi (daya) elektrik lainnya.

3. Controlling
Fungsi yang ketiga dari peralatan semikonduktor elektronika daya adalah untuk
melakukan pengaturan aplikasi elektronika industri sesuai dengan yang diinginkan.
Contoh pengaturan adalah pengaturan tegangan, pengaturan arus, pengaturan daya
listrik dan pengaturan besaran-besaran lainnya. Dengan melakukan pengaturan
besaran listrik akan berpengaruh pada sistem kerja pada sistem yang bekerja di
industri seperti kecepatan putaran, tekanan, suhu, kecepatan gerak, dan sistem kerja
lainnya.
Gambar 9. Pengaturan tegangan dengan pembagi tegangan resistor

Contoh ilustrasi penggunaan aplikasi elektronika daya secara sederhana adalah


pada pengaturan tegangan. Gambar di bawah ini merupakan rangkaian pembagi tegangan
yang digunakan untuk mengatur tegangan V2 sesuai dengan yang dibutuhkan. Melalui
pengaturan resistor variable (Potensiometer) kita bisa mendapatkan tegangan V2 sesuai
kebutuhan. Cara pengaturan konvensional seperti ini memang sangat mudah tetapi coba
lihat rugi-rugi yang dihasilkan. Dengan menggunakan resistor maka akan muncul panas
yang besarnya berbanding dengan kuadrat arus (I) dan nilai resistornya.

Rugi-rugi panas = I2 . R Watt

Gambar 10. Pengaturan tegangan dengan switching

Metode pengaturan lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan


switching (saklar) pada sisi sumber sehingga bisa diatur nilai tegangan keluaran dengan
mengatur duty cicle (siklus kerja) dari peralatan switching. Dengan metode seperti ini,
maka tegangan keluaran dapat diatur tanpa menimbulkan panas karena pada saat tidak
digunakan sumber dimatikan dan sumber akan dihidupkan jika dibutuhkan.
E. Aplikasi dan Contoh Penggunaan Elektronika Daya
Aplikasi rangkaian elektronika banyak digunakan untuk kepentingan peralatan
rumah tangga dan industri. Perangkat elektronika daya banyak digunakan pada peralatan
konversi daya listrik yang besar seperti : saluran transmisi daya listrik, jaringan distribusi
daya listrik, pengaturan motor listrik secara elektronis di industri, pengatur pemanas air,
pengubah daya listrik AC menjadi DC, DC menjadi DC, DC menjadi AC untuk
kepentingan pengaturan peralatan di industri, charger baterai pada peralatan industri, dan
lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari aplikasi elektronika daya dapat dilihat pada:


 UPS (Uninterabable Power Supply),
 peralatan pengubah daya dari listrik DC menjadi listrik AC (inverter),
 catu daya untuk laptop, notebook dan komputer,
 pengatur tingkat keterangan lampu, peredup lampu (dimmer),
 pengatur pemanas, pengatur cahaya, ballast elektronik pada lampu neon,
 relai-relai elektronik, pemutus tenaga,
 sistem elektronis dalam mobil dan wahana ruang angkasa.

Selain itu aplikasi elektronika daya juga banyak digunakan diindustri untuk pengaturan
berbagai peralatan industri seperti:
 pengaturan kecepatan putar motor listrik,
 pengatur kecepatan putar penggerak konveyor,
 pengatur kecepatan gerak lift,
 pengatur kecepatan gerak eskalator dengan beban yang berubah-ubah,
 pengaturan kecepatan aliran fluida gas dan minyak,
 pengaturan tekanan pada mesin pompa, blower, pengaturan kipas
 dan lain sebagainya.

F. Komponen Elektronika Daya


Komponen elektronika daya yang sering digunakan antara lain Dioda, Transistor,
Thyristor, and IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor)
a. Dioda

b. Transistor

c. Thyristor

d. IGBT ( Insulated Gate Bipolar Transistor)


Semikonduktor Daya 2010

BAB I
SEMIKONDUKTOR DAYA

KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:
 Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai
pensakelaran, pengubah, dan pengatur.
 Menguasai dasar prinsip kerja rangkaian elektronika daya, antara lain:
penyearah, konverter, AC regulator, chopper, dan inverter.

STANDAR KOMPETENSI
Mampu menerapkan prinsip dasar pensakelar elektronis dari komponen
semikonduktor daya dalam rangkaian elektronika daya.

A. Pendahuluan
Rangkaian elektronika daya merupakan suatu rangkaian listrik
yang dapat mengubah sumber daya listrik dari bentuk gelombang
tertentu (seperti bentuk gelombang sinusoida) menjadi sumber daya
listrik dengan bentuk gelombang lain (seperti gelombang nonsinusoida)
dengan menggunakan piranti semikonduktor daya. Semikonduktor daya
memiliki peran penting dalam rangkaian elektronika daya.
Semikonduktor daya dalam rangkaian elektronika daya umumnya
dioperasikan sebagai pensakelar (switching), pengubah (converting),
dan pengatur (controlling) sesuai dengan unjuk kerja rangkaian
elektronika daya yang diinginkan.
Penggunaan semikonduktor yang dioperasikan sebagai sakelar
dalam suatu rangkaian elektronika memiliki keuntungan dapat

Elektronika Daya 1
Semikonduktor Daya 2010

menaikkan efisiensi dan performasi rangkaian karena rugi daya yang


terjadi relatif kecil. Seperti karakteristik sekelar pada umumnya,
karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai sakelar
memiliki dua keadaan, yaitu: kondisi ’ON’ dan kondisi ’OFF’. Hal ini
berarti, rangkaian dalam keadaan ’tertutup’ atau ’terbuka’. Dalam
kondisi ideal, semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai sekelar
hanya menyerap daya yang relatif kecil baik saat kondisi ’ON’ maupun
’OFF’ atau bahkan dalam kondisi tertentu daya yang diserap dapat
diabaikan (nol). Keuntungan lain dari proses pensakelaran ini dapat
dilakukan sekaligus proses pengubahan atau proses pengaturan.
Karena keistimewaan inilah semikonduktor daya banyak digunakan
dalam pengaturan daya listrik.
Aplikasi rangkaian elektronika biasanya digunakan pada peralatan
konversi daya listrik yang besar; seperti : transmisi daya listrik,
pengaturan motor listrik secara elektronis di industri; hingga peralatan
listrik keperluan sehari-hari dengan daya yang rendah. Pengaturan
lampu (dimmer) dan Uninterutable Power Supply (UPS) merupakan
contoh aplikasi rangkaian elektronika daya yang sering dijumpai dalam
pemakaian sehari-hari. Di samping itu, rangkaian elektronika daya
dapat mengubah beberapa bentuk rangkaian listrik pengubah, antara
lain: rangkaian listrik yang mengubah sumber listrik arus bolak-balik
(alternating current – AC) menjadi sumber listrik arus searah (direct
current – DC), mengubah sumber listrik arus searah (direct current –
DC) menjadi sumber listrik arus bolak-balik (alternating current – AC),
mengubah tegangan DC tetap menjadi tegangan DC yang dapat diatur,
dan mengubah sumber AC dengan frekuensi tertentu menjadi sumber
AC dengan frekuensi baru. Uraian tentang rangkaian listrik pengubah ini
akan dijelaskan secara lengkap dalam bab selanjutnya.

Elektronika Daya 2
Semikonduktor Daya 2010

B. KARAKTERISTIK SEMIKONDUKTOR DAYA

1. Dioda
Dioda merupakan semikonduktor (komponen) elektronika daya
yang memilki dua terminal, yaitu: anoda dan katoda. Dalam rangkaian
elektronika daya, dioda difungsikan sebagai sakelar. Gambar 1.1 (a),
(b), dan (c) masing-masing ditunjukkan simbol dioda, karakteristik
diode, karakteristik ideal dioda jika dioperasikan sebagai sakelar.
Sebagai sakelar, sebagaimana Gambar 1 (c), dioda akan konduksi (ON)
jika potensial pada anode lebih positif daripada potensial pada katoda,
dan dioda akan memblok (OFF) jika potensial pada anoda lebih negatif
daripada potensial pada katoda.

IA IA

IA ON
Vr
VAK VAK
VAK OFF
Daerah
pemblokan
balik

Gambar 1.1 Diode: (a) simbol diode, (b) karakteristik diode,


(c) karakteristik ideal diode sebagai sakaler

Jika diode dalam kondisi ideal, ketika dioda dalam kondisi ON


memiliki karakteristik tegangan pada dioda sama dengan nol dan arus
yang mengalir pada diode sama dengan arus bebannya. Sebaliknya,
dioda dalam kondisi OFF memiliki karakteristik tegangan pada dioda
sama dengan tegangan sumbernya dan arus yang mengalir sama
dengan nol. Dalam kondisi dioda ON dan OFF ini dapat dinyatakan tidak
terjadi kerugian daya pada dioda.

Elektronika Daya 3
Semikonduktor Daya 2010

2. Thyristor
Semikonduktor daya yang termasuk dalam keluarga thyristor ini,
antara lain : SCR (silicon-controlled retifier), GTO (gate turn-off
thyristor), dan TRIAC. SCR banyak digunakan dalam rangkaian
elektronika daya. SCR memiliki tiga terminal, yaitu anoda, katoda, dan
gate. SCR dapat digunakan dengan sumber masukan dalam bentuk
tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC). SCR dalam
rangkaian elektronika daya dioperasikan sebagai sakelar. Gambar 1.2
(a), (b), dan (c) masing-masing ditunjukkan simbol SCR, karakteristik
SCR, karakteristik ideal SCR jika dioperasikan sebagai sakelar.
Jika sumber tegangan masukan yang digunakan tegangan searah,
SCR akan konduksi (ON) jika potensial pada anoda lebih positif daripada
potensial pada katoda dan pada terminal gate dialirkan arus pulsa
positif. Kondisi ON SCR ini ditentukan oleh besar arus pulsa positif pada
gate. Tetapi, SCR akan terus ON meskipun arus pulsa pada gate
diputus. SCR akan putus (OFF) dengan cara membuat potensial pada
anoda sama dengan katoda. Proses pengaliran arus listrik pada terminal
gate ini disebut penyulutan/ pemicu (triggering), sedangkan proses
pemutusan (OFF) dari kondisi ON ini disebut komutasi (commutation).
Selanjutnya, jika sumber tegangan masukan yang digunakan
tegangan bolak-balik, SCR akan ON ketika tegangan bolak-balik pada
polaritas positif dan akan OFF pada polaritas negatif, tetapi pada
terminal gate harus selalu dialirkan arus pulsa positif. Berbeda dengan
karakteristik sebelumnya, SCR akan OFF ketika arus pulsa pada gate
diputus. Hal ini berarti, arus pulsa pada gate harus selalu dihubungkan
dengan terminal gate agar rangkaian dapat bekerja sebagaimana yang
diharapkan.

Elektronika Daya 4
Semikonduktor Daya 2010

Kondisi
ON

Kondisi OFF ke ON
ketika IG dipicu
Daerah
Daerah dadal Kondisi
pemblokan
balik OFF
balik

Tegangan dadal Tegangan dadal


balik maju

Kondisi
ON

ON
Kondisi OFF ke ON
ketika IG dipicu
OFF

Pemblokan Pemblokan
balik maju

Gambar 1.2 SCR: (a) simbol SCR, (b) karakteristik SCR,


(c) karakteristik ideal SCR sebagai sakelar

Jika SCR dalam kondisi ideal, ketika SCR dalam kondisi ON


memiliki karakteristik tegangan pada SCR sama dengan nol dan arus
yang mengalir sama dengan arus bebannya. Sebaliknya, SCR dalam
kondisi OFF memiliki karakteristik tegangan pada SCR sama dengan
tegangan sumbernya dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam
kondisi SCR ON dan OFF ini dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian
daya pada SCR.

3. Gate Turn-off (GTO)Thyristor


GTO merupakan komponen elektronika daya yang memiliki tiga
terminal, yaitu: anoda, katoda, dan gerbang (gate). Semikonduktor
daya ini termasuk dalam keluarga thyristor. Dalam rangkaian

Elektronika Daya 5
Semikonduktor Daya 2010

elektronika daya, GTO dioperasikan sebagai sakelar. Gambar 1.3 (a),


(b), dan (c) masing-masing ditunjukkan simbol GTO, karakteristik GTO,
karakteristik ideal GTO jika dioperasikan sebagai sakelar. Seperti SCR,
GTO akan konduksi (ON) jika potensial pada anoda lebih positif
daripada potensial pada katoda dan pada terminal gerbang dialirkan
pulsa arus positif dan akan terus ON. GTO akan OFF jika terminal
gerbang dan katoda diberi tegangan yang lebih negatif atau dialiri pulsa
arus negatif.

Menuju
Menuju OFF
ON
Kondisi OFF

Gambar 1.3 GTO: (a) simbol GTO, (b) karakteristik GTO,


(c) karakteristik ideal SCR sebagai sakelar

4. Transistor
Transistor merupakan komponen elektronika daya yang memiliki
tiga terminal, yaitu: basis, emitor, dan kolektor. Dalam rangkaian
elektronika daya, transistor umumnya dioperasikan sebagai sakelar
dengan konfigurasi emitor-bersama. Transistor bekerja atas dasar
prinsip kendali-arus (current driven). Gambar 1.4 (a), (b), dan (c)
masing-masing ditunjukkan simbol transistor, karakteristik transistor,
dan karakteristik ideal transistor sebagai sakelar. Transistor dengan
jenis NPN akan ON jika pada terminal kolektor-emitor diberi panjar

Elektronika Daya 6
Semikonduktor Daya 2010

(bias) dan pada basis memiliki potensial lebih positif daripada emitor
dan memiliki arus basis yang mampu mengendalikan transistor pada
daerah jenuh. Sebaliknya, transistor akan OFF jika arus basis dikurangi
hingga pada kolektor tidak dapat mengalirkan arus listrik.

Kendali arus

Gambar 1.4 Transistor: (a) simbol transistor, (b) karakteristik transistor,


(c) karakteristik ideal transistor sebagai sakelar

Jika transistor dalam kondisi ideal, ketika transistor dalam kondisi


ON memiliki karakteristik tegangan pada terminal emitor dan kolektor
(VCE) sama dengan nol dan arus yang mengalir sama dengan arus
bebannya. Sebaliknya, ketika transistor dalam kondisi OFF memiliki
karakteristik tegangan pada transistor sama dengan tegangan
sumbernya (VCC) dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam
kondisi transistor ON dan OFF ini dapat dinyatakan tidak terjadi
kerugian daya pada transistor sebagai sakelar.

5. MOSFET
MOSFET merupakan komponen semikonduktor daya yang memiliki
tiga terminal, yaitu: gerbang, sumber (source), dan pengalir (drain).
MOSFET bekerja atas dasar prinsip kendali-tegangan (voltage-driven).
Gambar 1.5 (a), (b), dan (c) masing-masing ditunjukkan simbol

Elektronika Daya 7
Semikonduktor Daya 2010

MOSFET, karakteristik MOSFET, dan karakteristik ideal MOSFET sebagai


sakelar. Rangkaian pengaturan ON dan OFF dengan piranti MOSFET
lebih mudah dibandingkan piranti transistor. Jika pada terminal
gerbang-sumber dicatu tegangan yang cukup besar maka piranti akan
ON, sehingga menghasilkan tegangan yang kecil antara terminal
pengalir-sumber. Dalam kondisi ON, perubahan tegangan pada terminal
pengalir-sumber berbanding lurus dengan arus pada terminal
pengalirnya. Jadi, terminal pengalir-sumber memiliki resistansi sangat
kecil pada saat kondisi ON.

Kendali
tegangan

Gambar 1.5 MOSFET: (a) simbol MOSFET, (b) karakteristik MOSFET,


(c) karakteristik ideal MOSFET sebagai sakelar

Jika MOSFET dalam kondisi ideal, ketika MOSFET dalam kondisi


ON memiliki karakteristik tegangan pada terminal pengalir dan sumber
(VDS) sama dengan nol dan arus yang mengalir sama dengan arus
bebannya. Sebaliknya, ketika MOSFET dalam kondisi OFF memiliki
karakteristik tegangan pada MOSFET sama dengan tegangan
sumbernya (VDD) dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam
kondisi MOSFET ON dan OFF ini dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian
daya pada MOSFET sebagai sakelar.

Elektronika Daya 8
Semikonduktor Daya 2010

6. Insulated Gate Bipolar Transistor (IGBT)


IGBT merupakan komponen elektronika daya yang memiliki
karakteristik gabungan antara MOSFET, transistor, dan GTO. Seperti
MOSFET, IGBT memiliki impedansi gerbang yang tinggi sehingga hanya
memerlukan arus yang kecil untuk mengaktifkannya. Serupa dengan
transistor, IGBT memiliki tegangan kondisi-ON yang kecil meskipun
komponen ini mempunyai rating tegangan yang besar dan mampu
memblok tegangan negatif seperti halnya GTO. Gambar 1.6 (a), (b),
dan (c) masing-masing ditunjukkan simbol IGBT, karakteristik IGBT,
dan karakteristik ideal IGBT sebagai sakelar. Seperti halnya
semikonduktor daya di muka, IGBT dalam kondisi ON dan OFF tidak
terjadi kerugian daya pada IGBT sebagai sakelar.

Gambar 1.6 IGBT: (a) simbol IGBT, (b) karakteristik IGBT,


(c) karakteristik ideal IGBT sebagai sakelar

Elektronika Daya 9
Semikonduktor Daya 2010

C. PRINSIP DASAR RANGKAIAN ELEKTRONIKA DAYA


Pengaturan daya listrik dapat dilakukan dengan cara melakukan
konversi bentuk gelombang besaran tertentu menjadi bentuk lain
dengan menggunakan suatu rangkaian elektronika dengan prinsip kerja
yang memanfaat karakteristik pensakelaran dari piranti semikonduktor
daya sebagai diuraikan di muka. Esensi dasar rangkaian elektronika
daya dapat dijelaskan melalui Gambar 1.7 (a) dan (b). Gambar 1.7 (a)
merupakan pengaturan sumber tegangan VS menjadi sumber tegangan
luaran (VRL) pada beban RL yang nilainya ditentukan oleh pengaturan
potensiometer, dimana nilai tegangan VRL akan selalu lebih kecil atau
maksimum sama dengan tegangan VS. Pengaturan tegangan dengan
menggunakan potensiometer ini, terdapat rugi daya pada
potensiometer sebesar I2 (R1 + R2). Dalam konsep rangkaian
elektronika daya, rugi daya tersebut harus ditiadakan atau dirancang
tidak ada rugi daya dalam rangkaian. Untuk keperluan tersebut,
potensiometer diganti dengan prinsip pensakelaran elektronis
(electronic switching). Prinsip pensakelaran elektronis merupakan
dasar dari operasi suatu rangkaian elektronika daya seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.7 (b). Komponen semikonduktor daya sebagaimana
dijelaskan di muka umumnya digunakan sebagai sakelar elektronis ini.
Dari Gambar 1.7 (b) dapat dijelaskan bahwa saat sakelar elektronis (SE)
kondisi ON dan OFF tidak terjadi rugi daya pada SE, karena saat ON
tegangan pada SE sama dengan nol dan arus yang mengalir pada SE
sama dengan arus pada beban RL. Sebaliknya, saat OFF tegangan pada
SE sama dengan sumber VS tetapi arus yang mengalir pada SE sama
dengan nol sehingga rugi daya sama dengan nol.

Elektronika Daya 10
Semikonduktor Daya 2010

Sakelar
elektronis (SE)

(a) (b)

Gambar 1.7 Prinsip Dasar Rangkaian Elektronika Daya

Berbagai konversi daya dapat dilakukan dengan rangkaian


elektronika daya. Fungsi dasar dari konversi daya listrik dengan piranti
semikonduktor daya dapat ditunjukkan dengan Gambar 1.8. Dengan
acuan konversi daya tersebut, rangkaian elektronika daya dapat
diklasifikasikan dalam lima jenis, yaitu :

1. Penyearah tak-terkendali, yakni suatu rangkaian yang mengubah


tegangan arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus searah (DC)
tetap/ diatur.
2. Penyearah terkendali (konverter AC-DC), yakni suatu rangkaian yang
mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC yang dapat
dikendalikan/ diatur.
3. Pengatur tegangan arus bolak-balik (konverter AC-AC), yakni suatu
rangkaian yang dapat mengubah tegangan AC tetap menjadi
tegangan AC yang dapat dikendalikan/ diatur.
4. Pemangkas arus searah (chopper DC), yakni suatu rangkaian yang
digunakan untuk mengubah sumber tegangan DC tetap menjadi
sumber tegangan DC yang dapat dikendalikan/diatur.
5. Inverter (konverter DC-AC), yakni suatu rangkaian yang digunakan
untuk mengubah sumber tegangan DC tetap menjadi sumber
tegangan AC yang dapat dikendalikan/diatur.

Elektronika Daya 11
Semikonduktor Daya 2010

Konversi AC ke DC

~ -

Konversi AC Konversi DC

~ Konversi DC ke AC
-

Gambar 1.8 Bentuk Konversi Daya Listrik dengan


Piranti Semikonduktor Daya

D. PERTANYAAN
1. Apakah elektronika daya itu ?
2. Jelaskan prinsip kerja dioda, SCR, transistor, MOSFET sebagai sakelar !
3. Jelaskan perbedaan karakteristik penyulutan pada SCR dan transistor !
4. Jelaskan perbedaan karakteristik penyulutan pada transistor dan
MOSFET !
5. Jelaskan prinsip kerja rangkaian pemangkas arus searah !

Elektronika Daya 12
Penyearah Daya 2010

BAB II
PENYEARAH DAYA

KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:
 Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelombang dan
gelombang-penuh satu fasa dan tiga fasa
 Menguasai dasar prinsip kerja penyearah setengah-gelombang dan
gelombang-penuh satu fasa dan tiga fasa

STANDAR KOMPETENSI
Mampu menganalisis rangkaian penyearah setengah-gelombang dan
gelombang-penuh satu fasa dan tiga fasa

A. PENDAHULUAN
Penyearah daya merupakan rangkaian elektronika daya yang
berfungsi untuk mengubah tegangan sumber masukan arus bolak-balik
dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan searah yang tetap. Jenis sumber tegangan masukan untuk
mencatu rangkaian penyearah daya dapat digunakan tegangan bolak-
balik satu fasa dan tiga fasa. Penyearah satu fasa merupakan rangkaian
penyearah daya dengan sumber masukan tegangan bolak-balik satu
fasa, sedangkan penyearah tiga fasa rangkaian penyearah daya
dengan sumber masukan tegangan bolak-balik tiga fasa. Rangkaian
penyearahan dapat dilakukan dalam bentuk penyearah setengah
gelombang (halfwave) dan penyearah gelombang-penuh (fullwave).
Pembebanan pada rangkaian penyearah daya umumnya dipasang
beban resistif atau beban resistif-induktif. Efek dari pembebanan ini

Elektronika Daya 13
Penyearah Daya 2010

akan mempengaruhi kualitas tegangan luaran yang dihasilkan dari


rangkaian penyearah.

A. PENYEARAH SATU-FASA
1. PENYEARAH SETENGAH-GELOMBANG SATU-FASA
a. Beban Resistif (R)
Gambar 2.1 (a) merupakan rangkaian penyearah setengah-
gelombang satu-fasa dengan beban resistif, sedangkan Gambar 2.1 (b)
menunjukkan bentuk gelombang hasil penyearahan. Proses
penyearahan dapat dijelaskan melalui Gambar 2.1 (a) dan (b), pada
setengah siklus pertama dengan polaritas positif, dioda pada rangkaian
penyearah akan ON karena polaritas tegangan pada anoda lebih positif
dibandingkan pada katoda.
Pada proses ini menghasilkan
tegangan luaran (VL) sebesar
tegangan setengah perioda
pertama (Vm). Selanjutnya, pada
(a) setengah siklus kedua dengan
polaritas negatif, dioda pada
rangkaian penyearah akan OFF
karena polaritas tegangan pada
anoda lebih negatif dibandingkan
pada katoda. Pada proses ini
menghasilkan tegangan luaran
sama dengan nol. Proses ON dan
OFF dioda ini berlangsung secara
cepat berdasarkan frekuensi
(b)
tegangan sumber masukan.
Gambar 2.1 Penyearah Setengah-
Gelombang Satu-fasa
Beban R

Elektronika Daya 14
Penyearah Daya 2010

Di sini, dioda berfungsi sebagai sakelar sekaligus melakukan


pengubahan (converting) dari sumber bolak-balik menjadi tegangan
searah. Ditinjau dari tegangan luaran (VL) yang dihasilkan, terdapat dua
jenis komponen tegangan, yaitu : (1) tegangan searah rerata (Vdc) dan
tegangan searah efektif (root mean square-rms), VL. Nilai tegangan
luaran masing-masing adalah :

Tegangan masukan (input), Vs. Vs = Vm sin ωt = VMAX sin ωt

Tegangan luaran (output) rerata, Vdc dan arus luaran rerata, Idc :

Tegangan luaran (output) efektif, VL dan Arus luaran efektif, IL :

Dengan demikian, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran


efektif (PL) adalah:

Pdc = Vdc Idc PL = VL IL

Jika arus efektif sumber masukan (Is) sama dengan arus efektif luaran
(IL), maka faktor daya penyearahan yang diakibatkan proses penyearah ini
sebesar :

V I
cos   L L
V I
s L

Elektronika Daya 15
Penyearah Daya 2010

b. Beban Resistif-Induktif (RL)


Gambar 2.2 (a) merupakan rangkaian penyearah setengah-
gelombang satu-fasa dengan beban resistif-induktif (RL), sedangkan
Gambar 2.2 (b) dan (c) menunjukkan bentuk gelombang hasil
penyearahan. Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui Gambar 2.2
(a), (b) dan (c), pada setengah siklus pertama dengan polaritas positif,
dioda pada rangkaian penyearah akan ON karena polaritas tegangan
pada anoda lebih positif dibandingkan pada katoda. Tetapi, karena
pengaruh tegangan yang tersimpan pada induktor (L) maka dioda terus
ON sampai waktu tertentu (). Akibatnya, waktu konduksi dioda
menjadi lebih lama ( + ). Selanjutnya, pada setengah siklus kedua
dengan polaritas negatif yang dimulai dari , dioda pada rangkaian
penyearah akan OFF karena polaritas tegangan pada anoda lebih
negatif dibandingkan pada katoda. Pada proses ini menghasilkan
tegangan luaran sama dengan nol.

Gambar 2.2 Penyearah Setengah-Gelombang Satu Fasa dengan


Beban RL

Elektronika Daya 16
Penyearah Daya 2010

Nilai komponen tegangan luaran (Vdc) dan arus searah (dc)


ditentukan sebagai berikut :

Vdc 
Vm
1  cos(   )  Vm 1  cos  
2 2

L
dimana : θ = (β – ), dan   tan 1
R

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa sudut konduksi


diode () melebihi  sampai titik pemadaman (  ). Tegangan luaran,
Vo, dapat mencapai maksimum jika  = 0. Keadaan ini dapat dilakukan
dengan cara menambah diode komutasi (freewheeling diode) yang
dipasang paralel dengan beban RL, sehingga nilai tegangan luaran
seperti penyearah setengah-gelombang satu fasa beban R.

2. PENYEARAH GELOMBANG-PENUH SATU-FASA


Ada 2 (dua) jenis rangkaian penyearah gelombang penuh satu-
fasa, yaitu: penyearah titik tengah (center tap - CT) dan penyearah
jembatan. Gambar 2.3 (a) merupakan rangkaian penyearah CT dan
Gambar 2.4 (b) rangkaian penyearah jembatan.
Gambar 2.3 (a) merupakan rangkaian
penyearah gelombang-penuh satu
fasa CT dengan beban R. Pada sisi
sekunder trafo, polaritas positif terjadi
pada setengah perioda pertama dan
kedua, sehingga dioda D1 akan ON
saat setengah perioda pertama
sedangkan dioda D2 akan OFF.
Sebaliknya, pada setengah periioda
kedua dioda D2 akan ON sedangkan

Elektronika Daya 17
Penyearah Daya 2010

dioda D1 akan OFF. Tegangan luaran


searah dihasilkan ketika dioda D1 dan
D2 ON yang memiliki nilai tegangan
searah rerata (Vdc) dan tegangan
efektif (VL). Tetapi, ketika dioda D1
dan D2 OFF, nilai tegangan pada dioda
D1 ON D2 ON D ON
D1 dan D2 sebesar – 2 Vm.
Gambar 2.3 (b) merupakan
rangkaian penyearah gelombang-
penuh satu fasa jembatan dengan
beban R. Jumlah dioda dalam
rangkaian penyearah ini sebanyak
empat buah, yaitu: D1, D2, D3, dan D4.
Pada setengah siklus pertama dengan
polaritas positif, dioda D1 dan D2 pada
Gambar 2.3 (a)
rangkaian penyearah akan ON
Penyearah Gelombang-penuh
Satu Fasa dengan CT sedangkan dioda D3 dan D4 dalam
kondisi OFF.
Selanjutnya, pada setengah siklus kedua dengan polaritas
negatif, dioda D3 dan D4 pada rangkaian penyearah akan ON
sedangkan D1 dan D2 dalam kondisi OFF. Tegangan luaran searah
dihasilkan ketika dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam kondisi ON
yang memiliki nilai tegangan searah rerata dan efektif. Tetapi, ketika
dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam kondisi OFF, nilai tegangan
pada dioda D1 dan D2 sebesar –Vm. Jadi, perbedaan mencolok dari
kedua jenis penyearah ini adalah nilai tegangan pada diode ( Vd ) saat
kondisi “OFF”, yaitu : sebesar -2Vm untuk penyearah CT dan sebesar -
Vm untuk penyearah jembatan.

Elektronika Daya 18
Penyearah Daya 2010

Gambar 2.3 (b) Penyearah Gelombang-penuh


Satu Fasa Jembatan

Dengan bentuk gelombang hasil penyerahan seperti ditunjukkan


pada Gambar 2.3 (a) dan (b) dapat ditentukan nilai tegangan luaran
rerata (Vdc) dan arus rerata (Idc) yang mengalir sebagai berikut:

2V V
V  m  0,637V I  dc
dc  m dc R

Selanjutnya, nilai tegangan luaran efektif (VL) dan arus efektif (IL) yang
mengalir adalah:

V V
V  m  0,707V I  L
L 2 m L R

Jadi, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran efektif (PL) adalah:

Pdc = Vdc Idc PL = VL IL

Faktor daya penyearahan (cos φ) rangkaian ditentukan dengan


persamaan:
PL P
cos    L
S VS .I L

Elektronika Daya 19
Penyearah Daya 2010

Jika rangkaian pada Gambar 2.3 (a) dan (b) dihubungkan


dengan beban resistif-induktif (RL), maka nilai tegangan luaran (VL)
ditentukan berdasarkan deret Fourier yang terdiri dari komponen
tegangan searah (dc) dan tegangan harmonik genap, yaitu :

dio
VL  Rio  L
dt

VL (t )  Vo, DC   (a
n 1, 2,..
n cos nt  bn sin nt )

dimana : Vo, DC  2Vm



an  0
4Vm 
1
bn  Vn  
 n2, 4,.. (n  1)(n  1)
; n adalah harmonik genap ke-n

B. PENYEARAH TIGA-FASA

1. PENYEARAH SETENGAH-GELOMBANG TIGA-FASA


Gambar 2.4 (a) merupakan rangkaian penyearah setengah-
gelombang tiga-fasa hubungan bintang dengan beban resistif (R),
sedangkan Gambar 2.4 (b) merupakan bentuk gelombang hasil
penyearahan. Gambar 2.4 (b) dapat dilihat perbedaan antar fasa VR, Vy
dan VB masing-masing sebesar 2/3 (atau 120o). Diode pada setiap
fasa akan konduksi (ON) selama perode tegangan pada fasa tersebut
lebih tinggi daripada dua fasa yang lainnya.
Proses penyearahan dari rangkaian penyearah setengah-
gelombang tiga-fasa ini dapat ditinjau dari salah satu fasa dari Gambar
2.4 (b), yaitu: fasa R selama periode 0 - . Selama periode 0 -  ini,

dioda D pada fasa B lebih dahulu ON pada periode 0 - /6, kemudian

dioda D pada fasa R menjadi ON pada periode /6 -5/6, dilanjutkan

Elektronika Daya 20
Penyearah Daya 2010

dioda D pada fasa Y menjadi ON pada periode 5/6 - , dan terulang


kembali dioda pada fasa R menjadi ON dan seterusnya.

(a)

(b)

Gambar 2.4 Penyearah Setengah-gelombang Tiga-fasa

Dengan bentuk gelombang hasil penyerahan seperti ditunjukkan


pada Gambar 2.4 (b) dapat ditentukan nilai tegangan luaran rerata
(Vdc), tegangan efektif (VL), dan arus efektif (Is) per fasa yang mengalir
sebagai berikut:

Elektronika Daya 21
Penyearah Daya 2010

; dimana: Im = Vm/R

Jika beban R pada rangkaian Gambar 2.4 (a) diganti beban RL,
maka seperti halnya pada penyearah satu fasa beban RL, harmonik
genap juga terjadi pada penyearah tiga fasa beban RL, dimana nilai
tegangan harmonik genap ke-n dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:
6Vm ; dimana n adalah harmonik ke 6, 12, 18, dan
Vn 
 (n 2  1)
seterusnya.

2. PENYEARAH GELOMBANG-PENUH TIGA-FASA


Gambar 2.5 (a) merupakan rangkaian penyearah gelombang-
penuh tiga-fasa hubungan jembatan dengan beban resistif (R),
sedangkan Gambar 2.5 (b) merupakan bentuk gelombang hasil
penyearahan. Untuk memudahkan penjelasan proses penyearahan,
dioda pada setiap fasa diberi nomor sebagai berikut: fasa R terdiri dari
dioda D1 dan D4, fasa Y terdiri dari dioda D3 dan D6, dan fasa B terdiri
dari dioda D5 dan D2. Sudut konduksi setiap dioda sebesar 2 /3,
sehingga urutan kerja dioda adalah 12, 23, 34, 45, 56, dan 61.

(a)

Gambar 2.5 (a)

Elektronika Daya 22
Penyearah Daya 2010

ON ON
ON ON ON

ON ON

(b)

Gambar 2.5 Penyearah Gelombang-penuh Tiga-fasa


Hubungan Jembatan

Dengan bentuk gelombang hasil penyerahan seperti ditunjukkan


pada Gambar 2.5 (b) dapat ditentukan nilai tegangan luaran rerata
(Vdc), tegangan efektif (VL), dan arus efektif (Is) per fasa yang mengalir
sebagai berikut:

dimana : Im = 1,73Vm/R
Jika beban R pada rangkaian Gambar 2.5 (a) diganti beban RL,
maka seperti halnya pada penyearah setengah-gelombang tiga-fasa

Elektronika Daya 23
Penyearah Daya 2010

beban RL, harmonik genap juga terjadi pada penyearah tiga fasa beban
RL, dimana nilai tegangan harmonik genap ke-n dapat ditentukan
dengan persamaan berikut:
6Vm,line
Vn  ; dimana n adalah harmonik ke 6, 12, 18, dan
 (n 2  1)
seterusnya.

D. PERTANYAAN
1. Penyearah Satu-fasa
a. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian penyearah setengah-
gelombang satu fasa !
b. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada dioda saat OFF pada rangkaian penyearah setengah-
gelombang satu fasa !
c. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian penyearah
gelombang-penuh jembatan (bridge) satu fasa !
d. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian penyearah
gelombang-penuh CT satu fasa !
e. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada dioda saat OFF pada rangkaian penyearah gelombang-penuh
CT satu fasa !
f. Berapakah nilai tegangan pada salah satu diode dari suatu
rangkaian penyearah gelombang-penuh CT satu fasa ketika diode
OFF ?

2. Penyearah Tiga-fasa
a. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian penyearah setengah-
gelombang tiga fasa !

Elektronika Daya 24
Penyearah Daya 2010

b. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan


pada salah satu dioda saat OFF pada rangkaian penyearah
setengah-gelombang tiga fasa !
c. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian penyearah
gelombang-penuh tiga fasa !
d. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada dioda saat OFF pada rangkaian penyearah gelombang-penuh
tiga fasa !

3. Soal Essay
a. Sebuah rangkaian penyearah setengah-gelombang satu fasa
dihubungkan dengan tegangan efektif sebesar 120 volt, 50 Hz. Jika
rangkaian penyearah ini dihubungkan dengan resistor sebesar 5 Ω,
hitunglah arus beban rerata (Idc ) dan daya efektif (PL) yang diserap
resistor, serta faktor daya rangkaian penyearah ini. (Kunci
jawaban: Idc=10,8 A, PL=1440 W, cos φ=0,707).

b. Sebuah rangkaian penyearah gelombang-penuh satu fasa


dihubungkan dengan beban RL. Jika rangkaian dalam penyearah ini
terjadi harmonik kedua, berapakah nilai tegangan luarannya (Vo) ?
(Kunci jawaban: Vo ) m  m
2V 4V
 3

c. Sebuah rangkaian penyearah setengah-gelombang tiga fasa


dihubungkan dengan tegangan sebesar 150 volt/fasa. Tentukan:
(1) tegangan luaran dari penyearah ini jika tiap dioda terjadi
penurunan tegangan sebesar 0,7 volt, dan (2) rating arus (IL) dari
dioda jika diketahui arus bebannya 25 A. (Kunci jawabanL
Vo,DC=174,7 V, Irms=14,4 A)

Elektronika Daya 25
Penyearah Daya 2010

d. Sebuah rangkaian penyearah gelombang-penuh tiga fasa


dihubungkan dengan sumber tegangan sebesar 480 volt/line dan
dihubungkan dengan beban resistif 25 . Tentukan besar tegangan
dan arus beban dari penyearah ini. (Kunci jawaban: Vo,DC=648 V,
Io,DC=25,9 A)

Elektronika Daya 26
Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010

BAB III
RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI

KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:
 Menguasai prinsip kerja rangkaian pemicu dan rangkaian komutasi.
 Menguasai dasar analisis rangkaian pemicu dan rangkaian komutasi.

STANDAR KOMPETENSI
Mampu merancang rangkaian pemicu dan rangkaian komutasi untuk
komponen SCR.

A. PENDAHULUAN
Sebagaimana dijelaskan pada Bab I bahwa komponen
semikonduktor daya, seperti: dioda, SCR, transistor, dan MOSFET, yang
digunakan dalam rangkaian elektronika daya dioperasikan sebagai
sakelar elektronis (electronic switching). Sakelar elektronis memiliki
sifat tidak akan dapat ON/OFF tanpa ada rangkaian luar yang dapat
membangkitkan signal/ pulsa sebagai pemicu/ penyulut. Rangkaian luar
yang dimaksud adalah rangkaian pemicu atau rangkaian penyulut
(triggering circuits). Dengan demikian, rangkaian pemicu/ penyulut
merupakan rangkaian yang digunakan untuk meng-ON-kan SCR,
transistor, atau MOSFET.
Sesuai dengan sifat semikonduktor, transistor dan MOSFET dapat
digunakan sebagai sakelar elektronis untuk sumber masukan tegangan
searah (DC) saja, sedangkan SCR dapat digunakan sebagai sakelar
elektronis untuk sumber masukan tegangan bolak-balik (AC) maupun
DC. Karena SCR memiliki sifat yang dapat dipakai untuk sumber

Elektronika Daya 27
Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010

masukan AC maupun DC inilah, komponen SCR banyak digunakan


dalam rangkaian elektronika daya. Jika komponen SCR digunakan
dalam rangkaian elektronika daya dengan sumber masukan searah DC,
ketika SCR sudah dipicu maka rangkaian akan terus ON dan akan OFF
jika rangkaian diputus dari sumber masukannya. Agar SCR dapat OFF
tanpa memutus sumber masukan diperlukan rangkaian yang disebut
rangkaian komutasi (dc line commutation), yakni rangkaian yang
digunakan untuk meng-OFF-kan SCR dalam suatu rangkaian tertutup.

B. Rangkaian Pemicu
Transistor dan MOSFET merupakan komponen yang hanya dapat
dioperasikan sebagai switching dan controlling saja, sedangkan operasi
converting tidak bisa dilakukan. Hal ini berarti, transistor dan MOSFET
hanya bisa untuk pengaturan sumber DC menjadi DC saja, sehingga
untuk pengaturan sumber AC menjadi DC atau sebaliknya tidak bisa
dilakukan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab I, jika transistor
dan MOSFET dioperasikan sebagai switching, konfigurasi yang
digunakan umumnya kolektor-emitor bersama (common-CE) dan drain-
source bersama (common-DS), dimana dengan pengendalian arus basis
pada transistor dan pengendalian tegangan pada MOSFET akan dapat
meng-ON dan OFF-kan rangkaian.
Berbeda dengan transistor dan MOSFET, SCR merupakan
komponen yang dapat dioperasikan serbaguna, baik sebagai switching,
controlling, maupun converting. Hal ini berarti, SCR bisa digunakan
untuk pengaturan sumber DC menjadi DC, AC menjadi AC, maupun
untuk pengaturan sumber AC menjadi DC atau sebaliknya. SCR
dioperasikan sebagai switching, dengan cara memberi signal arus pada
gate.

Elektronika Daya 28
Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010

Gambar 3.1 merupakan rangkaian


pemicu dasar yang digunakan untuk
menyulut signal arus pada terminal
gate pada SCR, dengan cara meng-
ON-kan sakelar manual (Sw). Uraian
selanjutnya akan difokuskan pada
rangkaian pemicu untuk SCR.

Untuk menentukan rangkaian pemicu yang tepat perlu


memperhatikan karakteristik Vg-Ig dari SCR seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.2.
Besaran yang perlu dipertimbangkan
adalah tegangan rating, arus rating,
dan daya maksimum dari SCR,
kemudian ditentukan titik kerja
pemicuan yang diharapkan. Gambar
3.2 ditunjukkan titik kerja pemicuan
minimum SCR pada titik A dan titik
kerja pemicuan yang ditentukan
Gambar 3.2 Karakteristik Vg-Ig
pada titik P.
SCR

Rangkaian pemicu ditinjau dari proses pembentukan tegangan


pemicu yang dihasilkan dapat dilakukan melalui beberapa proses,
antara lain: proses sifat komponen pasif (resistor, kapasitor), proses
elektromagnetis (dengan trafo pulsa), proses modulasi lebar pulsa, dan
proses optokopler. Rangkaian pemicu berikut merupakan beberapa
contoh rangkaian pemicu yang umum digunakan. Gambar 3.3
merupakan salah satu contoh rangkaian pemicu SCR dengan resistor.
Sudut pemicuan ditentukan dengan cara mengatur Rv.

Elektronika Daya 29
Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010

Dioda D berfungsi sebagai


penyearahan agar diperoleh
tegangan pada gate berpolaritas
positif. Rmin berfungsi pembatas arus
gate, dan Rb berfungsi stabilisator
tegangan gate agar tidak melebihi
Vg(maks).
Gambar 3.3 Rangkaian Pemicu
Resistor

Nilai Rmin dan Rb dapat ditentukan dengan pendekatan sebagai berikut:

Emax ( Rv  Rmin )Vg (max)


Rmin  Rb 
I g (max) ( Emax  Vg (max) )

es  I g (min) ( Rv  Rmin )  Vd  Vg (min)

Gambar 3.4 (a) merupakan salah


satu contoh rangkaian pemicu SCR
dengan menggunakan resistor-
kapasitor (RC) dengan sumber
masukan tegangan searah (DC),
sedangkan Gambar 3.4 (b)
merupakan bentuk tegangan
kapasitor (Ec) yang dibangkitkan dari
proses RC serta bentuk tegangan
luarannya. Sudut pemicuan dapat
dilakukan dengan cara mengatur Rv
Gambar 3.4 Rangkaian Pemicu RC yang besarnya 0o – 180o. Nilai Rv
dengan Tegangan dan C dapat ditentukan dengan
Masukan DC
pendekatan sebagai berikut:

Elektronika Daya 30
Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010

T 157
Rv C  50  ; dimana nilai T= 1/f dari sumber masukan AC
2 

es  Vgt
Vgt  Vg (min) V D1 Rv 
I g (min)
Selanjutnya, Gambar 3.5 (a) merupakan salah satu contoh
rangkaian pemicu SCR dengan menggunakan resistor-kapasitor (RC)
dengan sumber masukan tegangan bolak-balik (AC), sedangkan
Gambar 3.5 (b) merupakan bentuk tegangan kapasitor (Ec) yang
dibangkitkan dari proses RC serta bentuk tegangan luarannya.
Sudut pemicuan dapat dilakukan
dengan cara mengatur Rv yang
besarnya 0o – 180o. Dioda D1
berfungsi agar tegangan pada
terminal gate selalu membangkitkan
polaritas positif, sedangkan dioda D2
berfungsi untuk pengisian C saat
polaritas - agar tetap nol.
Nilai Rv dan C dapat ditentukan
dengan pendekatan sebagai berikut:

Gambar 3.5 Rangkaian Pemicu RC RvC 


1,3T 4
 ; dimana T=1/f
dengan Tegangan 2 
Masukan AC es  Vg (min)  VD1
Rv 
I g (min)

Contoh rangkaian pemicu yang menggunakan trafo pulsa


ditunjukkan pada Gambar 3.6. Rangkaian pemicu ini memerlukan
generator pembangkit pulsa yang umumnya dibangkitkan dari
rangkaian dengan prinsip operasi modulasi lebar pulsa (pulse width
modulation-PWM). Perbandingan transformasi dari trafo pulsa

Elektronika Daya 31
Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010

umumnya sebesar 1:1. Tegangan pulsa pemicu dibangkitan dengan


prinsip RC sebagaimana diuraikan di muka.

Gambar 3.6 Rangkaian Pemicu Dasar dengan Trafo Pulsa

C. RANGKAIAN KOMUTASI
Ditinjau dari sumber masukannya, terdapat 2 (dua) rangkaian
komutasi, yaitu: komutasi alami (natural commutation) dan komutasi
paksa (forced commutation). Jika SCR digunakan dalam sebuah
rangkain tertutup dengan sumber masukan berupa tegangan AC, maka
SCR akan OFF secara otomatis ketika mencapai titik lintas nol (zero
crossing) yang disebabkan sifat alami dari sumber AC tersebut. Gambar
3.7 ditunjukkan rangkaian komutasi alami.

Secara alami setelah mencapai


, SCR akan OFF secara
otomatis

Gambar 3.7 Rangkaian Komutasi Alami

Elektronika Daya 32
Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010

Jika SCR digunakan dalam sebuah rangkain tertutup dengan


sumber masukan berupa tegangan DC, maka SCR akan OFF jika arus
beban dilawan (dipaksa sama dengan) dengan arus komutasi yang
dibangkitkan dari rangkaian komutasi. Proses inilah yang disebut
komutasi paksa. Ilustrasi prinsip dasar dari komutasi paksa ini dapat
dijelaskan melalui Gambar 3.8 (a) dan (b). Ketika SCR OFF dan S di-ON
terjadi proses pengisian C. Ketika S dalam kondisi OFF dan SCR di-ON-
kan, maka mengalir arus beban IL=IT = E/R. Ketika S di-ON kembali,
maka SCR akan OFF karena arus IC melawan IT ( IC = IT).

Gambar 3.8 Rangkaian Komutasi Paksa Dasar

Kapasitor merupakan komponen utama yang digunakan dalam


rangkaian komutasi. Metode rangkaian komutasi paksa dapat
dibedakan dalam enam jenis, yaitu: komutasi sendiri dgn resonansi
beban, komutasi sendiri dgn rangkaian LC, komutasi komplemen,
komutasi bantu, komutasi pulsa luar, dan komutasi jaringan ac. Sebagai
contoh, Gambar 3.9 merupakan rangkaian komutasi paksa dengan
metode komplemen. T1 merupakan SCR utama yang dihubungkan seri
dengan beban (R1) , sedangkan T2 merupakan SCR bantu yang
dihubungkan paralel dg T1. Prinsip kerja rangkaian komutasi paksa

Elektronika Daya 33
Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010

dengan metode komplemen dapat dijelaskan dengan empat tahapan


kondisi sebagai berikut:
Kondisi awal, T1 dan T2 masih dalam
keadaan OFF dan tegangan pada C
(Ec) sama dengan nol. Kondisi
kedua, ketika T1 di-ON-kan dan T2
masih OFF, di sini akan terjadi dua
aliran arus, yakni arus beban (IL )
dan arus pengisian kapasitor C (IC)
Gambar 3.9 Rangkaian Komutasi
dengan Metode melalui resistor R 2, sehingga
Komplemen
tegangan pada kapasitor sama
dengan tegangan sumbernya (EC =
Edc).
Kondisi ketiga, ketika T2 di-ON-kan, maka T1 akan OFF karena EC
(IC melawan IL), dan terjadi pengisian C melalui beban sehingga Ec = -
Edc. Kondisi keempat, ketika T1 di-ON-kan maka T2 akan OFF sebagai
akibat pelepasan muatan C, proses selanjunya akan kembali seperti
kondisi kedua. Nilai waktu off (toff) dapat ditentukan, yaitu sebesar:
t off  0,6931R1C

D. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan rangkaian pemicu?
2. Apakah yang dimaksud dengan rangkaian komutasi?
3. Jelaskan dasar prinsip kerja rangkaian pemicu?
4. Jelaskan dasar prinsip kerja rangkaian komutasi alami?
5. Jelaskan dasar prinsip kerja rangkaian komutasi paksa?
6. Jelaskan fungsi kapasitor pada rangkaian komutasi paksa?
7. Jelaskan dasar prinsip kerja rangkaian komutasi paksa dengan
metode komplemen?

Elektronika Daya 34
Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010

8. Selesaikan soal berikut ini:


Sebuah rangkaian pemicu jenis resistansi digunakan untuk SCR
yang memiliki Ig(min)=0,1 mA dan Vg(min)=0,5 V. Jika tegangan
masukan Emax=24 V dan diode yang digunakan jenis silikon,
tentukan sudut pemicuan () untuk Rv = 100 k dan Rmin = 10 k.
(Kunci jawaban: = 30,6o)

Elektronika Daya 35
Penyearah Terkendali 2010

BAB IV
PENYEARAH TERKENDALI (KONVERTER)

KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:
 Menguasai karakteristik konverter setengah-gelombang, gelombang-
penuh, dan semikonverter satu fasa dan tiga fasa
 Menguasai dasar prinsip kerja konverter setengah-gelombang,
gelombang-penuh, dan semikonverter satu fasa dan tiga fasa

STANDAR KOMPETENSI
Mampu menganalisis rangkaian konverter setengah-gelombang,
gelombang-penuh, dan semikonverter satu fasa dan tiga fasa

A. PENDAHULUAN
Penyearah terkendali (controlled rectifier) atau sering juga
disebut dengan konverter merupakan rangkaian elektronika daya yang
berfungsi untuk mengubah tegangan sumber masukan arus bolak-balik
dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan searah yang dapat diatur/ dikendalikan. Komponen
semikonduktor daya yang digunakan umumnya berupa SCR yang
beroperasi sebagai sakelar, pengubah, dan pengatur.
Jenis sumber tegangan masukan untuk mencatu rangkaian
konverter dapat digunakan tegangan bolak-balik satu fasa maupun tiga
fasa. Konverter satu fasa merupakan rangkaian penyearah daya dengan
sumber masukan tegangan bolak-balik satu fasa, sedangkan konverter
tiga fasa rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan
tegangan bolak-balik tiga fasa. Berbeda dengan penyearah daya, dalam

Elektronika Daya 36
Penyearah Terkendali 2010

rangkaian konverter dapat dilakukan dalam bentuk penyearahan


terkendali setengah gelombang (halfwave), penyearah gelombang-
penuh (fullwave), dan semikonverter. Pembebanan pada rangkaian
penyearah terkendali juga dipasang beban resistif atau beban resistif-
induktif.

A. KONVERTER SATU-FASA
1. KONVERTER SETENGAH-GELOMBANG SATU-FASA
a. Beban Resistif (R)
Gambar 4.1 (a) merupakan rangkaian konverter setengah-
gelombang satu-fasa dengan beban resistif, sedangkan Gambar 4.1 (b)
menunjukkan bentuk gelombang hasil penyearahan. Proses
penyearahan dapat dijelaskan melalui Gambar 4.1 (a) dan (b), ketika
setengah periode pertama (polaritas +), T1 dipicu sebesar , maka T1

menjadi ON dari  - , sehingga terjadi tegangan luaran Edc.


Selanjutnya, saat setengah periode kedua (polaritas -), T1 menjadi OFF
pada titik  karena komutasi alami, sehingga tegangan luaran Edc= Vo
= 0 sampai dengan (2 + ), dan seterusnya.

(a)

Gambar 4.1
Rangkaian Konverter Setengah-
gelombang Satu Fasa Beban R

(b)

Elektronika Daya 37
Penyearah Terkendali 2010

Di sini, SCR berfungsi sebagai sakelar sekaligus melakukan


pengubahan (converting) dan pengaturan (controlling) dari sumber
bolak-balik menjadi tegangan searah. Ditinjau dari tegangan luaran (VL)
yang dihasilkan, terdapat dua jenis komponen tegangan, yaitu : (1)
tegangan searah rerata (Vdc) dan tegangan searah efektif (root mean
square-rms), VL. Nilai tegangan luaran masing-masing adalah :

  sin 2 
1/ 2
V
 4  8 
V  m (1  cos  ) V L  Vm
dc 2

Dengan demikian, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran


efektif (PL) adalah:

Pdc = Vdc Idc PL = VL IL

b. Beban Resistif-Induktif (RL)


Gambar 4.2 (a) merupakan rangkaian konverter setengah-
gelombang satu-fasa dengan beban resistif-induktif (RL), sedangkan
Gambar 2.2 (b) menunjukkan bentuk gelombang hasil penyearahan.
Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui Gambar 4.2 (a) dan (b),
setengah periode pertama (polaritas +), SCR T1 dipicu sebesar  maka

SCR T1 akan ON dari  sampai dengan β, hal ini disebabkan sifat


induktor (L). Hal ini berarti sudut konduksi SCR T1 sebesar (β - ).
Selanjutnya, mulai dari titik β sampai dengan (2+ ) SCR T1 menjadi
OFF.
Nilai komponen tegangan luaran (Vdc) dari rangkaian Gambar 4.2
V
(b) sebesar Vdc  m cos  . Dari persamaan ini dapat dijelaskan bahwa

ketika sudut pemicuan sebesar 0o <  ≤ 90o akan terjadi proses
penyearahan (rectifing), sedangkan pada sudut pemicuan 90o <  ≤
180o akan terjadi proses pembalikan (inverting). Untuk mengatasi

Elektronika Daya 38
Penyearah Terkendali 2010

proses pembalikan ini biasanya dipasang diode komutasi yang


dihubungkan parallel terbalik dengan beban RL. Ketika dipasang diode
komutasi, maka β = , sehingga seperti konverter setengah-gelombang
beban R.

Gambar 4.2
Rangkaian Konverter Setengah-
gelombang Satu Fasa Beban RL

2. KONVERTER GELOMBANG-PENUH SATU-FASA


Pada bagian ini akan dijelaskan tiga jenis rangkaian konverter
gelombang penuh satu-fasa, yaitu: konverter titik tengah (center tap -
CT), konverter jembatan, dan semikonverter.

a. Konverter Gelombang-penuh Satu-fasa dengan CT


Gambar 4.3 merupakan rangkaian konverter gelombang-penuh
satu fasa CT dengan beban R. Transformator dengan CT dipilih untuk
memperoleh dua tegangan V1 dan V2 yang masing-masing memiliki
beda fasa sebesar 180o terhadap CT atau netral (N). Proses pemicuan
pada SCR T1 dan T2 dilakukan secara serempak. Komponen SCR T1
bekerja pada setengah perioda pertama (0 sampai dengan ), dan
Komponen SCR T2 bekerja pada setengah perioda kedua ( sampai
dengan 2).

Elektronika Daya 39
Penyearah Terkendali 2010

Gambar 4.3 Rangkaian Konverter Gelombang-penuh


dengan CT Satu Fasa Beban R

Jika SCR T1 dan T2 dipicu sebesar , maka nilai tegangan searah


rerata (Vdc) dan nilai tegangan searah efektif (root mean square-rms),
VL dapat ditentukan sebagai berikut :

  sin 2 
1/ 2
V
 2  4 
V  m (1  cos  ) V L  Vm
dc 

Dengan demikian, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran


efektif (PL) adalah:

Pdc = Vdc Idc PL = VL IL

Elektronika Daya 40
Penyearah Terkendali 2010

b. Konverter Gelombang-penuh Satu-fasa Hubungan Jembatan


Gambar 4.4 merupakan rangkaian konverter gelombang-penuh
satu fasa hubungan jembatan dengan beban R. Proses pemicuan pada
rangkaian ini, SCR T1 dan T2 serta SCR T3 dan T4 masing-masing
dioperasikan secara serempak. Komponen SCR T1 dan T2 bekerja pada
setengah perioda pertama (0 sampai dengan ), dan Komponen SCR T3
dan T4 bekerja pada setengah perioda kedua ( sampai dengan 2).
Jika SCR T1 dan T2 serta SCR T3 dan T4 masing-masing dipicu
sebesar , maka nilai tegangan searah rerata (Vdc) dan nilai tegangan
searah efektif (root mean square-rms), VL seperti rangkaian konverter
gelombang-penuh satu fasa CT dengan beban R di atas.

Gambar 4.4 Rangkaian Konverter Gelombang-penuh


Hubungan Jembatan Satu Fasa Beban R

Jika rangkaian pada Gambar 4.3 dan 4.4 dihubungkan dengan


beban resistif-induktif (RL), seperti halnya pada konverter setengah-
gelombang satu fasa di atas, nilai komponen tegangan luaran (Vdc) dari
2V
rangkaian menjadi sebesar Vdc  m cos .. Hal ini berarti, ketika sudut

Elektronika Daya 41
Penyearah Terkendali 2010

pemicuan sebesar 0o <  ≤ 90o akan terjadi proses penyearahan


(rectifing), sedangkan pada sudut pemicuan 90o <  ≤ 180o akan
terjadi proses pembalikan (inverting).

b. Semikonverter Satu-fasa
Gambar 4.5 merupakan rangkaian semikonverter satu fasa
dengan beban R. Terdapat dua jenis rangkaian semikonverter satu fasa
yang masing-masing memiliki fungsi sama, yaitu: semikonverter satu
fasa simetris dan semikonverter satu fasa tak simetris. Proses pemicuan
pada rangkaian ini terjadi ketika SCR T1 dan dioda D1 serta SCR T2 dan
dioda D2 masing-masing dioperasikan secara serempak. Komponen SCR
T1 dan dioda D1 bekerja pada setengah perioda pertama (0 sampai
dengan ), dan Komponen SCR T2 dan dioda D2 bekerja pada setengah
perioda kedua ( sampai dengan 2).

Gambar 4.5 Rangkaian Semikonverter Satu Fasa Beban R

Elektronika Daya 42
Penyearah Terkendali 2010

Jika SCR T1 dan T2 masing-masing dipicu sebesar , maka nilai


tegangan searah rerata (Vdc) dan nilai tegangan searah efektif (root
mean square-rms), VL seperti rangkaian konverter gelombang-penuh
satu fasa CT dengan beban R di atas.

B. KONVERTER TIGA-FASA

1. KONVERTER SETENGAH-GELOMBANG TIGA-FASA


Gambar 4.6 merupakan rangkaian konverter setengah-
gelombang tiga-fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombang hasil
penyearahan. Terdapat dua proses pengaturan sudut picuan (), yaitu:
(a) operasi konduksi kontinyu ketika 0o ≤  ≤ 30o atau 0 ≤  ≤ /6,
dan (b) operasi konduksi diskontinyu ketika 30o ≤  ≤ 150o atau /6 ≤
 ≤ 5/6. Proses pemicuan pada SCR T1, T2, dan T3 dilakukan secara
serempak pada masing-masing fasa.
Nilai tegangan searah rerata (Vdc) dan nilai tegangan searah
efektif (root mean square-rms), VL pada operasi konduksi kontinyu dan
operasi konduksi diskontinyu dapat ditentukan sebagai berikut :
(a) Operasi konduksi kontinyu:
1/ 2
1 3 3 

3 3
V 
dc 2 m
V cos  VL  Vm   cos 2 
 2 8 

(b) Operasi konduksi kontinyu:

 5 3 sin( 2  / 3) 
1/ 2

 3 
3 3 3
V  V cos(  30o ) VL  Vm

dc 2 m 2 2 

Elektronika Daya 43
Penyearah Terkendali 2010

Gambar 4.6 Rangkaian Konverter Setengah-gelombang


Tiga Fasa Beban R

Elektronika Daya 44
Penyearah Terkendali 2010

Jika beban R pada rangkaian Gambar 4.6 diganti beban RL,


maka bentuk gelombang yang dihasilkan seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.7. Nilai tegangan searah (Vdc) dapat ditentukan dengan
persamaan berikut: Vdc  3 3 Vm cos 
2

6Vm
Vn 
 (n 2  1)

Gambar 4.7 Bentuk Gelombang Konverter Setengah-gelombang


Tiga Fasa Beban RL

Elektronika Daya 45
Penyearah Terkendali 2010

2. KONVERTER GELOMBANG-PENUH TIGA-FASA


Gambar 4.8 merupakan rangkaian konverter setengah-
gelombang tiga-fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombang hasil
penyearahan. Dalam rangkaian ini terdapat dua grup/ kelompok SCR,
yaitu: grup positif dan grup negatif. SCR T1, T2, dan T3 merupakan grup
positif, sedangkan SCR T4, T5, dan T6 merupakan grup negatif. Grup
SCR positif akan ON ketika tegangan sumber berpolaritas positif dan
Grup SCR negatif akan ON ketika tegangan sumber berpolaritas negatif.
Proses pemicuan pada rangkaian ini dilakukan secara serempak
masing-masing T1 dan T5, T2 dan T6, serta T3 dan T4. Terdapat dua
proses pengaturan sudut picuan (), yaitu: (a) operasi konduksi
kontinyu ketika 0o ≤  ≤ 60o atau 0 ≤  ≤ /3, dan (b) operasi
konduksi diskontinyu ketika 60o ≤  ≤ 120o atau /3 ≤  ≤ 2/3.
Proses pemicuan pada SCR T1, T2, dan T3 dilakukan secara serempak
pada masing-masing fasa.
Nilai tegangan searah rerata (Vdc) pada operasi konduksi
kontinyu dapat ditentukan sebagai berikut:

3 3
V  V cos 
dc  m
dan operasi konduksi diskontinyu:

cos 1    60o 


3 3
V  V
dc  m, fasa   

Elektronika Daya 46
Penyearah Terkendali 2010

(b)

Gambar 4.8 Rangkaian Konverter Gelombang-penuh


Tiga Fasa Beban R

Jika beban R pada rangkaian Gambar 4.8 diganti beban RL,


maka bentuk gelombang yang dihasilkan seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.9. Nilai tegangan searah (Vdc) dapat ditentukan dengan
persamaan berikut: 3 3
Vdc  Vm, ph cos 

Elektronika Daya 47
Penyearah Terkendali 2010

Gambar 4.9 Bentuk Gelombang Konverter Gelombang-penuh


Tiga Fasa Beban RL

b. Semikonverter Tiga-fasa
Gambar 4.10 merupakan rangkaian semikonverter tiga fasa.
Proses pemicuan pada rangkaian ini terjadi ketika SCR T1 dan dioda
D2 , T2 dan dioda D3, serta SCR T3 dan dioda D1 masing-masing
dioperasikan secara serempak. Jika rangkaian semikonverter tiga fasa
dihubungkan dengan R, maka persamaan untuk tegangan searah rerata
(Vdc) pada operasi konduksi kontinyu dan operasi konduksi diskontinyu
seperti pada rangkaian konverter gelombang-penuh tiga fasa di atas.
Selanjutnya, Jika rangkaian semikonverter tiga fasa dihubungkan
dengan R, maka persamaan untuk tegangan searah rerata (Vdc)
sebesar: Vdc 
3 3
Vm, ph 1  cos  
2

Elektronika Daya 48
Penyearah Terkendali 2010

Gambar 4.10 Rangkaian Semikonverter Tiga Fasa

D. PERTANYAAN
1. Konverter Satu-fasa
a. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian konverter setengah-
gelombang satu fasa !
b. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada SCR saat OFF pada rangkaian konverter setengah-gelombang
satu fasa !
c. Jelaskan fungsi diode komutasi pada rangkaian konverter setengah-
gelombang satu fasa beban RL !
d. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian konverter mid-point
(CT) satu fasa !
e. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada salah satu SCR saat OFF pada rangkaian konverter mid-point
(CT) satu fasa !
f. Kapankah operasi rectifying dan inverting terjadi konverter
gelombang-penuh satu fasa ?
g. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian semikonverter
simetris satu fasa !

Elektronika Daya 49
Penyearah Terkendali 2010

2. Konverter Tiga-fasa
a. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian konverter setengah-
gelombang tiga fasa !
b. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada salah satu SCR saat OFF pada rangkaian konverter setengah-
gelombang tiga fasa !
c. Apakah yang dimaksud operasi kontinyu dan diskontinyu pada
konverter setengah-gelombang tiga fasa !
d. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian konverter
gelombang-penuh tiga fasa !
e. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada salah satu SCR saat OFF pada rangkaian konverter
gelombang-penuh tiga fasa !
f. Apakah yang dimaksud operasi kontinyu dan diskontinyu pada
konverter gelombang-penuh tiga fasa !
g. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian semikonverter tiga
fasa !

3. Soal Essay
a. Sebuah transformator satu fasa pada sisi primer dihubungkan
dengan tegangan 120 V, 50 Hz, dan sisi sekunder dihubungkan
dengan rangkaian konverter gelombang-penuh satu fasa. Jika

arus beban rerata (DC) dapat diatur dari 4,5 A – 8,0 A, rencanakan
jenis transformator yang digunakan (step-up atau step-down) dan
sudut pemicuannya () ! (Kinci jawaban: step-up, 0o <  < 82,8o)
b. Suatu rangkaian konverter setengah-gelombang 3 fasa hubungan
bintang dihubungkan dengan beban resistif 2,5 Ω dengan tegangan
antar line 208 V, 60 Hz. Jika daya luaran yang diinginkan Po = 12
kW, hitunglah (1) sudut pemicuan (), dan (2) tegangan luaran per
fasa efektif (VL).

Elektronika Daya 50
AC Regulator 2010

BAB V
PENGATUR TEGANGAN BOLAK-BALIK
(AC REGULATOR)

KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:
 Menguasai karakteristik ac regulator unidirectional dan bidirectional
satu fasa dan tiga fasa
 Menguasai dasar prinsip kerja ac regulator unidirectional dan
bidirectional satu fasa dan tiga fasa.
 Menguasai dasar prinsip kerja rangkaian cycloconverter satu fasa dan
tiga fasa.

STANDAR KOMPETENSI
Mampu menganalisis rangkaian ac regulator unidirectional dan
bidirectional satu fasa dan tiga fasa, serta rangkaian cycloconverter satu
fasa dan tiga fasa.

A. PENDAHULUAN
Ada dua jenis rangkaian pengaturan tegangan tegangan bolak-
balik jika ditinjau dari frekuensi luaran yang dihasilkan, yaitu: (a)
rangkaian pengaturan tegangan bolak-balik dengan hasil luran
frekuensi yang tetap seperti sumbernya, dan (b) rangkaian pengaturan
tegangan bolak-balik dengan hasil luran frekuensi yang dapat diatur.
Rangkaian pertama disebut pengatur tegangan bolak-balik (ac
regulators), yakni suatu rangkaian elektronika daya yang dapat
mengubah sumber tegangan bolak-balik (AC) menjadi sumber
tegangan AC yang dapat diatur luarnya dengan frekuensi tetap.

Elektronika Daya 51
AC Regulator 2010

Rangkaian kedua disebut cycloconverter, yakni suatu rangkaian


elektronika daya yang dapat mengubah sumber tegangan bolak-balik
(AC) menjadi sumber tegangan AC dengan frekuensi yang dapat diatur
luarnya. Komponen semikonduktor daya yang digunakan umumnya
berupa SCR yang beroperasi sebagai sakelar dan pengatur.
Jenis sumber tegangan masukan untuk mencatu rangkaian, baik
ac regulator maupun cycloconverter, dapat digunakan tegangan bolak-
balik satu fasa maupun tiga fasa. Rangkaian ac regulator dapat
dilakukan dalam bentuk ac regulator setengah gelombang
(unidirectional) dan ac regulator gelombang-penuh (bidirectional).
Pembebanan pada rangkaian penyearah terkendali juga dipasang
beban resistif atau beban resistif-induktif.

B. AC REGULATOR SATU-FASA
1. AC Regulator Unidirectional Satu-fasa
Gambar 5.1 merupakan rangkaian ac regulator unidirectional
satu-fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombang hasil
pengaturan. Proses pengaturan tegangan dapat dijelaskan melalui
Gambar 5.1, ketika setengah periode pertama, T1 dipicu sebesar ,

maka T1 menjadi ON dari  - . Selanjutnya, saat setengah periode

kedua, D1 selalu ON dari  - 2.

Gambar 5.1 Rangkaian AC Regulator Unidirectional Satu Fasa Beban R

Elektronika Daya 52
AC Regulator 2010

Ditinjau dari tegangan luaran yang dihasilkan, terdapat dua jenis


komponen tegangan, yaitu : (1) tegangan bolak-balik rerata (Vac) dan
tegangan bolak-balik efektif (root mean square-rms), VL. Nilai tegangan
luaran masing-masing adalah :

e  E sin t  E 2 sin t
s m s

sin 2 
1/ 2
E 1
V  m (cos   1) VL  E s
 2 (2   )
ac 2
2 
Dari persamaan di atas dapat dinyatakan bahwa jika  diatur
dari 0 sampai dengan  maka diperoleh hasil pengaturan VL dari Es
sampai dengan Es/2 dan hasil pengaturan Vac dari 0 sampai dengan
-Em/.

2. AC Regulator Bidirectional Satu-fasa


Gambar 5.2 merupakan rangkaian ac regulator bidirectional
satu-fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombang hasil
pengaturan. Komponen SCR T1 bekerja pada setengah perioda
pertama (0 sampai dengan ), dan komponen SCR T2 bekerja pada
setengah perioda kedua ( sampai dengan 2). Jika SCR T1 dan T2
masing-masing dipicu sebesar , maka nilai tegangan bolak-balik efektif
(root mean square-rms), VL dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:

sin 2 
1/ 2
1
VL  E s
 (   )
2 

Dari persamaan di atas dapat dinyatakan bahwa jika  diatur


dari 0 sampai dengan  maka diperoleh hasil pengaturan VL dari Es
sampai dengan nol.

Elektronika Daya 53
AC Regulator 2010

Gambar 5.2 Rangkaian AC Regulator bidirectional Satu Fasa Beban R

C. AC REGULATOR TIGA-FASA
1. AC Regulator Unidirectional Tiga-fasa
Gambar 5.3 merupakan rangkaian ac regulator unidirectional
tiga-fasa dengan beban resistif sambungan bintang (Y) dan bentuk
gelombang hasil pengaturan. Proses pemicuan pada rangkaian ini
terjadi ketika SCR T1 dan dioda D4, T3 dan dioda D6, serta SCR T5 dan
dioda D2 masing-masing fasa dioperasikan secara serempak. Arus
beban masing-masing fasa ditentukan oleh pengaturan picuan pada
SCR T1, T3, dan T5, sedangkan dioda D2, D4, dan D6 digunakan untuk
aliran balik arus.
Jika Vs merupakan tegangan efektif dari sumber tegangan fasa
masukan, maka tegangan fasa masukan sesaat dapat ditentukan
dengan persamaan berikut:

Elektronika Daya 54
AC Regulator 2010

2 4
VAN  Vs 2 sin t VBN  Vs 2 sin(t  ) VCN  Vs 2 sin(t  )
3 3

maka:
  7
V AB  Vs 6 sin(t  ) VBC  Vs 6 sin(t  ) VCA  Vs 6 sin(t  )
6 2 6

Tegangan efektif luaran (VL) yang dihasilkan diperoleh dari tiga


pengaturan sudut picuan () berikut:
(a) Untuk: 0o ≤  < 90o, maka:

 1   sin 2 
1/ 2

 ( 3  4  8 )
VL  3Vs

(b) Untuk : 90o ≤  < 120o, maka:

 1 11  
1/ 2

 ( 24  2 )
VL  3Vs

(c) Untuk : 120o ≤  < 210o, maka:


1/ 2
 1 7  sin 2 3 cos 2 
VL  3Vs  (    )
  24 4 16 16 

Elektronika Daya 55
AC Regulator 2010

Gambar 5.3 Rangkaian AC Regulator Unidirectional Tiga Fasa Beban R

Elektronika Daya 56
AC Regulator 2010

2. AC Regulator Bidirectional Tiga-fasa


Gambar 5.4 merupakan rangkaian ac regulator bidirectional tiga-
fasa dengan beban resistif sambungan bintang (Y) dan bentuk
gelombang hasil pengaturan. Proses pemicuan pada rangkaian ini sama
seperti pada pengaturan unidirectional tiga-fasa, bedanya terletak pada
T2, T4, dan T6 yang difungsikan seperti dioda D2, D4, dan D6 untuk aliran
balik arus pada pengaturan unidirectional tiga-fasa. Dengan demikian,
pemicuan dilakukan pada SCR T1 dan dioda T4, T3 dan dioda T6, serta
SCR T5 dan dioda T2 masing-masing fasa dioperasikan secara
serempak.
Jika Vs merupakan tegangan fasa masukan sesaat seperti pada
rangkaian unidirectional tiga-fasa sambungan bintang, maka tegangan
efektif luaran (VL) yang dihasilkan diperoleh dari tiga pengaturan sudut
picuan () berikut:
(a) Untuk: 0o ≤  < 60o

 1   sin 2 
1/ 2

 ( 6  4  8 )
VL  6Vs

(b) Untuk: 60o ≤  < 90o


1/ 2
 1  3 sin 2 3 cos 2 
VL  6Vs  (   )
  12 16 16 
(c) Untuk: 90o ≤  < 150o
1/ 2
 1 5  sin 2 3 cos 2 
VL  6Vs  (    )
  24 4 16 16 

Elektronika Daya 57
AC Regulator 2010

Gambar 5.4 Rangkaian AC Regulator Unidirectional Tiga Fasa


Sambungan Bintang Beban R

Elektronika Daya 58
AC Regulator 2010

D. CYCLOCONVERTER SATU FASA


Cycloconverter satu fasa merupakan suatu rangkaian yang
mengubah sumber tegangan masukan satu fasa dengan frekuensi
tertentu menjadi tegangan luaran satu fasa dengan frekuensi lebih kecil
dari frekuensi sumber masukan. Gambar 5.5 merupakan rangkaian
dasar cycloconverter satu fasa dengan beban resistif dan bentuk
gelombang hasil pengaturan.

Gambar 5.5 Cycloconverter Satu Fasa

Elektronika Daya 59
AC Regulator 2010

Untuk menghasilkan pengaturan frekuensi, dalam Gambar 5.5,


terdapat dua grup konverter, yaitu: grup konverter P dan grup
konverter N. Grup konverter P digunakan untuk menghasilkan setengah
periode atau siklus pertama yang selalu positif, sedangkan grup
konverter N digunakan untuk menghasilkan setengah periode atau
siklus berikutnya yang selalu negatif. Pada Gambar 5.5 digunakan
transformator dengan CT yang berfungsi untuk menghasilkan tegangan
Vx dan Vy seperti ditunjukkan pada Gambar 5.5 (b) di atas.
Jika Gambar 5.5 digunakan untuk menghasilkan frekuensi luaran
seperlima dari frekuensi sumber, seperti Gambar 5.5 (b), maka grup
konverter P harus dikonduksikan untuk lima setengah siklus untuk
menghasilkan setengah siklus positif, dan grup konverter N
dikonduksikan untuk lima setengah siklus berikutnya untuk
menghasilkan setengah siklus negatif. Dengan demikian, urutan
konduksi SCR pada grup konverter P untuk menghasilkan setengah
siklus positif adalah T1, T2, T1, T2, T1 yang dipicu tanpa waktu tunda
(delay), kemudian dilanjutkan urutan konduksi SCR pada grup
konverter N untuk menghasilkan setengah siklus negatif, yaitu T3, T4,
T3, T4, T3 dipicu tanpa waktu tunda (delay).
Selanjutnya, jika masing-masing lima setengah siklus pada grup
konverter P dan N dipicu dengan sudut picuan tertentu seperti pada
Gambar 5.5 (d), maka dengan urutan proses kerja SCR seperti di atas
akan dihasilkan tegangan dengan frekuensi seperlima lebih kecil dari
sumbernya (ditunjukkan dengan garis putus-putus) seperti ditunjukkan
pada Gambar 5.5 (c).

E. CYCLOCONVERTER TIGA FASA MENJADI SATU FASA


Gambar 5.6 merupakan rangkaian cycloconverter yang
mengubah sumber tegangan masukan tiga fasa dengan frekuensi

Elektronika Daya 60
AC Regulator 2010

tertentu menjadi tegangan luaran satu fasa dengan frekuensi lebih kecil
dari frekuensi sumber masukan. Gambar 5.6 merupakan rangkaian
dasar cycloconverter tiga fasa menjadi satu fasa dengan beban resistif
dan bentuk gelombang hasil pengaturan.

Luaran yang
diinginkan

Luaran grup
positif

Luaran grup
negatif

Luaran
cycloconverter, VL

Gambar 5.6 Cycloconverter Tiga Fasa menjadi Satu Fasa

Elektronika Daya 61
AC Regulator 2010

Seperti halnya pada cycloconverter satu fasa di atas, dalam


Gambar 5.6, terdapat dua grup konverter, yaitu: grup konverter P dan
grup konverter N. Grup konverter P digunakan untuk menghasilkan
setengah periode atau siklus pertama yang selalu positif, sedangkan
grup konverter N digunakan untuk menghasilkan setengah periode atau
siklus berikutnya yang selalu negatif. Pada Gambar 5.6, tegangan fasa
pada masing-masing, yaitu: Va, Vb, dan Vc, digunakan sebagai dasar
pembentukan setengah siklus positif dan negatif dari tegangan luaran
yang diinginkan.
Jika tegangan luaran yang diinginkan seperti pada Gambar 5.6,
maka grup konverter P harus dikonduksikan untuk enam setengah
siklus (Va, Vb, Vc dan Va, Vb, Vc positif) untuk menghasilkan setengah
siklus positif, dan grup konverter N dikonduksikan untuk enam
setengah siklus berikutnya (Vc, Vb, Va dan Vc, Vb, Va negatif) untuk
menghasilkan setengah siklus negatif.

F. PERTANYAAN
1. AC Regulator Satu-fasa
a. Jelaskan proses pengaturan tegangan AC pada rangkaian AC
regulator unidirectional satu fasa !

b. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan


pada SCR pada rangkaian AC regulator unidirectional satu fasa !

c. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan


pada dioda pada rangkaian AC regulator unidirectional satu fasa !

d. Jelaskan proses pengaturan tegangan AC pada rangkaian AC


regulator bidirectional satu fasa !

e. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan


pada salah satu SCR pada rangkaian AC regulator bidirectional satu
fasa !

Elektronika Daya 62
AC Regulator 2010

2. AC Regulator Tiga-fasa
a. Jelaskan proses pengaturan tegangan AC pada rangkaian AC
regulator unidirectional tiga fasa sambungan bintang!
b. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada SCR pada rangkaian AC regulator unidirectional tiga fasa
sambungan bintang!
c. Jelaskan proses pengaturan tegangan AC pada rangkaian AC
regulator bidirectional tiga fasa sambungan bintang!
d. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada salah satu SCR pada rangkaian AC regulator bidirectional tiga
fasa sambungan bintang!

3. Cycloconverter
a. Gambarkan rangkaian dasar cycloconverter satu fasa ? Jelaskan
fungsi kelompok konverter positif dan negatif !
b. Jika sumber tegangan masukan dengan frekuensi 50 Hz pada
cycloconverter satu fasa, jelaskan urutan kerja SCR agar
menghasilkan frekuensi 12,5 Hz dan gambarkan bentuk tegangan
masukan dan tegangan luarannya !

4. Soal Essay
a. Suatu rangkaian ac regulator unidirectional dengan sumber
masukan 230 V, 50 Hz dihubungkan dengan beban resistif 6 . Jika
sudut pemicuan pada SCR sebesar 90o, hitunglah tegangan luaran
efektif, faktor daya, dan arus rerata masukan. (Kunci jawaban:
199,19V; 0,866 lag; -8,62A)
b. Suatu rangkaian ac regulator bidirectional dengan sumber masukan
120 V, 60 Hz dihubungkan dengan beban resistif 10 . Jika sudut
pemicuan pada SCR1 dan SCR2 sebesar 90o, hitunglah tegangan

Elektronika Daya 63
AC Regulator 2010

luar efektif, faktor daya, dan arus rerata dan efektif pada SCR.
(Kunci jawaban: 84,85V; 0,707 lag; 2,7A dan 6A).
c. Sebuah rangkaian AC regulator unidirectional 3 fasa dihubungkan
dengan resistif sebesar 10 ohm yang dihubungkan bintang. Jika
tegangan masukan antar line sebesar 208 V, 50 Hz dan diatur
dengan sudut pemicuan 60o, tentukan: (1) tegangan luaran per
fasa, dan (2) faktor daya. (Kunci jawaban: 110,86V; 0,924 lag)

Elektronika Daya 64
Chopper (Pemangkas) 2010

BAB VI
PEMANGKAS (CHOPPER)

KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:
Menguasai dasar prinsip kerja chopper penaik tegangan (step-up),
penurun tegangan (step-down), dan penaik-penurun tegangan (step-up/
down) dari tegangan searah (DC).

STANDAR KOMPETENSI
Mampu menganalisis rangkaian chopper penaik tegangan (step-up),
penurun tegangan (step-down), dan penaik-penurun tegangan (step-up/
down).

A. PENDAHULUAN
Chopper (pemangkas) merupakan suatu rangkaian yang
digunakan untuk mengubah sumber masukan tegangan DC tetap
menjadi sumber luaran tegangan DC yang dapat dikendalikan/diatur.
Komponen semikonduktor daya yang digunakan dapat berupa SCR,
transistor, dan MOSFET yang beroperasi sebagai sakelar dan pengatur.
Ditinjau dari proses pengaturan, chopper dapat dibedakan dalam
tiga jenis, yaitu : chopper penurun tegangan (step-down), chopper
penaik tegangan (step-up), dan chopper penaik-penurun tegangan
(step up-down).

B. CHOPPER PENURUN (STEP-DOWN) TEGANGAN


Gambar 6.1 merupakan prinsip dasar kerja chopper penurun
tegangan. Jika sakelar S di-ON-kan sampai dengan DT, maka tegangan

Elektronika Daya 65
Chopper (Pemangkas) 2010

masukan Vs akan dipindahkan ke beban menjadi Vo, selanjutnya jika


sakelar S di-off-kan sampai dengan T, tegangan pada beban menjadi
nol. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tegangan luaran ditentukan oleh
proses ON dan OFF sakelar S. Ratio antara waktu sakelar OFF terhadap
jumlah waktu sakelar ON dan OFF disebut siklus kerja (duty cycle).

Nilai siklus kerja ( atau D)


ditentukan dengan persamaan
berikut:

t t
 D on  on  f .t
t t T on
on off

Persamaan di atas dapat dijelaskan


bahwa pengaturan siklus kerja dapat

S On S Off
dilakukan melalui dua operasi, yaitu:
(a) operasi frekuensi konstan, dan
(b) operasi frekuensi variabel.
Operasi frekuensi konstant dilakukan
Gambar 6.1 Rangkaian Prinsip
dengan cara menjaga frekuensi
Kerja Dasar Chopper
selalu konstan dan ton diatur.
Pengaturan ton ini lazim disebut pengaturan lebar pulsa atau modulasi
lebar pulsa (pulse width modulation). Operasi frekuensi variabel
dilakukan dengan mengatur waktu ton dan menjaga frekuensi selalu
konstan. Pengaturan ini biasanya disebut modulasi frekuensi (frequency
modulation).
Gambar 6.2 mengilustrasikan prinsip kerja chopper penurun
tegangan yang ditunjukkan dengan SCR di dalam kotak. Selama
perioda Ton, ketika chopper ON, tegangan sumber akan terhubung
dengan terminal beban.

Elektronika Daya 66
Chopper (Pemangkas) 2010

Selanjutnya, selama perida Toff,


ketika chopper OFF, arus beban akan
mengalir pada dioda komutasi (Df),

Beban
sehingga terminal beban terhubung
singkat dengan Df dan tegangan
beban menjadi nol selama Toff.
Dengan demikian, tegangan searah
(DC) pada beban dapat ditentukan
dengan persamaan berikut:

eo  Edc

Gambar 6.2 Rangkaian Chopper


Penurun Tegangan

C. CHOPPER PENAIK (STEP-UP) TEGANGAN


Gambar 6.3 merupakan rangkaian chopper penaik tegangan. Jika
chopper di-ON-kan, induktor (L) akan terhubung dengan tegangan
sumber dan induktor akan menyimpan energi selama perioda Ton.

Selanjutnya, jika chopper di-OFF-


kan, induktor akan mengalirkan
arus ke dioda (D) dan ke beban,
serta terjadi tegangan emf pada
induktor sehingga tegangan pada
beban sebesar:
Gambar 6.3 Rangkaian Chopper
Penaik Tegangan Eo  Edc  L
dis
dt

Elektronika Daya 67
Chopper (Pemangkas) 2010

Jika energi yang disimpan saat Ton, Wi, sama dengan energi yang
dilepaskan saat Toff, Wo, maka tegangan luaran pada beban (Eo) dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:

1
E  E
o 1   dc

D. CHOPPER PENAIK-PENURUN (STEP-UP/DOWN) TEGANGAN


Gambar 6.4 merupakan rangkaian chopper penaik-penurun
tegangan. Jika chopper di-ON-kan, induktor (L) akan terhubung dengan
tegangan sumber dan induktor akan menyimpan energi selama perioda
Ton. Selanjutnya, jika chopper di-OFF-kan, induktor melepaskan energi
ke dioda (D) dan ke beban. Jika energi yang disimpan saat Ton, Wi,
sama dengan energi yang dilepaskan saat Toff, Wo, maka tegangan
luaran pada beban (Eo) dapat ditentukan dengan persamaan berikut:


E  E
o 1   dc

Persamaan di atas dapat


dinyatakan bahwa jika siklus kerja
chopper () lebih besar atau sama
dengan 0,5 akan dihasilkan
chopper penaik tegangan, dan
jika siklus kerja chopper () lebih
Gambar 6.4 Rangkaian Chopper
Penaik/ Penurun kecil atau sama dengan 0,5 akan
Tegangan
dihasilkan chopper penurun
tegangan.

Elektronika Daya 68
Chopper (Pemangkas) 2010

E. PERTANYAAN
1. Chopper
a. Apakah yang dimaksud dengan siklus kerja? Jelaskan dengan
disertai gambar!
b. Berapakah nilai minimum dan maksimum dari siklus kerja?
c. Jelaskan pengaruh frekuensi pensakelaran terhadap tegangan
output chopper !

d. Jelaskan prinsip kerja rangkaian chopper penurun tegangan!


e. Jelaskan fungsi induktor dan prinsip kerja rangkaian chopper penaik
tegangan!
f. Jelaskan fungsi dioda komutasi pada rangkaian rangkaian chopper
penaik tegangan!
g. Jelaskan prinsip kerja rangkaian chopper penaik-penurun tegangan!

2. Soal Essay
a. Berapakah nilai ton dan tegangan luaran chopper jika frekuensinya
200 Hz, siklus kerja 0,25, dan tegangan inputnya 12 volt ?
b. Suatu rangkaian chopper dihubungkan sumber input sebesar 12
volt dengan frekuensi pensakelaran 200 Hz. Jika siklus kerja
chopper 0,25, hitunglah nilai ton dan tegangan output chopper dari
rangkaian chopper tersebut !

Elektronika Daya 69
Inverter 2010

BAB VII
INVERTER

KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:
 Menguasai karakteristik inverter satu fasa dan tiga fasa
 Menguasai dasar prinsip kerja inverter satu fasa dan tiga fasa

STANDAR KOMPETENSI
Mampu menganalisis rangkaian inverter satu fasa dan tiga fasa

A. PENDAHULUAN
Inverter merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk
mengubah sumber tegangan DC tetap menjadi sumber tegangan AC
dengan frekuensi tertentu. Komponen semikonduktor daya yang
digunakan dapat berupa SCR, transistor, dan MOSFET yang beroperasi
sebagai sakelar dan pengubah. Inverter dapat diklasifikasikan dalam
dua jenis, yaitu: inverter satu fasa dan inverter tiga fasa. Setiap jenis
inverter tersebut dapat dikelompokan dalam empat kategori ditinjau
dari jenis rangkaian komutasi pada SCR, yaitu: (1) modulasi lebar
pulsa, (2) inverter resonansi, (3) inverter komutasi bantu, dan (4)
inverter komutasi komplemen.
Inverter disebut sebagai inverter catu-tegangan (voltage-fed
inverter-VFI) apabila tegangan masukan selalu dijaga konstan, disebut
inverter catu-arus (current-fed inverter-CFI) apabila arus masukan
selalu dipelihara konstan, dan disebut inverter variabel (variable dc
linked inverter) apabila tegangan masukan dapat diatur. Selanjutnya,
jika ditinjau dari proses konversi, inverter dapat dibedakan dalam tiga

Elektronika Daya 70
Inverter 2010

jenis, yaitu inverter : seri, paralel, dan jembatan. Inverter jembatan


dapat dibedakan menjadi inverter setengah-jembatan (half-bridge) dan
jembatan (bridge). Dalam Bab ini akan difokuskan pada pembahsan
inverter jembatan baik untuk inverter satu fasa maupun tiga fasa.

B. INVERTER SATU-FASA
1. INVERTER SETENGAH-JEMBATAN SATU-FASA
Gambar 7.1 merupakan rangkaian
dasar inverter setengah-jembatan
satu-fasa dengan beban resistif dan
bentuk gelombangnya. Dalam
rangkaian Gambar 7.1 diperlukan
dua buah kapasitor untuk
menghasilkan titik N agar tegangan
pada setiap kapasitor Vi/2 dapat
dijaga konstan. Sakelar S+ dan S-
mereprensentasikan sakelar
elektronis yang mencerminkan
komponen semikonduktor daya
sebagaimana diuraikan di muka.
Sakelar S+ dan S- tidak boleh bekerja
secara serempak/ simultan, karena
akan terjadi hubung singkat
rangkaian.

Gambar 7.1
Rangkaian Inverter Setengah-jembatan Satu Fasa

Elektronika Daya 71
Inverter 2010

Kondisi ON dan OFF dari sakelar S+ dan S- ditentukan dengan


teknik modulasi, dalam hal ini menggunakan prinsip PWM. Prinsip PWM
dalam rangkaian ini membandingkan antara sinyal modulasi Vc (dalam
hal ini tegangan bolak-balik luaran yang diharapkan) dengan sinyal
pembawa dengan bentuk gelombang gigi-gergaji (V). Secara praktis,
jika Vc > V maka sakelar S+ akan ON dan sakelar S- akan OFF, dan
jika Vc < V maka sakelar S+ akan OFF dan sakelar S- akan ON.
Untuk menghasilkan tegangan luaran (Vo) satu fasa, terdapat
tiga kondisi jika Sakelar S+ dan S- dioperasikan sebagaimana
ditunjukkan pada tabel berikut:
Kondisi
Kondisi Vo Komponen yang Aktif
Ke-
1 S+ On dan S- Off Vi/2 S+ jika io > 0
D+ jika io < 0
2 S+ Off dan S- On -Vi/2 D- jika io > 0
S- jika io < 0
3 S+ dan S- Off -Vi/2 D- jika io > 0
Vi/2 D+ jika io < 0

2. INVERTER JEMBATAN SATU-FASA


Gambar 7.2 merupakan rangkaian dasar inverter jembatan satu-
fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombangnya. Seperti halnya
pada rangkaian inverter setengah-jembatan di atas, dalam rangkaian ini
diperlukan dua buah kapasitor untuk menghasilkan titik N agar
tegangan pada setiap kapasitor Vi/2 dapat dijaga konstan. Terdapat
dua sisi sakelar, yaitu: sakelar S1+ dan S1- serta S2+ dan S2-. Masing-
masing sisi sakelar ini, sakelar S1+ dan S1- dan atau S2+ dan S2-, tidak
boleh bekerja secara serempak/ simultan, karena akan terjadi hubung
singkat rangkaian. Kondisi ON dan OFF dari kedua sisi sakelar
ditentukan dengan teknik modulasi, dalam hal ini menggunakan prinsip
PWM, seperti jelaskan pada inverter setengah-jembatan satu fasa di
atas.

Elektronika Daya 72
Inverter 2010

Untuk menghasilkan tegangan luaran (Vo) satu fasa, terdapat


lima kondisi jika sakelar S1+, S1-, S2+, dan S2- dioperasikan sebagaimana
ditunjukkan pada tabel berikut:
Kondisi
Kondisi VaN VbN Vo Komponen yang Aktif
Ke-
1 S1+ & S2- On dan S1- & S2+ Off Vi/2 -Vi/2 Vi S1+ & S2- jika io > 0
D1+ & D2- jika io < 0
2 S1- & S2+ On dan S1+ & S2- Off -Vi/2 Vi/2 -Vi D1- & D2+ jika io > 0
S1- & S2+ jika io < 0
3 S1+ & S2+ On dan S1- & S2- Off Vi/2 Vi/2 0 S1+ & D2+ jika io > 0
D1+ & S2+ jika io < 0
4 S1- & S2- On dan S1+ & S2+ Off -Vi/2 -Vi/2 0 D1- & S2- jika io > 0
S1- & D2- jika io < 0
5 S1- - S2- - S1+ - S2+ Off -Vi/2 Vi/2 -Vi D1- & D2+ jika io > 0
Vi/2 -Vi/2 Vi D1+ & D2- jika io < 0

Gambar 7.2
Rangkaian Inverter Jembatan
Satu Fasa

Elektronika Daya 73
Inverter 2010

C. INVERTER JEMBATAN TIGA-FASA


Gambar 7.3 merupakan rangkaian dasar inverter jembatan tiga-
fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombangnya. Seperti halnya
pada rangkaian inverter setengah-jembatan di atas, dalam rangkaian ini
diperlukan dua buah kapasitor untuk menghasilkan titik N agar
tegangan pada setiap kapasitor Vi/2 dapat dijaga konstan. Terdapat
tiga sisi sakelar, yaitu: sakelar S1+ dan S1- serta S2+ dan S2-. Kedua sisi
sakelar ini, sakelar S1 dan S4, S3 dan S4, serta S5 dan S2. Masing-
masing sakelar, S1 dan S4, atau S3 dan S4, atau S5 dan S2, tidak boleh
bekerja secara serempak/ simultan, karena akan terjadi hubung singkat
rangkaian. Kondisi ON dan OFF dari kedua sisi sakelar ditentukan
dengan teknik modulasi, dalam hal ini menggunakan prinsip PWM,
seperti jelaskan pada inverter setengah-jembatan satu fasa di atas.

Gambar 7.3 Rangkaian Inverter Jembatan Tiga Fasa

Untuk menghasilkan tegangan luaran (Vo) tiga fasa, terdapat


delapan kondisi jika sakelar S1, S4, S3, S4, S5 dan S2 dan S4 dioperasikan
sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut:

Elektronika Daya 74
Inverter 2010

Kondisi
Kondisi Vab Vbc Vca Vector
Ke-
1 S1-S2-S6 On & S4-S5-S3 Off Vi 0 Vi v1 = 1 + j0,577

2 S2-S3-S1 On & S5-S6-S4 Off 0 Vi -Vi v2 = j1,155

3 S3-S4-S2 On & S6-S1-S5 Off -Vi Vi 0 v3 = -1 + j0,577

4 S4-S5-S3 On & S1-S2-S6 Off -Vi 0 Vi v4 = -1 – j0,577

5 S5-S6-S4 On & S2-S3-S1 Off 0 -Vi Vi v5 = -j1,55

6 S6-S1-S5 On & S3-S4-S2 Off Vi -Vi 0 v6 = 1 – j0,577

7 S1-S3-S5 On & S4-S6-S2 Off 0 0 0 v7 = 0

8 S4-S6-S2 On & S1-S3-S5 Off 0 0 0 v8 = 0

D. PERTANYAAN
1. Jelaskan prinsip kerja rangkaian inverter setengah-jembatan satu
fasa!
2. Jelaskan fungsi kapasitor pada rangkaian inverter setengah-
jembatan satu fasa!
3. Jelaskan prinsip kerja rangkaian inverter jembatan satu fasa!
4. Jelaskan prinsip kerja rangkaian inverter jembatan tiga fasa!

Elektronika Daya 75
Daftar Pustaka 2010

DAFTAR PUSTAKA

Hart, D.W. (1997). Introduction to Power Electronics. Indiana:


Prentice-Hall International, Inc.
Mussener, Ch. (1991). Power Electronics and Drive Technology 1.
Germany: Leybold Didactic.
Mohan, et.al. (1995). Power Electronics: Converter, Application and
Design. Singapore: John Wiley & Sons
Rashid, M.H. (1988). Power Electronics: Circuits, devices and
applications. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Rashid, M.H., et.al (2007). Power Electronics Handbook. California:
Elsevier, Inc.
Singh, MD. (1998). Power Electronics. New Delhi: Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited.

Elektronika Daya 76

Anda mungkin juga menyukai