Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KACANG HIJAU

Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Vigna
Spesies: V. radiata

Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika.
Tumbuhan yang temasuk suku polong-polongan(fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam
kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan protein nabati tinggi. Kacang hijau di
Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai sumber tanaman pangan legume, setelah
kedelai dan kacang tanah.

Kacang hijau tumbuh tegak. Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran
batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelatan atu kemerahan. Tanaman ini bercabang
banyak. Daunnya tumbuh majemuk dan terdiri dari tiga helai anak daun setiap tangkai. Helai
daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua.
Letak daun berseling. Tangkai daun lebih panjang daripada daunnya sendiri.

Bunganya muncul di ujung percabangan pada umur 30 hari. Munculnya bunga dan pemasakan
polong pada tanaman kacang hijau tidak serempak sehingga panen dilakukan beberapa kali.

Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi mejadi dua,
yaitumesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan
tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara itu, xerophytesmemiliki akar cabang lebih
sedikit dan memanjang ke arah bawah.

2.2 AGROEKOLOGI KACANG HIJAU

Kacang hijau adalah tanaman tropis dataran rendah yang dapat dibudidayakan pada ketinggian 5-
700 m dpl. Di daerah dengan ketinggian di atas 750 m dpl produksi kacang hijau menurun.
Tanaman ini dapat tumbuh baik pada suhu udara optimal antara 25-27 derajat celcius. Tanaman
ini menyukai daerah yang memiliki kelembaban udara antara 50-89%. Selain itu, tanaman ini
memerlukan cahaya matahari lebih dri 10 jam/hari.
Daerah yang memiliki curah hujan 5-=200 mm/bulan merupakan daerah yang baik untuk
budidaya tanaman ini. Curah hujan tinggi menyebabkan tanaman mudah rebah dan terserang
penyakit.
Jenis tanah yang dikehendaki kacang hijau adalah tanah liat berlempung atau lempung yang
mengandung bahan organik tinggi, memiliki tata air dan udara yang baik. Jenis tanah yang
dianjurkan adalah ultisol, latosol, dan lahan sawah menjelang penanaman padi pada musim
kemarau. Keasaman tanah yang diperlukan untuk tumbuh optimal, yaitu pH tranah antara 5,8 –
6,5. Tanah dengan pH di bawah 5,8 perlu diberikan pengapuran.

2.3 PUPUK KANDANG


Pupuk kandang ialah olahan kotoran hewan, biasanya ternak, yang diberikan pada lahan
pertanian untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Pupuk kandang adalah pupuk
organik, sebagaimana kompos dan pupuk hijau.
Zat hara yang dikandung pupuk kandang tergantung dari sumber kotoran bahan bakunya. Pupuk
kandang ternak besar kaya akan nitrogen, dan mineral logam, seperti magnesium, kalium,
dan kalsium. Pupuk kandang ayam memiliki kandungan fosfor lebih tinggi. Namun, manfaat
utama pupuk kandang adalah mempertahankan struktur fisik tanah sehingga akar dapat tumbuh
secara baik.
Kebanyakan pupuk kandang berupa feses yang dikeluarkan oleh hewan ketika sedang berada di
kandang maupun ketika sedang digembalakan di lahan pertanian, misal ketika sedang
memakan brangkasan dan gulma. Kualitas nutrisi yang terkandung di dalam pupuk kandang
sangat ditentukan oleh jenis hewan dan apa yang dimakan oleh hewan tersebut. Kotoran kuda
masih mengandung banyak rumput karena sistem pencernaannya tidak sama denganruminansia.
Tumpukan kotoran hewan dapat menghasilkan panas selama proses dekomposisi sehingga
dapat terbakar secara spontan jika ditumpuk dalam tumpukan yang besar. Ketika kotoran hewan
sudah terbakar, udara akan tercemar, menimbulkan bau tidak sedap.

2.4 PUPUK KOMPOS


Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat dengan cara menguraikan sisa-
sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup. Untuk membuat pupuk kompos
diperlukan bahan baku berupa material organik dan organisme pengurai. Organisme pengurainya
bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme.
Teknologi pengomposan dikembangkan dari proses penguraian material organik yang terjadi di
alam bebas. Terbentuknya humus di hutan merupakan salah satu contoh pengomposan secara
alami. Prosesnya berjalan sangat lambat, bisa sampai berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Kemudian umat manusia memodifikasi proses penguraian material organik tersebut. Sehingga
pengomposan yang dikelola manusia bisa dilakukan dalam tempo yang lebih singkat.

2.5 PUPUK ZA

Pupuk ZA dikenal dengan sebutan pupuk Amonium Sulfat. Pupuk ZA ini mengandung 21 %
hara makro N dan 24 % sulfur. Dengan melihat kandungan hara makronya maka pupuk ini
dikatagorikan dalam pupuk tunggal. Pupuk ZA, dengan melihat hara makro N nya bisa dikatakan
“adik’ dari pupuk Urea. Kalau pupuk ZA hara makro N nya 21 % sedangkan pupuk Urea sekitar
46 % hara N.
Nama lain dari pupuk ZA adalah Amonium Sulfat. Rumus kimia Amonium Sulfat adalah
(NH4)2SO4. Kelebihan pupuk ini adalah terdapat kandungan sulfur di dalamnya. Bahkan
kandungan sulfur lebih besar dari hara N. Dengan adanya unsur sulfur, pemakain pupuk ZA,
sangat baik diberikan pada awal tanam.

2.6 AIR

Air merupakan satu komponen yang sangat penting dan juga sangat dibutuhkan bagi
pertumbuhan hewan.
Manfaat dan fungsi air bagi tumbuhan sangatlah banyak, diantaranya adalah sebagai berikut :

 Air sebagi salah satu senyawa dalam pembentukan protoplasma


 Sebagai pelarut untuk proses masuknya mineral dari tanah ke tanaman
 Untuk proses reaksi metabolic tumbuhan
 Untuk rektan pada beberapa jumlah reaksi pada metabolism, contohnya pada
siklus asam trikarboksilat
 Untuk bahan penghasil hydrogen dalam proses fotosintesis
 Untuk menjaga turgiditas pada sel dan untuk menghasilkan tenaga mekanik pada
proses pembesaran suatu sel
 Guna mengatur suatu mekanisme pergerakan membuka dan menutup stomata
pada tumbuhan
 Untuk perpanjangan sel tumbuhan
 Untuk membantu berlangsungnya respirasi

Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perkembangannya menjadi


abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode pertumbuhan akan
menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang
terlihat ialah layunya daun-daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak
dapat mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses tranpirasi ini cukup besar
dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan mengalmi
kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman akan mengalami kelayuan tetap, apabila
keadaan air dalam tanah telah mencapai permanent wilting percentage. Tanaman dalam keadaan
ini sudah sulit untuk disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah mengalami
plasmolisia.

Anda mungkin juga menyukai